• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jenis Risiko dan Pengelolaannya

Dalam dokumen Laporan GCG BNI Syariah 2015 (Halaman 138-142)

Junaidi Hisom, Direktur Operasional, (57 Tahun) Warga Negara Indonesia Menjabat sebagai Direktur

LAPORAN PENYALURAN INFAQ DAN SHODAQOH

D. Jenis Risiko dan Pengelolaannya

F

okus pengelolaan risiko BNI Syariah terutama jenis-jenis risiko yang ditetapkan oleh regulator sebanyak 10 risiko yang terdiri dari risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas, risiko operasional, risiko hukum, risiko stratejik, risiko kepatuhan, risiko reputasi, risiko imbal hasil dan risiko investasi. Sejalan dengan bisnis bank yang semakin kompleks yang diiringi dengan eksposure risiko yang semakin meningkat, BNI Syariah terus berupaya melakukan pengelolaan risiko secara proaktif dan antisipatif, antara lain melalui stress testing dan penyusunan contingency plan

.

Manajemen risiko pada aktivitas fungsional BNI Syariah meliputi atas 10 (sepuluh) jenis risiko sebagaimana penjelasan berikut.

1. Risiko Kredit

Dengan mengacu pada SEOJK No. 10/SEOJK.03/2014, risiko kredit adalah risiko akibat kegagalan nasabah atau pihak lain dalam memenuhi kewajiban kepada Bank sesuai dengan perjanjian yang disepakati.

Proses kredit dan pengelolaan risiko kredit di BNI Syariah dilakukan secara terintegrasi oleh unit bisnis, unit operasional, dan unit risiko kredit yang dalam

pelaksanaannya didukung oleh sistem yang terintegrasi dan dilakukan secara end to end. Key Risk Indicator yang digunakan dalam risiko kredit adalah sebagai berikut:

a. Kualitas pembiayaan yang ditunjukkan dengan Non Performing Financing (NPF)

b. Kualitas penyediaan dana dan besarnya coverage yang dibentuk, pembiayaan yang direstrukturisasi

c. Tingkat konsentrasi pembiayaan

d. Strategi penyediaan danadan sumber timbulnya penyediaan dana e. Faktor eksternal

2. Risiko Pasar

Dengan mengacu pada SEOJK No. 10/SEOJK.03/2014, risiko pasar adalah risiko pada posisi neraca dan rekening administratif akibat perubahan harga pasar, antara lain risiko berupa perubahan nilai dari aset yang dapat diperdagangkan atau disewakan.

BNI Syariah menggunakan Key Risk Indicator untuk risiko pasar yaitu sebagai berikut:

a. Perubahan nilai tukar

b. Cover risiko atas transaksi valuta asing dengan menggunakan metode pengukuran Value at Risk (VaR).

c. Penilaian volume dan komposisi portfolio

d. Potensial kerugian (potensial loss) dari risiko Benchmark Suku Bunga dalam Banking Book (RBBR)

e. Strategi dan kebijakan bisnis

3. Risiko Likuiditas

Dengan mengacu pada ketentuan SEOJK No. 10/SEOJK.03/2014, risiko likuiditas adalah risiko akibat ketidakmampuan Bank untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas dan/atau aset likuid berkualitas tinggi yang dapat diagunkan, tanpa mengganggu aktivitas dan kondisi keuangan Bank.

Key Risk Indicator untuk risiko likuiditas yang digunakan oleh BNI Syariah adalah sebagai berikut:

a. Kecukupan rasio Secondary Reserve b. Tingkat Financing to Deposit Ratio

c. Komposisi dari Aset, Kewajiban dan Transaksi Rekening Administratif d. Konsentrasi dari aset dan kewajiban

e. Kerentanan pada kebutuhan pendanaan f. Akses pada sumber-sumber pendanaan

4. Risiko Operasional

Dengan mengacu pada SEOJK No. 10/SEOJK.03/2014, risiko operasional adalah risiko kerugian yang diakibatkan oleh proses interal, kesalahan manusia, kegagalan sistem dan/atau adanya kejadian-kejadian eksternal yang mempengaruhi operasional Bank. Bank melakukan manajemen risiko operasional yang efektif agar dapat menekan kerugian akibat risiko operasional.

Kerangka kerja risiko operasional mengacu pada regulasi Bank Indonesia/Otoritas Jasa Keuangan yang sejalan dengan ketentuan internasional (BASEL) serta ketentuan internal Bank. Saat ini, BNI Syariah telah memiliki Standard Operating Procedure (SOP) dan kebijakan yang mencakup risiko operasional, yaitu Kebijakan BCP dan DRP, SOP Manajemen Risiko khususnya bab Risiko Operasional, SOP tentang Penyelesaian Pengaduan Nasabah, SOP tentang Pembukuan Beban Risiko Operasional (BRO) dan lain-lain.

BNI Syariah juga menyusun langkah-langkah mitigasi untuk produk dan aktivitas baru yang berisi identifikasi, pengukuran, pemantauan, pengendalian dan Sistem Informasi Manajemen Risiko. Key Risk Indicator risiko operasional yang digunakan oleh BNI Syariah adalah sebagai berikut:

a. Self assesment terhadap potensi risiko perusahaan b. Kerugian aktual akibat risiko operasional

c. Karakteristik dan kompleksitas bisnis d. Sumber daya manusia

e. Teknologi informasi dan infrastruktur pendukung f. Kejadian fraud

g. Kejadian eksternal

5. Risiko Hukum

Dengan mengacu pada SEOJK No. 10/SEOJK.03/2014, risiko hukum adalah risiko akibat tuntutan hukum dan/atau kelemahan aspek yuridis. Risiko hukum dapat terjadi di seluruh aspek transaksi dan operasional yang ada di BNI Syariah, termasuk pula perjanjian yang dilakukan nasabah maupun pihak lain yang dapat berdampak terhadap risiko-risiko lain antara lain risiko kepatuhan, risiko pasar, risiko reputasi maupun risiko likuiditas. Key risk indicator risiko hukum yang digunakan oleh BNI Syariah adalah sebagai berikut:

a. Besarnya gugatan pihak ketiga atas BNI Syariah yang berpotensi menimbulkan kerugian bank

b. Faktor litigasi

c. Faktor kelemahan perikatan

6. Risiko Stratejik

Dengan mengacu pada SEOJK No. 10/SEOJK.03/2014, risiko stratejik adalah risiko akibat ketidaktepatan dalam pengambilan dan/atau pelaksanaan suatu keputusan stratejik serta kegagalan dalam mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis.

Manajemen Risiko Stratejik dilakukan melalui serangkaian proses perencanaan strategis (planning and budgeting) yang mencakup penyelarasan strategi perusahaan. Key Risk Indicator untuk risiko stratejik yang digunakan oleh BNI Syariah adalah sebagai berikut:

a. Kesesuaian Strategi dengan kondisi Lingkungan Bisnis b. Strategi Berisiko Tinggi dan Strategi berisiko rendah c. Posisi Bisnis Bank

d. Pencapaian Rencana Bisnis Bank (RBB)

7. Risiko Kepatuhan

Dengan mengacu pada SEOJK No. 10/SEOJK.03/2014, risiko kepatuhan adalah risiko akibat Bank tidak mematuhi dan/atau tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku, serta Prinsip Syariah.

Pada praktiknya, aktivitas bisnis Bank terkait dengan banyak peraturan perundang-undangan dan ketentuan lain yang berlaku, seperti risiko kredit terkait dengan ketentuan kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) Bank Umum Syariah, Kualitas Aktiva Produktif, Pembentukan Penyisihan Aktiva Produktif (PPAP), Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK), risiko pasar terkait dengan ketentuan Posisi Devisa Neto (PDN) dan lain-lain.

Mengingat banyaknya ketentuan terkait, maka manajemen risiko kepatuhan dilaksanakan secara berkesinambungan untuk meningkatkan budaya kepatuhan di tiap aktivitas bisnis dan jenjang organisasi bank sekaligus memitigasi munculnya kejadian risiko kepatuhan. Key Risk Indicator untuk risiko kepatuhan yang digunakan oleh BNI Syariah adalah sebagai berikut:

a. Jenis dan signifikansi pelanggaran yang dilakukan b. Frekuensi pelanggaran yang dilakukan

c. Pelanggaran terhadap ketentuan atau standar bisnis yang berlaku umum untuk transaksi keuangan tertentu

8. Risiko Reputasi

Dengan mengacu pada SEOJK No. 10/SEOJK.03/2014, risiko reputasi adalah risiko akibat menurunnya tingkat kepercayaan stakeholder yang bersumber dari persepsi negatif terhadap Bank.

Cakupan risiko reputasi cukup luas dan tidak terbatas hanya pada reputasi dari sebuah bank saja, namun dapat memicu risiko lainnya bahkan risiko reputasi dapat berdampak pada munculnya risiko lainnya. Risiko reputasi pun dapat

mempengaruhi kinerja sektor industri perbankan secara menyeluruh.

Kejadian risiko mungkin terjadi hanya pada satu bank yang pengendalian risikonya tidak memadai, selanjutnya reputasi dari masing-masing produk atau sektor dapat mempengaruhi keseluruhan industry perbankan. Key Risk Indicator untuk risiko reputasi yaitu sebagai berikut:

a. Pemberitaan negatif di media massa

b. Pengaruh reputasi negatif dari pemilik bank dan perusahaan terkait c. Pelanggaran etika bisnis

d. Kompleksitas produk dan kerja sama bisnis bank

e. Frekuensi materialitas dan eksposur pemberitaan negatif f. Frekuensi dan materialitas keluhan nasabah

9. Risiko Imbal Hasil

Dengan mengacu pada SEOJK No. 10/SEOJK.03/2014, risiko imbal hasil (Rate of Return Risk) adalah risiko akibat perubahan tingkat imbal hasil yang dibayarkan Bank kepada nasabah, karena terjadi perubahan tingkat imbal hasil yang diterima Bank dari penyaluran dana, yang dapat mempengaruhi perilaku nasabah dana pihak ketiga Bank. Key Risk Indicator untuk risiko imbal hasil yaitu sebagai berikut:

a. Tingkat bagi hasil kepada nasabah BNI Syariah dibandingkan dengan industri

b. Komposisi dana pihak ketiga

c. Strategi dan kinerja bank dalam menghasilkan laba/pendapatan d. Perilaku nasabah dana pihak ketiga

10. Risiko Investasi

Dengan mengacu pada SEOJK No. 10/SEOJK.03/2014, risiko investasi (Equity Investment Risk) adalah risiko akibat Bank ikut menanggung kerugian usaha nasabah yang dibiayai dalam pembiayaan bagi hasil berbasis profit and loss sharing. Key Risk Indicator untuk risiko investasi adalah sebagai berikut:

a. Komposisi dan tingkat konsentrasi pembiayaan berbasis bagi hasil b. Kualitas pembiayaan berbasis bagi hasil

c. Faktor eksternal

Dalam dokumen Laporan GCG BNI Syariah 2015 (Halaman 138-142)