• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian eksperimen. Menurut Sugiyono (2010 : 72) metode penelitian eksperimen adalah metode penelitian yang mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang lain terkendalikan. Peneliti menggunakan eksperimen kuasi karena peneliti akan meneliti efektifitas media gambar seri guna meningkatkan kemampuan berbicara pada anak autis kelas VII di Sekolah Khusus Autis Bina Anggita.

Pendekatan eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Single Subject Research (SSR). SSR yang berarti penelitian dengan subjek tunggal, merupakan bagian yang tak terpisahkan dari analisis tingkah laku individu.Hal tersebut sesuai dengan pendapat Nana Syaodih (2005 : 59) eksperimen subjek tunggal, (single subject eksperimental) merupakan eksperimen yang dilakukan terhadap subjek tunggal. Meskipun demikian, penelitian subjek tunggal dapat menggunakan dua atau lebih subjek penelitian, akan tetapi cara penyajian dan analisis datanya didasarkan atas data individu. Secara umum, analisis data dari penelitian subjek tunggal adalah perbandingan antara data pada fase baseline dimana subjek tidak mendapatkan perlakuan dengan data pada fase intervensi dimana subjek mendapatkan perlakuan menggunakan media gambar seri.

51 B. Desain Penelitian

Penelitian ini mencari hubungan sebab akibat, yaitu pengaruh media gambar seri terhadap kemampuan berbicara pada anak autis. Desain yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah A-B-A’. Menurut Juang Sunanto dkk ( 2006 : 44) desain A-B-A’ menunjukkan adanya sebab akibat antara variabel terikat dan variabel bebas yang lebih

kuat dibandingkan dengan desain AB. Ada penambahan kondisi baseline setelah pelaksanaan kondisi intervensi pada desain A-B-A. Jadi, setelah pengukuran pada kondisi intervensi (B) selesai dilakukan dan disertai dengan stabilnya data pada fase tersebut, pengukuran pada kondisi baseline kedua (A2) diberikan.

R Gay, L. et al (2009: 282) menyampaikan tentang desain atau rancangan ABA’ yaitu sebagai berikut:

“In A-B-A design, baseline measurements are made repeatedly until stability is established, treatment is introduced, a number of measurements are made, and the treatment phase is followed by a second baseline phase. Thin second baseline phase results in a much improved design. If the behavior is better during the treatment phase than during either baseline phase, the effectiveness of the treatmen has been demonstrated.”

Pendapat tersebut dapat diartikan bahwa, dalam desain A-B-A sebelum memberikan intervensi, peneliti harus mengumpulkan informasi tentang kemampuan awal subjek, kemudian memberikan intervensi (perlakuan), selanjutnya peneliti mengumpulkan informasi mengenai kemampuan subjek setelah diberikan intervensi. Intervensi dapat dikatakan

52

berpengaruh jika intervensi/perlakuan dapat memberikan perubahan terhadap perilaku yang ingin diperbaiki.

Menurut Juang Sunanto (2006: 45) ada beberapa langkah yang harus diperhatikan oleh peneliti ketika menggunakan desain A-B-A, yaitu:

1. Mendefinisikan perilaku sasaran (target behaviour) dalam perilaku yang dapat diamati dan diukur secara akurat;

2. Mengukur dan mengumpulkan data pada kondisi baseline (A1) secara kontinyu sekurang-kurangnya 3 atau 5 atau sampai kecenderungan arah dan level data menjadi stabil;

3. Memberikan intervensi setelah kecenderungan data pada kondisi baseline stabil;

4. Mengukur dan mengumpulkan data pada kondisi intervensi (B) dengan periode waktu tertentu sampai data menjadi stabil;

5. Setelah kecenderungan arah dan level data pada kondisi intervensi (B) stabil mengulang kondisi baseline (A2).

Mengacu pada pendapat di atas, peneliti menggambarkan desain penelitian dengan pendekatan penelitian Single Subject Research (SSR) dalam penelitian ini yakni sebagai berikut:

Keterangan :

A: Baseline -1, kondisi awal hasil belajar sebelum diberikan intervensi B: Intervensi, kondisi kemampuan hasil belajar setelah diberikan

intervensi, dengan penggunaan media cerita bergambar A’: Baseline -2, kondisi setelah intervensi

Perilaku sasaran pada penelitian ini adalah belum adanya inisiatif untuk memulai dan melakukan suatu percakapan sederhana serta belum

A – B –A’

53

dapat menjelaskan suatu situasi. Siswa masih sering mengulang pertanyaan yang diberikan kepadanya. Siswa berbicara dengan intonasi yang belum sesuai, misalnya meminta bantuan dengan nada yang tinggi dan masih berbicara tanpa gesture dengan ekspresi yang datar. Setiap akhir sesi pada fase baseline 1, intervensi, dan baseline 2 dilakukan pengukuran untuk mengetahui persentase

Fase baseline 1 dilaksanakan sebanyak 3 sesi. Setelah data pada fase baseline 1 stabil, maka penelitian dilanjutkan pada fase intervensi menggunakan gambar seri. Fase intervensi dilaksanakan sebanyak 6 sesi. Setelah data pada fase intervensi stabil, maka penelitian dilanjutkan dengan fase baseline 2. Fase baseline 2 dilaksanakan sebanyak 3 sesi. Setelah data pada fase baseline 2 stabil, maka penelitian diakhiri dan dilakukan analisis data.

Hubungan sebab-akibat antara penggunaan media gambar seri dengan gangguan intonasi dan ketidakmampuan menjelaskan suatu situasi yang dialami oleh anak dapat lebih kuat dengan penggunaan desain A-B-A. Adanya pengulangan fase baseline setelah fase intervensi dapat memberikan penegasan mengenai pengaruh penggunaan media gambar seri dalam meningkatkan kesesuaian intonasi dan penjelasan tentang situasi pada anak autis di Sekolah Khusus Autis Bina Anggita Yogyakarta. Hasil dari fase baseline 2 dapat menunjukkan ada tidaknya konsistensi dari pengaruh penggunaan gambar seri dalam meningkatkan kesesuaian intonasi dan penjelasan tentang situasi.

54 C. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Februari 2015. Tabel 1. Waktu dan Kegiatan Penelitian

Waktu Kegiatan Penelitian

Minggu I Pelaksanaan fase baseline-1 sebelum

intervensi

Minggu II-III Pelaksanaan intervensi

Minggu IV Pelaksanaan fase baseline-2 setelah intervensi

Penelitian ini dilaksanakan selama 1 bulan dengan perincian sebagai berikut:

a. Minggu pertama: melaksanakan fase baseline 1 sebanyak tiga pertemuan. Fase ini bertujuan untuk memperoleh gambaran kemampuan bicara anak sebelum mendapat intervensi menggunakan media gambar seri.

b. Minggu kedua: pengenalan prosedur penggunaan gambar seri dan pelaksanaan intervensi menggunakan gambar seri pada sesi pertama, kedua dan ketiga.

c. Minggu ketiga: pelaksanaan fase intervensi menggunakan gambar seri pada sesi empat, lima dan enam.

d. Minggu keempat: pelaksanaan fase baseline 2 sesi satu, dua, dan tiga untuk mengetahui pengaruh penggunaan gambar seri

55

dalam meningkatkan kesesuaian intonasi dan penjelasan tentang situasi setelah mendapatkan intervensi menggunakan gambar seri.

Fase baseline 1 dan baseline 2 masing-masing dilakukan sebanyak 3 kali pertemuan. Sedangkan penggunaan gambar seri pada fase intervensi dilakukan sebanyak 6 kali pertemuan. Setiap sesi pada fase baseline 1 dan baseline 2 dilaksanakan selama 15 menit. Sedangkan setiap sesi pada fase intervensi dilaksanakan selama 30 menit. Penelitian dilaksanakan pada jam mata pelajaran Bahasa Indonesia.

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Khusus Autis Bina Anggita Yogyakarta yang beralamat di ke Jl. Garuda no. 143 Wonocatur, Banguntapan, Bantul. Adapun pertimbangan peneliti dalam menentukan tempat penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Sekolah Khusus Autis Bina Anggita memiliki anak yang kemampuan untuk mengeluarkan kata-kata baik, tetapi belum memiliki inisiatif untuk memulai dan melakukan suatu percakapan sederhana dan sulit dalam menjelaskan suatu situasi.

b. Sekolah Khusus Autis Bina Anggita belum menyelenggarakan pengembangan ataupun peningkatan kemampuan bicara anak sehingga kemampuan bicara anak diintervensi pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.

56

c. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Khusus Autis Bina Anggita belum memanfaatkan media gambar seri sebagai alternatif alat bantu untuk mengurangi gangguan substitusi bicara pada anak autis.

Dokumen terkait