B. Hasil Analisis Kontekstual
1. Antar Tipe Kelurahan Kota Bengkulu Kota Bengkulu
1.6. Kota Makasar
1.6.2. Jumlah dan Komposisi informan Kunci
1.6.2. Jumlah dan Komposisi informan Kunci
Jumlah dan komposisi informan di Kelurahan Bontorano adalah 49 orang yang terdiri dari 37 orang laki-laki dan 16 orang perempuan. Informan dari RTM Laki-laki 8 Orang (16,33%), RTM Perempuan 12 Orang (24,49%), Anggota KSM Laki-laki 25 Orang (51,02%), Anggota KSM Perempuan 0 Orang (0,00%), PK-BKM Laki-laki 4 Orang (8,16%) dan Pimpinan Kolektif Perempuan 0 Orang (0,00%). Sementara Jumlah dan komposisi informan di Kelurahan Bunga Ejaya adalah 51 orang yang terdiri dari 23 orang laki-laki dan 28 orang perempuan. Informan dari RTM Laki-laki 5 Orang (9,80%), RTM Perempuan 5 Orang (10,42%), Anggota KSM Laki-laki 8 Orang (16,67%), Anggota KSM Perempuan 16 Orang (33,33%), PK-BKM Laki-laki 1 Orang (2,08%) dan Pimpinan Kolektif Perempuan 3 Orang (6,25%).
1.6.3. Pertanyaan Penelitian 1
Untuk mengungkap efektivitas system penanganan pengaduan masyarakat panduan pertanyaan wawancara semi terstruktur (SSI) dan FGD terdiri dari 4 (empat ) variable dengan indicator-indikator sebagai berikut dibawah ini.
1.6.3.1. Penerapan System PPM A. Pengelolaan PPM
Penelolaan PPM di kedua kelurahan lokasi penelitian dilaksanakan di BKM secara kolektif, Unit PPM belum terbentuk. Dengan belum terbentuknya Unit PPM di BKM tidak ada personil BKM yang menangani pengaduan masyarakat secara khusus, atau tidak ada yang ditugaskan untuk mengelola pengaduan masyarakat secara otonom, dari mulai penerimaan
pengaduan, pencatatan dan pendokumentasian. Hal ini sesuai dengzan temuan di kedua kelurahan lokasi penelitian, dimana tidak tersedianya Blanko Pengaduan Masyarakat dan Buku Catatan Pengaduan Masyarakat.
Hasil pengumpulan informasi di Kelurahan Bontorano, dari 49 orang informan, 46,94 % informan yang terdiri dari unsur RTM (16,33%), Anggota KSM (22,45%) dan PK-BKM (8,16%) menjawab bahwa Unit Pengelola belum terbentuk, sementara 53,06% informan yang terdiri dari unsur RTM dan Anggota KSM menjawab tidak tahu. Di Kelurahan Bunga Ejaya dari 51 orang informan, 54,90% informan dari unsur RTM (11,76%), Anggota KSM (23,53%) dan PK-BKM (19,61%) menjawab sama yaitu Unit Pengelola belum terbentuk dan 45,10% informan dari unsur RTM dan Anggota KSM menjawab tidak tahu.
Berdasarkan desripsi diatas, di Kelurahan Bontorano dan Kelurahan Bunga Ejaya jawaban para informan di kedua kelurahan memiliki kecenderungan yang sama, yaitu : (1) Unit Pengelola PPM belum terbentuk. Para pelaku program yang terdiri dari PK-BKM dan Unit Pengelola memberikan informasi penanganan pengaduan masyarakat telah dilaksanakan oleh BKM secara kolektif walaupun Unit Pengelola PPM belum terbentuk; (2) Informan yang menjawab tidak tahu di Kelurahan Bontorano (53,06%) dan di Kelurahan Bunga Ejaya (45,10%) terdiri dari para penerima manfaat dan calon penerima manfaat program P2KP khususnya rumah tangga miskin (RTM) dan Anggota KSM yang tidak terlibat aktif dalam kegiatan TRIDAYA; (3) Informan yang mengetahui adanya penanganan pengaduan masyarakat hanya sebagian kecil warga miskin, yaitu warga masyarakat miskin penerima manfaat P2KP (Anggota KSM dan RTM) yang terlibat aktif dalam kegiatan TRIDAYA; (4) Pengelolaan PPM di Kelurahan Bontorano tidak berjalan pada saat dikelola oleh PK-BKM lama (Periode 2007-2009). Sedangkan di Kelurahan Bunga Ejaya, dilaksanakan di BKM secara kolektif.
B. Penerimaan Pengaduan
Di Kelurahan Bontorano penerimaan pengauan masyarakat diterima oleh BKM, dengan kondisi BKM belum berjalan selama 2 (dua) tahun terakhir ini, masyarakat sudah jarang mengadukan masalahnya dikarenakan sudah hilang kepercayaan kepada BKM, walaupun pimpinan kolektif BKM telah mengalami penggantian. Pengaduan yang masuk ke BKM pada umumnya mempertanyakan penyelesaian pengembalian Dana BLM yang telah disimpangkan yang diduga melibatkan kolektor UPK. Di Kelurahan Bunga Ejaya pengaduan yangmasuk ke BKM terdiri dari pengaduan langsung dan tidak langsung. Pengaduan langsung diterima dari para tokoh masyarakat, sementara pengaduan tidak langsung diterima dari para wakil masyarakat. Di kedua kelurahan lokasi penelitian belum dibentuk Unit PPM.
Hasil pengumpulan informasi FGD di Kelurahan Bontorano kepada 49 orang informan dari unsur RTM, Anggota KSM dan PK-BKM, 46,94% informan dari unsur RTM (16,33%), Anggota KSM (22,45%) dan PK-BKM (8,16%) menjawab bahwa penerimaan pelaporan dan pengaduan belum sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan P2KP. 53,06% Informan
mewakili unsur RTM dan Anggota KSM menjawab tidak tahu. Sementara di Kelurahan Bunga Ejaya, 44,90% informan yang mewakili unsur RTM (11,76%), Anggota KSM (23,53%) dan PK-BKM (19,61%) menjawab bahwa penerimaan pelaporan dan pengaduan belum dilaksanakan sesuai dengan prosedur penanganan pengaduan sesuai dengan prosedur P2KP, dan 45,10% informan tahu mewakili unsur RTM dan Anggota KSM menjawab tidak tahu.
Berdasarkan deskripsi diatas, jawaban informan di Kelurahan Bontorano maupun di Kelurahan Bunga Ejaya memiliki kecenderungan yang sama yaitu : (1) Penerimaan pengaduan masyarakat belum dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan P2KP, antara lain : (a) Pelapor belum mengisi blanko format pengaduan; (b) Penerimaan pengaduan belum dicatat pada Buku Catatan Pengadua; (2) PK-BKM belum melaksanakan sosialisasi PPM kepada masyarakat dan tidak memfasilitasi para Ketua RW untuk melaksanakan sosialisasi kepada masyarakat pada umumnya, sehingga masyarakat tidak tahu harus mengadu kemana dan caranya seperti apa; (3) Dari pengamatan di Kelurahan Bontorano dalam penerimaan pengaduan masyarakat PK-BKM (Periode 2009-2011) saat penelitian dilakukan sedang melakukan identifikasi terhadap pengaduan penyimpangan pengaduan penyimpangan Dana BLM yang macet yang diduga dilakukan oleh Kolektor UPK; (4) Pengaduan masyarakat di kedua kelurahan diterima oleh para Ketua RT/RWU dilingkungan tempat tinggal pengadu. Untuk mendapatkan perbandingan pendapat informan di Kelurahan Bontorano dan Kelurahan Bunga Ejaya mengenai penerimaan pengaduan masyarakat dapat dilihat pada Gambar.3.51.
C. Pencatatan dan Pendistribusian
Di kedua kelurahan lokasi penelitian pecatatan pengaduan masyarakat belum dilaksanakan sesuai dengan prosedur P2KP, hal ini dikarenakan belum terbentuknya Unit PPM dimana tidak ada personil BKM yang ditugaskan untuk menangani penanganan pengaduan masyarakat secara khusus. Sebagaimana di lokasi penlitian sebelumnya di Kelurahan Bontorano maupun Kelurahan Bunga Ejaya tidak ditemui tersedianya Blanko Format Pengaduan dan Buku Catatan Pengaduan. Pendistribusian dilaksanakan melalui mekanisme, pengaduan yang masuk ke BKM selanjutnya dimusyawarahkan oleh BKM dengan unit pengelola dan wakil masyarakat, selanjutnya BKM menunjuk pimpinan kolektif BKM dan Unit Pengelola terkait bersama wakil masyarakat untuk menangani penyelesaian pengaduan.
Hasil pengumpulan informasi di Kelurahan Bontorano melalui kegiatan wawancara dan FGD kepada 49 orang informan, 46,94% informan dari unsur RTM (16,33%), Anggota KSM (22,457%) dan PK-BKM (8,16%) menjawab bahwa pencatatan dan pendistribusian pengaduan masyarakat belum dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan P2KP. Dan 53,06% informan dari unsur RTM dan Anggota KSM menjawab tidak tahu. Sementara di Kelurahan Bunga Ejaya 54,90% informan dari unsur RTM (11,76%), Anggota KSM (25,53%) dan PK-BKM (19,61%) menjawab bahwa pencatatan dan pendistribusian pengaduan masyarakat belum dilaksanakan sesuai dengan prosedur P2KP dan 45,10% informan dari unsur RTM dan KSM menjawab tidak tahu
Berdasarkan deskripsi diatas, di Kelurahan Bontorano dan Kelurahan Bunga Ejaya, jawaban informan memiliki kecenderungan yang sama, yaitu pencatatan dan pendistribusian pengaduan masyarakat belum dilaksanakan sesuai dengan prosedur P2KP. Belum dilaksanakannya pencatatan dan pendistribusian pengaduan masyarakat di BKM disebabkan : (1) PK-BKM belum memiliki perhatian dan memahami terhadap pentingnya penanganan pengaduan masyarakat (PPM) sebagai bagian dari pengelolaan pembangunan TRIDAYA, dan sebagai masukan untuk melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan pembangunan melalui pendekatan TRIDAYA.; (2) Belum dilaksanakannya sosialisasi penanganan pengaduan masyarakat (PPM) oleh BKM kepada masyarakat luas, menyebabkan masyarakat tidak memahami pentingnya PPM sebagai alat/instrumen kontrol sosial terhadap pelaksanaan pembangunan TRIDAYA dilingkungan kelurahannya; (3) Belum tersedianya instrumen PPM, seperti Kotak Pengaduan, Blanko Format PPM dan Buku Catatan Pengaduan/pelaporan masyarakat, di kedua kelurahan.
D. Penanganan Pengaduan
Penanganan pengaduan masyarakat dapat dibedakan antara pengaduan informative dan pengaduan penyimpangan. Pengaduan informative pada umumnya dapat ditangani dan diselesaikan di tingkat komuntas, adapun pengaduan penyimpangan prosedur ditangani langsung oleh BKM bersama unit pengelola terkait dan wakil masyarakat. Khusus mengenai pengaduan penyimpangan Dana BLM di Kelurahan Bontorano, penyelesaiannya dilaksanakan oleh pimpinan kolektif BKM bersama Lurah dan Faskel, Korkot dan KMW.
Di Kelurahan Bontorano dari pengumpulan informasi melalui kegiatan wawancara dan FGD dengan 49 orang informan dari unsur RTM, Anggota KSM dan PK-BKM, 46,94% informan dari unsur RTM (16.33%), Anggota KSM (22.45%) dan PK-BKM (8,16%) menjawab bahwa penanganan pengaduan masyarakat belum dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan P2KP. Sementara 53,06% informan dari unsur RTM dan Anggota KSM menjawab tidak tahu. Sementara di Kelurahan Bunga Ejaya, 35,29% informan dari unsur RTM (11,76%), Anggota KSM (23,53%) dan PK-BKM (19,61%) menjawab bahwa penanganan pengaduan masyarakat belum dilaksanakan sesuai dengan prosedur P2KP dan 45,10% informan dari unsur RTM dan KSM menjawab tidak tahu.
Berdasarkan deskripsi diatas dan pengamatan di Kelurahan Bontorano dapat diuraikan sebagai berikut : (1) Informan yang menjawab penanganan pengaduan masyarakat belum sesuai dengan prosedur P2KP di Kelurahan Bontorano 46,94% dan di Kelurahan Bunga Ejaya 35,29% menunjukan bahwa (a) informasi yang diterima masyarakat di Kelurahan Bontorano lebih tinggi dibandingkan dengan informasi mengenai penanaganan pengaduan masyarakat di Kelurahan Bunga Ejaya (b) masyarakat yang menerima informasi mengenai penanganan pengaduan adalah RTM (Ketua RT) dan Koordinator KSM dan relawan yang terlibat dalam proses pembangunan TRIDAYA; (2) Informan yang menjawab tidak tahu di Kelurahan Bontorano 53,06% dan di kelurahan Bunga Ejaya 45,10% menunjukan bahwa masyarakat
mereka pada umumnya terdiri dari penerima manfaat dan calon penerima manfaat sosial, ekonomi dan prasarana lingkungan, seperti : (a) para Janda penerima bantuan dana tunai, jamban keluarga dan beasiswa, (b) pedangang makanan, pemilik warung dan pekerja prasarana lingkungan; (3) Tingginya informan yang menjawab tidak tahu mengenai penanganan pengaduan masyarakat di kedua kelurahan dikarenakan : (a) PK-BKM belum memahami penanganan pengeduan masyarakat (PPM) sebagai bagian dari pengalolaan pembangunan TRIDAYA dan sebagai alat kontrol bagi pelaksanaan pembangunan; (b) belum dilaksanakan sosialisasi penanganan pengaduan masyarakat (PPM) kepada masyarakat secara meluas; (c) Sering berganti-gantinya Faskel sehingga pendampingan kepada masyarakat sering terputus, sementara faskel baru masih banyak yang belum mengikuti Pelatihan Dasar (Peldas); (d) Adanya anggapan keliru dari PK-BKM dan faskel, kalau pengaduan masyarakat tinggi, khawatir penilaian terhadap kinerja BKM maupun Faskel menjadi buruk.
E. Dokumentasi dan Sosialisasi Hasil Progres
Di Kelurahan Bontorano maupun di Kelurahan Bunga Ejaya belum dilaksanakan pendokumentasian pengaduan masyarakat. Belum dilaksanakannya pendokumentasian penanganan pengaduan masyarakat dikarenakan BKM tidak memiliki catatan pengaduan. Demikian pula halnya dengan sosialisasi hasil penanganan pengaduan masyarakat belum dilaksanakan kepada masyarakat secara luas. Di Kelurahan Bontorano prpses penanganan pengaduan penyimpangan Dana BLM Ekonomi yang diduga melibatkan Kolektor UPK, telah diketahui oleh masyarakat secara luas dikarenakan masyarakat miskin khususnya penerima manfaat ekonomi (anggota KSM Ekonomi) merasa sangat dirugikan.
Di Kelurahan Bontorano dari pengumpulan informasi melalui kegiatan wawancara dan FGD dengan 49 orang informan dari unsur RTM, Anggota KSM dan PK-BKM, 46,94% informan dari unsur RTM (16.33%), Anggota KSM (22.45%) dan PK-BKM (8,16%) menjawab bahwa belum dilaksanakan pendokumentasian dan sosialisasi hasil PPM. 53,06% informan dari unsur RTM dan Anggota KSM menjawab tidak tahu. Sementara di Kelurahan Bunga Ejaya, 35,29% informan dari unsur RTM (11,76%), Anggota KSM (23,53%) dan PK-BKM (19,61%) menjawab bahwa belum dilaksanakan pendokumentasian dan sosialisasi hasil PPM dan 45,10% informan dari unsur RTM dan KSM menjawab tidak tahu.
Berdasarkan deskripsi diatas, di kelurahan Bontorano maupun di Kelurahan Bunga Ejaya memiliki kecenderungan yang sama bahwa pendokumentasian dan sosialisasi hasil PPM belum dilaksanakan. Sejalan dengan pengamatan dan penggalian informasi yang dilaksanakan melalui FGD di kedua kelurahan : (1) informan yang menjawab pendokumentasian dan sosialisasi hasil PPM belum dilaksanakan di Kelurahan Bontorano 46,94% dan di Kelurahan Bunga Ejaya 35,29% menunjukan bahwa (a) informasi yang diterima masyarakat di Kelurahan Bontorano lebih tinggi dibandingkan di Kelurahan Bunga Ejaya (b) masyarakat yang menerima informasi mengenai penaganan pengaduan masyarakat (PPM) adalah unsur RTM dan Anggota KSM yang terlibat aktif dalam proses pembangunan TRIDAYA seperti (Ketua RT) dan Koordinator KSM serta relawan; (2) Informan yang menjawab tidak tahu di Kelurahan Bontorano 53,06% dan di kelurahan Bunga Ejaya 45,10%
menunjukan bahwa masyarakat secara umum tidak mendapat informasi mengenai penanganan pengaduan masyarakat (PPM), mereka pada umumnya terdiri dari penerima manfaat dan calon penerima manfaat sosial, ekonomi dan prasarana lingkungan, seperti para Janda penerima bantuan dana tunai, jamban keluarga dan beasiswa, pedangang makanan, pemilik warung dan pekerja prasarana lingkungan; (3) Tingginya informan yang menjawab tidak tahu mengenai penanganan pengaduan masyarakat di kedua kelurahan dikarenakan : (a) PK-BKM belum memahami penanganan pengeduan masyarakat (PPM) sebagai bagian dari pengalolaan pembangunan TRIDAYA dan sebagai alat kontrol bagi pelaksanaan pembangunan; (b) belum dilaksanakan sosialisasi penanganan pengaduan masyarakat (PPM) kepada masyarakat secara meluas; (c) Sering berganti-gantinya Faskel sehingga pendampingan kepada masyarakat sering terputus, sementara faskel baru masih banyak yang belum mengikuti Pelatihan Dasar (Peldas); (d) Adanya anggapan keliru dari PK-BKM dan faskel, kalau pengaduan masyarakat tinggi, khawatir penilaian terhadap kinerja BKM maupun Faskel menjadi buruk.
F. Pelaporan PPM
Pelaporan PPM di kedua kelurahan lokasi penelitian belum dilaksanakan secara khusus, laporan penanganan pengaduan masyarakat dibuat dalam laporan BKM. Di Kelurahan Bontorano, laporan kasus penyimpangan Dana BLM Ekonomi dibuat oleh BKM yang baru dan telah disampaikan kepada Wakil masyarakat (setiap RW), Faskel, Lurah, PJOK dan Korkot.
Hasil pengumpulan informasi di Kelurahan Bontorano dan Kelurahan Bunga Ejaya mengenai Pelaporan PPM dapat diuraikan sebagai berikut. Di Kelurahan Bontorano dari pengumpulan informasi melalui kegiatan wawancara dan FGD dengan 49 orang informan dari unsur RTM, Anggota KSM dan PK-BKM, 46,94% informan dari unsur RTM (16.33%), Anggota KSM (22.45%) dan PK-BKM (8,16%) menjawab bahwa belum dibuat Laporan PPM. 53,06% informan dari unsur RTM dan Anggota KSM menjawab tidak tahu. Sementara di Kelurahan Bunga Ejaya, 35,29% informan dari unsur RTM (11,76%), Anggota KSM (23,53%) dan PK-BKM (19,61%) menjawab bahwa belum dibuat Laporan PPM dan 45,10% informan dari unsur RTM dan KSM menjawab tidak tahu.
Berdasarkan deskripsi diatas, jawaban informan di kedua kelurahan memiliki kecenderungan yang sama, yaitu : (1) Di Kelurahan Bontorano maupun di Kelurahan Bunga Ejaya Pelaporan PPM belum dibuat; (2) Informan yang menjawab Laporan PPM belum dibuat diluar PK-BKM terdiri dari unsure RTM dan Anggota KSM yang terlibat aktif dalam proses pembangunan TRIDAYA, di Kelurahan Bontorano 46,94% dan di Kelurahan Bunga Ejaya 35,29%; (3) Informan yang menjawab tidak tahu terdiri dari unsure RTM dan Anggota KSM yang tidak terlibat dalam proses pembangunan TRIDAYA di Kelurahan Bontorano 53,06% dan di kelurahan Bunga Ejaya 45,10%; (3) Tingginya informan yang menjawab tidak tahu mengenai penanganan pengaduan masyarakat di kedua kelurahan dikarenakan : (a) PK-BKM belum memahami penanganan pengeduan masyarakat (PPM) sebagai bagian dari pengalolaan pembangunan TRIDAYA dan sebagai alat kontrol bagi pelaksanaan pembangunan; (b) belum
dilaksanakan sosialisasi penanganan pengaduan masyarakat (PPM) kepada masyarakat secara meluas; (c) Sering berganti-gantinya Faskel sehingga pendampingan kepada masyarakat sering terputus, sementara faskel baru masih banyak yang belum mengikuti Pelatihan Dasar (Peldas); (d) Adanya anggapan keliru dari PK-BKM dan faskel, kalau pengaduan masyarakat tinggi, khawatir penilaian terhadap kinerja BKM maupun Faskel menjadi buruk.
1.6.3.2. Penerapan Prinsip PPM
Penerapan prinsip PPM di kedua kelurahan lokasi penelitian dalam pelaksanaan penanganan pengaduan masyarakat aru dilaksanakan sebagian, antara lain : kemudahan, transparansi, partisipatif dan proorsional.
Hasil pengumpulan informasi di Kelurahan Bontorano, dari 49 orang informan yang di wawancarai dan hadir dalam FGD, 24,48% informan mewakili unsure RTM (8,16%), Anggota KSM (8,16%) dan PK-BKM (8,16%) menjawab bahwa dalam pengalolaan PPM di kelurahan belum menerapkan semua prinsip-prinsip PPM, 75,51% informan mewakili unsure RTM dan anggota KSM menjawab tidak tahu mengenai penarapan prinsip-prinsip PPM. Sementara dari 51 informan kunci di Kelurahan Bunga Ejaya yang terdiri dari unsure masyarakat penerima manfaat langsung maupun tidak langsung dan pelaku P2KP, 48,02% Informan yang mewakili unsure RTM (11,76%), Anggota KSM (17,65%) dan PK-BKM (19,61%) menjawab bahwa prinsip PPM belum diterapkan seluruhnya dalam penanganan pengaduan masyarakat. Dan 50,98% informan yang mewakili unsure RTM dan Anggota KSM menjawab tidak tahu.
Berdasarkan deskripsi diatas, Jawaba informan di kedua kelurahan memiliki kecenderungan yang sama bahwa penerapan prinsip PPM belum semuanya diterapkan. Untuk mendapatkan gambaran perbandingan jawaban informan di kedua kelurahan dapat diuraikan sebagai berikut : (1) informan yang menjawab penerapan prinsip PPM belum semua diterapkan di Kelurahan Bontorano 24,49% dan Kelurahan Bunga Ejaya 48,02%; (2) informan yang menjawab tidak tahu, 75,51% di Kelurahan Bontorano dan 50,98% di Kelurahan Bunga Ejaya.
Prinsip-prinsip PPM yang telah dilaksanakan berdasarkan hasil FGD dengan Anggota KSM, di kelurahan Bunga Ejaya antara lain adalah : (1) Kemudahan, Di Kelurahan Bunga Ejaya penerapan prinsip kemudahan dalam pengelolaan PPM dimana masyarakat merasa mudah dalam menyampaikan pengaduan baik melalui Ketua RT/RW maupun kepada UPK dan PK-BKM, dimana saja bertemu warga masyarakat dapat menyampaikan pengaduaninya. Sementara di Kelurahan Bontorano, PK-BKM yang baru sudah membuka diri bagi masyarakat untuk melaporkan masalahnya, namun warga masyarakat disana pasif dan sudah kurang percaya kepada BKM disebabkan adanya penyimpangan Dana BLM oleh Kolektor UPK; (2) Partisipatif, Di Kelurahan Bunga Ejaya prinsip partisipatif diterapkan, dimana masyarakat dilibatkan dalam menyelesaikan pengaduan. PK-BKM selalu melibatkan Ketua RT/RW, tokoh masyarakat bersama-sama dengan Unit Pengelola terkait (UPK, UPL maupun
UPS) dalam menangani pengaduan masyarakat. Di Kelurahan Bontorano belum diterapkan karena PK-BKM yang baru belum mendapat kepercayaan masyarakat; (3) Proporsional, di Kelurahan Bunga Ejaya penerapan prinsip proporsional dalam penanganan pengaduan masyarakat dimana penanganan pengaduan dilaksanakan secara proporsional, bila masalah yang diadukan bersifat pertanyan atau usulan yang disampaikan kepada Ketua RT/RW, diselesaikan di tingkat RT/RW. Bila pengaduan bersifat teknis diselesaikan di tingkat Unit Pengelola, dan bila pengaduan bersifat kebijakan diselesaikan di tingkat BKM. Di Kelurahan Bontorano penerapan prinsip proporsional belum dilaksanakan mengingat PK-BKM yang baru belum melakukan kegiatan pembangunan TRIDAYA.
1.6.3.3. Sifat dan Media Pengaduan A. Sifat pengaduan
Sifat pengaduan di kedua kelurahan lokasi penelitian adalah penaduan informative dan pengaduan penyimpangan prosedur. Di Kelurahan Bontorano pengaduan penyimpangan dana BLM Ekonomi belum dapat diselesaikan, dimana Lurah, Tim faskel, PJOK, Korkot dan KMW telah membantu memfasilitasi penyelesaiannya.
Hasil pengumpulan informasi di Kelurahan Bontorano, 22,44% informan yang terdiri dari unsur RTM (8,16%), Anggota KSM (12,24%) dan PK-BKM (2,04%) menjawab bahwa pengaduan yang ada adalah pengaduan informatif. 65,30% informan dari unsur RTM (24,49%), Anggota KSM (34,69%) dan PK-BKM (6,12%) menjawab, sifat pengaduan penyimpangan prosedur dan penyimpangan dana. Dan 12,24% informan dari unsur RTM dan Anggota KSM menjawab tidak tahu. Sementara di Kelurahan Bunga Ejaya, 68,63% informan dari unsur RTM (23,53%), Anggota KSM (25,49%) dan PK-BKM (19,61%) menjawab sifat pengaduan adalah informatif. 31,37% informan dari unsur RTM dan KSM menjawab tidak tahu.
Berdasarkan deskripsi diatas, jawaban informan di kedua kelurahan memiliki kecenderungan yang berbeda, yaitu : (1) Di Kelurahan Bontorano informan yang menjawab pengaduan informative sebanyak 22,44% %, pengaduan penyimpangan prosedur seperti penyaluran bantuan sosial dan ekonomi tidak sesuai dengan hasil Pemetaan Sosial dan adanya dugaan penyimpangan dana adalah serta informan yang menjawab tidak tahu sebanyak 65,30%. Dengan demikian di Kelurahan Bontorano pengaduan terbanyak yang dilaporkan oleh masyarakat adalah penyimpangan dana. (2) Di Kelurahan Bunga Ejaya, informan yang menjawab pengaduan informative 68,63%. Informan yang menjawab pengaduan penyimpangan prosedur tidak ada (0,00%), dan informan yang mejawab tidak tahu sebanyak 31,37%. Dengan demikian dapat diinterpretasikan bahwa di Kelurahan Bunga Ejaya pengaduan yang banyak diadukan adalah pengaduan informatif. Keterkaitan timbulnya pengaduan masyarakat dengan waktu dari siklus pelaksanaan pembangunan TRIDAYA, dikedua kelurahan memiliki kesamaan sebagai berikut : (1) Pengaduan masyarakat muncul pada saat pencairan Dana BLM dilaksanakan, yaitu pencairan Dana BLM dari Bank Ke
Rekening BKM, dan pelaksanaan penyaluran bantuan dari Unit Pengelola (UPK, dan UPS) kepada masyarakat; (2) Masyarakat miskin pada umumnya, melaporkan pengaduan informative, sementara di kelurahan Bontorano tokoh masyarakat melaporkan pengaduan penyimpangan Dana BLM ekonomi yang diduga dilakukan oleh Kolektor UPK.
B. Media pengaduan
Media pengaduan yang digunakan masyarakat di kedua kelurahan adalah media lisan (verbal) dan telepon/sms. Media telepon dan sms digunakan oleh pemuka masyarakat, Koordinator KSM, relawan, dan wrga masyarakat yang dekat dengan BKM.
Hasil pengumpulan informasi di Kelurahan Bontorano, 53,06% informan dari unsur RTM (24,14%), Anggota KSM (20,69%) dan PK-BKM (15,52%) menjawab media pengaduan yang digunakan masyarakat pada umumnya adalah lisan. 16,32 % informan dari unsur RTM (0%), Anggota KSM (10,34%) dan BKM (8,62%) menjawab pengaduan masyarakat juga menggunakan sms dan telepon, dan 30,61% informan menjawab tidak tahu. Sementara di Kelurahan Bunga Ejaya, 62,74% informan dari unsur RTM (27,45%), Anggota BKM (23,53%) dan PK-BKM (11,76%) menjawab masyarakat melaporkan masalahnya menggunakan media lisan. 23,52% informan dari unsur RTM (5,88%), Anggota KSM (23,53%) dan BKM (11,76%) menjawab masyarakat dalam mengadukan masalahnya juga menggunakan media sms dan telepon, sementara 13,73% informan dari unsur RTM dan Anggota KSM menjawab tidak tahu.
Berdasarkan deskripsi diatas, jawaban informan di Kelurahan Bontorano dan Kelurahan Bunga Ejaya memiliki kecenderungan yang sama dalam menyampaikan pengaduannya yaitu media lisan dan media telapon/sms. Perbandingan pendapat informan di kedua kelurahan adalah sebagai berikut : (1) Di Kelurahan Bontorano informan yang menjawab media lisan 53,06%, di Kelurahan Bunga Jaya lebih tinggi yaitu 62,74%; (2) Di Kelurahan Bontorano yang menjawab media telepon/sms 16,32 %, di Kelurahan Bunga Ejaya lebih tinggi yaitu 23,52%; (3) Di Kelurahan Bontorano informan yang menjawab tidak tahu 30,61%, lebih tinggi bila dibandingkan dengan di Kelurahan Bunga Ejaya 13,73%; (4) Di kedua kelurahan Informan dari unsur RTM dan anggota KSM yang manjawab media pengaduan masyarakat adalah media lisan dan media telepon/sms di kedua kelurahan terdiri dari warga miskin penerima manfaat dan calon penerima manfaat sosial, ekonomi dan lingkungan yang terlibat aktidf dalam proses pembangunan TRIDAYA. Sedangkan informan yang menjawab tidak tahu terdiri dari unsur RTM dan Anggota KSM yang tidak terlibat aktif dalam proses pembangunan TRIDAYA.
1.6.3.4. Kategori dan Derajat Masalah
Kategori dan Derajat Masalah di Kelurahan Bunga Eajaya adalah Kategori 7, yaitu