• Tidak ada hasil yang ditemukan

WADUK JATIGEDE PRAINUNDASI, KABUPATEN SUMEDANG-JAWA BARAT

5. ESTIMASI DAYA DUKUNG KEGIATAN BUDIDAYA IKAN DENGAN SISTEM KERAMBA JARING APUNG D

5.3 Hasil dan pembahasan

Daya dukung Waduk Jatigede untuk kegiatan budidaya dihitung berdasarkan kesetimbangan kosentrasi fosfor total. Konsentrasi fosfot total awal yang digunakan untuk perhitungan daya dukung kegiatan budidaya telah di bahas pada Bab III.

Input dari budidaya ikan secara intensif adalah pakan. Pakan tersebut sebagian diubah menjadi biomassa ikan dan sebagian dibuang ke kolom air

sebagai karbon, nitrogen dan fosfor (Tovar et al. 2000). Oleh karena itu perlu

adanya pengukuran secara kuantitatif dampak budidaya terhadap lingkungan perairan (Nugent 2009). Konsentrasi nitrogen, fosfor total dan protein pada pakan komersil yang digunakan untuk kegiatan budidaya di Waduk Jatiluhur dan Cirata disajikan pada Tabel 15.

Tabel 15. Nilai RKP, konsentrasi fosfor total di pakan dan ikan pada kegiatan budidaya ikan di Waduk Cirata dan Jatiluhur

Pakan RKP Fosfor total (%)

Pakan Ikan Mas Rg 1 1,73 3,71 0,25 Rg 2 1,78 4,30 0,10 It 1 1,82 3,03 0,05 It 2 1,79 3,29 0,20 It 3 1,88 3,81 0,15 Tw 1 1,83 3,52 0,15 Tw 3 1,90 4,46 0,25 Mf 1* 1,77 4,80 0,50 No1 1,82 4,23 0,30 Nila Mf3 1,87 2,41 0,30 Ty 1* 1,83 4,34 0,40 Bawal Rg 3* 1,88 3,84 0,92 Tw 2 1,89 3,52 0,86 Mf 2 1,89 4,07 0,80

Sumber: Yosmaniar 2010 * Digunakan dalam perhitungan daya dukung budidaya

Kuantitas fosfor dan nitrogen total dalam pakan ikan bervariasi tergantung pada kualitas, tetapi pada umunya mengandung 12 kg fosfor per ton pakan (Schmittou 1991). Pakan yang digunakan di Waduk Jatiluhur mempunyai konsentrasi fosfor total lebih tinggi jika dibandingkan dengan kebutuhan kebutuhan fosfor ikan. Kelebihan fosfor pada pakan akan terbuang kelingkungan dan dapat menyebabkan peningkatan kesuburan perairan. Konsentrasi fosfor total pada ikan mas dan nila serta nilai rasio konservasi pakan dari beberapa hasil penelitian lainnya disajikan pada Tabel 16.

Tabel 16. Konsentrasi fosfor, RKP pada ikan mas dan nila Fosfor total (%) RKP Sumber Nila

0,75 1,7 Mhlanga 2013

- 1,7 Gokcek 2011

- 1,9 Sulieman & Ahmed 2011 - 1,47 Schmittou 1991 0,34 - Beveridge 1987 0,7-0,8 - Watanabe et al. 1980 Mas - 1,86-1,91 Utomo et al. 2005 - 1,86-1,98 Sevgili et al. 2010 - 1,93-1,96 Schmittou 1991 0,61 - Beveridge 1987

1,3-1,7 - Ogino & Takeda 1976

Budidaya ikan di Waduk Jatiluhur pada umumnya menggunakan jaring ganda. Ikan mas dipelihara pada jaring lapis pertama sedangkan pada jaring lapis kedua dipelihara ikan nila. Ukuran KJA yang digunakan untuk ikan mas adalah 7x7x4m sedangkan untuk nila 14x7x7m (jaring lapis kedua). Beberapa parameter budidaya ikan di Waduk Jatiluhur di sajikan pada Tabel 17.

Tabel 17. Jumlah benih, ukuran benih,jumlah panen dan periode pemeliharaan ikan nila dan mas di Waduk Jatiluhur

Parameter Satuan Nila Mas

Jumlah benih Kg 60-200 80-100

Ukuran benih Ekor kg-1 40-60 80-100

Ukuran panen Ekor kg-1 3-6 3-4

Jumlah panen Kg 600-800 1200-1900

Periode pemeliharaan bulan 6-8 2,5-3

Jumlah pakan kg - 2000-3500

RKP 1,70-1,80

Benih ikan mas dan nila yang dibutuhkan dalam satu periode pemeliharaan masing-masing berkisar 80-100 dan 40-60 kg. Ukuran benih mas dan nila yang

digunakan adalah 80-100 dan 40-60 ekor kg-1 atau 10-12 dan 17-25 g. Untuk satu

periode pemeliharaan, hasil panen ikan mas adalah 1900 kg per periode dengan jumlah pakan 1500-3000 kg dan ikan nila adalah 400 kg per periode. Lama pemeliharaan ikan mas adalah 2,5-3,0 bulan sedangkan untuk ikan nila selama 6-8 bulan. Ikan nila pada jaring ke dua dibudidayakan dengan memanfaatkan pakan yang terbuang. Sistem budidaya ini, selain mengurangi beban masukkan polutan juga dapat memberikan pendapatan tambahan pendapatan bagi petani KJA. Nilai RKP pemeliharaan ikan mas di Waduk Jatiluhur hampir sama (1,7-1,8) dengan percobaan Yosmaniar (2010) (Tabel 15).

Konsentrasi fosfor total akhir setelah adanya budiaya dihitung berdasarkan

konsentrasi klorofil-a. Status kesuburan Waduk Jatigede setelah adanya budidaya

berada pada kondisi mesotrofik. Kosentrasi klorofil-a dan fosfor total pada

Tabel 18. Konsentrasi klorofil-a pada status kesuburan mesotrofik

Klorofil-a (mg m-3) Sumber Fosfor total (mg m-3)

25 Henderson-Sellers & Markland 1987

431,9 49,5 Ryding & Rast 1989 1188 16,1 Ryding & Rast 1989 225*

15 Wetzel 2001 202,6

6,9 Jones & Lee 1982 64,1

* Digunakan dalam perhitungan daya dukung budidaya

Karakteristik morfometri, hidrologi dan daya dukung budidaya di Waduk Jatigede di sajikan pada Tabel 19. Karakteristik morfometri dan hidrologi badan air akan menentukan daya dukung budidaya berbasis fosfor total (Lukman & Hamdani 2011). Waktu tinggal air mempengaruhi laju pelepasan fosfor total keluar dari badan air. Waktu tinggal air tersebut di pengaruhi oleh volume dan debit air keluar.

Tabel 19. Morfometri, hidrologi dan daya dukung Waduk Jatigede untuk kegiatan budidaya monokultur jaring tunggal dan ganda

Parameter Satuan Nilai

Luas waduk km2 41,22

Kedalaman rata-rata m 25,8

Volume outflow m3 tahun-1 1 261,44 x106

Laju pembilasan tahun-1 1,186

Fosfor nila % 0,40

Fosfor mas % 0,50

Fosfor bawal % 0,92

Fosfor pakan nila % 4,34

Fosfor pakan mas % 4,80

Fosfor pakan bawal % 3,84

Rasio konversi pakan nila 1,83

Rasio konversi pakan mas 1,77

Rasio konversi pakan bawal 1,88

LP lingk nila kgP (ton ikan-1) 75,4

LP lingk mas kgP (ton ikan-1) 79,9

LP lingk bawal kgP (ton ikan-1) 62,9

Fosfor awal μg L-1 130,9

Status trofik setelah ada budidaya Mesotrofik

Fosfor akhir μg L-1 225,0

Beban Fosfor dapat diterima lingkungan kgP tahun-1 527 696,0

Daya dukung ton tahun-1

Ikan nila 6 997

Ikan mas 6 599

Status kesuburan perairan Waduk Jatigede setelah ada kegiatan budidaya adalah mesotrofik. Daya tampung fosfor total yang dapat diterima oleh perairan

Waduk Jatigede pada tingkat kesuburan mesotrofik adalah 527 696,0 kg tahun-1.

Daya tampung fosfor total ini lebih kecil dibandingkan dengan Waduk Jatiluhur

dan Cirata yaitu 802 984 dan 844 487 kg tahun-1 (Machbub 2010). Daya dukung

budidaya ikan nila, mas dan bawal di Waduk Jatigede masing-masing adalah

adalah 6 997; 6 599 dan 8 377 ton tahun-1. Parameter yang digunakan dalam

perhitungan jumlah KJA yang dapat beroperasi di Waduk Jatigede berdasarkan hasil wawancara dengan petani di Waduk Jatiluhur. Periode tanam ikan dalam satu tahun sebanyak tiga kali dengan hasil panen per masa tanam rata-rata adalah 1500 kg. Maka jumlah KJA ikan nila, mas dan bawal yang dapat beroperasi sebanyak 1550; 1 466 dan 1 861 petak.

Daya dukung Waduk Jatigede untuk budidaya juga dihitung untuk sistem jaring ganda. Sistem ini dapat mengurangi beban limbah fosfor yang terbuang kelingkungan (Rustadi 2009). Penggunaan sistem jaring ganda di Danau Maninjau

dapat menghasilkan tambahan produksi sebesar 4,31-6,45% (Triyanto et al.

2005). Perhitungan budidaya pada sistem jaring ganda dilakukan untuk ikan mas dan bawal pada jaring lapis pertama. Ikan nila yang dibudidayakan pada jaring kedua memanfaatkan pakan yang terbuang dari budidaya ikan mas pada jaring pertama. Fosfor total yang terbuang kelingkungan dengan sistem jaring ganda

untuk ikan mas dan bawal masing-masing adalah 82,56 dan 87,6 kgP ton-1 ikan.

Jika dibandingkan dengan sistem jaring tunggal budidaya mas dan nila, sistem jaring ganda dapat menurunkan fosfor total yang terbuang ke lingkungan sebesar 7,8 dan 7,4%. Penurunan fosfor total yang terbuang ini dapat memperbesar daya dukung perairan. Daya dukung perikanan budidaya mas dan nila atau bawal dan

nila dengan sistem jaring ganda 8 376 dan 11 885 ton tahun-1. Jika dibandingkan

dengan sistem jaring tunggal, penggunaan jaring ganda dapat meningkatkan daya dukung Waduk Jatigede masing-masing sebesar 26,9 dan 41,8%.

Jumlah benih ikan nila yang dapat dibutuhkan dihitungkan berdasarkan bobot pakan yang terbuang. Pakan yang terbuang dari budidaya ikan mas sebesar 31%. Jumlah pakan yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu ton ikan mas adalah 1 770 kg. Pakan yang dapat dimanfaatkan oleh ikan nila pada jaring kedua adalah 548,7 kg. Produksi ikan nila dengan nilai RKP sebesar 1 adalah 548,7 kg. Jika bobot panen ikan nila adalah 200 g maka jumlah benih yang dibutuhkan sebanyak 2 740 ekor.

Daya dukung Waduk Jatigede untuk budidaya ikan nila lebih kecil jika

dibandingkan dengan Waduk Karibia yaitu 33 200 ton tahun-1 (Mhlanga et al.

2013) dan Waduk Kesikkopru yaitu 3 335 ton tahun-1 (Pulatsu 2003). Hal ini

disebabkan alokasi fosfor total untuk kegiatan budidaya di Waduk Karibia lebih

besar yaitu 450 μgl-1. Untuk di Waduk Kesikkopru mempunyai laju pembilasan

yang lebih besar yaitu 22,68 tahun-1. Laju pembilasan yang tinggi akan

menyebabkan perairan tersebut mempunyai konsentrasi fosfor total yang rendah (Dillon 1975). Hal ini menyebabkan badan air mempunyai kemampuan yang lebih besar untuk mempurifikasi beban masukkan fosfor total dari budiaya. Daya dukung Waduk Sermo untuk kegiatan budidaya juga lebih tinggi dibandingkan

dengan Waduk Jatigede yaitu 93 858 ton tahun-1 (Rustadi 2008). Namun daya

dibandingkan dengan Waduk Saguling, Cirata dan Jatiluhur masing-masing

sebesar 1 781; 2 004 dan 2 672 ton tahun-1 (Kartamihardja 1995).

Aktivitas budidaya di Waduk Jatigede dapat dimulai setelah 1-3 tahun setelah penggenangan. Hal ini mengacu pada aktivitas budidaya di Waduk Saguling dan Cirata yang dimulai setelah kisaran waktu tersebut (Sadili 1990; Setijaningsih et al. 1993). Hal ini juga didasarkan juga pada waktu paruh dari konsentrasi fosfor total di Waduk Jatigede (Bab III). Waktu paruh tersebut menggambarkan waktu yang dibutuhkan oleh badan air untuk mencapai konsentrasi fosfor estimasi (Thoman 1977).

5.4 Simpulan

Ikan yang dibudidayakan dalam KJA adalah ikan nila, mas dan bawal. Biomassa ikan yang dapat dibudidayakan dengan sistem jaring dan spesies tunggal untuk ikan nila, mas dan bawal masing-masing sebesar 6 977; 6 599 dan

8 377 ton tahun-1. Daya dukung ini setara dengan jumlah KJA ukuran 7x7x3 m

masing-masing sebesar 1550; 1 466 dan 1 861 petak. Daya dukung perairan Waduk Jatigede pada sistem jaring ganda dengan ikan mas dan bawal pada jaring

pertama dan nila pada jaring kedua sebesar 8 376 dan 11 885 ton tahun-1.

Dengan penggunaan jaring ganda terjadi peningkatan daya dukung sebesara 26,9- 41,8%.

6.

POTENSI PRODUKSI IKAN DAN DAYA DUKUNG

Dokumen terkait