K A T A P E N G A N T A R
Merujuk Kontrak Perjanjian Kerja antara Kepala Satuan Kerja Non Vertikal Tertentu / Pejabat Pembuat Komitmen Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan dengan PT Indeso Gema Utama (Konsultan) sesuai dengan Kontrak No. HK.08.08/EC-NCEP/EC-5/IBRD-IDA/SNVT-PKP/06/2009 tertanggal 16 Maret 2009 mengenai Jasa Konsultansi Pekerjaan A Study on Community Complaint Handling as Social Control in PNPM UPP, Konsultan diberikan tugas - tugas, salah satunya, menyiapkan dan menyerahkan Laporan Pendahuluan (Inception Report) yang disertai dengan lampiran-lampiran pendukung.
Buku ini dimaksudkan sebagai LAPORAN AKHIR untuk pekerjaan A Study on Community Complaint Handling as Social Control in PNPM UPP yang secara penyusunan memuat laporan hasil pelaksanaan studi dimaksud diatas, meliputi latar belakang, tujuan kajian dan pertanyaan penelitian, strategi dan metode penelitian, temuan kajian, kesimpulan umum dan rekomendasi.
Meskipun laporan ini belum sempurna, namun sekiranya dapat dijadikan sebagai masukan dalam upaya penyempurnaan pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan di masa mendatang. Untuk itu kami akan sangat terbuka untuk menerima segala kritikan dan saran untuk melakukan perbaikan-perbaikan guna tercapainya maksud dan tujuan dari pekerjaan ini.
Jakarta, Desember 2009 PT. INDESO GEMA UTAMA
DAFTAR ISI
Daftar isi ... ii
Daftar Singkatan... v
Daftar Tabel/Matrik ... vi
Gaftar Gambar ... vii
Daftar Lampiran ... x
Ringkasan ... xi
I. Latar Belakang ... 1
1.1.Gambaran Umum Penanganan pengaduan Masyarakat ... 1
1.2.mekanisme Penanganan Pengaduan Masyarakat ... 1
1.3.Progres PPM Periode Januari 2006 – Februari 2009... 3
1.4.Pwemasalahan ... 4
II. Tujuan Kajian dan Pertanyaan Penelitian ... 5
2.1.Tujuan Penelitian ... 5
2.2.Pertanyaan Penelitian... 5
III. Strategi dan Metode Penelitian... 5
3.1.Strategi Penelitian ... 5
3.2.Metode Penelitian ... 6
3.3.Pelaksanaan Penelitian Lapangan ... 6
3.4.Teknik Pengumpulan Informasi dan Informan Kunci ... 6
3.5.Fokus penelitian ... 7
IV. Temuan Kajian ... 10
A. Hasil Analisi Berdasarkan Crosscase/Variabel Abalysis: Kecenderungan Umum dan Isu ... 10
1. Isu dan Kecenderungan Penanganan pengaduan Masyarakat di Kelurahan Lokasi Penelitian ... 10
1.1. Pertanyaan Penelitian 1 ... 10
1.2. Pertanyaan Penelitian 2 ... 12
1.3. Pertanyaan Penelitian 3 ... 13
B. Hasil Analisis Kontekstual ... 13
1. Antar Tipe Kelurahan ... 13
1.1. Kota Bengkulu... 13 1.2. Kota Medan ... 36 1.3. Kota Pasuruan... 54 1.4. Kota Surabaya... 72 1.5. Kota Gorontalo ... 91 1.6. Kota Makasar... 110
2. Antar Tipe Kota... 132
2.1. Tipologi Kota Sedang (Bengkulu, Pasuruan Gorontalo) ... 132
2.1.1. Jumlah dan Komposisi Informan Tk Kelurahan ... 132
2.1.2. Pertanyaan Penelitian 1... 134
2.1.3. Pertanyaan Penelitian 2... 146
2.1.4. Pertanyaan Penelitian 3... 148
2.2. Tipologi Kota Besar (Medan, Surabaya, Makasar) ... 155
2.2.1. Jumlah dan Komposisi Informan Tingkat Kelurahan ... 155
2.2.4. Pertanyaan Penelitian 3... 170
C. Hasil Analisis Mikro dan Jenjang... 177
1. Kota Bengkulu ... 177
1.1. Kelurahan Kandang kecamatan Kampung Melayu... 177
1.1.1. Gambaran Umum Ekonomi dan Sosial Kemasyarakatan... 177
1.1.2. Hubungan Elit dengan pelaksanaan P2KP ... 177
1.1.3. Analisis Kontekstual ... 178
1.2. Kelurahan Sukarami Kecamatan Selebar... 180
1.2.1. Gambaran Umum Ekonomi dan Sosial Kemasyarakatan... 180
1.2.2. Hubungan Elit dengan pelaksanaan P2KP ... 180
1.2.3. Analisis Kontekstual ... 181
1.3. Pengaruh Tingkat Kota ... 182
1.4. Pengaruh Tingkat Provinsi dan Nasional... 183
2. Kota Medan ... 183
2.1. Kelurahan Tegal Sari 2 Kecamatan Medan Area ... 183
2.1.1. Gambaran Umum Ekonomi dan Sosial Kemasyarakatan... 183
2.1.2. Hubungan Elit dengan pelaksanaan P2KP ... 184
2.1.3. Analisis Kontekstual ... 184
2.2. Kelurahan Belawan Bahagia Kecamatan Belawan Kota ... 186
2.2.1. Gambaran Umum Ekonomi dan Sosial Kemasyarakatan... 186
2.2.2. Hubungan Elit dengan pelaksanaan P2KP ... 187
2.2.3. Analisis Kontekstual ... 188
2.3. Pengaruh Tingkat Kota ... 189
2.4. Pengaruh Tingkat Provinsi dan Nasional... 190
3. Kota Pasuruan ... 190
3.1. Kelurahan Purworejo Kecamatan Purworejo ... 190
3.1.1. Gambaran Umum Ekonomi dan Sosial Kemasyarakatan... 190
3.1.2. Hubungan Elit dengan pelaksanaan P2KP ... 191
3.1.3. Analisis Kontekstual ... 191
3.2. Kelurahan Bangilan Kelurahan Purworejo ... 193
3.2.1. Gambaran Umum Ekonomi dan Sosial Kemasyarakatan... 193
3.2.2. Hubungan Elit dengan pelaksanaan P2KP ... 194
3.2.3. Analisis Kontekstual ... 194
3.3. Pengaruh Tingkat Kota ... 196
3.4. Pengaruh Tingkat Provinsi dan Nasional... 196
4. Kota Surabaya ... 197
4.1. Kelurahan Romo Kalisari Kecamatan Benowo... 197
4.1.1. Gambaran Umum Ekonomi dan Sosial Kemasyarakatan... 197
4.1.2. Hubungan Elit dengan pelaksanaan P2KP ... 197
4.1.3. Analisis Kontekstual ... 198
4.2. Pradah Kalikendal Kecamatan Kalisari ... 200
4.2.1. Gambaran Umum Ekonomi dan Sosial Kemasyarakatan... 200
4.2.2. Hubungan Elit dengan pelaksanaan P2KP ... 200
4.2.3. Analisis Kontekstual ... 201
4.3. Pengaruh Tingkat Kota ... 203
4.4. Pengaruh Tingkat Provinsi dan Nasional... 203
5. Kota Gorontalo ... 203
5.1. Kelurahan Huongubotu Kecamatan Dungingi ... 203
5.1.1. Gambaran Umum Ekonomi dan Sosial Kemasyarakatan... 203
5.1.2. Hubungan Elit dengan pelaksanaan P2KP ... 204
5.2. Kelurahan Biawao Kecamatan Kota Selatan... 206
5.2.1. Gambaran Umum Ekonomi dan Sosial Kemasyarakatan... 206
5.2.2. Hubungan Elit dengan pelaksanaan P2KP ... 207
5.2.3. Analisis Kontekstual ... 207
5.3. Pengaruh Tingkat Kota ... 209
5.4. Pengaruh Tingkat Provinsi dan Nasional... 209
6. Kota Makasar... 209
6.1. Kelurahan Bontorano Kecamatan Marriso ... 209
6.1.1. Gambaran Umum Ekonomi dan Sosial Kemasyarakatan... 209
6.1.2. Hubungan Elit dengan pelaksanaan P2KP ... 210
6.1.3. Analisis Kontekstual ... 210
6.2. Kelurahan Bunga Ejaya Kecamatan Bontoala... 212
6.2.1. Gambaran Umum Ekonomi dan Sosial Kemasyarakatan... 212
6.2.2. Hubungan Elit dengan pelaksanaan P2KP ... 213
6.2.3. Analisis Kontekstual ... 213
6.3. Pengaruh Tingkat Kota ... 215
6.4. Pengaruh Tingkat Nasional... 215
7. Hasil Analisis Mikro dan Jenjang... 215
7.1. Keterkaitan Dengan Pertanyaan Penelitian 1 ... 215
7.2. Keterkaitan dengan Pertanyaan penelitian 2... 216
7.3. Keterkaitan Dengan Pertanyaan penelitian 3... 216
D. Kesimpulan Umum ... 217
1. Penerapan Sistem Penanganan Pengaduan Masyarakat... 217
2. Kemampuan Sistem Penanganan Pengaduan Masyarakat Menangkap dan Menangani Secara Rata dan Adil Semua Pengaduan Relevan Yang Ada di Semua Strata masyarakat ... 218
3. Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Dana di Tingkat Masyarakat Dan Meningkatkan Partisipasi Publik Dalam pengelolaan dana di Tingkat Masyarakat Melalui Kontrol Sosial... 218
E. Rekomendasi ... 219
1. Penerapan sistem penanganan pengaduan masyarakat ... 219
2. Kemampuan sistem penanganan pengaduan masyarakat menangkap dan menangani secara rata dan adil semua pengaduan relevan yang ada di semua strata masyarakat... 220
3. Memperbaiki, transparansi, akuntabilitas dan partisipasi public dalam pengelolaan dana di tingkat masyarakat melalui control sosial... 220 Daftar Pustaka
DAFTAR SINGKATAN
APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
APBN Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
Askorkot Asisten Koordinator Kota
Bappeda Badan perencanaan Pembangunan Daerah
Bappemas Badan Pemberdayaan Masyarakat
BAPPUK Berita Acara Penetapan Prioritas Usulan Kegiatan
BKM Badan Keswadayaan Masyarakat
BLM Bantuan Langsung Masyarakat
BKPD Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan
CBD Community Bases Development
CBO Community Based Organization
CSS Community Self Survey (Pemetaan Swadaya)
FGD Focused group Discussion
Fasilitator Tenaga Pengembangan Masyarakat P2KP
Faskel Fasilitator Kelurahan
Kepling Ketua Lingkungan
KMP Konsiltan Manajemen Pusat
KMW Konsultan Manajemen Wilayah
Kokot Koordinator Kota
KSM Kelompok Swadaya Masyarakat
LPD Laporan Penggunaan Dana
Lansia Orang Lanjut Usia
Mahyani Rumah Layak Huni
PAD Project Apraisal Document
P2KP Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan
PAUD Pendidikan Anak Usia Dini
PJM Program Jangka Menengah
PK-BKM Pimpinan Kolektif BKM
PKK Pembinaan Kesejahteraan Keluarga
RPD Rencana Penggunaan Dana
RT Rukun Tetangga
RW Rukun Warga
Satker Satuan Kerja
SNVT Satuan Kerja Non Vertikal tertentu
SSI Semi Structured Interfiew
TA Technical Assistance
TNA Training Need Assesment
Unit PPM Unit Pengelola Pengaduan Masyarakat
UPK Unit Pelaksana Keuangan
UPL Unit Pengelola Lingkungan
UPS Unit Pengelola Sosial
DAFTAR TABEL/MATRIKS
Tabel 1.1. Pengaduan Masyarakat di 6 (enam) Kota Lokasi Studi Status 28 Februari 2009
Tabel.4.1. Analisis Komponesi Terhadap Kecenderungan isu-isu dan Penyelesaian PPM Di Kelurahan Lokasi Penelitian
Tabel.4.2. Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Dana di Tingkat Masyarakat Serta PartisipasiPublik Melalui Kontrol Sosial Di Kelurahan Lokasi Penelitian
DAFTAR GAMBAR
Gambar.3.1. Kerangka Pikir Studi Tematik Penenganan Pengaduan Masyarakat P2KP Gambar.4.1. Jumlah dan Komposisi Informan Kunci Tingkat Kelurahan di Kota Bengkulu Gambar.4.2. Penerapan Sistem dan Prinsip PPM di Kel. Kandang dan Kel Sukarami Kota
Bengkulu
Gambar.4.3. Sifat dan Media PPM yang digunakan masyarakat di Kel. Kandang dan Kel. Sukarami Kota Bengkulu
Gambar.4.4. Kategori dan Derajat Masalah di Kel. Kandang dan Kel. Sukarami Kota Bengkulu Gambar.4.5. Sumber Pengaduan dan Pelayanan PPM di Kel. Kandang dan Kel Sukarami Kota
Bengkulu
Gambar.4.6. Transparansi dan Akuntabilitas pengelolaan dana di Tingkat Masyarakat, Serta partisipasi Publik Dalam Pengelolaan dana di Tingkat Masyarakat Melalui Kontrol Sosial di Kel. Kandang dan Kel Sukarami Kota Bengkulu
Gambar.4.7. Jumlah dan Komposisi Informan Kunci Tingkat Kelurahan di Kota Medan
Gambar.4.8. Penerapan Sistem dan Prinsip PPM di Kel. Tegal Sari 2 dan Kel Belawan Bahagia Kota Medan
Gambar.4.9. Sifat dan Media PPM yang digunakan masyarakat di Kel. Tegal Sari 2 dan Kel Belawan Bahagia Kota Medan
Gambar.4.10. Kategori dan Derajat Masalah di Kel Tegal Sari 2 dan Kel Belawan Bahagia Kota Medan
Gambar.4.11. Sumber Pengaduan dan Pelayanan PPM di Kel Tegal Sari 2 dan Kel Belawan Bahagia Kota Medan
Gambar.4.12. Transparansi dan Akuntabilitas pengelolaan dana di Tingkat Masyarakat, Serta partisipasi Publik Dalam Pengelolaan dana di Tingkat Masyarakat Melalui Kontrol Sosial di Kel Tegal Sari 2 dan Kel Belawan Bahagia Kota Medan
Gambar.4.13. Jumlah dan Komposisi Informan Kunci Tingkat Kelurahan di Kota Pasuruan Gambar.4.14. Penerapan Sistem dan Prinsip PPM di Kel Purworejo dan Bangilan Kota Pasuruan Gambar.4.15. Sifat dan Media PPM yang digunakan masyarakat di Kel Purworejo dan Bangilan
Kota Pasuruan
Gambar.4.17. Sumber Pengaduan dan Pelayanan PPM di Kel Purworejo dan Bangilan Kota Pasuruan
Gambar.4.18. Transparansi dan Akuntabilitas pengelolaan dana di Tingkat Masyarakat, Serta partisipasi Publik Dalam Pengelolaan dana di Tingkat Masyarakat Melalui Kontrol Sosial di Kel Purworejo dan Bangilan Kota Pasuruan
Gambar.4.19. Jumlah dan Komposisi Informan Kunci Tingkat Kelurahan di Kota Surabaya Gambar.4.20. Penerapan Sistem dan Prinsip PPM di Kel Pradah Kalikendal dan Kel. Romo
Kalisari Kota Surabaya
Gambar.4.21. Sifat dan Media PPM yang digunakan masyarakat di Kel Pradah Kalikendal dan Kel. Romo Kalisari Kota Surabaya
Gambar.4.22. Kategori dan Derajat Masalah di Kel Sumber Pengaduan dan Pelayanan PPM di Kel Pradah Kalikendal dan Kel. Romo Kalisari Kota Surabaya
Gambar.4.23. Sumber Pengaduan dan Pelayanan PPM di Kel Sumber Pengaduan dan Pelayanan PPM di Kel Pradah Kalikendal dan Kel. Romo Kalisari Kota Surabaya
Gambar.4.24. Transparansi dan Akuntabilitas pengelolaan dana di Tingkat Masyarakat, Serta partisipasi Publik Dalam Pengelolaan dana di Tingkat Masyarakat Melalui Kontrol Sosial di Kel Pradah Kalikendal dan Kel. Romo Kalisari Kota Surabaya Gambar.4.25. Jumlah dan Komposisi Informan Kunci Tingkat Kelurahan di Kota Gorontalo Gambar.4.26. Penerapan Sistem dan Prinsip PPM di Kel Huongubotu dan Kel. Biawao Kota
Gorontalo
Gambar.4.27. Sifat dan Media PPM yang digunakan masyarakat di Kel Huongubotu dan Kel. Biawao Kota Gorontalo
Gambar.4.28. Kategori dan Derajat Masalah di Kel Sumber Pengaduan dan Pelayanan PPM di Kel Huongubotu dan Kel. Biawao Kota Gorontalo
Gambar.4.29. Sumber Pengaduan dan Pelayanan PPM di Kel Huongubotu dan Kel. Biawao Kota Gorontalo
Gambar.4.30. Transparansi dan Akuntabilitas pengelolaan dana di Tingkat Masyarakat, Serta partisipasi Publik Dalam Pengelolaan dana di Tingkat Masyarakat Melalui Kontrol Sosial di Kel Huongubotu dan Kel. Biawao Kota Gorontalo
Gambar.4.31. Jumlah dan Komposisi Informan Kunci Tingkat Kelurahan di Kota Makasar Gambar.4.32. Penerapan Sistem dan Prinsip PPM di Kel Bontorano dan Kel. Bunga Ejaya Kota
Gambar.4.33. Sifat dan Media PPM yang digunakan masyarakat di Kel Bontorano dan Kel. Bunga Ejaya Kota Makasar
Gambar.4.34. Kategori dan Derajat Masalah di Kel Sumber Pengaduan dan Pelayanan PPM di Kel Bontorano dan Kel. Bunga Ejaya Kota Makasar
Gambar.4.35. Sumber Pengaduan dan Pelayanan PPM di Kel Bontorano dan Kel. Bunga Ejaya Kota Makasar
Gambar.4.37. Transparansi dan Akuntabilitas pengelolaan dana di Tingkat Masyarakat, Serta partisipasi Publik Dalam Pengelolaan dana di Tingkat Masyarakat Melalui Kontrol Sosial di Kel Bontorano dan Kel. Bunga Ejaya Kota Makasar
Gambar.4.38. Jumlah dan Komposisi Informan Kunci Tingkat Kelurahan di Tipologi Kota Sedang
Gambar.4.39. Penerapan Sistem dan Prinsip PPM di Tipologi Kota Sedang
Gambar.4.40. Sifat dan Media PPM yang digunakan masyarakat di Tipologi Kota Sedang Gambar.4.41. Kategori dan Derajat Masalah di Tipologi Kota Sedang
Gambar.4.42. Sumber Pengaduan dan Pelayanan PPM di Tipologi Kota Sedang
Gambar.4.43. Transparansi dan Akuntabilitas pengelolaan dana di Tingkat Masyarakat, Serta partisipasi Publik Dalam Pengelolaan dana di Tingkat Masyarakat Melalui Kontrol Sosial di Tipologi Kota Sedang
Gambar.4.44. Jumlah dan Komposisi Informan Kunci Tingkat Kelurahan di Tipologi Kota Besar Gambar.4.45. Penerapan Sistem dan Prinsip PPM di Tipologi Kota Besar
Gambar.4.46. Sifat dan Media PPM yang digunakan masyarakat di Tipologi Kota Besar Gambar.4.47. Kategori dan Derajat Masalah di Tipologi Kota Besar
Gambar.4.48. Sumber Pengaduan dan Pelayanan PPM di Tipologi Kota Besar
Gambar.4.49. Transparansi dan Akuntabilitas pengelolaan dana di Tingkat Masyarakat, Serta partisipasi Publik Dalam Pengelolaan dana di Tingkat Masyarakat Melalui Kontrol Sosial di Tipologi Kota Besar
DAFTAR LAMPIRAN I. Dokumentasi Proses
Jadwal perjalanan dan kegiatan penelitian 1. Jadwal Kegiatan Penelitian di Kota Bengkulu 2. Jadwal Kegiatan Penelitian di Kota Medan 3. Jadwal Kegiatan Penelitian di Kota Pasuruan 4. Jadwal Kegiatan Penelitian di Kota Surabaya 5. Jadwal Kegiatan Penelitian di Kota Gorontalo 6. Jadwal Kegiatan Penelitian di Kota Makasar II. Instrumen Penelitian
1. Instrumen Wawancara Semi Terstruktur (SSI) 2. Instrumen FGD
RINGKASAN
Study on Community Complaint Handling as Social Control in PNPM UPP dilaksanakan dengan mengeksplorasi empat prtanyaan penliian, yaitu : (1) apakah sisten penanganan pengaduan masyarakat yang ada saat ini efektif ¿; (2) Apakah system penanganan benar-benar mampu menangkap dan menangani secara rata dan adil semua pengaduan relevan yang ada di berbagai strata masyarakat ?; (3) Perubahan rancangan apa yang diperlukan untuk memperbaiki transparansi, akuntabilitas dan partisipasi public dalam pengelolaan dana di tingkat masyarakat melalui kontrol sosial ?; dan (4) Bagaimana mekanisme kontrol sosial di tingkat masyarakat dapat dilembagakan sehingga berkelanjutan ?
Keempat pertanyaan penelitian tersebut menaril untuk diamati karena peran strategisnya untuk membangun control social masyarakat penerima manfaat terhadap implementasi pembangunan dilingkungan tempat tinggalnya, sementara sebagaimana diketahui bahwa peran serta masyarakat di tingkat akar rumput masih sangat rendah.
Kegiatan studi dilakukan pada enam Kota, yaitu Bengkulu, Medan, Pasuruan, Surabaya, Gorontalo dan Surabaya. Pemilihan kota lokasi studi didasarkan pada, pertama, kota yang memiliki tingkat pengaduan masyarakat terendah dan tingkat pengaduan tertinggi selama Periode januari 2006 hingga Februari 2009; kedua, tipologi kota sedang dan kota besar dalam satu pulau dipilih untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan implementasi penanganan pengaduan masyarakat pada kelurahan-kelurahan lokasi penelitian yang ada di kota sedang dengan yang berada di tipologi kota besar.
Dalam kegiatan studi ini dilakukan eksplorasi kepada sejumlah informan di tingkat kelurahan, kecamatan, kota dan provinsi berdasarkan pemahaman, pengalaman serta isu-isu dan kecenderungan yang ada dalam implementasi penanganan pengaduan masyarakat. Dalam melaksanakan pengumpulan informasi Informan yang dipilih adalah sebagai berikut :
Pertama, di tingkat kelurahan : (a) Informan dari unsure masyarakat yang dipilih adalah 20 (dua
puluh) Rumah Tangga Miskin (RTM) yang merupakan representative dari warga miskin penerima manfaat langsung maupun tidak langsung; Informan dari unsure kelompok masyarakat dipilih 24 orang anggota KSM laki-laki dan perempuan yang mewakili KSM Sosial, ekonomi dan lingkungan; dan (3) dari unsure kelembagaan masyarakat dipilih pimpinan kolektif BKM. Kedua, dari unsure Aparatur Pemerintah adalah (a) di tingkat kelurahan dipilih Lurah dan atau Sekretaris Kelurahan; (b) di tingkat kecamatan PKOK dan atau Camat; (c) di tingkat kota dipilih Satker dan SKPD; dan (d) di tingkat provinsi dipilih SNVT Provinsi. Ketiga, dari unsure konsultan : (a) Tim Faskel; (b) Korkot dan Askorkot, dan (c) KMW dan T.A. Monev.
Berdasarkan hasil eksplorasi di lokasi penlitian, terkait efektifitas system penanganan pengaduan masyarakat, ditemui, pertama, system penanganan pengaduan masyarakat disemua kelurahan belum dilaksnakan sesuai dengan prosedur yang telah diatur dalam P2KP dan penerapan prinsip penanganan pengaduan sudah diterapkan sebagian; kedua, sifat pengaduan di enam kelurahan adalah : (a) pengaduan informative dan (b) penyimpangan prosedur. Sementara di enam kelurahan lainnya adalah (a) pengaduan informative; (b) pengaduan penyimpangan prosedur; dan (c) pengaduan penyimpangan dana BLM; ketiga, Kategor dan Derajat Masalah di empat kelurahan adalah Kategori Masalah 7 dan 2, dengan Derajat Masalah 2 dan 3, sementara di sepuluh kelurahan, kategori Masalah 7 dengan Derajat
Masalah 1; keempat, penanganan pengaduan masyarakat yang ditemui dapat dibedakan dalam dua kradaan, yaitu : (a) pada tahap pelaksanaan Pembangunan Tridaya disemua kelurahan lokasi penelitian pelayanan penanganan pengaduan masyarakat dilakukan secara rata dan adil; (b) pada tahap pasca pelaksanaan pembangunan prasarana lingkungan dan penyluran Daba BLM Sosial, di kelurahan yang terjadi penyimpangan Dana BLM Ekonomi pelayanan pengaduan masyarakat sudah tidak berjalan secara rata dan adil, mengingat para pelaku penyimpangn dana BLM ekonomi pada umumnya adalah oknum pimpinan kolektif, UPK dan Kolektor UPK. Dengan demikian dalam melaksanakan pelayanan penyelesaian pengaduan masyarakat sudah tidak obyektif; kelima, tingkat transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan dana di tingkat masyarakat, dapat dibedakan dalam dua tahapan kegiatan, yaitu : (a) pada tahap pelaksanaan pembangunan prasarana longkungan dan penyaluran Dana BLM Sosial dan Ekonomi, pemanfaatan papan informasi sebagai media transparansi. Adapun akuntabilitas pengelolaan dana dilakukan melalui rapat koordinasi bulanan di BKM beserta wakil masyarakat dan dilaksanakannya Audit baik oleh T.A Ekonomi Mikro (tim faskel) maupun pihak ketiga (LPM dari Pergurua Tinggi); (b) pada tahap pasca pelaksanaan pembangunan prasarana lingkungan dan penyluran Daba BLM Sosial, di kelurahan yang terjadi penyimpangan Dana BLM Ekonomi, akuntabilitas pengelolaan dana tidak dikasanakan. Terjadinya penyimpangan Dana BLM di kelurahan-kelurahan tersebut dikarenakan kurangnya control baik dari BKM maupun Tim Faskel terhadap kegiatan di UPK.
Factor-faktor yang mempengaruhi implementasi penanganan pengaduan masyarakat dismua kelurahan lokasi penelitian antara lain adalah : (a) belum dilaksanakannya soaialisasi PPM kepada masyarakat luas di tingkat kelurahan, menyebabkan masyarakat tidak mngetahui harus mengadu kemana bila ada persoalan dalam pelaksanaan P2KP; (b) Ada kesan BKM kurang memperhatikan atau kurang memahami bahwa penangaann pengaduan masyarakat merupakan bagian tidak terpisahkan dalam pengelolaan P2KP di tingkat kelurahan; (c) kurangnya dorongan dan fasilitasi dari Tim Faskel dan Korkot kepada BKM dalam membentuk Unit PPM di tngkat kelurahan, sehingga penanganan pengaduan masyarakat masih dikelola oleh BKM secara kolektif dimana mekanisme dan prosedur penangananpengaduan masyarakat tidak diterapkan; (d) rendahnya keterlibatan masyarakat dalam implementasi program secara keselurhan (dari mulai tahap peencanaan, pelaksanaan dan pengawasan), mengakibatkan lemahnya control social terhadap kinarja BKM dan Unit Pengelola; (e) masyarakat mulai terlibat dalam control social terhadap pengelolaan dana, bila sudah terjadi penyimpangan Dana BLM sehingga tidak bersifat antisipasi; (f) pengelolaan BKM dan Unit pengelola yang pada umumnya dilaksanakan oleh para elit di tingkat kelurahan juga merupakan satu kendala bagi masyarakat untuk melakukan control social, disebbkan adanya bebab psikologis seperti perasaan sungkan yang diakibatkan oleh rendahnya status social mupun ekonomi warga miskin.
Berdasarkan temuan diatas, dalam pelaksanaan penanganan pengaduan masyarakat agar masyarakat dapat terlibat dalam melakukan control social terhadap pelaksanaan pembangunan TRIDAYA terutama dalam menerapkan prinsip-prinsip transparansi, akuntabilitas dalam penerapan mekanisme dan prosedur P2KP serta pengelolaan dana di tingkat masyarakat, diperlukan peningkatan intensitas dan kualitas pendampingan kepada kelembagaan masyarakat (BKM dan Unit Pengelola), kelompok masyarakat penerima manfaat serta sosialisasi PPM secara berkelanjutan, sehingga terbangun tata kelola kelembagaan masyarakat yang baik.
I. Latar Belakang
I.1. Gambaran Umum Penanganan Pengaduan Masyarakat
Pengaduan pada program P2KP pada dasarnya merupakan aspirasi yang bersumber dari individu, kelompok masyarakat maupun kelembagaan pemerintah atau swasta, kelompok peduli maupun media massa. Aspirasi yang tumbuh di masyarakat dapat berbentuk dukungan, saran komentar, atau ketidak puasan terhadap suatu keadaan dalam pelaksanaan rogram, baik yang terkait dengan penerapan prosedur, kinerja para pelaku dan bahkan penyimpangan-penyimpangan yang dinilai oleh masyarakat memerlukan perbaikan. Pengaduan masyarakat dalam program P2KP dapat disampaikan dalam bentuk lisan maupun tertulis, baik ke pelaku P2KP, media massa, website dan lainnya.
Secara konseptual, pengelolaan pengaduan masyarakat dalam P2KP adalah suatu proses kegiatan untuk menampung, mencatat, menelaah, menyalurkan, mengkonfirmasi, menglarifikasi, memberikan alternative solusi kepada pengadu, mendokumentasi dan mensosialisasikan hasil pengelolaan pengaduan kepada masyarakat. Penanganan pengaduan masyarakat menganut Azas Dari, Oleh, dan Untuk Masyarakat (DOUM), dimana seluruh upaya penanganan masalah harus berawal dari kemauan dan kesadaran kritis masyarakat, dari dan oleh masyarakat untuk kepentingan seluruh masyarakat. Olah karenanya masyarakat harus dimotivasi dan diberi kesempatan seluas-luasnya untuk bertindak pro-aktif dan terlibat dalam setiap tahapan penanganan masalah, sampai masalah dinyatakan selesai oleh masyarakat itu sendiri. Penanganan pengaduan masyarakat didasarkan pada prinsip-prinsip kemudahan, partisipatif, transparan, akuntabilitas, obkyektif, rahasia, cepat dan akurat, obyektif dan berjenjang. Prinsip-prinsip penanganan pengaduan ini harus dilaksanakan dalam setiap tahapan penanganan pengaduan.
Penanganan pengaduan masyarakat dalam program P2KP merupakan sarana kontrol sosial bagi masyarakat, dimana masyarakat diharapkan memiliki perhatian dan terlibat langsung dalam pengawasan terhadap pelaksanaan pembangunan TRIDAYA dalam upaya pengentasan kemiskinan di wilayah tempat tinggalnya, dimana keterlibatan masyarakat merupakan bagian tidak terpisahkan dalam pembangunan partisipatif dari mulai tahap perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan serta pelestariannya. Disamping itu saran, usulan dan pengaduan masyarakat juga dapat menjadi masukan bagi perbaikan program P2KP dimasa mendatang. Oleh karenanya dituntut peran pelaku (stakeholders) di setiap jenjang P2KP untuk mensosialisasikan, memfasilitasi dan mendorong tumbuhnya kesadaran, perhatian, rasa memiliki dan rasa tanggungjawab dan ‘berperan aktif’ dalam melakukan kotrol sosial agar tercapai tujuan pembangunan TRIDAYA yang transparan, akuntabilitas dan berkelanjutan
I.2. Mekanisme Penanganan Pengaduan Masyarakat
Mekanisme penanganan pengaduan masyarakat dilaksanakan secara berjenjang, dari mulai tingkat kelurahan, kecamatan, kota, provinsi dan tingkat nasional.
I.2.1. Mekanisme penanganan pengaduan masyarakat di tingkat kelurahan
1. Pengaduan yang masuk dari masyarakat, LSM, Perguruan Tinggi, Kelompok Profesi, Kelompok Peduli dan lain-lain, dapat menggunakan media pengaduan berupa; surat, SMS, Faksimil, E-mail, Web, Telepon, Temuan Lapangan, Tatap Langsung, Kotak Pengaduan, Buku pengaduan dan lainnya.
2. Diterima oleh PPM LKM (bila telah terbentuk) atau Faskel/Tim Fasilitator/Relawan (bila BKM belum terbentuk). Pengaduan yang masuk melalui Lurah/Kades, Kantor Kelurahan/Desa dilanjutkan kepada PPM BKM/LKM atau Faskel/Tim Faskel. 3. Masalah pengaduan yang dapat diselesaikan pada tingkat ini, maka akan langsung diinformasikan kepada masyarakat (pengadu). Bila masalah pengaduan tidak dapat diselesaikan di tingkat ini, maka akan di bawa/ditarik ke level di atasnya (di tingkat kecamatan). Pihak-pihak yang dapat mnyelesaikan masalah di tingkat kelurahan/desa, seperti; Lurah/Kades, Camat/PJOK, Masyarakat, BKM/LKM dan pihak-pihak yang berkompeten di tingkatan ini.
I.2.2. Mekanisme penanganan pengaduan masyarakat di tingkat kecamatan
1. Pengaduan yang masuk dari masyarakat, LSM, Perguruan Tinggi, Kelompok Profesi, Kelompok Peduli dan lain-lain, dapat menggunakan media pengaduan berupa; surat, SMS, Faksimil, E-mail, Web, Telepn, Telepon, Temuan Lapangan, Tatap Langsung, Kotak Pengaduan, Buku pengaduan dan lainnya. Diterima oleh PPM LKM (bila telah terbentuk) atau Faskel/Tim Fasilitator/Relawan (bila LKM belum terbentuk).
2. Pengaduan yang masuk melalui Camat, Kantor Kecamatan dilanjutkan kepada PPM Kecamatan atau Tim faskel. Masalah pengaduan yang dapat diselesaikan pada tingkat ini, maka akan langsung diinformasikan kepada masyarakat (pengadu).
3. Bila masalah pengaduan tidak dapat diselesaikan di tingkat ini, maka akan di bawa/ditarik ke level di atasnya (di Tingkat Kota/Kabupaten). Pihak-pihak yang dapat menyelesaikan masalah di Tingkat Kecamatan, seperti; Camat/PJOK, Masyarakat, FKA LKM dan pihakpihak yang berkompeten di tingkatan ini.
I.2.3. Mekanisme penanganan pengaduan masyarakat di tingkat kota
1. Pengaduan yang masuk dari masyarakat, LSM, PT, Kelompok Profesi, Kelompok Peduli dan lain-lain, dapat menggunakan media pengaduan berupa; surat, SMS, Faksimil, E-mail, Web, Telepn, Telepon, Temuan Lapangan, Tatap Langsung, Kotak Pengaduan, Buku pengaduan dan lainnya. Diterima oleh PPM LKM (bila telah terbentuk) atau Faskel/Tim Fasilitator/Relawan (bila LKM belum terbentuk).
2. Pengaduan yang diterima di tingkatan ini adalah masalah yang belum dapat diselesaikan di tingat kelurahan/desa dan yang mengadu langsung ke PPM Kota/Kabupaten. Pengaduan yang masuk melalui Camat/PJOK, TKPP Kota/Kab.
Dilanjutkan kepada PPM Kota/Kab. (bila telah terbentuk) atau Koordinator Kota (Korkot) bila PPM Kota/Kab. Belum terbentuk.
3. Masalah pengaduan yang dapat diselesaikan pada tingkat ini, maka akan langsung diinformasikan kepada masyarakat (pengadu). Bila masalah pengaduan tidak dapat diselesaikan di tingkat ini, maka akan di bawa/ditarik ke level di atasnya (di Tingkat Provinsi/KMW). Pihak-pihak yang dapat mnyelesaikan masalah di tingkat Koat/Kab., seperti; Pemda/Bappeda Propinsi, TKPKD Provinsi, dan pihak-pihak yang berkompeten di tingkatan ini.
I.2.4. Mekanisme penanganan pengaduan masyarakat di tingkat provinsi
1. Pengaduan yang masuk dari masyarakat,LSM, PT, Kelompok Profesi, Kelompok Peduli dan lain-lain, dapat menggunakan media pengaduan berupa; surat, SMS, Faksimil, E-mail, Web, Telepn,Temuan Lapangan, Tatap Langsung, Kotak Pengaduan, Buku pengaduan dan lainnya. Diterima oleh PPM LKM (bila telah terbentuk) atau Faskel/Tim Fasilitator/Relawan (bila LKM belum terbentuk).
2. Pengaduan yang diterima di tingkatan ini adalah masalah yang belum dapat diselesaikan di Tingkat Kota/Kab. dan yang mengadu langsung ke PPM PropinsiKMW. Pengaduan yang masuk melalui Pemda Provinsi, TKPKD Proinsi dilanjutkan kepada PPM Propinsi (bila telah terbentuk) atau Konsultan Manajemen Wilayah (KMW) bila PPM Propinsi belum terbentuk.
3. Masalah pengaduan yang dapat diselesaikan pada tingkat ini, maka akan langsung diinformasikan kepada masyarakat (pengadu). Bila masalah pengaduan tidak dapat diselesaikan di tingkat ini, maka akan di bawa/ditarik ke level di atasnya (di tingkat Pusat). Pihak-pihak yang dapat menyelesaikan masalah di tingkat Pusat, yaitu; Tim Pemda Propinsi, TKPKD propinsi dan dan pihak-pihak yang berkompeten di tingkatan ini.
I.2.5. Mekanisme penanganan pengaduan masyarakat di tingkat pusat
1. Pengaduan yang masuk dari masyarakat,LSM, PT, Kelompok Profesi, Kelompok Peduli dan lain-lain, dapat menggunakan media pengaduan berupa; surat, SMS, Faksimil, E-mail, Web, Telepn, Temuan Lapangan, Tatap Langsung, Kotak Pengaduan, Buku pengaduan dan lainnya. Diterima oleh PPM LKM (bila teah terbentuk) atau Faskel/Tim Fasilitator/Relawan (bila LKM belum terbentuk).
2. Pengaduan yang diterima di tingkatan ini adalah masalah yang belum dapat diselesaikan di Tingat Propinsi dan yang mengadu langsung ke PPM Pusat.
3. Masalah pengaduan yang dapat diselesaikan di tingkatan ini, maka akan langsung dikonfirmasikan kepada masyarakat (pengadu). Pihak-pihak yang dapat mnyelesaikan masalah di tingkat Pusat, yaitu; Tim Koordinasi Nasional, SNVT PNPM Mandiri Perkotaan dan pihak-pihak yang berkompeten di tingkatan ini.
I.3. Progres Penanganan Pengaduan Masyarakat Periode Januari 2006 – Februari 2009
Penaganan pengaduan masyarakat yang tercatat di pusat telah berjalan dari Bulan Januari 2006 hinga Bulan Februari 2009, menunjukan perkembangan kemajuan yaitu Program P2KP 1,2, dan 3 Jumlah pengaduan 18.617 kasus, telah diselesaikan 18.529 kasus atau 99,53%. Pengaduan yang dalam proses penyelesaian 88 kasus atau 0,47%, dengan perincian sebagai berikut :
1. P2KP 1 (Ext) jumlah pengaduan 780 kasus, telah selesai 730 kasua atau 93,59%. Pengaduan yang masih dalam proses penyelesaian 50 kasus atau 6,41%;
2. P2KP 2, jumlah pengaduan 12.623 kasus, telah selesai 12.610 kasus atau 99,90%. Pengaduan yang masih dalam proses penyelesaian 13 kasus atau 0,10%;
3. P2KP 3, jumlah pengaduan 5.214 kasus, telah selesai 5.189 kasus atau 99,52%. Pengaduan yang masih dalam proses penyelesaian 25 kasus atau 0,48%. (Sumber :
Complain Handling Specialist NMC PNPM Mandiri Perkotaan)
Progres penanganan pengaduan masyarakat di 6 (enam) kota lokasi penelitian Periode Januari 2006 – Februari 2009, dapat dilihat pada Tabel.1.1. dibawah ini :
Tabel. 1.1.
Pengaduan Masyarakat di 6 (enam) Kota Lokasi Studi Status 28 Februari 2009
SIFAT PENGADUAN STATUS PENGADU AN Informasi Masalah NO KOTA Pr o s e s Se le sa i Ju m la h Ju m la h Kr iti k Sa ra n Pe rta ny aa n Ju m la h M Pr os Si m pa ng D an a In tN eg ati f K eb ija ka n K d Et ik F M a j e u r La in ny a Ju ml ah 1 Medan 5 72 77 42 20 5 17 35 13 17 1 1 1 0 2 77 2 Bengkulu 0 27 27 16 7 1 8 11 3 4 1 0 0 0 3 27 3 Makassar 0 59 59 13 0 2 11 46 28 11 3 1 0 0 3 59 4 Gorontalo 1 71 72 24 7 5 12 48 20 13 0 2 0 0 13 72 5 Surabaya 0 5 5 4 3 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 5 6 Pasuruan 0 2 2 0 0 0 0 2 0 2 0 0 0 0 0 2
I.4. Permasalahan
Permasalahan dalam penanganan pengaduan masyarakat adalah terbukanya pengaduan bagi sumber pelapor baik individu, kelompok masyarakat, kelembagaan pemerintah atau swasta, maupun kelompok peduli. Dengan terbukanya akses bagi seluruh komponen masyarakat untuk menyampaikan pengaduan terhadap pelaksanan P2KP, sementara disatu sisi tingkat partisipasi warga masyarakat di tingkat kelurahan, khususnya warga masyarakat miskin rendah dikarenakan selama ini partisipasi public dalam program-program pemberdayaan masyarakat dinilai lemah, sebagaimana tertuang dalam
“Tidak terpenuhinya hak-hak dasar masyarakat miskin karena tidak tepatnya layanan yang hambat diberikan oleh pemerintah, menyentuh langsung persoalan kapabilitas dasar yang kemudian menghambat mereka untuk mencapai harkat martabat Sebagai warga Negara. Gagalnya kapabilitas dasar itu sering muncul dalam berbagai kasus, terkooptasinya masyarakat miskin dari kehidupan sosial dan membuat mereka semakin tidak berdaya untuk menyampaikan aspirasinya. (SNPK, 2005 : 55)
Sebagaimana telah disampaikan diatas, bahwa jumlah pengaduan masyarakat yang tercatat di tingkat pusat periode Bulan Januari 2006 hingga Bulan Februari 2009 adalah 18.617 kasus, telah dapat diselesaikan sebesar 99,53% dan 88 kasus atau 0,47% dalam proses penyelesaian. Sementara di 6 (enam) kota lokasi penelitian sebagaimana Tabel 1.1. diatas, menunjukan bahwa kota dengan jumlah pengaduan tertinggi adalah Kota Medan dengan 77 pengaduan dan yang terendah adalah Kota Pasuruan hanya ada 2 pengaduan.
Untuk mengetahui lebih mendalam mengenai pelaksanaan penanganan pengaduan masyarakat di 6 (enam) kota lokasi penelitian, maka penelitian ini dilatar belakangi oleh (4) empat pertanyaan penelitian sebagai berikut dibawah.
II. Tujuan Kajian dan Pertanyaan Penelitian II.1. Tujuan Penelitian
Tujuan kajian penanganan pengaduan masyarakat adalah,
1. Memberikan gambaran yang komperhensif tentang efektifitas penanganan pengaduan masyarakat di lokasi penelitian dan mengidentifikasi pilihan-pilihan agar kontrol sosial dapat lebih efektif;
2. Memberikan pengertian analitis dari factor-faktor yang menjadi tantangan berkelanjutan pelembagaan mekanisme kontrol sosial di lokasi penelitian; ketiga, mengembangkan rekomendasi untuk perubahan program dan implementasi program di wilayah perluasan PNPM yang tepat untuk mengurangi tantangan yang teridentifikasi.
Pertanyaan penelitian studi tematik penanganan pengaduan masyarakat meliputi adalah : 1. Apakah system penanganan pengaduan yang ada pada saat ini efektif ?;
2. Apakah system penanganan benar-benar mampu menangkap dan menangani secara rata dan adil semua pengaduan relevan yang ada di berbagai strata masyarakat ?;
3. Perubahan rancangan apa yang diperlukan untuk memperbaiki transparansi, akuntabilitas dan partisipasi public dalam pengelolaan dana di tingkat masyarakat melalui kontrol sosial ?;
4. Bagaimana mekanisme kontrol sosial di tingkat masyarakat dapat dilembagakan sehingga berkelanjutan ?
III. Strategi dan Metode Penelitian III.1. Srtategi Penelitian
Studi penanganan pengaduan masyarakat dilaksankan di enam kota wilayah kerja P2KP yaitu Kota Bengkulu, Kota Medan, Kota Pasuruan, Kota Surabaya, Kota Gorontalo dan Kota Makasar. Kota Bengkulu, Kota Pasuruan dan Kota Gorontalo dipilih sebagai lokasi studi yang mewakili kota sedang dan Kota Medan, Kota Surabaya dan Kota Makasar dipilih sebagai lokasi studi yang mewakili kota besar dari tiga pulau lokasi penelitian, yaitu Pulau Sumatera, Pulau Jawa dan Pulau Sulawesi.
Kelurahan lokasi penelitian terdiri dari dua belas kelurahan atau dua kelurahan disetiap kota yang dipilih berdasarkan kriteria satu kelurahan yang memiliki tingkat pengaduan masyarakat tinggi dan satu kelurahan yang memiliki tingkat pengaduan masyarakat rendah. Secara terperinci dapat dijelaskan sebagai berikut : pertama, kelurahan yang memiliki tingkat pengaduan masyarakat tinggi adalah Kelurahan Sukarami Kota Bengkulu; Kelurahan Belawan Bahagia Kota Medan; Kelurahan Bangilan Kota Pasuruan; Kelurahan Pradah Kalikendal Knkota Surabaya, Kelurahan Huongubotu Kota Gorontalo; dan Kelurahan Bontorano Kota Makasar. Pemilihan tipologi kota dan tipologi kelurahan tersebut diharapkan dapat mengidentifikasi karakteristik dan dinamika penanganan pengaduan masyarakat pada masing-masing lokasi penelitian.
III.2. Metode Penelitian
Studi ini dilaksanakan dengan menggunakan metode kualitatif dengan menggunakan teknik analisis mikro dan teknik analisis mikro jenjang. Teknik analisis mikro dilakukan untuk mmenganalisis implementasi penang.anan pengaduan masyarakat pada tipologi kelurahan dalam satu kota lokasi penelitian, anan pengdan teknik analisis mikro jenjang digunakan untuk menganalisis imlpementasi penanganan pengaduan masyarakat pada masing tipologi kelurahan dalam satu kota dan yang mempengaruhinya dari kota maupun provinsi. Selain kedua teknik analisis diatas, digunakan analisis perandingan implementasi npenanganan pengaduan masyarakat antara tipologi kota sedang (Bengkulu, Pasuruan dan Gorontalo)
dengan implementasi penanganan pengaduan masyarakat pada tipologi kota besar (Medan, Surabaya dan Makasar).
III.3. Pelaksanaan Penelitian Lapangan
Penelitian dilaksanakan di enam kota lokasi penelitian sejak tanggal 18 Mei sampai 31 Juli 2009 dengan perincian sebagai berikut :
1. Kota Bengkulu : 18 Mei - 26 Mei 2009 2. Kota Medan : 28 Mei - 06 Juni 2009 3. Kota Pasuruan : 08 Juni - 17 Juni 2009 4. Kota .Surabaya : 17 Juni - 26 Juni 2009 5. Kota orontalo : 13 Juli - 22 Juli 2099 6. Kota Makasar : 22 Juli - 31 Juli 2009
III.4. Teknik Pengumpulan Informasi dan Informan Kunci
Dalam melaksanakan pengumpulan informasi di lapangan digunakan dua teknik pengumpulan informasi, yaitu teknik wawancara semi terstruktur (Semi Strukturd
Interview/SSI), dan diskusi kelompok terfokus (Focused Group Discussion/FGD) yang
dilaksanakan secara berjenjang dari mulai tingkat kelurahan, kecamatan, kota dan provinsi.
Informan terdiri dari tiga komponen program yang mewakili masyarakat, konsultan dan aparatur pemerintah daerah, yaitu :
1. Di tingkat kelurahan terdiri dari unsur :
a. Rumah tangga miskin (RTM) terdiri dari dua orang warga miskin penerima manfaat langsung maupun penerima manfaat tidak langsung dari 20 rumah tangga miskin; b. 24 orang anggota KSM laki-laki dan perempuan dari KSM social, ekonomi dan
prasarana lingkungan;
c. Pimpinan Kolektif BKM; dan d. Aparatur pemerintahan kelurahan;
2. Di tingkat kecamatan adalah aparatur pemerintahan kecamatan terdiri dari Penanggungjawab Operasional Kegiatan (PJOK) dan Camat;
3. Di tingkat kota adalah aparatur pemarintahan kota yaitu Satker P2KP dan SKPD; 4. Di tingkat provinsi aparatur pemerintahan provinsi diwakili oleh SNVT; dan
5. Dari unsur konsultan terdiri dari Fasilitator kelurahan (Faskel), Koordinator Kota (Korkot/Askorkot), dan KMW serta Tenaga Ahli Monev.
Selain mengumpulkan informasi melalui teknik wawancara semi terstruktur (SSI) dan diskusi kelompok terfokus (FGD) sebagai data primer, studi penanganan pengaduan masyarakat juga mengumpulkan data sekunder yaitu, di tingkat kelurahan terdiri dari dokumen Profil BKM, Profil Kelurahan; di tingkat kecamatan dokumen Profil Kecamatan; di tingkat kota database pananganan pengaduan masyarakat dari Korkot/Askorkot serta dokumen Profil Kota dan di tingkat provinsi laporan penanganan pengaduan masyarakat dari KMW.
III.5. Fokus Penelitian
Studi penanganan pengaduan masyarakat dilatar belakangi oleh empat pertanyaan penelitian, oleh karenanya penelitian di fokuskan pada implementasi penanganan pengaduan masyarakat yang berkaitan dengan keempat pertanyaan penelitian, meliputi :
A. Pertanyaan penelitian 1, dengan variable-variabel :
1. Variable Penerapan system penanaganan pengaduan masyarakat, dengan indicator-indikator :
a. Pengelolaan PPM di tingkat kelurahan; b. Penerimaan/Pelaporan PPM;
c. Pencatatan/Pengadministrasian dan Pendistribusian PPM; d. Penanganan Pengaduan Masyarakat;
e. Sosialisasi hasil progress; dan f. Pelaporan PPM.
2. Variable Penerapan Prinsip PPM dengan indicator-indikator : a. Penerapan prinsip PPM dalam Pengelolaan PPM;
3. Variabel Sifat PPM, dengan indicator-indokator : a. Pengaduan informatif;
b. Pengaduan penyimpangan;
4. Variabel Media PPM, dengan indicator-indikator : a. Media lisan (verbal);
b. Media telepon/sms (media komunikasi); c. Media tertulis (surat pengaduan); d. Media massa (surat kabar) dan website
5. Variabel Kategori dan Derajat Masalah, dengan indicator-indikator :
a. Kategori Masalah yang ada terkait dengan pengaduan masyarakat di tingkat kelurahan;
b. Derajat Masalah dalam penyelesaian penanganan penngaduan masyarakat B. Pertanyaan penelitian 2, dengan variable dan indikator sebagai berikut : 1. Variable penanganan penyelesaian PPM dengan indicator-indikator :
a. Sumber pengaduan/sumber pelapor
b. Penanganan penyelesaian pengaduan masyarakat;
C. Pertanyaan penelitian 3, dengan variabel dan indicator sebagai berikut : 1. Transparansi dalam pengelolaan dana di tingkat masyarakat
2. Akuntabilitas dalam pengelolaan dana di tingkat masyarakat
3. Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan dana di tingkat masyarakat melalui control sosial :
D. Pertanyaan penelitian 4, dengan variable sebagai berikut :
1. Pengalaman terbaik (best bractice) masyarakat dalam melakukan kontrol sosial terhadap pengelolaan dana di tingkat masyarakat;
2. Pengalaman terburuk (bad practice)masyarakat dalam melakukan kontrol sosial terhadap pengelolaan dana di tingkat masyarakat
Gambar.3.1.
Kerangka Pikir Studi Tematik Penenganan Pengaduan Masyarakat P2KP
IV. Temuan Kajian
Temuan kajian studi penanganan pengaduan masyarakat meliputi hasil analisis berdasarkan
cross case / variable analisis yang berisi isu-isu dan kecenderungan pada umumnya serta hasil
analisis kontekstua, hasil analisis mikro dan jenjang, kesimpulan umum dan rekomendasi sebagai berikut dibawah ini :
A. Hasil analisis berdasarkan cross case / variable analysia : General Trands and Issues
Isu-isu yang menonjol selama proses pengumpulan data di setiap kelurahan lokasi penelitian penanganan pengaduan masyarakat, dikelompokan sesuai dengan variabel dan indicator yang digunakan dalam panduan pertanyaan yang digunakan dalam wawancara semi terstruktur (Semi Struktur Interview/SSI) dan Focused Group Discussion (FGD), sebagai berikut :
1. Isu dan Kecenderungan Penanganan Pengaduan Masyarakat di Kelurahan Lokasi Penelitian
1.1. Pertanyaan penelitian 1
Sebagaimana telah disampaikan dimuka, untuk mengetahui bagaimana System PPM diterapkan dalam penanganan pengaduan masyarakat di tingkat kelurahan digunakan 4 (empat) variable. Berdasarkan penggalian informasi di kelurahan lokasi penelitian, isu dan kecenderungan pendapat informan mengenai pertanyaan penelitian 1.
1.1.1. Penerapan Sistem PPM
Isu dan kecenderungan yang ditemui di kelurahan lokasi penelitian mengenai penerapan sistem penanganan pengaduan masyarakat pada umumnya meliputi :
A. Pengalolaan PPM
Pengelolaan penanganan pengaduan masyarakat di semua kelurahan lokasi penelitian dilaksanakan oleh pimpinan kolektif BKM. Belum dibentuknya Unit Pengelola (UP) PPM di 11 (sebelas) kelurahan. Adapaun kelurahan yang telah membentuk UP PPM adalah Kelurahan Biawao, namun Unit Pengelola (UP) PPM belum berjalan dikarenakan belum ditunjuk personil untuk mengelola UP PPM di Kelurahan Biawao. Dengan belum terbentuk dan berjalannya UP PPM di semua kelurahan, prasarana dan sarana pengaduan masyarakat yang ditemui baru Kotak Pengaduan dan itu pun di temui di Kelurahan kandang dan Kelurahan Sukarami Kota Bengkulu dan di Kelurahan Pradah Kalikendal Kota Surabaya. Berdasarkan pengakuan dari informan, di sembilan kelurahan lainnya Kotak Pengaduan pernah ada namun karena tidak dimanfaatkan oleh masyarakat saat penelitian dilaksanakan sudah tidak ada lagi.
Penerimaan pengaduan masyarakat di tingkat kelurahan terdiri dari dua macam, yaitu penerimaan pengaduan masyarakat yang diterima langsung oleh BKM dan penerimaan pengaduan masyarakat yang diterima melalui perwakilan. Pengaduan masyarakat yang diterima langsung oleh BKM adalah penkgaduan yang disampaikan oleh para tokoh masyarakat dan warga masyarakat yang memiliki hubungan dekat dengan BKM atau Unit Pengelola (UPK, UPS dan UPL), sedangkan pengaduan masyarakat yang diterima melalui perwakilan pada umumnya adalah pengaduan warga masyarakat miskin yang .disampaikan kepada para Ketua a, RT/RW atau Kepling dan tokoh masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya.
C. Pencatatan/Pengadministrasian dan Pendistribusian
Pencatatan/pengadministrasian dan pendistribusian di kelurahan lokasi penelitian. Penerimaan pengaduan masarakat disemua kelurahan ada dua macam, pertama, penerimaan pengaduan langsung yang diterima oleh BKM adalah pengaduan yang bersumber dari warga masyarakat yang secara social ekonomi tidak termasuk kedalam kategori masyarakat miskin, tokoh masyarakat, relawan, aktivis pemuda, aktivis kelompok perempuan, aktivis pendidikan pendidikan, aktivis kesehatan dan lainnya; kedua, pengaduan yang diterima secara langsung oleh BKM atau pengaduan yang diterima oleh BKM melalui wakil masyarakat (seperti Ketua RT/RW, Kepling, tokoh masyarakat dan relawan) adalah pengaduan dari warga miskin yang terlibat maupun yang tidak terlibat dalam proses pembangunan TRIDAYA. Pendistribusian pengaduan masyarakat di BKM, pada umumnya dilakukan secara kolektif, dimana PK-BKM melaksanakan pertemuan (rapat/musyawarah) untuk membahas dan mendistribusikan pengaduan masyarakat. Pengaduan masyarakat yang di musyawarahkan di BKM antara lain pengaduan yang sifatnya penyimpangan prosedur dan atau pengaduan penyimpangan dana. Pengaduan yang sifatnya informatif, terutama pengaduan dari warga miskin seperti pertanyaan atau usulan biasanya diselesaikan atau dijawab oleh para wakil masyarakat (Ketua RT/RW atau tokoh masyarakat).
D. Penanganan Pengaduan
Penanganan pengaduan yang ditemui di kelurahan lokasi penelitian terdiri dari dua macam, yaitu pengaduan informatif dan pengaduan penyimpangan prosedur diselesaikan di tingkat komunitas dan BKM. Pengaduan penyimpangan prosedur yang ditemui pada umumnya adalah penyaluran bantuan social dan bantuan ekonomi kepada penerima manfaat tidak sesuai dengan hasil pemetaan social. Masyarakat menilai penyaluran bantuan social dan ekonomi disalurkan kepada keluarga-keluarga yang dekat dengan BKM, Koordinator Unit Pengelola (UPK dan UPS), serta yang dekat dengan Ketua RT/RW setempat. Pengaduan penyimpangan dana di tiga kelurahan lokasi penelitian diselesaikan di tingkat kecamatan, sedangkan di dua kelurahan diselesaikan di tingkat kelurahan dan difasilitasi oleh Lurah.
E. Sosialisasi Hasil Progres
Sosialisasi hasil dan progress penanganan pengaduan yang ditemui di semua kelurahan lokasi penelian dimana pengaduan informatif dan penyimpangan prosedur tidak disosialisasikan
kepada masyarakat secara luas. Sementara penanganan pengaduan penyimpangan dana setiap tahapannya disosialisasikan kepada masyarakat secara umum baik melalui perwakilan maupun oleh pimpinan kolektif BKM (PK-BKM) yang tidak terlibat dalam penyalah gunaan Dana BLM dan para pelaku P2KP lainnya.
F. Pelaporan PPM
Pelaporan pananaganan pengaduan (PPM), secara umum di kelurahan yang tidak terdapat kasus penyimpangan Dana BLM belum dibuat secara khusus atau terpisah dari laporan bulanan BKM. Sementara penanganan pengaduan penyimpangan Dana BLM dibuat laporan pada setiap tahapannya, dari mulai proses identifikasi hingga pada proses usulan Musyawarah Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) BKM.
1.1.2. Penerapan prinsip PPM
Penerapan prinsip penanganan pengaduan masyarakat berdasarkan isu-isu dan kecenderungan yang ditemui di dua belas kelurahan lokasi penelitian, telah dilaksanakan walaupun belum semua dari prinsip tersebut. kelurahan lokasi penelitian dalam penerapan prinsip-prinsip penanganan pengaduan ini dapat dibedakan dalam dua tipologi, pertama, kelurahan yang tidak ada kasus penyimpangan Dana BLM menerapkan prinsip-prinsip kemudahan, transparansi, partisipatif, cepat dan akurat serta akuntabilitas; kedua, di kelurahan yang terdapat kasus penyimpangan Dana BLM prinsip-prinsip penanganan pengaduan masyarakat terhambat dengan tidak dilaksankannya transparansi, akuntabilitas dan partisipasi masyarakat dalam melaksanakan kontrol sosial.
1.1.3. Sifat dan Media Pengeduan
Sifat dan media pengaduan masyarakat di kelurahan lokasi penelitian ditemui sebagai berikut,
pertama, terdapat dua jenis sifat pengaduan masyarakat, yaitu pengaduan informatif dan
pengaduan penyimpangan. Pengaduan informatif antara lain menyangkut masalah pertanyaan, usulan dan saran terhadap pengelolaan pembangunan TRIDAYA. sementara pengaduan penyimpangan meliputi pengaduan menyangkut masalah penyimpangan prosedur dan penyimpangan dana. Penyimpangan informatif dan pengaduan penyimpangan prosedur ditemui disemua kelurahan lokasi penelitan. Sedangkan pengaduan penyimpanagan Dana BLM ekonomi yang belum selesai atau masih dalam proses penyelesaian ditemui di lima kelurahan yaitu Kelurahan Sukarami, Kelurahan Belawan Bahagia, Kelurhan Bangilan, Kelurahan Pradah Kalikendal dan Kelurahan Bontorano.
Di Kelurahan Huongubotu pernah terjadi kasus penyimpangan Dana BLM namun telah diselesaikan difasilitasi oleh Korkot pada saat itu; kedua, media pengaduan yang ditemui di kelurahan lokasi penelitian adalah media lisan (verbal) dan media telepon/sms. Pengaduan melalui media massa pernah dilakukan di Kota Medan terutama pada tahun 2006 lalu, mapupun pada tahun 2008 dan 2009 akan tetapi pengaduan melalui media massa ini pada umumnya dilakukan oleh para wartawan dari media massa untuk mencari-cari kesalahan BKM. Berbeda dengan di Kota Bengkulu, dimana Korkot dan KMW bekerjasama dengan
media massa local dalam rangka membuka ruang bagi masyarakat untuk menyampaikan pengaduannya melalui “Kolom SMS”.
1.1.4. Kategori dan Derajat Masalah
Derajat dan kategori masalah yang ditemui di kelurahan lokasi penelitian terdiri dari dua macam, yaitu, pertama, pengaduan informatif atau Kategori Masalah 7 pada umumnya dapat diselesaikan di tingkat BKM, masuk dalam Derajat Masalah 1; kedua, pengaduan penyimpangan dana atau Kategori Masalah di 3 (lima) kelurahan diselesaikan di tingkat kecamatan atau Derajat Masalah 2, sedang di 3 (tiga) kelurahan diselesaikan di tingkat kelurahan atau Derajat Masalah 1.
1.2. Pertanyaan Penelitian 2
Untuk mendapatkan informasi yang akurat terkait dengan pertanyaan penelitian 2, dalam penelitian ini digunakan dua variable yaitu sumber pengaduan/pelapor dan penanganan pengaduan masyarakat dan pelayanan BKM dalam menyelesaikan penanganan pengaduan masyarakat kepada sumber pengadu/pelapor, yaitu, pertama, sumber pengaduan/pelapor terdiri dari berbagai strata masyarakat seperti, warga masyarakat miskin, tokoh masyarakat, relawan dan kelembagaan masyarakat (LPMK, PKK, karang taruna, kelompok masyarakat/KSM), pengaduan yang bersumber dari LSM tidak ditemui. Adanya sumber pelapor dari unsur Ormas dan kepartaian di Kelurahan Belawan Bahagia lebih kebentuk profokasi yang dilakukan untuk menyerang PK-BKM; kedua, penanganan pengaduan masyarakat di kelurahan lokasi penelitian pada umumnya telah dilaksanakan secara rata dan adil, namun di kelurahan-kelurahan yang perdapat kasus penyimpangan Dana BLM dalam menyelesaikan penanganan pengaduan (masalah) Pimpinan Kolektif BKM yang menangani membutuhkan dukungan dari pelaku P2Kp lainnya dan fasilitasi dari Tim Faskel serta Lurah atau Camat, mengingat yang melakukan penyimpangan Dana BLM yaitu Koordinator PK-BKM dan UPK/Sekretaris atau kolektor UPK adalah pemuka masyarakat yang disegani oleh warga setempat.
1.3. Pertanyaan Penelitian 3
Isu-isu dan kecenderungan terkait dengan pertanyaan penelitian 3, dalam penelitian ini digunakan 3 (tiga) variable yaitu, transparansi pengelolaan dana di tingkat masyarakat, akuntabilitas pengelolaan dana di tingkat masyarakat dan partisipasi public terhadap pengelolaan dana di tingkat masyarakat melalui kontrol sosial. Berdasarkan ketiga variable tersebut, isu-isu dan kecenderungan yang ditemui di kelurahan lokasi penelitan, pertama, pengelolaan dana di tingkat masyarakat selama pelaksanaan pembangunan TRIDAYA dilaksanakan yakni di UPK, UPS dan UPL dapat dibedakan dalam dua kategori yaitu; (a) di kelurahan yang tidak terdapat penyimpangan Dana BLM, pengelolaan dana di tingkat masyarakat telah dilakukan dengan transparan dan akuntabel; (b) di kelurahan yang terdapat
kasus penyimpangan Dana BLM, pengelolaan dana di tingkat masyarakat tidak transparan dan tidak dapat dipertanggungjawabkan (accountable), terutama pengelolaan dana di UPK;
kedua, partisipasi public dalam melakukan kontrol sosial terhadap pengelolaan dana disemua
kelurahan lokasi penelitian masih sangat rendah, terutama warga masyarakat miskin. Selain daripada itu, ada indikasi bahwa para relawan yang tidak terpilih sebagai pimpinan kolektif BKM pun menjadi tidak peduali terhadap pengelolaan dana di tingkat masyarakat dikarenakan diberi kompensasi menjadi penerima manfaat ekonomi.
B. Hasil Analisis Kontekstual
Hasil analisis kontekstual adalah temuan penelitian di kelurahan lokasi penelitan akan diuraikan berdasarkan tipe kelurahan dalam satu kota, yaitu kelurahan yang tinggi tingkat pengaduan masyarakatnya dan kelurahan yang rendah tingkat pengaduan masyarakatnya. Analisis kontekstual ini akan membandingkan implementasi penanganan pengaduan masyarakat pada dua kelurahan di setiap kota lokasi penelitian sesuai dengan urutan kota dimana dilaksankan penelitian lapangan.
1. Antar Tipe Kelurahan 1.1. Kota Bengkulu
Penelitian di Kota Bengkulu dilaksanakan pada tanggal 18 sampai dengan 26 Mei 2009. Fokus kegiatan penelitian dilakukan di Kelurahan Kandang Kecamatan Kampung Melayu dan Kelurahan Sukarami Kecamatan Selebar, di tingkat kecamatan, kota dan provinsi. Kegiatan pengumpulan informasi dan data di Kelurahan Kandang dan Kelurahan Sukarami dilaksanakan secara bertahap dan berjenjang, dari kegiatan wawancara semi terstruktur (SSI) dengan rumah tangga miskin penerima manfaat langsung maupun penerima manfaat tidak langsung program P2KP dilanjutkan dengan kegiatan focused group discussion (FGD) dengan Anggota KSM laki-laki dan perempuan dari KSM sosial, ekonomi dan lingkungan.
1.1.1. Kelurahan Lokasi Penelitian
1.1.1.1. Gambaran Umum Kelurahan Kandang Kecamatan Kampung Melayu.
Kelurahan Kandang merupakan lokasi penelitian yang mewakili kelurahan dengan tingkat pengaduan masyarakat rendah dibandingkan dengan kelurahan lainnya di Kota Bengkulu. Jumlah penduduk Kelurahan Kandang adalah 1.263 KK atau 4.681 Jiwa terdiri dari 2.276 orang pria dan 2.445 orang kaum perempuan. Penduduk miskin di Kelurahan Kangdang 250 KK, jumlah anak keluarga miskin yang putus sekolah 15 anak. Rumah tanga yang membutuhkan santunan sebanyak 87 KK.
Kelurahan Kandang merupakan kelurahan yang mendapat bantuan P2KP sejak Tahun 2006, jumlah Dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) merupakan yang tertinggi di Kota Bengkulu yaitu sebesar Rp. 345 Juta rupiah. Pengelolaan kegiatan pembangunan TRIDAYA
di Kelurahan Kandang dikelola dengan suasana yang kondusif yang melibatkan para pemuka masyarakat setempat yang dikoordinir oleh Koordinator PK-BKM yang juga selaku Ketua Adat Masyarakat Bengkulu di tingkat kelurahan maupun di tingkat kecamatan. Kelurahan Kandang terletak di pinggir pantai panjang dengan warga masyarakatnya yang terdiri dari warga asli Bengkulu dan warga pendatang yang berasal dari berbagai etnis seperti jawa, Sulawesi selatan, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Aceh, dan lainnya yang tinggal dan memiliki mata pencaharian sebagai nelayan, pedagang, penjaja ikan, buruh kasar, penarik ojek dan pegawai kecil. Warga miskin di Kelurahan Kandang rata-rata memiliki pendapatan antara Rp. 300 ribu sampai dengan Rp 350 ribu rupiah perbulan.
Kehidupan social masyarakat di Kelurahan Kandang telah terbangun lapisan masyarakat berdasarkan keturunan dan ketokohan. Lapisan masyarakat berdasarkan keturunan tumbuh dalam warga masyarakat asli Bengkulu sedangkan lapisan masyarakat berdasarkan ketokohan tumbuh pada kelompok masyarakat pendatang. Ketokohan bagi warga pendatang berdasarkan pada status social ekonomi, seperti pendidikan, aktivitas social dan kekayaan. Namun demikian warga asli Bengkulu tetap tetap memiliki pengaruh yang besar dalam kehidupan social warga masyarakat, disamping jumlahnya yang banyak juga dikarenakan warga pendatang cukup menghargai warga asli Bengkulu baik dalam kedudukannya sebagai pengurus organisasi mapun sebagai warga masyarakat biasa. Walaupun warga pendatang menghormati warga asli Bengkulu, namun dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam aktivitas organisasi/kelembagaan masyarakat telah dilaksanakan secara demoktratis, dimana warga pendatang banyak terlibat aktif tanpa dibedakan.
1.1.1.2. Gambaran Umum Kelurahan Sukarami Kecamatan Selebar
Kelurahan sukarami terdiri dari 4 RW yang terbagi dalam 26 RT, terletak di pinggiran timur Kota Bengkulu pada jalur ekonomi yang menghubungkan Kota Bengkulu dengan Kabupaten Seluma dan Kabupaten Bengkulu Selatan. Warga masyarakat Kelurahan Sukarami juga terdiri dari warga asli Bengkulu dan warga pendatang yang terdiri dari berbagai etnis, seperti Jawa, Sumatra Barat, Lampung, Sulawesi Selatan dan lainnya dengan mata mayoritas pencaharian warga masyarakatnya sebagai petani, pedagang, pegawai negeri, pegawai swasta, buruh dan lainnya.
Dalam kehidupan social warga masyarakat Kelurahan Sukarami juga telah terbentuk lapisan-lapisan social, namun berbeda dengan di Kelurahan Kandang, lapisan-lapisan-lapisan-lapisan social di kelurahan sukarami tampak lebih terbuka, dimana warga pendatang lebih menonjol dibandingkan dengan warga asli Bengkulu. Keterbukaan dalam lapisan social masyarakat terbagun disebabkan di Kelurahan Sukarami telah ada dua perumahan BTN yang penghuninya adalah warga pendatang yang memiliki tingkat pendidikan dan keterampilan lebih baik disbanding dengan warga asli, sehingga ketokohan dalam masyarakat cenderung disebabkan oleh factor-faktor pendidikan, status ekonomi dan kedudukan serta aktivitas sosial individu dalam masyarakat. Warga miskin tersebar di semua RW, termasuk mereka yang tinggal sebagai pengontrak di perumahan BTN. Pendapatan warga miskin di kelurahan sukarami berkisar antara Rp. 300 ribu hingga Rp 350 ribu rupiah dan sebagian bahkan tidak
memiliki penghasilan yaitu mereka yang telah berusia lanjut (lansia), sama dengan di Kelurahan Kandang.
Kelurahan Sukarami mendapat batuan P2KP sejak Tahun 2006 dengan jumlah Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) sebesar Rp. 203.100.000,-. Pengelolaan pembangunan TRIDAYA untuk prasarana lingkungan dan penyaluran bantuan social tidak mengzdalami masalah yang seious, pengaduan masyarakat yang muncul adalah pengaduan informatif dan penyimpangan prosedur, yaitu penerima manfaat social dan ekonomi dinilai tidak sesuai dengan hasil pemetaan social (PS). Namun dalam pengelolaan Dana BLM (Bantuan Langsung Masyarakat), pengelolaan di tingkat UPK telah terjadi penyimpangan yang diduga melibatkan unsur Pimpinan Kolektif BKM dan Koordinator UPK.
1.1.2. Jumlah dan Komposisi Informan Kunci
Informan kunci di Kelurahan Kandang berjumlah 53 orang terdiri dari unsur RTM laki-laki 10 orang (18,87%), TRM peremuan 10 orang (18,87%); Anggota KSM laki-laki 12 orang (22,64%), Anggota KSM perempuan 10 orang (22,64%) dan unsur PK-BKM laki-laki 9 orang (16,98%). Sementara jumlah informan kunci di Kelurahan Sukarami berjumlah 56 orang terdiri RTM laki-laki 10 orang atau 17,86%, RTM perempuan 10 orang atau 17,86%, anggota KSM laki-laki 15 orang atau 26,79%, anggota kSM perempuan 9 orang atau 16,07%, PK-BKM laki-laki 9 orang atau 16,07% dan PK-PK-BKM perempuan sebanyak 3 orang atau 5,36%.
Keterlibatan informan perempuan di kedua kelurahan cukup tinggi, yaitu di Kelurahan Kandang 41,51% dan di Kelurahan Sukarami 40,29%. Tingginya keterlibatan informan perempuan di kedua kelurahan dikarenakan, mereka adalah penerima manfaat social dan ekonomi dalam program P2KP.
1.1.3. Pertanyaan Penelitian 1
Sebagaimana disampaikan diatas untuk memperoleh gambaran dan informasi mengenai penerapan prinsip penanganan pengaduan masyarakat di tingkat kelurahan digunakan 4 (empat) variable, yaitu penerapan system PPM, penerapan prinsip PPM, sifat dan media pengaduan, serta kateori dan derajat masalah. Secara terperinci hasil temuan di kedua kelurahan lokasi penelitian di Kota Bengkulu diuraikan sebagai berikut dibawah ini.
1.1.3.1. Penerapan System PPM
Variabel penerapan system PPM didukung dengan 6 (enam) indicator sebagai berikut.
Di Kelurahan Kandang maupun di Kelurahan Sukarami Unit Pengelola (UP) PPM belum dibentuk, pengelolaan penanganan pengaduan masyarakat dilakukan di BKM oleh pimpinan kolektif BKM. Dengan belum dibentuknya Unit Pengelola PPM, di tingkat kelurahan tidak ada yang mengelola penanganan pengaduan masyarakat secara khusus atau pengelolaan penanganan pengaduan masyarakat belum ada yang mengelola secara otonom. Kelemahan dari tidak adanya pengelolaan penanganan pengaduan secara otonom, mengakibatkan penaganan pengaduan masyarakat tidak terfokus. Sosialisasi penanganan pengaduan masyarakat baru dilakukan dilingkungan pimpinan kolektif BKM, Unit Pengelola (UPS, UPK dan UPL) dan para Ketua RW, dengan demikian masyarakat luas tidak mengatahui dan memahami bahwa dalam P2KP ada penanganan pengaduan masyarakat.
Hasil penggalian informasi melalui wawancara semi terstruktur (SSI) dan focused group
discussion (FGD), di Kelurahan Kandang 39,62% informan menjawab bahwa Unit Penglola
PPM belum dibentuk, pengelolaan penanganan pengaduan masyarakat (PPM) dilakukan oleh PK-BKM bersama-sama dengan Unit Pengelola (UPK, UPS dan UPL). Sementara informan yang menjawab tidak tahu mengenai pengelolaan PPM sebanyak 60,38%, mewakili unsur RTM dan Anggota KSM. Sedangkan di Kelurahan Sukarami 55,36% informan yang mewakili unsur RTM (12,50%), Anggota KSM (21,23%) dan BKM (21,23%) menyatakan bahwa Unit PPM belum dibentuk di kelurahan. Pengelolaan penanaganana pengaduan masyarakat (PPM) dilakukan oleh PK-BKM. Dan informan yang menjawab tidak tahu sebanyak 44,64%, mewakili unsur RTM dan Anggota KSM.
Berdasarkan deskripsi diatas, pengelolaan pengaduan masyarakat PPM di kedua kelurahan memiliki kecenderungan yang sama, yaitu : (1) Belum dibentuk Unit Pengelola PPM di tingkat kelurahan. Pengelolaan PPM dilaksanakan oleh PK-BKM bersama-sama dengan Unit Pengelola sosial, ekonomi dan prasarana lingkungan (UPS, UPK dan UPL) terhadap setiap pengaduan yang dilaporkan kepada PK-BKM. (2) Sarana dan prasarana penanaganan pengaduan masyarakat yang tersedia baru sebatas Kotak Pengaduan yang tidak pernah dimanfaatkan oleh masyarakat untuk mengadukan masalahnya, dan tidak ditemui tersedianya Format Pengaduan dan Buku Catatan penanaganan pengaduan. (3) Berdasarkan pendapat informan yang mewakili unsure BKM, pengelolaan dilaksanakan oleh PK-BKM, karena mereka harus merumuskan, memutuskan dan mendelegasikan penanganan pengaduan secara kolektifitas. (4) Belum dilaksanakannya pengelolaan sesuai dengan prosedur dan mekanisme PPM P2KP, mengingat perhatian PK-BKM maupun Unit-unit dibawahnya terfokus pada pelaksanaan pembangunan TRIDAYA terkait dengan proses pemberdayaan masyarakat.
Pengelolaan Penanganan pengaduan masyarakat (PPM) di Kelurahan Kandang telah dilaksanakan sesuai dengan pemahaman PK-BKM dan para pelaku P2KP. Sementara di Kelurahan Sukarami pengelolaan pengaduan masyarakat belum berjalan, terkait dengan adanya dugaan penyimpangan Dana BLM oleh Koordinator PK-BKM. Selain daripada itu menurut unsure PK-BKM (SUM, 35 Tahun), Koordinator PK-BKM selama ini kurang koordinasi dengan pimpinan kolektif lainnya, komunikasi hayna dengan Sekretaris BKM yang juga orang tua dari Koordinator UPK (Almarhumah).
B. Penerimaan Pengaduan
Penerimaan pengaduan masyarakat di Kelurahan Kandang maupun di Kelurahan Sukarami terdiri dari dua macam penerimaan, yaitu penerimaan pengaduan masyarakat yang langsung diterima oleh BKM dan yang diterima melalui perwakilan masyarakat. Pengaduan yang langsung diterima oleh BKM pada umumnya adalah pengaduan dari para pemuka masyarakat, sementara pengaduan yang diterima melalui perwakilan adalah pengaduan yang bersumber dari warga miskin. Sarana dan prasarana yang ditemui di Kelurahan Kandang adalah Kotak Pengaduan, itupun sudah tersimpan di Gudang Kantor Kelurahan/Secretariat BKM. Sementara di Kelurahan Sukarami Kotak Pengaduan terpasang di halaman Kantor Kelurahan/Sekretariat BKM, dengan kondisi yang sama dengan di Kelurahan Kandang. Menurut Koordinator PK-BKM Kelurahan Kandang, Bapak Harmen, SH pada awalnya Kotak Pengaduan disediakan di setiap RW, namun masyarakat tidak pernah ada yang menyampaikan pengaduan secara tertulis sehingga Kotak Pengaduan selalu kosong.
Hasil penggalian informasi melalui kegiatan wawancara dan FGD dengan 53 informan kunsi di Kelurahan Kandang, 56,60% informan dari unsur RTM (16,98%), Anggota KSM (22,64%) dan unsur PK-BKM (16,98%) menyatakan bahwa penerimaan pelaporan dan pengaduan belum sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan P2KP. Informan yang menjawan tidak tahu sebanyak 43,40% mewakili unsur RTM dan Anggota KSM. Sementara di Kelurahan Sukarami, 58,93% informan yang mewakili unsur RTM (16,07%), Anggota KSM (21,43%) dan unsur PK-BKM (21,43%) menyatakan bahwa penerimaan pelaporan dan pengaduan belum dilaksanakan sesuai dengan prosedur penanganan pengaduan yang telah ditetapkan P2KP, dan informan yang menjawab tidak tahu sebanyak 41,07% mewakili unsur RTM dan Anggota KSM.
Berdasarkan deskripsi diatas, dikedua kelurahan memiliki kecenderungan yang sama dalam penerimaan pengaduan masyarakat, sebagai berikut : (1) Penerimaan pelaporan dan pengaduan belum dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan P2KP, antara lain : (a) Pelapor tidak mengisi blanko format pengaduan; (b) Penerimaan pengaduan yang disampaikan masyarakat secara lisan atau tertulis tidak dicatat dalam Buku Catatan Pengaduan; (c) Belum dilaksanakannya sosialisasi penanganan pengaduan masyarakat (PPM) kepada masyarakat, sehingga masyarakat tidak mengetahui harus mengadukan kepada siapa dan dimana. (2) Tingginya jumlah informan yang tidak tahu mengenai penanaganan pengaduan masyarakat di Kelurahan kandang (43,40%) dan Di kelurahan Sukarami (41,07%) menunjukan masyarakat belum mendapatkan informasi dan sosialisasi penanganan pengaduan masyarakat sebagai bagian dari pengelolaan pembangunan TRIDAYA. Di kedua kelurahan juga memiliki kecenderungan yang sama, masyarakat pada umumnya mengadukan masalahnya kepada para Ketua RT/RW atau tokoh masyarakat dilingkungan tempat tinggalnya. Hal ini juga yang menyebabkan Kotak Pengaduan di kedua kelurahan selalu kosong tidak pernah dimanfaatkan oleh masyarakat. Kebiasaan masyarakat mengadukan masalahnya kepada para Ketua RT/RW dan tokoh masyarakat ini sudah menjadi kebiasaan dan membudaya dan telah terbangun sejak lama sebelum P2KP dilaksanakan.