• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tokoh Pendiri Partai Masyumi

BAB I PENDAHULUAN

B. Tokoh Pendiri Partai Masyumi

d. Sistem Anggota Partai Masyumi e. Program Politik Partai Masyumi

BAB III Bagaimana perkembangan Politik Partai Masyumi pada Demokrasi Parlementer 1950-1955.

a. Masa Awal Kemerdekaan 1945-1949.

b. Perkembangan Politik Partai Masyumi Masa Demokrasi Parlementer 1950-1955.

1. Kabinet Natsir. 2. Kabinet Dr.Sukiman. 3. Kabinet Wilopo

4. Kabinet Ali Sastroamidjojo I 5. Kabinet Burhanuddin Harahap

BAB IV. Perkembangan Partai Masyumi pasca Pemilu 1955. a. Pergolakan Politik Partai Masyumi 1956-1958. b. Pembubaran Partai Masyumi 1960.

BAB V. Kesimpulan

Bab kelima berisi kesimpulan tetang apa yang sudah disampaikan dalam penulisan. Kesimpulan ini merupakan jawaban dari permasalahan pokok yang disajikan di dalam rumusan masalah.

27

Negara Indonesia merupakan negara dengan penduduk mayoritasnya seorang muslim. Tidaklah mengherankan kiranya jika Indonesia dikatakan sebagai ranah muslim diantara sekian banyak negara muslim di berbagai penjuru dunia. Ironisnya, di dalam percaturan ekonomi dan politik nasional, nasib umat Islam Indonesia berlawanan dengan jumlah penduduknya. Dalam konteks ini, tidak dipungkiri bahwa pemikiran dan gerakan politik Islam yang tumbuh dan berkembang di tanah airacapkali dipengaruhi oleh berbagai pemikiran dan gerakan politik di tingkat global. Kesadaran politik di masa kolonial membuktikan bahwa pemimpin muslim mengetahui apa yang dirakan rakayat.

Ketika tokoh-tokohIslam semakin menyadari tentang keresahan, penderitaan rakyat akibat kondisi kolonial dan pentingnya pengaruh politik akhirnya mendorong para Kyai dan ulama untuk menghimpun kekuatan.Landasan ideologi Islam digunakan sebagai perjuangan politik untuk melawan kekuasaan colonial.Ideologi Islam terwujud sebagai sarana untuk mengangkat harga diri berhadapan dengan kekuasaan kolonial.1Mayoritas penduduk Indonesia merupakan muslim hingga para

1

Musyrifah Sunanto, Sejarah Peradaban Islam di Indonesia (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012), hlm.34.

tokoh kemerdekaan sehingga secara tidak langsung pengaruh yang diharapkan dalam ideologi Islam mampu tersampaikan.

Menurut Ahmad Syafii Maarif, menyadari dirinya sebagai yang dianut dianut oleh mayoritas rakyat Indonesia, Islam melalui pemimpin-pemimpinnya dalam sejarah kontemporer Indonesia menyatakan bahwa negara (kekuasaan politik). Politik sangat diperlukan sebagai instrumen untuk menjamin dan melaksanakan ajaran-ajarannya dalam kehidupan.2 Kondisi ini menantang para aktivis dan pemimpin muslim untuk membenahi melalui perjuangan politik.

Pada tanggal 21 September 1937 K.H. Mas Mansyur, K.H. Abdulwahab Chasbullah dan K.H. Ahmad Dahlan berhasil mendirikan MIAI (Madjelis Islam A’la Indonesia), di Surabaya.3Ada dua alasan pokok mengapa MIAI didirikan. Pertama, usaha politik Islam pada waktu itu masih belum maksimal, sehingga kesadaran mengadakan badan persatuan dikalangan Islam supaya kedudukan Islam di Indonesia sepadan dengan besarnya umat Islam. Kedua adalah landasan untuk membimbing pemimpin-pemimpin umat dalam membentuk MIAI yang waktu itu dipandang cukup strategis untuk menggalang persatuan diantara partai dan organisasi Islam.4

2

Ahmad Syaffi Maarif. (1988). Islam di masa Demokrasi Liberal dan Demokrasi Terpimpin, Prisma, No. 5 Tahun XVII, hlm. 25.

3

Abdul Karim. Islam dan Kemerdekaan Indonesia, (Yogyakarta: Sumbangsih Press, 2005), hlm.50.

4

Ahmad Syafii Maarif. Islam dan Politik Teori belah bambu masa Demokrasi terpimpin (1959-1965)(Jakarta:Gema Insani Press, 1996), hlm.16.

Terbentuknya MIAI menjadi kekuatan baru yang menggetarkan pemerintahan kolonial Belanda, pemerintah kolonial merasa usahanya sia-sia meskipun sudah melakukan pembuangan pemimpin nasional serta beberapa. Justru kaum muslim malah menjadi lebih gigih dalam menata perjuangan mereka. MIAI merupakan perwujudan kalangan elite tokoh politik Islam untuk menyalurkan kekuatan menghadapi kolonial. MIAI kemudian menjelma menjadi organasasi Islam tumbuh dari masa kolonial hingga ke masa pendudukan Jepang.

Kedatangan Jepang pada Maret 1942, mempunyai pengaruh besar untuk partai. Partai dilarang melaksanakan kegiatannya kecuali MIAI yang dibiarkan berdiri kemudian diganti dengan Masyumi. MIAI terus dibiarkan berdiri karena Jepang menganggap bahwa keuatan Indonesia merupakan kekuatan muslim, Jepang menggunakan MIAI sebagai sarana mempersatukan muslim di bawah Jepang. Kekuatan MIAI yang kuat akhirnya menyebabkan Jepang mengambil sikap untuk memobilisir muslim.

Hal ini menunjukan pengaruh kekuatan umat yang kuat sehingga Jepang merasa perlu menggunakan kekuatan Islam dibawah kaki tangannya kemudian membentuk Masyumi sebagai ganti MIAI. Hingga akhirnya pasca kemerdekaan 1945 terbentuk Masyumi baru murni Indonesia. Pada 1944 kekuatan umat Islam semakin berkembang dengan terbentuknya Hizbullah sebagai kekukatan militer muslim. Kekuatan yang terhimpun merupakan langkah positif yang harus diapresiasi ke dalam wujud kemerdekaan.

Pada 17 Agustus 1945 Soekarno memproklamirkan kemerdekaan Indonesia.Pasca kemerdekaan mulai tumbuh dan berkembang partai politik terutama dimulai saat pemerintah mengeluarkan Maklumat Pemerintah No. X tanggal 3 November 1945, pemerintah tentang anjuran mendirikan partai politik maka partai-partai politik pun lahir. Dalam pembentukan partai politik tampak jelas dari pengorganisiran yang terpengaruh ikatan agama, suku dan kedaerahan.Hadirnya partai politik yang pada mulanya merupakan partai yang berdiri sabagai partai lanjutan pada masa pergerakan nasional. Maklumat tersebut menegaskan pemerintah akan anjuran pendirian partai, partai tersebut antara lain Masyumi (Majelis Syuro Muslimin Indonesia) murni Indonesia (lihat lampiran 1 halaman 101).5

Partai Masyumi berdiri pada kongres tanggal 7-8 November 1945 sepenuhnya merupakan hasil karya pemimpin-pemimpin umat Islam dalam sebuah Muktamar Islam Indonesia bertempat digedung Madrasah Mu’allimin Muhamadiyah, Yogyakarta.6 Kongres tersebut juga mengikrarkan Masyumi adalah salah satu partai politik Islam di Indonesia dan partai Masyumi-lah yang akan memperjuangkan nasib umat Islam Indonesia. Partai Masyumi muncul sebagai partai yang mengakar di masyarakat Indonesia, karena di isi organisasi utama yaitu NU, Muhamadiyah, Perserikatan Umat Islam hingga berkembang dengan masuknya organisasi baru. Apabila dikaitkan dengan

5

Lambang Partai Masyumi berwujud Bulan Bintang.

6

Syaifullah. Gerak politik Muhamadiyah dalam Masyumi. (Jakarta: Anem Kosong Anem, 1997), hlm.141.

tahun 1945 maka pembentukan partai Masyumi merupakan aspirasi umat Islam sebagai cerminan dan potensi yang kuat dan konkret.

Dipahami pula pembentukan partai Masyumi dipandang sebagai jawaban positif umat muslim. Jawaban atas respon Maklumat Presiden 3 November 1945dengan mendirikan partai Masyumi (Majelis Syuro Muslimin Indonesia) yang dianggap partai dengan berasaskan Islam waktu itu. Pasca kemerdekaan merupakan perwujudan dari pemikiran politik. PNI (Partai Nasionalis Indonesia) mewakili golongan Nasionalis, PKI (Partai Komunis Indonesia) mewakili komunis sedangkan partai Masyumi mewakili golongan agama Islam.Percaturan lebih nyata ketika pemilu 1955 dimana partai saling memperjuangkan ideologinya masing-masing.

Menurut M. Natsir Partai Masyumi adalah seluruh daripada cita-cita pandangan hidup dari ummat Muhammad yang telah ditanamkan benihnya di Indonesia semenjak berabad-abad.Masyumi adalah Hasrat dari umat Islam yang diwakili oleh para pemuka agama yang berasal dari seluruh Indonesia.Cita cita dan pandangan hidup ini telah turut mengakar di bangsa Indonesia.Perjuangan yang sudah dilakukan tokoh-tokoh Islam di masa lalu membuktikan agama Islam yang menginginkan sebuah kemenangan serta wujud kemenangan tanpa ada penindasan atas hak-hak mereka.7

B. Tokoh Pendiri Partai Masyumi

Masyumi didirikan oleh beberapa tokoh Islam, motif pembentukan Masyumi dari para tokoh partai politik dan gerakan keagamaan Islam yang

7

Herbert Feith dan Lance Castles, Pemikiran Politik Indonesia 1945-1965, (Jakarta: LP3ES, 1988), hlm. 211.

sudah berkembang sejak zaman pergerkan nasional. Tokoh tersebut seperti Agus Salim, Prof. Abdul Kahar Muzakhar, Dr. Soekiman Wirosandjojo, Ki Bagus Hadikusumo, Mohamad Mawardi, Abdul Wahid Hasim, Muhammad Natsir. Keputusan didirikannya Masyumi oleh tokoh tersebut bukan hanya sekedar keputusan biasa melainkan sebuah keputusan dari seluruh umat muslim melalui wakil-wakilnya. Hal ini jelas terbukti terlebih ketika para wakil yang duduk di posisi partai Masyumi merupakan para tokoh pemimpin muslim.8

Tokoh-tokoh tersebut mewakili kalangan dan merupakan para pemimpin umat seperti Agus Salim merupakan bekas tokoh SI, Dr. Sukiman mantan pemimpin SI, Abdul Kahar Muzzakir dan ki Bangun Hadikusumo adalah tokoh modernis Muhamadiyah. Motif tokoh-tokoh karena didorong oleh keinginan menyatukan politik Islam ke dalam satu wadah.9Suasana setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, adalah suasana yang sesuai untuk mendirikan partai.Zaman pergerakan partai dan organisasi Islam yang ada dihimpun untuk menghadapi permasalah sosial sehingga perlu satu wadah untuk mempersatukan mereka.

Keterwakilan berbagai tokoh Islam mencerminkan Masyumi sebagai “partai tunggal Islam di Indonesia” menurut Yusril Ihza Mahendra di dorong oleh pandangan modernisme yang positif dan optimis dalam memandang pluralisme. Perbedaan pendapat antara sesama kelompok Islam, haruslah

8

Syaifulloh, op.cit, hlm. 142.

9

Yusril Ihza Mahendra, Modernisme dan Fundamentalisme dalam politik sosial. (Jakarta Selatan: Paramadina, 1999), hlm. 62.

dilihat sebagai rahmat dari Tuhan, karena perbedaan itu “tidak bersifat fundamental, tetapi hanya berhubungan dengan masalah-masalah furu iyah (perkara-perkara kecil).10Tidaklah mengherankan jika tokoh-tokoh tersebut mengambil peranan penting dalam Masyumi. Perkara-perkara besar suasana politik dan sosial yang seharusnya disikapi menurut tokoh partai Masyumi adalah suasana revolusi Indonesia dan suasana persaingan berbagai golongan ideologi dalam masyarakat Indonesia.

Suasana setelah revolusi kemerdekaan 17 Agustus 1945 yang diproklamasikan Soekarno merupakan proses membentuk dan mempertahankan negara yang diusahakan dengan cara revolusi, memunculkan berbagai kelompok politik saling bersaing memperebutkan kekuasaan dan pengaruh.11 Ideologi berupa komunis nasionalis dan agama serta muncul ideologi baru sosialisme. Keberadaan persaingan ideologi mulai muncul diawal kemerdekaan ketika tokoh dari golongan islam, komunis dan sosialis terlibat perbedaan tentang PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) pada 21 Agustus 1945 yang menetapkan bahwa Indonesia merdeka hanya ada satu partai tunggal yang dinamakan PNI.

Percaturan politik yang panas mulai timbul persaingan serta tekanan dari luar yang saling menggelorakan ideologi masing-masing ada kala peropaganda ideologi sering berlangsung. Jawaban atas respon yang ditujukan kepada partai Masyumi adalah membentuk gagasan negara

10

Ibid, hlm. 65.

11

berdasarkan paham-paham Islam. Secara Eksplisit tidak ada sistematika pendidikan politik yang diterapkan partai, upaya pendidikan politik yang diperankan partai Masyumi tidak terlepas dari fungsi artikulasi kepentingan, seleksi kepemimpinan, dan komunikasi politik. Secara implisit upaya pendidikan politik partai Masyumi adalah usaha untuk mencapai tujuan yang dengan cara menginsyafkan dan memperluaskan pengetahuan serta kecakapan umat islam di Indonesia dalam perjuangan politik.12

Perjuangan politik partai Masyumi yang sangat kuat terjadi pasca pemilu 1955 yaitu: perjuangan ideologis menghadapi komunisme yang diperjuangkan PKI (Partai Komunis Indonesia). Propaganda PKI diyakini oleh Masyumi sebagai propaganda ideologi yang disebarkan melalui media cetak seperti buku Marxisme. Untuk mengantisipasi propaganda tersebut Masyumi mengeluarkan kebijakan para anggota. Kebijakan itu adalah buku-buku yang bertemakan sosialisme-religius atau lebih dikenal dengan buku-buku bacaan keluarga partai Masyumi.

Dokumen terkait