• Tidak ada hasil yang ditemukan

WADUK JATIGEDE PRAINUNDASI, KABUPATEN SUMEDANG-JAWA BARAT

4.3 HASIL DAN BAHASAN 1 Struktur komunitas ikan

4.3.2 Jenis makanan dan tingkat trofik ikan di Waduk Jatigede

Pakan alami yang dimanfaatkan oleh komunitas ikan di Waduk Jatigede prainundasi antara lain detritus, krustase, annelida, insekta, moluska, tumbuhan dan fitoplankton. Pakan alami yang merupakan pakan utama antara lain tumbuhan, insekta dan anelida (Gambar 9).

Gambar 9. Indeks preponderan beberapa jenis ikan di Waduk Jatigede

Tumbuhan dimanfaatkan sebagai pakan utama oleh ikan sengal (75%), nila (81,8%), lalawak (94,2%), genggehek (93,3%) dan nilem (94,9%). Ikan sengal, genggehek dan nilem memanfaatkan insekta sebagai pakan tambahan sedangkan nila memanfaatkan fitoplankton. Gabus dan berod memanfaatkan insekta sebagai pakan utama masing-masing sebesar 100 dan 50,6%. Untuk pakan tambahannya, ikan berod memanfaatkan krustase dan annelida. Ikan kekel dan lele memanfaatkan annelida pakan utama dengan persentase 100 dan 69,2%, namun ikan lele juga memanfaatkan insekta (30,8%). Ikan hampal memanfaatakan krustase (100%) dan sapu-sapu memanfaatkan detritus (100%) sebagai pakan

alaminya. Ikan kekel, sapu-sapu dan hampal hanya memanfaatkan satu jenis pakan sehingga bersifat spesialis.

Berdasarkan peran dalam memanfaatakan pakan alami, ikan di DAS Cimanuk wilayah genangan Waduk Jatigede prainundasi dapat dikelompokan menjadi tiga yaitu:

a. Kelompok I (herbivora) : yaitu ikan sapu-sapu, sengal, nilem, nila, lalawak

dan nilem

b. Kelompok II (omnivora-karnivora) : yaitu ikan berod dan lele

c. Kelompok III (karnivora): yaitu ikan gabus, hampal dan kekel

Ham pal Lele Keke l Bero d Gab us Nile m Gen ggeh ek Lala wak Nila Sen gal Sapu -sap u 42.66 61.77 80.89 100.00 S im ila ri ty

Gambar 10. Pengelompokan ikan berdasarkan jenis pakan

Struktur histologi dari saluran pencernaan dipengaruhi oleh jenis makanannya (Al Abdulhadi 2005). Ukuran panjang usus ikan karnivora lebih pendek jika dibandingkan dengan panjang tubuhnya sedangkan untuk ikan herbivora lebih panjang (Nikolsky 1963). Ikan herbivora mempunyai usus yang sangat panjang (beberapa kali panjang tubuhnya) sedangkan ikan omnivora

mempunyai panjang usus 2-3 kali panjang tubuhnya (Effendie 2002; Affandi et al.

2009). Ikan lele merupakan ikan omnivora dengan ukuran lambung yang besar. Lambung ikan ini lebih lebar pada bagian tengah dibandingkan dua bagian ujung dan terlihat seperti kantung (Reddy & Benarjee 2015). Lambung ikan lele terdiri

dari tiga bagian yaitu cardiac, fundus dan pyloric (Raji & Norouzi 2010).

Lambung ikan tilapia dibentuk dari lambung pyloric dan cardiac. Pada bagian

cardiac terdapat submucosa yang besar dengan kumpulan serat kalogen tebal dan

pada bagian pyloric terdapat banyak eosinophil (Al Abdulhadi 2005).

Kerongkongan ikan nila umumnya pendek dan elastis serta terhubung dengan paring ke bagian pangkal dari lambung. Kerongkongan ikan nila berukuran 2-2,5

cm dengan diameter 1-1,2 cm (Awaad et al. 2014). Pada ikan karnivora misalnya

Channa sp. terdapat gigi pharyngeal berfungsi untuk menghacurkan makanan

(Choudhary et al. 2014).

Berdasarkan pemanfaatan pakan alaminya yang ada, ikan di Waduk Jatigede prainundasi dapat dibagi menjadi beberapa kelompok (Gambar 10 dan Tabel 17) yaitu:

1. Kelompok I yang terdiri dari ikan sengal, nila, lalawak, genggehek dan

nilem yang memanfaatkan pakan berupa tumbuhan. Ikan lalawak dan genggehek, nila dan genggehek mempunyai kemungkinan kompetisi yang

tinggi. Ikan lalawak, genggehek dan nila memanfaatkan pakan alami berupa tumbuhan air.

2. Kelompok II, yang terdiri dari ikan gabus dan berod yang memanfaatkan

insekta sebagai pakan utamanya. Kedua jenis ikan tersebut mempunyai peluang kompetisi pakan sedang karena ikan berod juga memanfaatkan jenis pakan lainya yaitu tumbuhan, anelida, krustase dan detritus sebagai pakan pelengkapnya.

3. Kelompok III, yang terdiri dari ikan kekel dan lele yang memanfaatkan

annelida sebagai pakan utamanya. kedua jenis ikan tersebut mempunyai peluang kompetisi pada tingkat sedang karena ikan lele dapat memanfaatkan insekta sedangkan ikan kekel hanya memanfaatkan annelida.

4. Kelompok IV, yaitu ikan hampal, ikan ini hanya memanfaatkan krustase

sebagai pakan alaminya.

5. Kelompok V, yaitu ikan sapu-sapu yang memanfaatkan detritus sebagai

pakan utamanya sedangkan fitoplankton dan tumbuhan hanya sebagai pakan pelengkap.

Kompetisi pemanfaatan pakan oleh ikan yang ada pada suatu ekosistem akan berdampak pada keanekaragaman ikan yang ada pada ekosistem tersebut

(Mason et al. 2008). Hasil penelitian Kartamihardja & Purnomo (2006) di Waduk

Wadaslintang, hampal memanfaatkan ikan (54,0%) udang (20,0%) dan zooplankton (17,4%) sedangkan ikan sengal memanfaatkan ikan (76,92%), serangga (14,23%) dan udang (8,85%). Ikan hampal dan sengal yang tertangkap Danau Terengganu, Malaysia masing-masing dikategorikan sebagai ikan

omnivora dan insektivora ( Mustafa-Kamal et al. 2012). Ikan hampal di badan air

tersebut memanfaatkan ikan (24%), insekta(13,5%) tumbuhan (7,8%) dan plankton (29,2%) sedangkan ikan sengal memanfaatkan insekta (77,0%), krustase (7,5%) dan detritus (7,5%). Di Waduk Cirata ikan nilem memanfaatkan

tumbuhan (Purnamaningtyas 2011) sedangkan di Danau Tempe (Subagja et

al.2013) memanfaatkan fitoplankton sebagai pakan utamanya. Pakan alami ikan

nilem di Waduk ciarata tersebut sama dengan pakan alami ikan nilem di DAS Cimanuk.

Ikan gabus bersifat predator dimana pada fase dewasa ikan ini banyak memanfaatkan udang, serangga, katak, udang dan ikan (Muflikhah 2007). Ikan gabus di Rawa Taliwang memanfaatkan ikan (98,8%) sedangkan nila memanfaatkan fitoplankton (81,2%) sebagai pakan utamanya (Tjahjo & Purnomo 1998). Ikan nila di Danau Tempe memanfaatakan fitoplankton (85,95%) sebagai pakan utamanya sedangkan pemanfaatan tumbuhan hanya sebesar 11,83% (Samuel & Makmur 2011). Pakan alami ikan lele yang tertangkap pada beberapa badan air di India antara lain larva insekta (27,66%) dan anelida (20,27%) selain memanfaatkan ikan (30,27%), udang (14,3%) dan detritus (7,05%) (Sakhare & Chalak 2014). Ikan lele pada bebeapa badan air di India mempunyai tingkat trofik yang sama dengan ikan lele yang tertangkap di lokasi penelitian ini yaitu termasuk ikan karnivora. Ikan berod di Sungai Musi memanfaatkan krustase (98,47) sebagai pakan utamanya sedangkan potongan ikan, insekta gastropoda hanya sebagai makanan pelengkap (Nurdawati & Yuliani 2009). Terdapat perbedaan pemanfaatan pakan alami oleh ikan di Sungai Cimanuk Bagian Hulu dan Sungai

Cimanuk wilayah genangan Waduk Jatigede prainundasi. Hasil Penelitian (Tresna

et al. 2012) Di Sungai Cimanuk Bagian hulu pakan alami yang dimanfaatkan oleh komunitas ikan antara lain fitoplankton, zooplankton, tumbuhan, bagian hewan dan detritus. Ikan nilem, genggehek, sapu-sapu, sengal dan nila memanfaatkan fitoplankton sebagai pakan utama dengan nilai indeks bagian terbesar masing- masing adalah 79,0; 62,8; 56,4; 62,3 dan 54,1. Tingkat trofik dan luas relung komunitas ikan di Sungai Cimanuk bagian hulu masing-masing berkisar 2,06-2,94 dan 1,19-3,36. Pakan alami beberapa jenis ikan yang sama yang tertangkap di perairan waduk lainnya disajikan pada Tabel 14.

Tabel 14. Jenis dan kebiasaan makan ikan di beberapa perairan waduk Jenis ikan Pakan utama Lokasi Pustaka

Sengal Ikan Jatiluhur Tjahjo & Umar 1994 Nila Fitoplankton Malahayu Purnomo & Satria 2013

Gabus Ikan Saguling Tjahjo 1988

Lalawak Tumbuhan dan detritus

Jatiluhur Hedianto & Purnamaningtyas 2011

Hampal Ikan Jatiluhur Herawati 2013

Genggehek Fitoplankton Kedungombo Kartamihardja 1994 Nilem Tumbuhan Penjalin Hedianto et al. 2013

Berdasarkan data pada Tabel 12. Ikan sengal, nila, hampal dan genggehek kemungkinan besar akan mengalami perubahan pakan alami. Pada saat penggenangan ikan nila dan genggehek memanfaatakan fitoplankton sebagai pakan utamanya sedangkan sengal,hampal dan gabus memanfaatkan ikan. Ikan lalawak dan nilem tetap memanfaatkan pakan alami yang sama seperti sebelum penggenangan Waduk Jatigede. Jika mengacu pada makanan alaminya maka rasio antara ikan bukan buas dan ikan buas adalah 2:1. Nilai rasio ini sama dengan di

Waduk Saguling pada awal penggenangan (Kartamihardja et al. 1987). Rasio

antara ikan bukan buas dengan ikan buas yang idela adalah 3-6:1 (Swingle 1950). Hal ini mengindikasikan bahwa jenis ikan herbivora masih dapat ditebar untuk mencapai kondisi ideal berdasarkan rasio ikan bukan buas terhadap ikan buas.

4.4 Simpulan

Di DAS Ciamanuk wilayah genangan Waduk Jatigede terdapat 11 jenis ikan dan ikan yang dominan adalah genggehek dan lalawak. Ikan yang mungkin menjadi dominan pada awal penggenangan adalah ikan genggehek, lalawak dan hampal. Ikan nila dan genggehek kemungkinan mengalami perubahan kebiasaan makan menjadi pemakan plankton sedangkan ikan sengal dan gabus menjadi ikan predator. Berdasarkan pakan alaminya komunitas ikan di sungai Wilayah genangan Waduk Jatigede terbagi 3 kelompok yaitu herbivora( ikan sapu-sapu, sengal, nilem, nila, lalawak dan nilem; omnivora-karnivora (ikan berod dan lele) serta karnivora (ikan gabus, hampal dan kekel). Komunitas ikan di Waduk Jatigede belum lengkap dimana belum terdapat ikan yang memanfaatkan fitoplankton sebagai pakan utamanya.

5. ESTIMASI DAYA DUKUNG KEGIATAN BUDIDAYA

Dokumen terkait