• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertanyaaan Penelitian 3

Dalam dokumen K A T A P E N G A N T A R (Halaman 174-177)

c) Kota Gorontalo

2.3. Pertanyaaan Penelitian 3

Perubahan rancangan apa yang diperlukan untuk memperbaiki transparansi, akuntabilitas dan partisipasi publik dalam pengelolaan dana di tingkat masyarakat melalui kontrol sosial ?.

Untuk menjawab pertanyaan penelitian 3 diatas, dipergunakan tiga variabel yaitu : (1) Variabel Transparansi untuk mengetahui sampai sejauhmana tingkat transparansi (keterbukaan) pengelolaan dana di tingkat masyarakat. (2) Variabel Akuntabilitas untuk mengetahui sampai sejauh mana pengelolaan dana di tingkat masyarakat telah dapat dipertanggungjawabkan (akuntabel), dan (3) Variabel Partisipasi untuk mengetahui sampai sejauh mana tingkat partisipasi masyarakat (publik) dalam melakukan kontrol sosial terhadap pengelolaan dana di tingkat masyarakat.

2.3.1. Transparansi

Jawaban informan mengenai transparansi pengelolaan dana di tingkat masyarakat di tipologi kota sedang dapat dijelasakan sebagai berikut : Pertama, informan yang memberikan jawaban pengelolaan dana di tingkat masyarakat telah dilaksanakan dengan terbuka (transparan) di Kota Bengkulu 36,70%, di Kota Pasuruan 35,24% dan di Kota Gorontalo 59.55%. Jika melihat perbandingan jawaban informan tersebut, maka dapat diinterpretasikan tingkat tranparansi pengelolaan dana di tingkat masyarakat yang tertinggi adalah Kota Gorontalo. Selanjutnya tingkat transparansi pengelolaan dana di tingkat masyarakat Di Kota Bengkulu (36,70%) dan Kota Pasuruan (35,24%); Kedua, ukuran transparansi yang digunakan dalam pandangan informan adalah : (a) adanya informasi kepada para wakil masyarakat dari BKM maupun Unit Pengelola, sehingga ketika warga masyarakat menanyakan kepada para wakilnya dapat dijawab danmemberikan penjelasan, (b) Pemanfaatan papan informasi sebagai media transparansi pengelolaan dana, (c) Bantuan Dana BLM ekonomi masih berjalan walaupun ada kemacetan pada beberapa KSM. Pendapat informan serupa juga ditemui di Kelurahan Kandang Kota Bengkulu dan Kelurahan Purworejo Kota Pasuruan; Ketiga, informan yang memberikan jawaban pengelolaan dana di tingkat masyarakat belum transparan di Kota Bengkulu 26,61%, Kota Pasuruan 36,19% dan Kota Gorontalo 16,85%. Jika dibandingkan prosentasi jawaban informan tersebut diatas, maka pendapat informan bahwa pengelolaan dana di tingkat masyarakat belum transaparan adalah di Kota Pasuruan yaitu 36,19%, Kota Bengkulu 26,61% dan di kota Gorontalo 16,85%. Informan yang menjawab belum dilaksanakannya transparansi pengelolaan dana terdiri dari unsur rumah tangga miskin (RTM) dan unsur Anggota KSM yang terlibat dalam pembangunan TRIDAYA, namun menilai pengelolaan dana di tingkat masyarakat belum transparan;

Keempat, informan yang memberikan jawaban tidak tahu mengai transparansi pengelolaan

dana di tingkat masyarakat terdiri dari unsur rumah tangga miskin (RTM) dan Anggota KSM yang tidak terlibat dalam proses pembangunan TRIDAYA sehingga tidak tahu bagaimana pengelolaan dana di tingkat masyarakat dilaksanakan oleh BKm maupun oleh Unit Pengelola.

Trnasparansi merupakan salah satu prinsip P2KP dalam upaya mendukung terbangunnya

Good Governance dalam implementasi P2KP di tingkat nasional, regional maupun dalam

hanya diretapkan dalam pengelolaan dana di tingkat masyarakat, melainkan pada setiap tahapan kegiatan dari mulai tahap persispan, perencanaaan, pelaksanaan dan evaluasi serta disamping merupakan proses pembelajaran bagi masyarakat penerapan prinsip transparansi merupakan salah satu karakteristik good governance dalam domain masyarakat (society).

“Salah satu karakteristik good governance adalah keterbukaan. Karaekeristik ini sesuai dengan semangat jaman yang serba terbuka akibat adanya revolusi informasi. Keterbukaan tersebut mencakup semua aspek aktivitas yang menyangkut kepentingan publik mulai dari proses pengambilan keputusan penggunaan dana dana publik sampai pada tahapan evaluasi.” (Sadu Wasistiono, 2007:55)

Selanjutnya menurut Sadu Wasistiono :

“Menurut UNDP, governance atau tata pemerintahan yang baik memiliki tiga domain yaitu : (1) Negara atau pemerintah (state); (2) Sektor swasta (privat sector), dan (3) masyarakat (society). Ketiga domain tersebut diatas berada dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat. Sektor pemerintah lebih banyak memainkan peranan sebagai pembuat kebijakan, pengendalian dan pengawasan. Sektor swasta lebih banyak berkecimpung dan menjadi penggerak aktivitas ekonomi. Sedangkan sektor masyarakat merupakan obyekk sekaligus subyek dari sektor pemerintah maupun sektor swasta. Karena didalam masyarakatlah terjadi interaksi di bidang politik, ekonomi maupun sosial-budaya.” (Sadu Wasistiono, 2007:55-56)

2.3.2. Akuntabilitas

Dari jawaban yang disampaikan oleh para informan menunjukan kecenderungan kecenderungan yang sama mengenai akuntabilitas pengelolaan dana di tingkat masyarakat, sebagai berikut : Pertama, jawaban informan di ketiga kota tipologi sedang mengenai akuntabilitas pengelolaan dana di tingkat masyarakat memiliki interval antara 25,00% hingga 60,00%%. Informan di Kota Bengkulu yang menjawab pengelolaan dana ditingkat masyarakat telah dilaksananan secara akuntabel adalah 25,69%, di Kota Pasuruan 31,43% dan di Kota Gorontalo 59,55%. Berdasarkan prosentasi jawaban informan di ketiga kota tipologi

“Transparansi
 dalam
 pelaksanaan
 P2KP
 pada
 dasarnya
 dapat
 diterapkan
 dengan
 membrikan
 akses
 kepada
 semua
 pihak
 yang
 berkepantingan
 ataupun
 membutuhkan
 untuk
 mengetahui
 informasi‐informasi
 mengenai
 P2KP,
 kebijakan
 serta
 pengambilan
 keputusan,
perkembangan
kegiatan
dan
keuangan
serta
informasi‐informasi
lainnya
dari
 para
pelaku
P2KP,
baik
di
tingkat
proyek,
pemerintah
dan
masyarakat.”


Pedoman
Umum
P2KP
Tahun
2005
 


sedang diatas, informan yang menjawab pengelolaan dana di tingkat masyarakat telah dapat dipertanggungjawabkan (akuntabel) adalah Kota Gorontalo, selanjutnya Kota Pasuruan dan terakhir Kota Bengkulu. Kedua, Informan yang mejawab pengelolaan dana di tingkat masyarakat belum akuntabel memiliki interval antara 16,00% hingga 38,00% relatif lebih rendah dibandingkan dengan jawaban informan yang menjawab bahwa pengelolaan dana di tingkat masyarakat sudah akuntabel. Prosentasi tertinggi informan yang menjawab bahwa pengelolaan dana belum dapat dipertanggungjawabkan adalah Kota Bengkulu 37,61%, selanjutnya Kota Pasuruan 32,28% dan yang terendah adalah Kota Gorontalo 16,85%, dengan demikian dapat diinterpretasikan bahwa tingkat akuntabilitas pengelolaan dana di tingkat masyarakat di Kota Gorontalo lebih baik dibandingkan dengan dua kota lainnya. Ketiga, informan yang memberikan jawaban tidak tahu mengenai pengelolaan dana di tingkat masyarakat di Kota Bengkulu 36,70%, diKota pasuruan 36,19% dan di Kota Gorontalo 23,60%. Berdasarkan prosentasi jawaban informan tersebut, dapat diinterpretasikan bahwa informasi mengenai pengelolaan dana di tingkat masyarakat di Kota Gorontalo lebih tinggi dibandingkan dengan di Kota Bengkulu dan Kota Pasuruan. Sebagaimana transparansi, akuntabilitas merupakan salah satu karakter good governance dalam domain masyarakat (society).

“Setiap aktivitas yang berkaitan dengan kepentingan publik perlu mempertanggungjawabkannya kepada publik. Tanggung gugat dan tanggung jawab tidak hanya diberikan kepada atasan saja melainkan juga kepada pemegang saham (stakeholder), yakni masyarakat luas. Secara teoritis, akuntabilitas itu sendiri dapat dibedakan menjadi lima macam (Jabbra & Dwivedi, 1988) yaitu sebagai berikut : (1) Akuntabilitas organisasional administratif; (2) Akuntabilitas legal; (3) Akuntabilitas politik; (4) Akuntabilitas profesional; (5) Akuntabilitas moral. (Sadu Wasistiono, 2007:59-60)

Pendapat lebih operasional mengenai pengelolaan dana di tingkat masyarakat dalam pelaksanaan pemberdayaan masyarakat, sebagaimana di sampaikan oleh Gunawan Sumodiningrat dibawah ini :

“Dalam kerangka bantuan dana harus menciptakan surplus dan dikelola dengan menggunakan prinsip : (1) mudah diterima dan didayagunakan oleh masyarakat sebagai kelompok sasaran (acceptable), (2) dikelola oleh masyarakat secara terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan (accountable), (3) memberikan pendapatan yang memadai dan mendidik masyarakat untuk mengelola kegiatan secara ekonomis (profitable), (4) hasilnya dapat dilestarikan oleh masyarakat sendiri (sustainable), dan (5) pengelolaan dana dan pelestarian hasil dapat dengan mudah digulirkan dan dikembangkan oleh masyarakat desa/kelurahan dalam lingkup ynag lebih luas (replicable). (Gunawan Sumodiningrat, 1997:71)

“Akuntabilitas
 ini
 pada
 dasarnya
 dapat
 diterapkan
 dengan
 memberikan
 akses
 kepada
 semua
pihak
yang
berkepantingan
untuk
melakukan
audit,
bertanya
dan
atau
menggugat
 pertanggungjawaban
 para
 pengambil
 keputusan,
 baik
 di
 tingkat
 proyek,
 daerah
 dan
 masyarakat.”


Dalam dokumen K A T A P E N G A N T A R (Halaman 174-177)