• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

E. Kajian Pustaka

Kajian pustaka merupakan telaah atau teori yang menjadi landasan pemikiran. Hal ini dimaksudkan supaya peneliti dapat memperoleh data-data atau informasi yang lebih lengkap mengenai permasalahan yang akan dikaji. Adapun literature yang digunakan penulis sebagai bahan kajian pustaka sebagai berikut.

Buku yang pertama untuk menjawab rumusan masalah bab II mengenai motif dan tujuan Masyumi. Buku ini berjudul Modernisasi dan Fundamentalisme dalam Politik Islam karya Yuzril Ihza Mahendra. Buku ini menjelasakan tentang perbandingan Partai Jama’at-i-Islami (Pakistan) dan Partai Masyumi (Indonesia). Buku ini menjelaskan tentang tujuan pembentukan Masyumi. Partai ini bertujuan mengakkan kedaulutan negara Republik Indonesia dan agama Islam. Kedua melaksanakan cita-cita Islam dalam urusan kenegaraan. Penjelasan ini termuat dalam dua naskah resmi Masyumi, yaitu Pernyataan politik yang dikeluarkan pada 8 November 1945 dan program perjuangan Partai Masyumi yang diumumkan pada 17 Desember.

Pembentukan partai Masyumi sendiri dilakukan oleh beberapa tokoh seperti Agus Salim, Prof. Abdul Kahar Muzakhar, Dr. Soekiman Wirosandjojo, Ki Bagus Hadikusumo, Mohamad Mawardi, Abdul Wahid Hasim, Muhammad Natsir. Keputusan didirikannya Masyumi oleh tokoh tersebut bukan hanya sekedar keputusan biasa melainkan sebuah keputusan dari seluruh umat muslim melalui wakil-wakilnya. Keterwakilan berbagai

tokoh Islam mencerminkan partai Masyumi sebagai “partai tunggal Islam di Indonesia”. Tidaklah mengherankan jika tokoh-tokoh tersebut mengambil peranan penting dalam tubuh partai Masyumi.

Buku yang kedua berjudul Perkembangan Partai Islam di Pentas Nasional 1945-1965 karya Deliar Noer. Buku ini digunakan untuk menjawab rumusan masalah bab III dan sebagai penunjang menjawab rumusan masalah bab IV. Bab III penulis gunakan saat partai Masyumi dalam kabinet periode 1945-1955. Partai Masyumi menunjukan eksistensi partai Islam untuk duduk dalam kabinet. Selama kurun waktu 1950 hingga 1955 partai Masyumi jatuh bangun dalam kabinet. Kabinet masa UUDS 1950 (Undang-Undang Dasar Sementara) 1950, partai Masyumi memimpin menjadi perdana menteri dalam kurun waktu 2 kabinet (Kabinet Natsir dan Kabinet Sukiman). Pasca kebinet Sukiman, partai Masyumi mulai goyah dengan keluarnya NU dari Masyumi. Keluarnya NU di tahun 1952, kemudian memutuskan menjadi fraksi sendiri. Pemilu tahun 1955 kejutan mulai datang dengan hasil dimana NU mendapat kursi no 3 di bawah partai Masyumi serta tampilnya PKI yang mendapat kursi di no empat.

Bab IV penulis gunakan untuk mengetahui perkembangan partai Masyumi pasca pemilu 1955. Pasca pemilihan umum masalah mulai muncul ketika tahun 1958 anggota Masyumi terlibat dalam PRRI (Pemberontakan Revolusioner Republik Indonesia). Meskipun konflik dengan PRRI segera dapat diatasi pemerintah, namun ketika di tahun 1959 masalah ini berdampak besar. Pada tanggal 21 Juli 1959 Presiden Soekarno memanggil

pemimpin-pemimpin partai Masyumi dan (PSI) menyerahkan setumpuk daftar pertanyaan yang harus dijawab oleh para pemimpin partai secara tertulis dalam satu minggu. Salah satu pertanyaannya menanyakan keterlibatan anggota partai dengan PRRI. Akhirnya pukulan terakhir dialami partai Islam yang gigih mempertahankan prinsipnya dengan jawaban mereka. Pada tanggal 17 Agustus 1960 akhirnya partai Masyumi mendapat surat yang menyatakan Masyumi harus bubar. Pada tanggal 13 September 1960 pimpinan pusat partai Masyumi menyatakan partainya bubar.

Buku yang ketiga berjudul Indonesia Dibawah Rezim Demokrasi Terpimpin buku karya Ichlasul Amal menjelaskan tentang partai politik yang ternyata mengikuti garis-garis pengelompokan yang sudah ada, salah satunya PKI, NU, PNI, banyak memperhatikan dan di inspirasi oleh kepentingan dan pandangan hidup Jawa, sementara partai Masyumi berkembang di daerah Islamnya kuat, yakni Sunda di Jawa barat. Penggunaan buku ini penulis akan memfokuskan menggunakannya sebagai landasan menjawab rumusan masalah pertama dan sebagai pendukung menjawab rumusan masalah kedua.

Buku yang keempat berjudul Pembubaran Partai Politik. buku karya Muchamad Ali Safa’at yang menjelaskan pembubaran partai politik di Indonesia. Buku ini menjelaskan Keberadaan partai politik pada masa kemerdekaan dimulai dari adanya maklumat pemerintah 3 Nopember 1945 yang mendorong tumbuhnya banyak partai politik sesuai dengan keadaan demokrasi yang dikembangkan untuk maksud mempertahankan kemerdekaan

dan menjamin keamanan rakyat. Mulai saat itu partai politik mulai mewarnai kehidupan berbangsa dan bernegara.

Buku yang kelima sama dengan judul Pembubaran Partai Politik karya Dr. Muchamad Ali Safa’at menjelaskan pembubaran partai politik di Indonesia. menjelaskan bagaimana PKI bangkit kembali dan mempengaruhi kebijakan Soekarno serta diakomodasi dalam pemerintah. Di sisi lain, Masyumi sebagai partai Islam menolak paham komunisme Atheis PKI. Pada saat pembentukan kabinet Ali-Roem-Idham setelah pemilu 1955, Soekarno menginginkan PKI dilibatkan dalam kabinet karena menduduki hasil ke empat hasil pemilu 1955. Namun keinginan tersebut tidak dipenuhi oleh Ali Sastroadmijoyo Masyumi dan NU menolak dan menentang keterlibatan PKI, karena PKI dipandang tidak mengakui keberadaan Tuhan yang Maha Esa.

Pertentangan antara Soekarno dengan partai Masyumi semakin terbuka saat penolakan konsepsi Soekarno tentang demokrasi terpimpin untuk menggantikan demokrasi parlementer. Penolakan juga dilakukan pada saat dibentuk kabinet karya yang tidak memperhatikan kekuatan parlemen, yaitu kabinet Djuanda yang diumumkan pada 8 April 1957. Penolakan tersebut bertentangan dengan kebijakan Presiden Soekarno yang hendak menyatukan seluruh kekuatan bangsa.

Pada tanggal 17 Agustus 1960 hari proklamasi kemerdekaan Indonesia dikeluarkan Keppres Nomor 200 tahun 1960 yang membubarkan partai Masyumi dan Keppres Nomor 201 tahun 1961 yang membubarkan PSI. Kepres Nomor 200 tahun 1960 menyatakan bahwa “Membubarkan Partai

Politik Masyumi termasuk bagian-bagian atau cabang-cabang atau ranting-rantingnya di seluruh wilayah negara Republik Indonesia. Demikian pula dengan Keppres Nomor 201 tahun 1960 yang menyatakan “Membubarkan Partai Sosialis Indonesia, termasuk bagian-bagian atau cabang-cabang atau ranting-rantingnya di seluruh wilayah negara Republik Indonesia.

Dokumen terkait