• Tidak ada hasil yang ditemukan

TATA HUBUNGAN KERJA

AREAL PANEN, PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS PADI JAGUNG DAN KEDELAI

VII. KENDALA-KENDALA POKOK PERSIAPAN PELAKSANAAN PROGRAM UPSUS PADI JAGUNG DAN KEDELAI

7.4. Kabupaten Magelang

Tidak ditemukan permasalahan kelembagaan dan kebijakan dalam pelaksanaan program Upsus padi dan jagung di Kab. Magelang. Hal ini dikarenakan koordinasi yang telah dilakukan oleh pemerintah daerah terhadap SKPD-nya dan dengan Kodim serta Kementerian Pertanian berjalan sangat baik dan lancar. Bupati Magelang sangat mendukung Program Upsus Pajale tersebut, sehingga semua proses persiapan seperti penandatangananan MOU antara Pemda Magelang dengan Kodim dan seterusnya dapat dilaksanakan tepat waktu.

126

Permasalahan utama lebih ke masalah teknis dan budaya petani. Hasil identifikasi yang dilakukan oleh Distanbunhut dan BP2KP, permasalahan usahatani padi adalah adanya serangan OPT. Jenis OPT dan tingkatan serangan sebagai berikut: (a) Serangan hama tikus 44,65 ha terbesar di Kecamatan Bandongan mencapai 33,5 ha; (b) Serangan Tungro seluas 4,9 ha terbesar di Kecamatan Kaliangkrik mencapai seluas 2,6 ha; (c) Serangan WBC seluas 0,5 ha terbesar di Kecamatan Mungkid mencapai 0,2 ha; (d) Serangan hama Penggerek batang seluas 15,1 ha terbesar di Kec. Tegalrejo; (e) Serangan Blass seluas 3,1 ha terbesar di Kec. Muntilan mencapai seluas 2,5 ha; dan (f) Serangan Kresek seluas 2,7 ha terbesar di Kecamatan Salam seluas 1,9 ha. Upaya yang telah dilakukan adalah dengan memberitahukan secara dini kepada petani/kelompok tani agar segera mengendalikan secara swadaya. Namun demikian untuk daerah-daerah yang luas serangannya cukup luas langsung dibantu dengan pestisida dari Distanbunhut Pertanian kabupaten.

Sementara itu, hasil diskusi dengan PPL dan petani termasuk staf dari Distanbunhut dengan kelompok fungsional BP2KP, faktor yang mempengaruhi kinerja produksi padi dan jagung serta komoditas lainnya adalah: (a) Tanaman padi bukan tanaman utama namun sebagai penyela di delapan kecamatan. Di wilayah ini, tanaman utama adalah hortikultura karena wilayah ini mempunyai ketinggian yang baik untuk tanaman tersebut; (b) Budaya petani, kalau mendapat bantuan program maka performa usahatani dan produksi tanaman akan bagus. Anjuran-anjuran teknologi akan diterapkan, namun apabila program selesai maka petani akan melaksanakan usahatani seperti sebelumnya. Hal ini berdampak pada penurunan produktivitas pangan; (c) Kasus di Kecamatan Bandongan, banyak petani dengan status penggarap, sehingga input usahatani juga terbatas; (d) Keterbatasan modal petani untuk memenuhi pengadaan sarana produksi pertanian sesuai dengan yang dianjurkan; (e) Ketersediaan pupuk terbatas di pasaran sehingga petani sulit untuk mengaksesnya; (f) Usaha pertanian bukan sumber pendapatan utama, fenomena kerja ganda umum ditemukan dipedesaan. Pada umumnya kepemilikan lahan petani hanya sekitar 0,3 ha dan petani sudah berusia tua. Dengan luasan tersebut, pendapatan yang diperoleh tidak dapat memenuhi kebutuhan rumah tangganya, sehingga petani mencari tambahan di luar pertanian terutama di sektor

127

jasa. Dampaknya adalah kegiatan usahatani sering diabaikan, misalnya jadwal pemupukan tidak dapat dilakukan secara tepat waktu, karena sedang bekerja di kegiatan non pertanian; dan (g) Jaringan irigasi banyak yang rusak dan kelompok tani jarang melakukan perbaikan dan kerja bakti.

7.5. Kabupaten Temanggung

Beberapa hambatan atau kendala yang dihadapi dalam pencapaian kinerja Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan antara lain terus berkurangnya jumlah SDM petugas pertanian (penyuluh pertanian, POPT) yang ada karena telah memasuki masa purna tugas (pensiun). Sementara penambahan PNS lima tahun terakhir belum pernah ada. Struktur Organisasi : Struktur organisasi yang baru membuat ada beberapa kegiatan yang overloping dengan SKPD lain karena struktur di tingkat atas (propinsi dan departemen) berada pada satu bagian, sedangkan untuk tingkat lapangan masih adanya over lapping kegiatan pemberdayaan oleh penyuluh dan kegiatan teknis oleh UPTD Tanbunhut Kecamatan.

Disisi lain pemanfaatan aset kebun dinas yang belum dilengkapi sarana-prasarana dan pendanaan yang cukup memadai, sehingga dari kebun dinas yang ada belum bisa memberikan PAD yang optimal serta belum bisa digunakan sebagai percontohan bagi masyarakat. Alokasi dana dalam mencukupi kebutuhan kegiatan pembangunan pertanian, perkebunan dan kehutanan peran APBD masih tergolong rendah, proporsi sumber dana bersumber dari APBD 54% sedangkan sisanya (55,56%) berasal dari dana APBN dan APBD propinsi. Kendala utama pembangunan pertanian adalah masih rendahnya kepemilikan lahan garapan petani yang hanya 0,39 Ha, sehingga untuk usaha kegiatan tidak efektif. Perubahan alih fungsi lahan pertanian menjadi non pertanian yang terus berlangsung, terutama untuk industri dan perumahan. Selain itu, tingkat pengetahuan dan ketrampilan para petani relatif rendah. Belum optimalnya penggunaan teknologi tepat guna bagi budidaya padi, jagung dan kedelai. Belum membudayanya usaha agribisnis dan agroindustri di kalangan petani dan tingginya serangan hama dan penyakit berpengaruh terhadap produksi dan produktivitas tanaman.

Langkah-langkah antisipasi dan koreksi yang akan ditempuh guna perbaikan dalam rangka menghadapi berbagai kendala diatas yaitu mengusulkan tambahan

128

pegawai negeri sipil (PNS) untuk mendukung pelaksanaan kegiatan pembangunan pertanian dan pelayanan publik serta melakukan pelatihan untuk meningkatkan kualitas pegawai. Melakukan koordinasi efektif di semua level organisasi pemerintah untuk memperoleh sinergi dalam setiap kegiatan serta mengusulkan adanya tambahan struktur yang sama antara level kabupaten dan kecamatan. Pemerintah Daerah perlu mengusulkan evaluasi dan peninjauan kembali struktur organisasi Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan.

Dari sisi pemanfaatan aset maka perlu kecukupan sarana dan prasarana termasuk pendanaan untuk mengefektifkan fungsi dan manfaat kebun dinas. Dana perimbangan keuangan dan pendanaan daerah serta terus melakukan upaya menjaring dana untuk kegiatan sektor pertanian dan kehutanan baik dari tingkat pusat (DAK, APBN, TP) maupun dari tingkat propinsi. Kegiatan pembangunan pertanian dilakukan dengan meningkatkan indeks pertanaman (IP) untuk mengatasi kecilnya penguasaan lahan dengan mengembangkan jaringan irigasi tersier di tingkat pedesaan dan tingkat usaha tani. Mengendalikan terjadinya perubahan fungsi lahan melalui regulasi dan law enforcement yang kuat. Pentingnya melakukan diversifikasi usahatani tanaman pangan dan hortikultura, meningkatkan kualitas dan kuantitas pelatihan SDM petani. Optimalisasi penggunaan teknologi tepat guna dan alsintan untuk usahatani padi, jagung dan kedelai. Mengusulkan dana proteksi dan perlindungan tanaman terhadap serangan hama dan penyakit sehingga dapat mengamankan produksi pertanian, perkebunan dan kehutanan. Pemberdayaan dan penumbuhan partisipasi kemandirian petani sehingga ketergantungan pada program pemerintah dapat diminimalisir. Dilaksanakan melalui fasilitasi kemitraan, insentif bagi investasi pertanian, pelatihan bagi petani, dan fasilitasi wirausaha off farm.

129