• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kabinet Ali Sastroamidjojo I

BAB III PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI MASYUMI PADA

B. Perkembangan Politik Masyumi Masa Demokrasi Parlementer

4. Kabinet Ali Sastroamidjojo I

BAB IV. Perkembangan Partai Masyumi pasca Pemilu 1955. a. Pergolakan Politik Partai Masyumi 1956-1958. b. Pembubaran Partai Masyumi 1960.

BAB V. Kesimpulan

Bab kelima berisi kesimpulan tetang apa yang sudah disampaikan dalam penulisan. Kesimpulan ini merupakan jawaban dari permasalahan pokok yang disajikan di dalam rumusan masalah.

27

Negara Indonesia merupakan negara dengan penduduk mayoritasnya seorang muslim. Tidaklah mengherankan kiranya jika Indonesia dikatakan sebagai ranah muslim diantara sekian banyak negara muslim di berbagai penjuru dunia. Ironisnya, di dalam percaturan ekonomi dan politik nasional, nasib umat Islam Indonesia berlawanan dengan jumlah penduduknya. Dalam konteks ini, tidak dipungkiri bahwa pemikiran dan gerakan politik Islam yang tumbuh dan berkembang di tanah airacapkali dipengaruhi oleh berbagai pemikiran dan gerakan politik di tingkat global. Kesadaran politik di masa kolonial membuktikan bahwa pemimpin muslim mengetahui apa yang dirakan rakayat.

Ketika tokoh-tokohIslam semakin menyadari tentang keresahan, penderitaan rakyat akibat kondisi kolonial dan pentingnya pengaruh politik akhirnya mendorong para Kyai dan ulama untuk menghimpun kekuatan.Landasan ideologi Islam digunakan sebagai perjuangan politik untuk melawan kekuasaan colonial.Ideologi Islam terwujud sebagai sarana untuk mengangkat harga diri berhadapan dengan kekuasaan kolonial.1Mayoritas penduduk Indonesia merupakan muslim hingga para

1

Musyrifah Sunanto, Sejarah Peradaban Islam di Indonesia (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012), hlm.34.

tokoh kemerdekaan sehingga secara tidak langsung pengaruh yang diharapkan dalam ideologi Islam mampu tersampaikan.

Menurut Ahmad Syafii Maarif, menyadari dirinya sebagai yang dianut dianut oleh mayoritas rakyat Indonesia, Islam melalui pemimpin-pemimpinnya dalam sejarah kontemporer Indonesia menyatakan bahwa negara (kekuasaan politik). Politik sangat diperlukan sebagai instrumen untuk menjamin dan melaksanakan ajaran-ajarannya dalam kehidupan.2 Kondisi ini menantang para aktivis dan pemimpin muslim untuk membenahi melalui perjuangan politik.

Pada tanggal 21 September 1937 K.H. Mas Mansyur, K.H. Abdulwahab Chasbullah dan K.H. Ahmad Dahlan berhasil mendirikan MIAI (Madjelis Islam A’la Indonesia), di Surabaya.3Ada dua alasan pokok mengapa MIAI didirikan. Pertama, usaha politik Islam pada waktu itu masih belum maksimal, sehingga kesadaran mengadakan badan persatuan dikalangan Islam supaya kedudukan Islam di Indonesia sepadan dengan besarnya umat Islam. Kedua adalah landasan untuk membimbing pemimpin-pemimpin umat dalam membentuk MIAI yang waktu itu dipandang cukup strategis untuk menggalang persatuan diantara partai dan organisasi Islam.4

2

Ahmad Syaffi Maarif. (1988). Islam di masa Demokrasi Liberal dan Demokrasi Terpimpin, Prisma, No. 5 Tahun XVII, hlm. 25.

3

Abdul Karim. Islam dan Kemerdekaan Indonesia, (Yogyakarta: Sumbangsih Press, 2005), hlm.50.

4

Ahmad Syafii Maarif. Islam dan Politik Teori belah bambu masa Demokrasi terpimpin (1959-1965)(Jakarta:Gema Insani Press, 1996), hlm.16.

Terbentuknya MIAI menjadi kekuatan baru yang menggetarkan pemerintahan kolonial Belanda, pemerintah kolonial merasa usahanya sia-sia meskipun sudah melakukan pembuangan pemimpin nasional serta beberapa. Justru kaum muslim malah menjadi lebih gigih dalam menata perjuangan mereka. MIAI merupakan perwujudan kalangan elite tokoh politik Islam untuk menyalurkan kekuatan menghadapi kolonial. MIAI kemudian menjelma menjadi organasasi Islam tumbuh dari masa kolonial hingga ke masa pendudukan Jepang.

Kedatangan Jepang pada Maret 1942, mempunyai pengaruh besar untuk partai. Partai dilarang melaksanakan kegiatannya kecuali MIAI yang dibiarkan berdiri kemudian diganti dengan Masyumi. MIAI terus dibiarkan berdiri karena Jepang menganggap bahwa keuatan Indonesia merupakan kekuatan muslim, Jepang menggunakan MIAI sebagai sarana mempersatukan muslim di bawah Jepang. Kekuatan MIAI yang kuat akhirnya menyebabkan Jepang mengambil sikap untuk memobilisir muslim.

Hal ini menunjukan pengaruh kekuatan umat yang kuat sehingga Jepang merasa perlu menggunakan kekuatan Islam dibawah kaki tangannya kemudian membentuk Masyumi sebagai ganti MIAI. Hingga akhirnya pasca kemerdekaan 1945 terbentuk Masyumi baru murni Indonesia. Pada 1944 kekuatan umat Islam semakin berkembang dengan terbentuknya Hizbullah sebagai kekukatan militer muslim. Kekuatan yang terhimpun merupakan langkah positif yang harus diapresiasi ke dalam wujud kemerdekaan.

Pada 17 Agustus 1945 Soekarno memproklamirkan kemerdekaan Indonesia.Pasca kemerdekaan mulai tumbuh dan berkembang partai politik terutama dimulai saat pemerintah mengeluarkan Maklumat Pemerintah No. X tanggal 3 November 1945, pemerintah tentang anjuran mendirikan partai politik maka partai-partai politik pun lahir. Dalam pembentukan partai politik tampak jelas dari pengorganisiran yang terpengaruh ikatan agama, suku dan kedaerahan.Hadirnya partai politik yang pada mulanya merupakan partai yang berdiri sabagai partai lanjutan pada masa pergerakan nasional. Maklumat tersebut menegaskan pemerintah akan anjuran pendirian partai, partai tersebut antara lain Masyumi (Majelis Syuro Muslimin Indonesia) murni Indonesia (lihat lampiran 1 halaman 101).5

Partai Masyumi berdiri pada kongres tanggal 7-8 November 1945 sepenuhnya merupakan hasil karya pemimpin-pemimpin umat Islam dalam sebuah Muktamar Islam Indonesia bertempat digedung Madrasah Mu’allimin Muhamadiyah, Yogyakarta.6 Kongres tersebut juga mengikrarkan Masyumi adalah salah satu partai politik Islam di Indonesia dan partai Masyumi-lah yang akan memperjuangkan nasib umat Islam Indonesia. Partai Masyumi muncul sebagai partai yang mengakar di masyarakat Indonesia, karena di isi organisasi utama yaitu NU, Muhamadiyah, Perserikatan Umat Islam hingga berkembang dengan masuknya organisasi baru. Apabila dikaitkan dengan

5

Lambang Partai Masyumi berwujud Bulan Bintang.

6

Syaifullah. Gerak politik Muhamadiyah dalam Masyumi. (Jakarta: Anem Kosong Anem, 1997), hlm.141.

tahun 1945 maka pembentukan partai Masyumi merupakan aspirasi umat Islam sebagai cerminan dan potensi yang kuat dan konkret.

Dipahami pula pembentukan partai Masyumi dipandang sebagai jawaban positif umat muslim. Jawaban atas respon Maklumat Presiden 3 November 1945dengan mendirikan partai Masyumi (Majelis Syuro Muslimin Indonesia) yang dianggap partai dengan berasaskan Islam waktu itu. Pasca kemerdekaan merupakan perwujudan dari pemikiran politik. PNI (Partai Nasionalis Indonesia) mewakili golongan Nasionalis, PKI (Partai Komunis Indonesia) mewakili komunis sedangkan partai Masyumi mewakili golongan agama Islam.Percaturan lebih nyata ketika pemilu 1955 dimana partai saling memperjuangkan ideologinya masing-masing.

Menurut M. Natsir Partai Masyumi adalah seluruh daripada cita-cita pandangan hidup dari ummat Muhammad yang telah ditanamkan benihnya di Indonesia semenjak berabad-abad.Masyumi adalah Hasrat dari umat Islam yang diwakili oleh para pemuka agama yang berasal dari seluruh Indonesia.Cita cita dan pandangan hidup ini telah turut mengakar di bangsa Indonesia.Perjuangan yang sudah dilakukan tokoh-tokoh Islam di masa lalu membuktikan agama Islam yang menginginkan sebuah kemenangan serta wujud kemenangan tanpa ada penindasan atas hak-hak mereka.7

B. Tokoh Pendiri Partai Masyumi

Masyumi didirikan oleh beberapa tokoh Islam, motif pembentukan Masyumi dari para tokoh partai politik dan gerakan keagamaan Islam yang

7

Herbert Feith dan Lance Castles, Pemikiran Politik Indonesia 1945-1965, (Jakarta: LP3ES, 1988), hlm. 211.

sudah berkembang sejak zaman pergerkan nasional. Tokoh tersebut seperti Agus Salim, Prof. Abdul Kahar Muzakhar, Dr. Soekiman Wirosandjojo, Ki Bagus Hadikusumo, Mohamad Mawardi, Abdul Wahid Hasim, Muhammad Natsir. Keputusan didirikannya Masyumi oleh tokoh tersebut bukan hanya sekedar keputusan biasa melainkan sebuah keputusan dari seluruh umat muslim melalui wakil-wakilnya. Hal ini jelas terbukti terlebih ketika para wakil yang duduk di posisi partai Masyumi merupakan para tokoh pemimpin muslim.8

Tokoh-tokoh tersebut mewakili kalangan dan merupakan para pemimpin umat seperti Agus Salim merupakan bekas tokoh SI, Dr. Sukiman mantan pemimpin SI, Abdul Kahar Muzzakir dan ki Bangun Hadikusumo adalah tokoh modernis Muhamadiyah. Motif tokoh-tokoh karena didorong oleh keinginan menyatukan politik Islam ke dalam satu wadah.9Suasana setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, adalah suasana yang sesuai untuk mendirikan partai.Zaman pergerakan partai dan organisasi Islam yang ada dihimpun untuk menghadapi permasalah sosial sehingga perlu satu wadah untuk mempersatukan mereka.

Keterwakilan berbagai tokoh Islam mencerminkan Masyumi sebagai “partai tunggal Islam di Indonesia” menurut Yusril Ihza Mahendra di dorong oleh pandangan modernisme yang positif dan optimis dalam memandang pluralisme. Perbedaan pendapat antara sesama kelompok Islam, haruslah

8

Syaifulloh, op.cit, hlm. 142.

9

Yusril Ihza Mahendra, Modernisme dan Fundamentalisme dalam politik sosial. (Jakarta Selatan: Paramadina, 1999), hlm. 62.

dilihat sebagai rahmat dari Tuhan, karena perbedaan itu “tidak bersifat fundamental, tetapi hanya berhubungan dengan masalah-masalah furu iyah (perkara-perkara kecil).10Tidaklah mengherankan jika tokoh-tokoh tersebut mengambil peranan penting dalam Masyumi. Perkara-perkara besar suasana politik dan sosial yang seharusnya disikapi menurut tokoh partai Masyumi adalah suasana revolusi Indonesia dan suasana persaingan berbagai golongan ideologi dalam masyarakat Indonesia.

Suasana setelah revolusi kemerdekaan 17 Agustus 1945 yang diproklamasikan Soekarno merupakan proses membentuk dan mempertahankan negara yang diusahakan dengan cara revolusi, memunculkan berbagai kelompok politik saling bersaing memperebutkan kekuasaan dan pengaruh.11 Ideologi berupa komunis nasionalis dan agama serta muncul ideologi baru sosialisme. Keberadaan persaingan ideologi mulai muncul diawal kemerdekaan ketika tokoh dari golongan islam, komunis dan sosialis terlibat perbedaan tentang PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) pada 21 Agustus 1945 yang menetapkan bahwa Indonesia merdeka hanya ada satu partai tunggal yang dinamakan PNI.

Percaturan politik yang panas mulai timbul persaingan serta tekanan dari luar yang saling menggelorakan ideologi masing-masing ada kala peropaganda ideologi sering berlangsung. Jawaban atas respon yang ditujukan kepada partai Masyumi adalah membentuk gagasan negara

10

Ibid, hlm. 65.

11

berdasarkan paham-paham Islam. Secara Eksplisit tidak ada sistematika pendidikan politik yang diterapkan partai, upaya pendidikan politik yang diperankan partai Masyumi tidak terlepas dari fungsi artikulasi kepentingan, seleksi kepemimpinan, dan komunikasi politik. Secara implisit upaya pendidikan politik partai Masyumi adalah usaha untuk mencapai tujuan yang dengan cara menginsyafkan dan memperluaskan pengetahuan serta kecakapan umat islam di Indonesia dalam perjuangan politik.12

Perjuangan politik partai Masyumi yang sangat kuat terjadi pasca pemilu 1955 yaitu: perjuangan ideologis menghadapi komunisme yang diperjuangkan PKI (Partai Komunis Indonesia). Propaganda PKI diyakini oleh Masyumi sebagai propaganda ideologi yang disebarkan melalui media cetak seperti buku Marxisme. Untuk mengantisipasi propaganda tersebut Masyumi mengeluarkan kebijakan para anggota. Kebijakan itu adalah buku-buku yang bertemakan sosialisme-religius atau lebih dikenal dengan buku-buku bacaan keluarga partai Masyumi.

C. Tujuan Pembentukan Partai Masyumi

Tujuan partai masa itu pada umumnya berhubungan dengan semangat kebangsaan dalam usaha membentuk dan mempertahankan satu negara bangsa yang bebas dari penjajahan.Semangat kebangsaan tahun 1945 muncul berbagai macam ideologi, tetapi mereka sadar disamping ada perbedaan, ada pula persamaan.Pandangan-pandangan dasar medernisme khususnya yang

12

Syamsuri. Politik Islam Anti Komunis. (Yogyakarta: Safirian Insani Press, 2004), hlm 96.

menyangkut sikap bahwa ijtihad harus digalakan dalam menghadapi situasi yang berubah dan pandangan yang positif dalam memandang pluralisme.Tokoh-tokoh yang mengambil inisiatif pembentukan partai Masyumi, acap kali bersifat kolektif, pada umumnya telah menganut medernisme sejak sedia kala.13

Tokoh-tokoh yang mengambil inisiatif pembentukan partai Masyumi berinisiatif mendirikan kongres yang dihadiri golongan Islam di Indonesia. Berkat usaha dengan berbagai golongan Islam berhasil menyelenggrakan Kongeres Umat Islam Indonesia (KUII), kongres yang berlangsung di Yogyakarta selama dua hari yang dihadiri sekitar lima ratus utusan organisasi-organisasi sosil-ekonomi, Islam, tokoh tokoh alim ulama dan tokoh politik. Inisiatif ini diambil oleh keingian untuk menyatukan potensi kekuatan politikIslam ke dalam satu wadah perjuangan yang besar kuat dan berpengaruh. Tujuan Masyumi menurut Anggaran Dasar Masyumi yang disahkan oleh KUII pada tahun 1945, adalah14

1. Menegakkan kedaulatan negara Republik Indonesia dan agama Islam. 2. Melaksanakan Cita-cita Islam dalam urusan kenegaraan.

Tujuan partai Masyumi diuraikan dalam dua naskah resmi Masyumi, yaitu pernyataan politik yang dikeluarkan pada November 1945 dan Program perjuangan partai Masyumi yang diumumkan pada 17 Desember 1945. Masyumi percaya bahwa Islam menghendaki kesejahteraan masyarakat serta

13

Yusril Ihza Mahendra, loc.cit, hlm. 62.

14

penghidupan yang damai antara bangsa-bangsa di muka bumi ini.Pernyataan politik tahun 1945 menjelaskan bahwa partai Masyumi sebagai respon terhadap revolusi Indonesia yang bergolak yaitu tekad bangsa Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia. Tindakan Belanda dan kelompok-kelompok kriminal adalah tegas membahayakan kedaulatan Bangsa Indonesia

Imperialisme, apapun juga manifestasinya adalah suatu kezaliman yang melanggar melanggar perikamanusiaan.Secara nyata diharamkan oleh Islam. Program perjuangan yang diumumkan pada 17 Desember 1945 dikatakan bahwa perjuangan partai Masyumi adalah untuk melenyapkan kolonialisme dan imperialisme yang penuh kebuasan, kekejaman, dan kepalsuan. Tanah air harus dibebaskan dari perlakuan sewenang-wenang yang dilakukan oleh kolonialisme dan imperialisme.15

D. Sistem Anggota Partai Masyumi

Sejak awal pembentukannya partai Masyumi memiliki keinginan untuk menjadi partai yang didukung kalangan muslim di Indonesia. Dalam keanggotaan untuk menjadi partai Masyumi disesuaikan dengan tujuan partai. Dalam konteks negara, perjuangan anggota itu akan dicapai melalui pemilihan umum. Pemilihan umum menghendaki adanya anggota yang banyak dan dukungan luas dalam memilih. Untuk mencapai tujuan anggota Masyumi mempunyai sistem anggota dua macam yaitu:

15 Ibid, hlm. 72.

1. Perseorangan: Anggota perseorangan minimum berumur 18 tahun atau sudah kawin, tidak dibenarkan merangkap anggota lain dan setiap anggota memiliki hak suara

2. Organisasi: mempunyai hak untuk memberi nasihat atau saran.

Ide dualisme keanggotaan didasari untuk memperbanyak anggota. Alasan lain, agar Masyumi dapat dilihat sebagai wakil umat tanpa ada merasa terwakili.16Dalam sejarah kepartaian umat Islam di Indonesia di masa kemerdekaan, keterkaitan seseorang dalam partai tersebut lebih sering ditentukan oleh kedudukan partai tersebut di tengah pergolakan politik.Bila kedudukan partai kuat partai itu menjadi pusat. Partai Masyumi merupakan perwujudan dari organisasi seperti NU dan Muhamadiyah umumnya anggota Muhamadiyah tergolong pada partai Masyumi sekurang-kurangnya merupakan pendukungnya.

Awalnya hanya empat organisasi yang masuk partai Masyumi: Muhamdiyah, NU, Perserikatan Umat Islam dan Persatuan Islam. Muhamdiyah termasuk pembaharu, NU tradisional, kedua organisasi yang lain bersifat tradisionalis dalam soal-soal agama, tetapi cenderung bersikap modern dalam soal dunia sehingga memudahkannya untuk bekerja sama dengan organisasi modernis. Persatuan Islam (Bandung) dan AL-Irsyad bergabung dengan Masyumi disusul dengan Jamiyatul Wasliyah, Al-Ittihadiyah serta PUSA (Persatuan Ulama Seluruh Aceh) menjadi anggota

16

Deliar Noer. Partai Islam di Pentas Nasional (Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti, 1987), hlm. 48.

Masyumi antara tahun 1948-1953. Suatu organisasi islam dapat menjadi anggota Masyumi bila disetujuai oleh lebih dari separuh anggota istimewa yang ada. Kecuali Ahmadiyah Lahore(aliran qadian) karena dianggap tidak Ahlus Sunnah wal Jamaah.17

Eksisitensi Masyumi dalam percaturan politik nasional memang sangat berpangaruh dengan hasil berbagai anggota yang duduk dalam kursi pemerintahan. Pada awalnya partai Masyumi yang sangat solid dan mampu menyatukan kekuatan organisasi Islam, namun ketika terjadi konflik dengan Soekarno tentang masalah pemberontakan Pemerintah Revolusioner Republik Indonesi (PRRI), sehingga anggota istimewa mulai melepaskan ikatan dengan Masyumi. Kebijaksanaan ini diambil untuk menjaga kelancaran kegiatan organisasi-organiasi yang bersangkutan dengan hambatan dalam geraknya. Permasalahan dengan presiden membawa partai Masyumi dibubarkan oleh presiden Soekarno tahun 1960.

Dalam masa revolusi dukungan Masyumi didapat dari Hizbullah yang beranggotakan 50.000 orang dan jumlah ini berlipat ganda dengan proklamasi kemerdekaan. Selain mempunyai 2 anggota utama partai Masyumi juga mendirikan anak organisasi. Anak organisasi adalah organisasi yang menghimpun anggota dengan latar belakang pekerjaan tertentu.Anak organasi di bawah Masyumi bernama Muslimat (wanita), Sarekat Dagang Islam Indonesia (SDII), Sarekat Tani Islam Indonesia (STII) yang semuanya

17

didirikan di masa Revolusi.18Anak organisasi sebagai pendesak untuk mencapai tujuan-tujuan Masyumi dan menjadi alat untuk menghadapi organisasi maupun anak organisasi partai lain.

Pendukung partai Masyumi sendiri cukuplah banyak dan hampir mencakup lingkup sosial maupun daerah.Organisasi pendukungnya yaitu Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII), Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), dan Pelajar Islam Indonesia (PII).Selain itu ada pula Mathla’ul Anwar (bergerak di daerah Banten), Al Khairat (bergerak di pulau Sulawesi, Nahdahtul Watan (bergerak di daerah Lombok).19 Jumlah anggota pendukung partai menunjukan kecenderungan akan aliran agama, sosial maupun kelas pendidikan.

Organisasi yang dihimpun dengan latar belakang sosial mampu menujukan pengaruh besar dalam tatanan masyarakat.Pengaruh agama sangat luar biasa ketika dalam lingkup masyarakat kecil mampu dirangkul.Anggota yang saling berkontribusi mengembangkan ideologi mampu mengokohkan posisi partai. Sifat keanggotaan partai Masyumi yang mampu berkembang di beberapa kelas dalam masyarakat merupakan wujud untuk menyalurkan tujuan partai.

E. Program Politik Partai Masyumi 1. Politik

18

Ibid, hlm. 56.

19

Rumusan partai Masyumi menyebutkan bahwa partai itu menghendaki negara Indonesia menjadi suatu negara hukum yang berdasarkan ajaran-ajaran Islam.Istilah Negara Islam yang diinginkan partai Masyumi, bukan merupakan penamaan yang harus diadakan. Tetapi lebih pada bagaimana “ajaran Islam itu dapat menjiwai kehidupan berbangsa dan bernegara meskipun bukan sebagai negara Islam”. Rumusan ini bisa disebut dengan apa saja yang sesuai. Bahkan kalaupun harus dinamakan dengan Pancasila yang berasal dari bahasa Sansekerta diperbolehkan jika rakyat memang menghendaki itu. Partai Masyumi lebih memandang esensi dari pada penggunaan istilah.20

Negara hendaklah menjamin keselamatan jiwa dan benda tiap orang dan kebebasan beragama.Partai Masyumi lebih menyukai terbentuknya kabinet presindensiil dengan tanggung jawab kepala negara kepada dewan perwakilan rakyat. DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) sebaiknya terdiri dari dua badan: dewan berdasar pemilihan umum dengan perwakilan berimbang dan senat sebagai wakil daerah yang juga berdasar pemilihan umum. Hak-hak asasi manusi hendaknya dijamin dalam UUD (Undang-Undang Dasar).Hak-hak politik, sosial dan ekonomi, kaum wanita sederajat dengan kaum pria. 2. Pendidikan dan Kebudayaan

Menurut rumusan draf UUD Republik Indonesia yang diusulkan oleh Masyumi, sistem pendidikan nasional diarahkan untuk melahirkan manusia-manusia yang menguasai ilmu pengetahuan, keterampilan, keimanan kepada

20

Tuhan dan akhlak yang mulia. Rumusan sistem pendidikan ini tidak menyebutkan sistem Islam. Menurut tokoh-tokoh partai Masyumi rumusan-rumusan umum telah mencerminkan kehendak islam, meskipun tidak dinyatakan secara eksplisit. Partai Masyumi juga merencanakan pembentukan Universitas negeri di setiap provinsi.21

Sekolah swasta agama perlu diberi subsidi. Pengajaran rendah hendaknya juga menumbuhkan keterampilan anak, disamping pengetahuan. Pendidikan agama di sekolah pemerintah ditujukan untuk pembentukan watak dan kepribadian sehingga para pemuda menjadi anggota masyarakat yang bertanggung jawab, berjiwa kemasyarakatan, berdisiplin, dan berkesusilaan. Pendidikan agama harus harus diajarkan menurut agama yang dianut oleh murid murid yang bersangkutan. Dalam bidang Kebudayaan, partai Masyumi menyebutkan bahwa pemerintah yang berkewajiban untuk memajukan kebudayaan dan kesenian sepanjang tidak bertentangan dengan asas-asas islam.22

3. Ekonomi

Partai Masyumi berpendapat bahwa pembangunan ekonomi memerlukan strategi pembangunan yang disusun menurut tahapan-tahapan tertentu sejalan dengan potensi-potensi yang dimiliki negara. Perekonomian hendaklah diatur menurut dasar ekonomi terpimpin.Perencanaan Produksi dan distribusi penting untuk kesejahteraan rakyat seluas-luasnya.Monopoli

21

Ibid., hlm. 264-265.

22

oleh perusahaan swasta dilarang dan konkurensi hendaknya bersifat membangun. Politik harga dan upah harus sesuai dengan keadaan perekonomian dalam negeri. Koperasi harus dibangun dengan bantuan pemerintah.23

Pemerintah juga harus harus membantu nelayan dan memberi perlindungan kepada para petani dengan memberantas pemerasan terhadap mereka, menghapuskan sistem tuan tanah menurut hukum dan membagi tanahnya kepada petani. Pemerintah hendaknya juga memberi kemudahan bagi golongan menengah Indonesia untuk berkembang dan memperkuat kedudukannya.Pembentukan undang undang bank perlu diawasi pemerintah.Sistem pajak yang berlangsung hendaknya disederhanakan, dan tidak melampaui kekuatan masyarakat.

4. Politik Luar Negeri

Partai Masyumi menentang penjajahan dan membantu tiap usaha untuk menghapuskannya. Politik luar negeri hendaklah bertujuan mempertahankan perdamaian dunia dan mencari persahabatan dengan semua bangsa “terutama dengan bangsa yang berasaskan ketuhanan dan demokrasi”. Kedudukan PBB (Persatuan Bangsa-Bangsa) hendaklah diperkuat.Negara-negara harus saling menghormati hak masing-masing dan menjunjung tinggi perjanjian-perjanjian antar bangsa. Bantuan luar negeri digunakan untuk mempercepat pembangunan negara, tanpa ikatan militer dan politik.24

23

Deliah Noer. op.cit., hlm. 141.

24

5. Irian Barat

Iran Barat yang belum masuk ke Indonesia masa kemerdekaan menjadi bagian penting politik Indonesia untuk memperjuangkannya.Irian Barat tetap merupakan tuntutan partai Masyumi selama belum masuk Indonesia. Ketika Sukiman dipercaya untuk memimpin pemerintahan tahun 1951 ia melanjutkan usaha untuk mendapatkan Irian Barat kembali dari pemerintahan Belanda.Langkah yang dilakukan Sukiman dengan mengirimkan delegasi ke Belanda dibawah pimpinan Supomo.Tetapi Supomo terpaksa kembali karena tanpa hasil dengan pemerintahan Belanda. Kabinet Selanjunya Ali I diharapkan lebih tegas dengan Belanda. Beliau berhasil menghimpun bangsa-bangsa Asia-Afrika pada suatu konperensi di Bandung. Tetapi kabinet ini gagal dalam merenggut Irian Barat dari Belanda. Sampai dengan Kabinet Ali II masalah Irian Barat masih menjadi perjuangan.25

25

44 A. Masa Awal kemerdekaan (1945-1950)

Kemerdekaan yang telah diraih bangsa Indonesia merupakan jerih payah anak bangsa tanpa harus mempertanyakan agama apa, suku mana, bahasa apa, daerah mana, atau hal yang tidak penting untuk dipertanyakan. Semua adalah satu Indonesia dan semuanya bekerja keras demi kemakmuran dan kesejahteraan bersama bangsa dan negara. Hanya saja komposisi penduduk Indonesia yang mayoritas muslim. Memang betul jika kita adalah satu nusa, satu bangsa dan satu tanah air. Kenyataan berbicara bahwa

Dokumen terkait