• Tidak ada hasil yang ditemukan

C. Prosedur Jual Beli Tanah Warisan Menurut Hukum Tanah

2. Jual Beli Tanah Warisan Menurut Undang-Undang

Berlakunya UUPA pada prinsipnya telah berlaku pula sebuah unifikasi hukum Agraria yang bertujuan mengakhiri suasana dualisme hukum antara hukum barat di satu sisi dan hukum adat di sisi lain di bidang hukum agraria.

Dalam ketentuan UUPA, jual beli tanah milik adat merupakan bagian dari peralihan hak atas tanah. Boedi Harsono menyebutkan bahwa pada dasarnya peralihan hak atas tanah dapat terjadi karena 2 (dua) sebab yaitu : 89

a. Pewarisan tanpa wasiat yakni peralihan hak atas tanah karena pemegang suatu hak atas tanah meninggal dunia, dengan kata lain hak tersebut beralih kepada ahli warisnya, sementara siapa ahli warisnya dan berapa bagian masing-masing ditentukan berdasarkan hukum waris pemegang hak yang bersangkutan.

b. Pemindahan hak yakni hak atas tanah tersebut sengaja dialihkan kepada pihak lain. Bentuk pemindahan hak bisa berapa jual beli, hibah, pemberian menurut adat, pemasukan dalam perusahaan atau inbreng dan

88

AP. Parlindungan, Ibid, hal.134 89

Iman Soetikyo, Politik Agraria Nasional, (Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 1985), hal 61

juga termasuk hibah wasiat.

Jadi dapat dijelaskan bahwa pengertian beralih dan dapat dialihkan dalam hal ini mempunyai arti sebagai berikut :90

a. Beralih adalah suatu peralihan hak yang

b.

dikarenakan seseorang yang mempunyai suatu hak meninggal dunia, sehingga dengan sendirinya hak itu beralih menjadi milik ahli warisnya. Ketentuan mengenai peralihan karena warisan terdapat dalam Pasal 42 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 yang berbunyi “peralihan hak karena warisan dalam hukum adat terjadi pada saat pemegang hak yang bersangkutan meninggal dunia. Sejak saat itu ahli waris menjadi pemegang hak yang baru.”

Dialihkan adalah suatu peralihan hak yang dilakukan dengan sengaja supaya hak tersebut terlepas dari pemilik semula. Dengan kata lain peralihan ini terjadi karena adanya perbuatan hukum tertentu seperti: jual beli, hibah, wasiat dan sebagainya.

Bila ada kehendak yang disengaja dan disepakati atas sebidang tanah bidang milik maka didalamnya ada pengalihan atas tanah tersebut, bila pengalihan tersebut dipaksakan oleh kewenangan dan kekuasaan negara maka disebut dicabut atau mungkin dinasionalisasi dan inipun harus dengan menempuh persyaratan, sebab terjadi pemutusan hubungan hukum kepemilikan didalamnya. Menurut Pasal 37 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah yang menyebutkan “peralihan hak atas tanah melalui jual beli, sewa menyewa, hibah, pemasukan dalam perusahaan dan perbuatan hukum pemindahan hak lainnya, hanya dapat didaftarkan jika dapat dibuktikan dengan akta yang dibuat PPAT yang berwenang sesuai dengan ketentuan yang berlaku”. Dari pasal-pasal tersebut di atas dapat dikatakan bahwa pada prinsipnya segala

90 A.P. Parlindungan, Pendaftaran Tanah di Indonesia, (Bandung : Mandar Maju, 1999), hal.140

bentuk mutasi hak dan lain sebagainya harus melalui seorang PPAT.91

Berdasarkan Pasal 39 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 ditetapkan bahwa PPAT menolak untuk membuatkan akta jika :

a. Mengenai bidang tanah yang sudah terdaftar atau hak milik atas rumah susun kepadanya tidak disampaikan sertipikat asli hak yang bersangkutan atau sertipikat yang diserahkan tidak sesuai dengan daftar-daftar yang ada di Kantor Pertanahan;

b. Mengenai bidang tanah yang belum terdaftar kepadanya tidak disampaikan sebagai berikut:92

1. Surat bukti hak atau surat keterangan Kepala Desa/Kelurahan yang menyatakan bahwa tanah yang bersangkutan menguasai bidang tanah tersebut.

2. Surat keterangan yang menyatakan bahwa bidang tanah yang bersangkutan belum bersertipikat dari Kantor Pertanahan atau untuk tanah yang terletak di daerah yang jauh dari Kantor Pertanahan surat keterangan dari pemegang hak yang bersangkutan dengan dikuatkan oleh Kepala Desa/Kelurahan.

Berdasarkan ketentuan di atas dapat dijelaskan bahwa objek dari perbuatan hukum peralihan hak atas tanah dalam hal ini adalah jual beli tanah. Objek tanah dapat berupa tanah yang sudah bersertipikat dan tanah yang belum bersertipikat

Syarat bahwa jual beli hak atas tanah, baik yang telah bersertipikat maupun belum bersertipikat, harus dibuktikan dengan akta otentik yang dibuat oleh PPAT ditegaskan dalam Pasal 37 Ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 yang menyatakan:

“Peralihan hak atas tanah dan Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun melalui jual beli, tukar-menukar, hibah, pemasukan dalam perusahaan dan perbuatan hukum pemindahan hak lainnya, kecuali pemindahan hak melalui lelang hanya dapat didaftarkan jika dibuktikan dengan

91

Muhammad Yamin,dan Abd. Rahim , Hukum Pendaftaran Tanah Edisi Revisi, (Bandung: Mandar Maju, 2010), hal 277

92

Berdasarkan Hasil Wawancara dengan Rich Joney Simamora Camat Dolok Sanggul Humbahas pada tanggal 14 September 2013

akta yang dibuat oleh PPAT yang berwenang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku”.

Dalam hal seseorang yang terdaftar namanya dalam alat bukti hak meninggal dunia, maka padaa saat itu tentunya timbulnya pewarisan atas harta peninggalan si pewaris, dengan kata lain sejak itu para ahli waris menjadi pemegang haknya yang baru, dan untuk mengubah data yuridis bidang tanah pada alat bukti haknya (yakni mencatat pemegang atas nama ahli waris) maka ahli waris yang sah dan berhak mendapatkan warisan dimaksud wajib mendaftarkan perubahan data yuridis atas tanah tersebut kepada kantor pertanahan, sesuai Pasal 42 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah maka yang wajib diserahkan oleh yang menerima hak adalah sertipikat hak yang bersangkutan, surat kematian orang yang namanya dicatat sebagai pemegang haknya dan surat tanda bukti sebagai ahli waris. 93

Surat tanda bukti sebagai ahli waris dapat berupa wasiat dari pewaris, putusan pengadilan, penetapan hakim/Ketua Pengadilan atau bagi waga negara indonesia penduduk asli berupa surat keterangan ahli waris yang dibuat oleh para ahli waris dengan disaksikan oleh 2 (dua) orang saksi dan dikuatkan oleh Kepala Desa/Kelurahan dan Camat tempat tinggal pewaris pada waktu meninggal dunia sedangkan bagi warga negara Tionghoa berupa hak mewaris dari notaris dan bagi warga negara keturnan Timur Asing

93

Opcit Muhammad Yamin,dan Abd. Rahim , Hukum Pendaftaran Tanah Edisi Revisi,hal 289

berupa surat keterangan waris dari Balai Harta Peninggalan.94

Jika bidang tanah warisan yang belum didaftar wajib diserahkan juga dokumen berupa surat bukti haknya, surat keterangan Kepala Desa/Kelurahan yang menyatakan bahwa bidang tanah yang bersangkutan telah dikuasai secara fisik oleh pemohon, juga dilampirkan surat keterangan bahwa surat yang bersangkutan belum bersertipikat dari kantor pertanahan dan untuk tanah yang terletak jauh dari kantor pertanahan maka dari pemegang hak yang bersangkutan dikuatkan oleh Kepala Desa/Kelurahan. Jika penerima warisan terdiri dari satu orang maka pendaftaran peralihan hak tersebut dilakukan kepada orang tersebut berdasarkan surat tanda bukti sebagai ahli waris. Namun jika penerima warisan lebih dari satu orang dan waktu peralihan hak tersebut didaftarkan disertai dengan akta pembagian waris yang memuat keterangan bahwa hak atas tanah tertentu jatuh kepada seorang penerima ahli waris maka pendaftaran peralihan hak atas tanah itu dilakukan kepada penerima warisan yang bersangkutan berdasarkan surat tanda bukti sebagai ahli waris dan akta pembagian waris tersebut (diatur dalam Pasal 111 sampai dengan 112 Peraturan Menteri Negara Agraria /Kepala BPN Nomor 3 Tahun 1997).

95

94

Pasal 111 ayat 1 huruf c Peraturan Menteri Agraria/Kepala badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997 tentang ketentuan pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah

95

Opcit Muhammad Yamin,dan Abd. Rahim , Hukum Pendaftaran Tanah Edisi Revisi hal 291

a. Prosedur Jual Beli Tanah Warisan Bersertipikat

Tahapan peralihan hak atas tanah melalui transaksi jual beli dilakukan dalam tiga tahap, yaitu persiapan pembuatan akta jual beli, tahap pembuatan akta jual beli dan pembuatan penandatanganan akta jual beli kemudian pendaftaran peralihan hak atau pendaftaran akta jual beli ke Kantor Pertanahan setelah selesai baru sertipikat diserahkan kepada pembeli . Biasanya tidak semua transaksi jual beli tanah dapat dilakukan dalam arti dipenuhi oleh PPAT untuk dibuatkan aktanya.

Dalam hal dan keadaan tertentu PPAT harus menolak pembuatan akta jual beli hak atas tanah jika terdapat alasan untuk itu. Menurut Pasal 39 Ayat (1) Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997, PPAT berwenang menolak untuk membuat akta jual beli hak atas tanah apabila:96

1)

2)

Penjual tidak menyerahkan sertipikat asli hak atas tanah tersebut atau jika sertipikat yang diserahkan tidak sesuai dengan daftar yang ada di Kantor Pertanahan. Atau dengan perkataan lain sertifikan hak atas tanah diragukan keasliannya atau patut diduga sebagai sertipikat palsu. Salah satu atau kedua belah pihak tidak berwenang melakukan jual beli tanah tersebut, misalnya hak atas tanah yang hendak dijual bukan miliknya penjual. Atau jika saksi yang akan menandatangani akta PPAT tidak berhak dan tidak memenuhi syarat untuk bertindak dalam jual beli;

3)

Salah satu atau kedua belah pihak, terutama pihak penjual, bertindak atas dasar surat kuasa mutlak yang pada hakikatnya berisikan perbuatan hukum pemindahan hak. Surat kuasa mutlak telah dilarang untuk digunakan sebagai dasar melakukan jual beli. Surat kuasa mutlak biasanya di dalamnya terdapat ketentuan atau klausula tidak dapat dicabut kembali dan tidak dapat batal atau dibatalkan dengan alasan apapun, yang esensi sebenarnya dari surat kuasa tersebut adalah peralihan hak milik dari pembeli kuasa kepada penerima kuasa.

Syarat adanya ijin untuk melakukan jual beli tidak dipenuhi padahal terdapat keharusan adanya ijin dari pejabat yang berwenang untuk 4)

mengalihkan hak atas tanah bersangkutan.

96

Ibid, hal. 278

bersangkutan sedang dalam sengketa mengenai data fisik dan/atau data yuridis, terutama jika sengketa tersebut telah masuk ke pengadilan sebagai akibat adanya gugatan dari pihak lain.

5) Pembuatan akta jual beli tanah tidak boleh dilakukan jika tidak dipenuhinya syarat-syarat yang telah ditentukan atau dilanggar larangan yang telah ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku. Apabila menemukan alasan-alasan seperti tersebut di atas, maka PPAT wajib menolak untuk membuatkan akta jual beli tanah yang dimintakan kepadanya. Penolakan untuk membuat akta jual beli tersebut diberitahukan oleh PPAT secara tertulis kepada pihak-pihak yang bersangkutan beserta alasannya.

1). Persiapan Pembuatan Akta Jual Beli Tanah Warisan Bersertipikat Sebelum dilakukan proses jual beli tanah di hadapan PPAT, maka juga ditempuh tahap persiapan sebelum pembuatan akta PPAT, dimana PPAT wajib memeriksa semua dokumen dan bukti-bukti yang ada pada pemilik tanah selaku penjual, hal ini untuk mencegah timbulnya hal-hal yang bersifat kuang mengntungkan dikemudian hari.

Adapun tahapan-tahapan dalam persiapan jual beli tanah adalah : 97

a) Jual beli tanah yang sudah bersertipikat sebaiknya meminta terlebih dahulu Surat Keterangan Pendaftaran Tanah (SKPT) yang menentukan status tanah dari tanah yang akan diperjualbelikan pada kantor Agraria tersebut

97

Berdasarkan Hasil Wawancara dengan Rich Joney Simamora Camat Dolok Sanggul Humbahas pada tanggal 14 September 2013

yang bertujuan untuk mengetahui dengan pasti apakah data yang tercantum dalam fotocopy sertipikat yang diterima calon penjual

sama dengan SKPT yang diminta dari Kantor agraria, dan hal ini juga untuk mengetahui siapakah yang berhak atas tanah yang disebut sebagai subjek hukum, dimana lokasi dan luasnya sebagai objek hukum, mengetahui status hukumnya dari siapa dan dipindahkan pada siapa, untuk mengetahui apakah tanah tersebut ada beban-beban diatasnya (dipakai sebagai jaminan hutang atau tidak). apabila pemilik dari tanah tersebut telah meninggal dunia berarti pemiliknya adalah para ahli warisnya maka harus ada balik nama kepemilikan pada pihak ahli warisnya.

b). Dalam transaksi jual beli tanah, PPAT akan meminta dokumen- dokumen sebagai berikut yang harus dilengkapi pihak penjual dan pembeli yaitu :98

1). Data Tanah :

(a). PBB asli lima tahun terakhir berikut Surat Tanda Terima Setoran (bukti bayarnya);

(b). Sertipikat asli tanah

(c). Asli Izin Mendirikan Bangunan (IMB) (optional);

(d). Bukti Pembayaran Rekening Listrik, Telepon, Air (bila ada); (e). Sertifikat Hak Tanggungan jika masih dibebani hak tanggungan. (f). Surat Keterangan ahli waris (jika tanah merupakan tanah

warisan yang belum dibagi

98 ibid

(g). Asli Surat Tanda Terima Setoran (STTS) Pajak Bumi dan Bangunan .

(a). Fotokopi Karu Tanda Penduduk Penjual beserta Suami/Isteri. 2). Data penjual

(b). Fotokopi Kartu Keluarga (c). Fotokopi Akta Nikah.

(d). Surat Persetujuan Suami/Isteri atau bisa juga persetujuan tersebut diberikan dalam AJB

(e). Asli Surat kematian jika suami/isteri telah meninggal (f). Asli Surat keterangan Ahli Waris.

3). Data Pembeli :

(a). Fotokopi Kartu Tanda Penduduk. (b). Fotokopi Kartu Keluarga

(c). Fotokopi Akta Nikah, jika sudah menikah.

Dibutuhkan data diri penjual karena pada dasarnya pihak yang dapat menjual suatu benda (menjual merupakan tindakan kepemilikan) adalah orang yang memiliki hak milik atas benda tersebut.

Sebelum dilakukan jual beli tanah di hadapan PPAT ada beberapa persiapan yang dilakukan oleh kedua belah pihak (Penjual dan Pembeli). Persiapan itu dilakukan agar kelak jual beli tanah yang dilakukan oleh kedua belah pihak tidak melanggar peraturan perundang-undangan dan agar syarat- syarat materiil dan formil dalam perjanjian jual beli tanah terpenuhi. Mengenai persiapan yang harus dilakukan sebelum pembuatan akta

peralihan hak atas tanah melalui perjanjian jual beli diatur dalam Pasal 97 sampai dengan Pasal 100 Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah.

Pasal 97 ayat (1) Peraturan Menteri Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997 menyebutkan:

Sebelum melaksanakan pembuatan akta mengenai pemindahan atau pembebenan hak atas tanah, atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun PPAT wajib terlebih dahulu melakukan pemeriksaan pada Kantor Pertanahan setempat dengan memperlihatkan sertipikat asli.

Dalam praktik biasanya sebelum dibuatkan akta jual beli hak atas tanah oleh PPAT, calon penerima hak (calon pembeli) harus membuat suatu pernyataan tertulis yang berisi:99

1) Pemegang hak baru tidak menjadi pemegang hak atas tanah yang melebihi ketentuan maksimum penguasaan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku;

2) Pemegang hak baru tidak menjadi pemegang hak atas tanah absentee atau (guntai) menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku; 3) Pemegang hak baru menyadari jika pernyataan yang dibuat pada huruf a

dan b tidak benar maka tanah kelebihan atau tanah absentee tersebut akan menjadi objek landreform.

4) Pemegang hak baru bersedia menanggung semua akibat hukum yang timbul jika pernyataan yang dibuat ternyata tidak benar.

Pada prinsipnya untuk membuat akta jual beli hak atas tanah dan

99

mendaftarnya tidak diperlukan izin pemindahan hak. Namun ada tanah tanah tertentu yang oleh peraturan diwajibkan adanya ijin dari pejabat jika hak atas tanah tersebut hendak diperalihkan , peralihan hak atas tanah harus dilakukan dengan ijin jika dalam hal jual beli hak atas tanah yang didalam sertipikatnya tercantum tanda yang menyatakan bahwa hak tersebut hanya boleh dipindahtangankan apabila telah memperoleh ijin dari instansi yang berwenang, jika dalam hal jual beli hak pakai atas tanah negara. Apabila dalam proses peralihan jual beli tanah memerlukan ijin dari pejabat yang berwenang maka izin tersebut sudah diperoleh sebelum akta jual beli yang bersangkutan dibuat dan ditandatangani.100

Karena yang dijual adalah tanah warisan maka sebelum dilakukan jual beli kepada pihak pembeli maka seluruh ahli waris harus mengurus balik nama karena pewarisan yaitu balik nama dari pewaris yang memiliki tanah kepada ahli warisnya yaitu dengan melengkapi dokumen berupa surat keterangan ahli waris, sertipikat tanah yang diwariskan (jika belum ada tempuh melalui konversi). Fotokopi Kartu Tanda Penduduk ( KTP) seluruh ahli waris dan surat lunas pajak PBB yang terakhir.101

2). Tahap Pembuatan dan Penandatanganan Akta jual Beli

Setelah dilakukan persiapan pembuatan akta maka dilakukan pembuatan akta dan semuanya harus memenuhi syarat dan ketentuan,

100 Ibid 101

Berdasarkan Hasil wawancara dengan Pantun Panggabean, Notaris PPAT di Dolok Sanggul Humbahas pada tanggal 14 September 2013

yaitu:102

a) kesepakatan antara pihak pembeli dan penjual mengenai harga jual beli tanah tersebut, kesepakatan dalam perjanjian mengenai harga, dan cara pembayaran jual beli tanah tersebut yaitu jika secara lunas maka dibuktikan dengan adanya kwitansi dari pihak penjual dan seberapa perlu akta jual beli juga berlaku sebagai tanda bukti penerimaan uang (kwitansinya) dan jika belum lunas maka pembayaran harga jual beli kepada pihak pertama dilakukan dengan akta pengikatan jual beli dan setelah lunas, maka pelaksanaan penandatanganan akta jual beli dihadapan PPAT dapat dilaksanakan.

b) Kesepakatan para pihak mengenai isi perjanjian yaitu apaa saja yang diperjanjikan oleh para pihak sepanjang tidak bertentangan dengan hukum, kesusilaan, kepentingan umum dan ketertiban

c) Untuk jual beli tanah warisan maka harus dibuat balik nama dahulu atas nama seluruh ahli waris baru seluruh ahli waris dapat menjual tanah warisan tersebut.

Setelah semua syarat terpenuhi kemudian dilakukan dengan pembuatan dan penandatanganan akta jual beli tanah oleh PPAT. Pembuatan akta jual beli tanah harus dihadiri oleh pihak yang melakukan perbuatan hukum (penjual dan pembeli) atau orang yang dikuasakan olehnya dengan surat kuasa Khsusus tertulis sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Surat kuasa bagi penjual harus dengan akta notaris atau Surat

102 ibid

Kuasa Khusus otentik, sedangkan surat kuasa bagi pembeli boleh dibuat dengan akta di bawah tangan.

Pada waktu penandatanganan akta jual beli di hadapan PPAT disamping ditandatangani oleh Notaris, kedua belah pihak juga harus disaksikan oleh sekurang-kurangnya dua orang saksi yang menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku memenuhi syarat untuk bertindak sebaggai saksi dalam suatu perbuatan hukum, yang memberi kesaksian antara lain mengenai kehadiran para pihak atau kuasanya.103

Sebelum akta ditandatangani oleh kedua belah pihak dan saksi-saksi, PPAT wajib membacakan isi akta jual beli kepada para pihak bersangkutan (penjual dan pembeli) dan memberi penjelasan mengenai isi dan maksud pembuatan akta, dan prosedur pendaftaran pemindahan haknya. Setelah dibacakan dan dijelaskan barulah kemudian akta ditandatangani oleh para pihak, oleh Notaris dan oleh saksi-saksi. Akta PPAT dibuat sebanyak dua lembar asli (in originali), satu lembar asli yang disimpan di Kantor PPAT dan satu lembar asli lainnya disimpan kepada Kepala Kantor Pertanahan untuk keperluan pendaftaran sedangkan pada pihak-pihak yang bersangkutan diberikan salinan aktanya.104

103

J.Andy Hartanto, Opcit, hal 62 104

3). Pendaftaran Akta jual Beli Hak atas Tanah

Setelah akta jual beli ditandatangani oleh pihak penjual dan pembeli, oleh PPAT dan para saksi, maka selanjutnya PPAT wajib menyampaikan akta jual beli dan dokumen-dokumen lain yang diperlukan untuk keperluan pendaftaran peralihan hak atas tanah yang bersangkutan kepada Kantor Pertanahan dalam waktu paling lambat tujuh hari kerja sejak ditandatanganinya akta yang bersangkutan. Dalam pengajuan pendaftaran akta jual beli tanah guna keperluan dilakukan balik nama dari penjual kepada pembeli, terdapat beberapa dokumen yang harus dilampirkan, yaitu:105

a.) Surat permohonan pendaftaran pemindahan hak yang ditandatangani oleh penerima hak (pembeli) atau kuasanya;

b.) Surat kuasa tertulis dari penerima hak (pembeli) apabila yang meng- ajukan permohonan pendaftaran pemindahan hak bukan penerima hak (pembeli), demikian pula jika yang mengajukan permohonan pendaftaran adalah PPAT atau pegawai PPAT maka harus disertai dengan surat kuasa;

c.) Akta jual beli yang dibuat oleh PPAT yang pada waktu pembuatan akta tersebut PPAT bersangkutan masih menjabat dan yang daerah kerjanya meliputi letak tanah yang bersangkutan;

d.) fotokopi identitas dari pihak yang mengalihkan hak (penjual);

e.) fotokopi identitas dari pihak yang menerima hak (pembeli); Sertipikat

105

Berdasarkan Hasil Wawancara dengan Rich Joney Simamora Camat Dolok Sanggul Humbahas pada tanggal 14 September 2013

hak atas tanah asli yang dialihkan (dijual belikan);

f.) Izin pemindahan hak dari pejabat yang berwenang apabila diharuskan adanya ijin untuk mengalihkan hak atas tanah tersebut yaitu harus sudah diperoleh sebelum akta pemindahan hak atau akta pembebanan hak dibuat

g.) Bukti pelunasan pembayaran Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), dalam hal bea tersebut terutang;

h.) Bukti pelunasan pembayaran PPh, dalam hal pajak tersebut terutang i.) Bukti pelunasan pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) atau

Surat Tanda terima Setoran (STTS) Pajak bumi dan Bangunan.

Sesuai dengan Pasal 103 ayat 2 huruf h dan i Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997 bahwa pelunasan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 21 tahun 1997 dan pelunasan pembayaran PPh sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 1994 dan Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 1996.

Apabila pemegang hak baru (pembeli) lebih dari satu orang dan hak tersebut dimiliki bersama-sama oleh mereka, maka untuk masing-masing pemegang hak dibuatkan daftar nama dan di bawah nomor hak atas tanahnya diberi garis dengan tinta hitam.

4). Penyerahan Sertipikat Hak Atas Tanah

Setelah berkas disampaikan di Kantor Pertanahan maka Kantor Pertanahan memberikan tanda bukti penerimaan permohonan balik nama kepada PPAT dan oleh PPAT tanda bukti diserahkan kepada pembeli, nama pemegang hak lama (penjual) dalam buku tanah dan sertipikat dicoret dengan tinta hitam dan diparaf oleh Kepala Kantor Pertanahan atau Pejabat yang ditunjuk sedangkan nama pemegang hak baru (pembeli) ditulis pada