• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jumlah Karya IPTEK Yang Telah Direkomendasikan dan/atau Diadopsi Oleh Stakeholder dan Masyarakat

AKUNTABILITAS KINERJA

A. HASIL PENGUKURAN KINERJA

2) Jumlah Karya IPTEK Yang Telah Direkomendasikan dan/atau Diadopsi Oleh Stakeholder dan Masyarakat

Capaian IKU Badan Litbang KP dengan indikator jumlah karya iptek yang telah direkomendasikan dan/atau diadopsi oleh stakeholders dan masyarakat dengan target 5 tercapai 7 (tercapai 140 persen). Capaian tersebut meliputi : Hasil Penelitian yang diadopsi menjadi Kebijakan di Pekalongan, Rekomendasi teknis untuk Dokumen Klaim Pemerintah Indonesia dalam Penanganan Kasus Pencemaran Minyak Laut Timor (Montara), 3 Rekomendasi dan Kelayakan Lahan Bagi Pengembangan Perikanan Budidaya pada 3 Kawasan Minapolitan, rekomendasi teknis dalam Penanganan Tumpahan Lumpur Sidoarjo ke Kali Porong, dan Rekomendasi Pengelolaan Ikan Bilih di Danau Toba.

a. IPTEK Pengolahan Produk Perikanan untuk Nilai Tambah Produk Hasil Perikanan Kegiatan IPTEK tersebut telah menyampaikan hasil litbangnya melalui ajang diseminasi hasil iptek pengolahan produk pada tahun 2006 – 2008 di Kabupaten Pekalongan. Hasil litbang yang telah diadopsi oleh masyarakat di Kabupaten Pekalongan adalah: alat pengolah kerupuk ikan dan proses pengolahan kerupuknya, produk olahan berbasis surimi (somay, otak-otak, pempek dll), diversifikasi produk olahan berbasis ikan patin dan produk olahan berbasis bahan baku ikan. Dari diseminasi yang dilakukan selama 3 tahun di kabupaten Pekalongan ini serta melihat animo dan dampak terhadap masyarakat akan teknologi pengolahan produk olahan ikan ini, pemerintah daerah kabupaten Pekalongan menetapkan kebijakan yang mendorong berkembangnya usaha masyarakat di bidang olahan ikan dan menjadikan produk olahan ikan sebagai salah satu produk andalan kabupaten Pekalongan.

b. Penanganan Kasus Pencemaran Minyak Laut Timor (Montara)

Pada 21 Agustus 2009 terjadi ledakan di sumur pengeboran minyak Montara milik PTTEP Ashmore Australia (anak perusahaan dari PTTEP Group Thailand) di Samudera Hindia Tenggara di wilayah perairan Australia. Tanggal 31 Agustus 2009

L A K I P B a l i t b a n g K P 22 penyebaran cemaran minyak memasuki Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI). Tanggal 21 September 2009 Stasiun penerima citra satelit Balai Riset & Observasi Laut (BROK) mendeteksi cemaran minyak mencapai 51 NM tenggara dari Pulau Rote. Pemantauan melalui citra satelit terus dilakukan hingga akhir tahun 2009.

Tim Nasional Advokasi Laut Timor (TALT) dibentuk oleh Presiden dengan Penangung jawab adalah Menteri Perhubungan, dengan Ketua Tim Penyusunan Klaim dari Kementerian Negara Lingkungan Hidup. Kepala Badan Riset Kelautan & Perikanan (saat itu) & Sekretaris Jenderal KKP menjadi anggota Tim Pengarah, dan BRKP terlibat menjadi anggota TALT.

Survei oleh Tim Balitbang KP & PSDKP menggunakan Kapal Pengawas Perikanan untuk pengujian kandungan Polycyclic Aromatic Hydrocarbon (PAH) dan kualitas air dilakukan pada 10-26 Mei 2010, dengan hasil adalah positif minyak pencemar adalah berasal dari sumur pengeboran minyak Montara. Hasil ini memverifikasi hasil temuan sifat fisik minyak pencemar (Tarball) dari survei 23 Oktober 2009 & 3-5 November 2009 oleh Badan Pengendali Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) NTB dan KLH. Survei verifikasi lanjutan oleh Tim Balitbang KP & PSDKP dilakukan pada 20-22 Agustus 2010.

Pemodelan transpor sebaran tumpahan minyak (oil spill) dilakukan oleh BPPT sedangkan verifikasi hasil model hidrodinamika dan transpor dilakukan oleh Puslitbang SDLP dimana salah satunya adalah menggunakan data dari Ditjen KP3K. Dimana wilayah pengelolaan perikanan (WPP) seluas 7.0841,76 km2, taman nasional laut (TNL) Laut Sawu seluas 3.4089,87 km2, wilayah nurseri seluas 135.799,93 km2, habitat sapi laut (Dugong) seluas 15.712,11 km2, habitat penyu seluas 4.096.40 km2, dan terumbu karang seluas 944,90 km2 terancam pengaruh pencemaran minyak.

Dokumen klaim pemerintah Indonesia berhasil disusun pada Oktober 2010 dan serangkaian pertemuan negosiasi dan debat teknis klaim telah beberapa kali dilakukan di Perth Australia, dan Singapura.

c. Rekomendasi Kelayakan Lahan Bagi Pengembangan Perikanan Budidaya di 3 (Tiga) Kawasan Minapolitan

c.1. Kabupaten Pacitan

Rekomendasi dari hasil analisis data kualitas perairan di Kabupaten Pacitan menunjukkan bahwa pengembangan budidaya ikan di Kecamatan Bandar yang paling baik adalah ikan nila. Desa Kebon dalem sangat baik untuk

L A K I P B a l i t b a n g K P 23 pengembangan ikan nila, mas/tombro, maupun lele. Pengembangan budidya ikan di Kecamatan Nawangan yang paling baik adalah ikan nila. Pengembangan ikan di Kecamatan Punung cocok untuk ikan nila, lele, dan tombro. Karena perairan di Kabupaten Pacitan relatif kurang subur, maka sebelum dilakukan pemeliharaan, sebaiknya dilakukan pemupukan dan pemberian kapur supaya lebih subur. Budidaya udang windu di Kecamatan Pacitan masih potensial untuk dikembangkan dan budidaya rumput laut selain Spinosum, jenis E. Cotonii baik untuk dikembangkan di Teluk Segoro anakan, Kecamatan Ngadirojo.

c.2. Kabupaten Pandeglang

Hasil pengukuran menunjukkan bahwa kondisi lingkungan perairan di kedua lokasi penelitian masih pada kisaran yang layak untuk mendukung kegiatan budidaya laut. Analisis spasial tingkat kelayakan lahan menghasilkan luas dan kelas kelayakan lahan untuk budidaya. Potensi yang dimiliki ini tentunya harus didukung juga dengan infrastruktur yang baik. Tersedianya fasilitas pencucian kerang (depurasi) di Panimbang merupakan satu fasilitas yang baik guna mendukung kualitas produksi kekerangan. Akses antara lokasi budidaya di Kabupaten Pandeglang umumnya cukup baik terutama akses sampai ke Teluk Lada, Panimbang. Namun akses transportasi ini menjadi sangat sulit (kondisi jalan rusak). Untuk itu pada tahun yang akan datang akan mengajak PEMDA setempat (Dinas PU) untuk memperbaiki insfrastruktur untuk akses menuju teluk Lada menuju ke lokasi pengembangan budidaya rumput laut di Perairan Sumur. Hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan kebijakan penyusunan tata ruang dan perencanaan pemerintah daerah setempat.

c.3. Kabupaten Serang

Rekomendasi alternatif pengelolaan budidaya tambak pada tiga kecamatan di Kabupaten Serang adalah (1) Perbaikan tingkat kesuburan tanah dengan penggunaan pupuk urea dan pupuk organik utamanya dari kotoran sapi dan kerbau; dan (2) Penanaman mangrove (perbaikan jalur hijau) mencegah abrasi yang besar dan sebagai perangkap polutan yang mencemari perairan tambak (menurunkan kadar Fe dalam air dan tanah tambak). Jenis komoditas budidaya yang bisa dikembangkan adalah bandeng, rumput laut (Gracilaria), dan udang dengan teknologi tradisional plus. Teknologi tradisional plus dikelola tanpa input yang tinggi seperti penggunaan kincir air, namun dilakukan dengan sistem polikultur.

L A K I P B a l i t b a n g K P 24 c.4. Penanganan Tumpahan Lumpur Sidoarjo ke Kali Porong

Peranan Balitbang KP di dalam Tim Teknis KKP dalam penanganan kasus Lumpur Sidoarjo (LUSI) tahun 2006– 2011:

1. Monitoring zona ekosistem estuari dan muara Porong (mulai Juli 2006) 2. Uji coba mangrove pada media lumpur tumpahan (Lab scale, Perancak

2007)

3. Survei, observasi & modeling batimetri, arus laut, pasang-surut, mud-dispersion

4. Pemodelan numerik dispersi lumpur di muara Porong  dampak areal tambak, lahan baru

Hasil dari kegiatan ini adalah dikeluarkannya Rekomendasi teknis & desain pengelolaan zona muara ramah lingkungan & Sidoarjo mud-flow

management, namun demikian bahwa untuk pemanfaatan lumpur dan kawasan

budidaya masih naskah akademik, untuk itu tahun berikutnya akan diusulkan untuk legalisasi rekomendasi teknis.

d. Penerapan Paket Kebijakan Pengembangan Produksi Ikan Bilih melalui Penerapan Teknologi Introduksi (Penetapan Suaka Ikan Bilih secara Partisipatif) di Danau Toba.

Untuk menjaga stok ikan bilih tetap lestari maka Balitbang KP merekomendasikan pada PEMDA Kab. Samosir untuk membuat Perda tentang penetapan suaka ikan bilih, pengaturan aktivitas penangkapan (musim dan intensitas penangkapan) dan dikelola secara kelompok (informal dan sukarela) pada penangkapan dan pengolahannya.

Sebagai pedoman pengelolaan telah disusun buku-buku panduan Pengembangan Produksi Ikan Bilih melalui Penerapan Teknologi Pemacuan Stok (Penetapan Suaka Ikan Bilih secara Partisipatif) di Danau Toba.

Untuk selanjutnya perlu dilakukan evaluasi tentang efektifitas perda yang telah dibuat serta diterapkan di lokasi lain (kawasan perairan umum dan daratan) dengan komoditas yang sama maupun komoditas yang lain.

3) Jumlah karya tulis ilmiah yang dipublikasikan di jurnal ilmiah nasional/dan atau