• Tidak ada hasil yang ditemukan

PADI JAGUNG DAN KEDELAI

4.1.3. Langkah Pengawalan dan Pendampingan

4. Produksi (ton) 11.136.967 3.037.317 139.900

Sasaran awal produksi Padi, Jagung, Kedelai pada Tahun 2015 di kabupaten Klaten dapat dilihat pada Tabel 23 berikut. Berdasarkan tabel tersebut merefleksikan beberapa hal pokok sebagai berikut: (1) Sasaran luas tanam padi, jagung dan kedelai di Kabupaten Klaten secara berturut-turut untuk padi seluas 62.885 Ha, jagung seluas 9.126 Ha, dan kedelai 2.786 Ha; (2) Sasaran luas panen padi, jagung dan kedelai di Kabupaten Klaten secara berturut-turut untuk padi seluas 62.688 Ha, jagung seluas 9.321 Ha, dan kedelai seluas 2.940 Ha; (3) Sasaran produktivitas padi, jagung dan kedelai di Kabupaten Klaten secara berturut-turut untuk padi sebesar 61,84 Ku/Ha, jagung sebesar 70.00 Ku/Ha, dan kedelai sebesar 16,24 Ku/Ha; dan (4) Berdasarkan sasaran luas areal panen dan produktivitas yang mungkin dapat dicapai tersebut maka saranan produksi di Kabupaten Klaten ditetapkan untuk padi sebesar 387.833 ton, jagung 65.137 ton, dan 4.775 ton.

Tabel 23. Sasaran Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi, Jagung dan Kedelai di Kabupaten Klaten, Tahun 2015.

No. Uraian Komoditas

Padi Jagung Kedelai

1. Luas tanam (ha) 62.885 9.126 2.786

2. Luas panen (ha) 62.688 9.321 2.940

3. Produktivitas (Ku/ha) 61,84 70.00 16,24

4. Produksi (ton) 387.833 65.137 4.775

4.1.3. Langkah Pengawalan dan Pendampingan

Pentingnya ketersediaan data dasar dalam pengawalan dan pendampingan oleh penyuluh pertanian lapang: (1) Luas baku lahan, (2) Pola tanam, (3) Kebutuhan saprotan, (4) Ketersediaan alsintan, (5) Sarana penunjang (kios pertanian, lembaga keuangan, UPJA, buruh tandur dll), (6) Iklim, dan (7) Faktor-faktor lainnya. Selanjutnya menentukan target atau sasaran produksi dengan melakukan

49

breakdown kecamatan menurut propinsi terutama terkait data: (1) Luas tanam, (2) Luas panen, (3) Produktivitas, dan (4) Produksi.

Melakukan identifikasi permasalahan-permasalahan pokok yang mungkin dihadapi, baik permasalahan yang bersifat teknis, ekonomi, maupun sosial-kelembagaan. Aspek teknis terkait dengan teknologi dan biofisik. Permasalahan aspek teknologi mencakup: (1) Penyiapan benih unggul bermutu/umur benih yang optimal; (2) Penetapan jumlah populasi tanaman dalam luasan tertentu; (3) Cara taman (tegel/legowo), (4) Bagaimana melakukan pemupukan secara lengkap dan berimbang, (5) Pengendalian OPT utama (Wereng Coklat, Tikus, Kresek/busuk akar), (6) Masalah pengairan mencakup ketersediaan air irigasi, kontinyuitas pasokan air, serta kondisi infrastruktur irigasi; (7) Masalah panen dan pasca panen. Masih terkait aspek teknis adalah masalah ketersediaan sarana produksi pertanian dan alsintan. Ketersediaan sarana produksi mencakup: benih, pupuk, dan obat-obatan yang mencakup 6 tepat (tepat tempat, jenis, jumlah, mutu, harga, waktu).

Masalah ketersediaan alat dan mesin pertanian mencakup : (1) Ketersediaan alat olah tanah (traktor), (2) Alat Tanam (transplanter), (3) Alat untuk pemeliharaan, (4) Alat untuk pengendalian OPT, dan (5) Alat panen dan pasca panen (sabit bergerigi, power thresher, drying).

Permasalahan kelembagaan dan pelaku utama. Pentingnya melakukan membangun sistem koordinasi antara kelembagaan komunitas, kelembagaan pemerintah ditingkat lokal dan kelembagaan ekonomi. Kelembagaan Penyuluhan: (1) Pentingnya peningkatan pengetahuan bagi tenaga penyuluh, (2) Penyebaran materi penyuluhan, (3) Pentingnya peningkatan keterampilan teknis, (4) Pentingnya peningkatan kapabilitas manajerial petani. Oleh karena itu pentingnya melakukan kegiatan pelatihan untuk penyuluh dan petani, magang , alat bantu penyuluhan, sekolah lapang.

Permasalahan terkait faktor ekonomi adalah masalah permodalan serta jaminan pasar dan harga. Permodalan sangat berguna dalam membeli sarana produksi dan menerapkan teknologi yang dianjurkan. Adanya harga yang memberikan insentif berusahatani bagi petani sangat penting. Pada kondisi harga-harga produksi hasil pertanian yang ada sekarang ini, petani lebih memilih usaha

50

non pertanian dari pada pertanian, memilih usahatani padi dibandingkan palawija (jagung dan kedelai) dan lebih memilih jagung dibandingkan kedelai.

Diperkirakan target produksi padi dan jagung di Kabupaten Klaten sangat mungkin dapat dicapai, namun pencapaian produksi kedelai dirasakan sangat berat. Hal ini terkait tidak adanya insentif harga untuk komoditas kedelai, kurangnya ketersediaan benih unggul bersertifikat, dan penggunaan lahannya bersaing dengan komoditas lain.

Aspek kebijakan, dapat difokuskan pada : (1) kebijakan subsidi benih dan pupuk; (2) kebijakan kredit program atau subsidi bunga, (3) pembangunan infrastrutur pertanian (irigasi dan jalan usahatani), (4) kebijakan Harga Pokok Pembelian padi, jagung dan kedelai yang berpihak kepada petani.

4.2. Sukoharjo

Landasan koordinasi pelaksanaan Upsus Padi Jagung dan Kedelai (PJK), didasarkan kepada struktur organisasi penyelenggara peningkatan produksi pangan strategis nasional, yang di SK kan oleh Kementerian Pertanian No. 131/Permentan/ OT.140/12/2014. Dalam Bab II SK tersebut memuat tentang organisasi Penyelenggaran Peningkatan Produksi Pangan Strategis Nasional, dimana tim pelaksana ada 4 level yakni : (a) Tim Pelaksana Kecamatan, (b) Tim Pelaksana Kabupaten/Kota, (c) Tim Pelaksana Pembina dan (d) Tim Pelaksana Pengendali.

Ada dua sistim koordinasi pelaksanaan Upsus, yakni koordinasi untuk tingkat regional Jawa Tengah dilaksanakan di kabupaten Klaten dihadiri oleh seluruh stakeholder yang ada di Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan Pemerintah Pusat, seperti para Kepala Dinas Pertanian, para Eselon II Pusat, Pangdam, dan para Kodim di lingkup Jawa Tengah. Pada koordinasi ini lebih kepada mengukuhkan dan sosialisasi tentang program Upsus Padi Jagung Kedele, kondisi sebelumnya saat ini dan target yang ingin di capai.

Sistem koordinasi di dalam pelaksanaan Upsus Padi, Jagung, dan Kedele di Kabupaten Sukoharjo adalah dipusatkan di Dinas Pertanian Tanaman Pangan di kabupaten Sukoharjo. Untuk tingkat Kabupaten Sukoharjo, koordinasi pernah dilakukan beberapa kali. Koordinasi pertama, dilaksanakan pada bulan Februari 2015

51

yang dihadiri oleh Kepala Dinas Pertanian, Kepala Pusat Sosial Eknomi dan Kebijakan Pertanian (PSEKP), Kepala Badan Penyuluhan Pertanian, Staf dari Ditjen PSP, BPTP Jateng, LO dan para pendamping. Koordinasi pertama ini lebih kepada persiapan kunjungan kerja Menteri Pertanian dan Presiden RI dalam rangka peninjauan kondisi jaringan irigasi tersier, kunjungan terhadap pertanian modern, dan pembagian alsintan di Kabupaten Sukoharjo.

Koordinasi kedua lebih bersifat teknis, dilaksankan pada bulan Maret 2015 yang dihadiri oleh Kepala Dinas Pertanian Sukoharjo, Kepala PSEKP, Pendamping, para Kabid dan Kasi terkait, serta para KCD dan koordinator penyuluh dari seluruh kecamatan di kabupaten Sukoharjo. Koordinasi yang dilaksanakan lebih bersifat teknis dan menyamakan pandangan terutama mengenai pengumpulan data. Data apa yang dikumpulkan, kapan jadwal pengumpulannya, form isiannya seperti apa, templatenya seperti apa. Hasil dari koordinasi ini adalah lancarnya pengisian form mulai dari desa, kecamatan sampai dengan di kabupaten dan pusat.

Di dalam SK Kementan, dinyatakan baik pada bab tugas masing-masing lembaga maupun di dalam mekanisme hubungan kerja, bahwa pada masing-masing lembaga terutama teknis baik dari tingkat kecamatan, kebupaten dan pusat ada tugas dan fungsi untuk mengkoordinasikan kegiatan Upsus PJK pada kegiatan yang sedang di tangani oleh masing-masing pihak. Begitu juga pada tim Pembina atau tim pengendali ada salah satu mekanisme kerjanya adalah melakukan rapat koordinasi pembinaan (Rakorbin) yang didahului dengan rapat teknis (ratek) setiap SKPD lingkup pertanian dan UPT pusat, hasilnya adalah sebagai bahan untuk di bawa ke rakorbin.

Koordinasi pada Tim Kabupaten, telah dilaksanakan pada tanggal 24 Februari 2015. Fokus aktivitas pada kegiatan ini adalah : (1) Melakukan koordinasi dengan para petugas UPTD dan koordinator penyuluh pada lingkup kecamatan se Kabupaten Sukoharjo; (2) Menyepakati form pelaporan dari desa/kecamatan ke kabupaten dan dari kabupaten ke pusat; (3) Mengsinkronkan data yang masih simpang-siur terutama mengenai kemajuan realisasi tanam, realisasi panen dan penetapan luas sasaran tanam setelah adanya tambahan target yang di instruksikan Presiden RI; (4) Pencarian penjelasan tentang kemajuan program UPSUS PJK termasuk penyerapan anggaran, pembagian alsintan, dan sara produksi pertanian; dan (5) Melakukan

52

peninjauan calon lokasi dan kelompok sasaran atau petani dalam rangka mencari peluang trigger ekonomi dari sektor pertanian.

Koordinasi dilaksanakan di ruangan Aula Dinas Pertanian Tanaman Pangan yang dihadiri oleh sekitar 70 orang yang terdiri dari Kepala UPTD Kecamatan dilingkup Dinas Pertanian Kabupaten Sukoharjo, para PPL sekabupaten Sukoharjo, Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura, Kepala Seksi Tanaman Pangan, Staf kelompok Fungsional, Kepala Pusat PSEKP, dan Kepala Dinas Pertanian. Hasil dari koordinasi tersebut utamanya adalah menyepakati mekanisme sistim pelaporan bahwa dari daerah/kecamatan laporan harus sudah masuk pada hari Selasa dan dari kabupaten ke pusat paling lambat laopran hari Rabu pagi. Koordinasi sinkronisasi data di tingkat desa dilakukan pada hari Senin antara penyuluh dan Babinsa untuk disetorkan ke tingkat kecamatan dengan data hasil sinkronisasi.

Format yang diminta dari pusat membuat bingung di daerah, ada beberapa bentuk form yang dipegang dan berubah-rubah sejak form pertama yang mereka pegang, termasuk juga jenis data yang diminta juga berubah misalnya antara menurut kasus, bulanan dan atau bersifat akumulasi. Pada koordinasi atas saran dari Kepala Dinas maka form yang diisi dari Sukoharjo agar bermanfaat juga bagi Dinas dilakukan modifikasi terutama pada Worksheet 3. Perubahan yang terjadi adalah tidak ada kolom per minggu, tetapi laporan tersebut dikirim perminggu yang memuat akumulasi data sampai minggu akhir, perubahan data minggu ini dan akumulasi sampai dengan minggu ini. Hal ini berlaku untuk perkembangan areal tanam, perkembangan areal panen. Selain itu, ada tambahan worksheet 4 dan 5 yang bentuknya sama dengan worksheet 3 untuk jagung dan kedele. Untuk memformulasikan ke form yang akan dilaporkan ke pusat menjadi tanggungjawab penanggungjawab kabupaten. Format yang disepakti di Sukoharjo adalah seperti terlampir.

Mengsinkronkan data dilaksankan bersama dengan penanggungjawab pelaporan yaitu bagian Kelompok Fungsional dan Bagian Pangan dan Hortikultura. Hasil dari singkornisasi data ini adalah : (1) Untuk perkembangan luas tanam disepakati direkap mulai dari Oktober 2014 sampai dengan September 2015; (2) Untuk perkembangan luas panen disepakati mulai dari Januari 2015 sampai dengan Desember 2015; (3) Data yang dilaporkan disinkronkan dengan hasil SP yang

53

pelaporannya satu bulan sekali, namun untuk UPSUS para petugas mengamati setiap minggu dan melaporkan setiap hari Selasa; dan (4) Sejak pelaporan Rabu-1 bulan Maret 2015 sasaran tanam sudah disinkronkan dengan perubahan sasaran tanam ada penambahan dari 1.5 juta ton menjadi 2 juta ton di Jawa Tengah dan mengkoreksi sasaran tanam pada masing-maing kecamatan yang selama ini masih berbeda.

4.3. Wonogiri

Untuk peningkatan produksi padi, jagung dan kedelai (PJK) dalam mendukung tercapainya swasembada, maka dilaksanakan program melalui upaya khusus (UPSUS) PJK. Dalam pencapaian swasembada berkelanjutan padi dan jagung serta swasembada kedelai tersebut, lahan merupakan salah satu faktor produksi utama, selain itu ketersediaan air. Dalam program UPSUS PJK, antara lain melalui kegiatan rehabilitasi jaringan irigasi tersier (RIJT) dan kegiatan pendukung lainnya. Kabupaten Wonogiri tergolong wilayah sentra ke padi, jegung dan kedelai, sehingga kegiatan UPSUS mencakup pengembangan ke tiga komoditas tersebut.

Mekanisme dan hubungan kerja antar lembaga dalam rangka UPSUS peningkatan produksi padi, jagung dan kedelai dalam pencapaian swasembada berkelanjutan padi dan jagung, serta swassembada kedelai mengacu pada Permentan 131/Permentan/OT.140/120/2014 tentang Mekanisme dan hubungan kerja antar lembaga yang membidangipertanian dalam Mendukung Peningkatan Produksi Pangan Nasional. Dalam SK tersebut, menunjuk salah satu Tim Supervisi dan Pendampingan adalah Kepala PSEKP yang membawahi 5 wilayah Kabupaten (Klaten, Sukoharjo, Wonogiri, Magelang dan Temanggung) yang tercakup dalam wilayah Pokja IV. Dalam pelaksanaan di lapang ditunjuk 5 orang peneliti PSEKP sebagai penanggung jawab masing-masing kabupaten. Dalam persiapan pelaksanaan Upsus telah dilakukan serangkaian kegiatan di tingkat kabupaten seperti telah dirangkum pada Tabel 24.

Keterlibatan instansi terkait di pusat dan daerah diperlukan untuk menjamin efektivitas pelaksanaan pencapaian swasembada komoditas pangan strategis tersebut. Dalam pelaksanaannya mengacu pada Pedoman Umum yang disusun melalui Peraturan Menteri Pertanian RI, Nomor 03/Permentan/ar.140/2015 tentang

54

Pedoman UPSUS peningkatan Produksi Padi, Jagung dan Kedelai melalui Program Perbaikan Jaringan Irigasi dan Sarana Pendukung Tahun Anggaran 2015. Di tingkat Kabupaten, Bupati membentuk Tim pelaksana teknis UPSUS peningkataan produksi padi, jagung dan kedelai, perbaikan jaringan irigasi dan sarana pendukungnya tingkat kabupaten dipimpin oleh Kepala Dinas Pertanian, dalam hal ini di Kabupaten Wonogiri adalah Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura (TPH) dengan anggota dari Dinas TPH termasuk Koordinator Jabatan Fungsional (KJF). Namun demikian sampai akhir Maret 2015, SK penunjukan belum disusun (masih draft) sehingga dalam pelaksanaan masih belum terkoordinasi dengan baik. Sebagai contoh untuk tanggung jawab data mingguan (tambah tanam, panen dan produksi) dilakukan di Sub Bid Produksi Tanaman Pangan, Kabid Tanaman Pangan, sementara untuk perkembangan kegiatan yang terkait dengan prasarana berada di Bidang Sapras, dengan kurangnya koordinasi diantara pelaksana tersebut terkadang pelaporan data mingguan tidak sinkron.

Untuk tahap awal lebih kepada menggali data tahun 2014 dengan fokus untuk tanaman padi, jagung dan kedelai. Data perkembangan luas areal tanam, panen, produktivitas dan produksi dengan berbagai data penunjangnya termasuk sarana dan prasarana, infrastruktur, jenis lahan menurut jenis irigasi, serta data penyuluh dan gapoktan/kelompok tani. Untuk selanjutnya melakukan koordinasi dan penjadwalan serta pengumpulan data serta perkembangannya.

Tanggal 15 Januari 2015, diadakan pertemuan dengan koordinator penyuluh kecamatan, dalam acara tersebut Tim Supervisi Pusat bersama LO UPSUS Pajale dari BPTP Jawa Tengan dan Kepala Dinas Pertanian Tanaman dan Hortikultura Kabupaten Wonogiri mempresentasikan tentang rencana dan pelaksanaan Program Pajale serta keterlibatan Penyuluh dalam pelaksanaan Pajale di Kabupaten Wonogiri. Jumlah Penyuluh di Kabupaten Wonogiri tercatat berjumlah 191 (92 orang PNS dan 99 orang THL) yang meliputi wilayah 294 desa. Selain itu dalam pelaksanaan di lapang (desa) juga melibatkan Babinsa yang tersebar di seluruh desa di Wonogiri. Kelembagaan pelaksana harus dikondisikan, termasuk persiapan dan perencanaan kegiatan. Sinergitas pelaksana program UPSUS PAJALE seyogyanya harus lebih terorganisir dengan baik.

55

Tabel 24. Perkembangan Sinkronisasi, Koordinasi dan Sosialisasi Program Upsus Padi, Jagung, Kedele di Kabupaten Wonogiri

No. Tanggal Kegiatan Tempat Peserta

1 14 Januari

2015 Pemerintah Daerah Bersama Petani dan TNI Mendukung Program Swasembada Pangan nasional

Pendopo

Klaten Pemda, Kadistan, Bapeluh, Kodim, KTNA, Kementan 2 15-16

Januari 2015

Koordinasi dan Sosialisasi

Kegiatan UPSUS Pajale: Jenis dan Sistem Pelaporan Data Mingguan

Aula Dinas Pertanian TPH Wonogiri Kadis, Kabid, Koordinator dan sebagian penyuluh, PSEKP, BPTP, 3 20 Januari

2015 Peletakan Batu Pertama Rehabilitasi Irigasi Desa Setrorejo, Kec. Baturetno

Dandim 0728, Kadistan, Gapoktan/ Poktan, P3A, Aster dan babinsa Kec. Baturetno 4 24 Januari

2015? Workhsop Menyepakati Target dan Kinerja UPSUS Pajale Rumah Makan Wonogiri Koordinator Penyuluh, Danramil 5 25 Februari

2015 Pertemuan terbatas dalam rangka koordinasi pelaporan data secara berkala

Kodim 0728 Aster dan staf, Kasie Produksi dan Kasi Monev Dinas Pertanian TPH, PSEKP

6 26 Februari

2015 Sosialisasi Kegiatan Ketahanan Pangan dlm Rangka Upsus Percepatan Target Produksi Pajale 2015 Aula Dinas Pertanian TPH Wonogiri PSEKP, BPTP, Dinas Pertanian TPH (Kadis, Kabid dan KJF) serta koordinator Penyuluh 7 4 Maret

2015 Rapat Koordinasi Penyuluh dan Babinsa Aula Dinas Pertanian TPH Wonogiri BPTP, Banisa (50 orang), Penyuluh (50 orang), Koordinator Penyuluh, Dinas Pertanian TPH (Kadis, Kabid dan KJF) 8 31 Maret

2015 Temu Teknis Penyuluh dalam Rangka Mendukung Kegiatan UPSUS Pajale Rumah makan FAJAR Wonogiri Seluruh Penyuluh se Kabupaten Wonogiri, Dinas Pertanian TPH Wonogiri (Sekdin, Kabid dan KJF), PSEKP, BPTP, Bapeluh Provinsi Jateng, BKD-Pemda Kab. Wonogiri

Pada tanggal 26 Februari 2015, dilakukan Pertemuan Koordinasi yang dilaksanakan di ruangan Aula Dinas Pertanian TPH. Pada pertemuan tersebut dihadiri oleh para koordinator Penyuluh seluruh kecamatan se Kabupaten Wonogiri, Kepala Bidang Tanaman Pangan, Kepala Seksi Produksi Tanaman Pangan, Staf kelompok Fungsional dan Koordinator Jabatan Fungsional (KJF), Kepala Pusat PSEKP, dan Kepala Dinas Pertanian. Hasil dari koordinasi tersebut utamanya adalah menyepakati mekanisme sistim pelaporan bahwa dari daerah/kecamatan laporan harus sudah masuk pada hari Selasa dan dari kabupaten ke pusat paling lambat laporan hari Rabu pagi. Koordinasi sinkronisasi data di tingkat desa dilakukan pada

56

hari Senin antara penyuluh dan Babinsa untuk disetorkan ke tingkat kecamatan dengan data hasil sinkronisasi dan direkap. Diharapkan data yang dilaporkan adalah satu ouput data yang sama (satu angka). Oleh karena itu format yang diisikan harus sama.

Di tingkat Dinas Pertanian, masih belum terbentuk koordinasi yang baik, hal ini ditemukan bahwa antar bidang (Tanaman Pangan, Sarana Prasarana dan KJF) masih bekerja sendiri. Selama ini kegiatan UPSUS PJK dianggapnya adalah pekerjaan Bidang TPH, sementara pihak Bidang TPH mengemukakan bahwa kegiatan lebih banyak di Bidang Sapras, dan KJF sebagai sekretariat UPSUS Pajale belum berfungsi sebagaimana dalam Pedum. Belum adanya satu persepsi dan pandangan tentang tugas pokok dan fungsi masing-masing pihak menjadi hambatan dalam pengumpulan data, pengelolaan data di kabupaten, dan pelaporan ke provinsi dan pusat.

Mengsinkronkan data dilaksanakan bersama dengan penanggungjawab pelaporan yaitu Bidang TPH. Hasil dari singkornisasi data ini adalah : (1) Untuk perkembangan luas tanam disepakati direkap mulai dari Oktober 2014 sampai dengan September 2015; (2) Untuk perkembangan luas panen disepakati mulai dari Januari 2015 sampai dengan Desember 2015, namun data realisasi panen 2014 sudah tersedia tingkat kabupaten (per kecamatan); (3) Data yang dilaporkan disinkronkan dengan hasil SP yang pelaporannya satu bulan sekali, namun untuk UPSUS para petugas mengamati setiap minggu dan melaporkan setiap hari Selasa; (4) Sejak pelaporan Rabu-1 bulan Maret 2015 sasaran tanam sudah disinkronkan dengan perubahan sasaran tanam dengan penambahan 2 juta ton di Jawa Tengah dan mengkoreksi sasaran tanam pada masing-maing kecamatan yang selama ini masih berbeda. Sehubungan dengan itu mestinya juga harus disinkronkan dengan pendataan di tingkat desa.

Temu Teknis Penyuluh pada tanggal 31 Maret, yang dihadiri sekitar 200 orang yang terdiri dari penyuluh seluruh wilayah di Kabupaten Wonogiri, Sekdin dan Kepala Bidang Dinas Pertanian TPH Kab. Wonogiri serta nara sumber (Bapeluh Provinsi Jateng, BPTP Jateng, PSEKP dan BKD Kabupaten Wonogiri). Dari Bapeluh Provinsi Jateng menyampaikan tentang peran dan komitmen penyuluh dalam mendukung kegiatan UPSUS PJK, dari BPTP menyampaikan tentang teknologi dan

57

penerapannya dalam mendukung UPSUS PJK mencapai swasembada Pangan, dari PSEKP menyampaikan tentang sinkronisasi dan harmonisasi para pelaksana UPSUS PJK di daerah serta akurasi data pelaporan secara berkala dalam mensukseskan swasembada Padi Jagung dan Kedelai.

4.4. Magelang

Walaupun pemerintah melaksanakan kebijakan upaya khusus (Upsus) untuk peningkatan produksi padi, jagung dan kedelai, namun untuk Kabupaten Magelang hanya titujukan untuk komoditas padi dan jagung. Hal ini dikarenakan Kabupaten Magelang bukan merupakan sentra produksi kedelai, memiliki iklim yang kurang sesuai, petani jarang yang menanam tanaman kedelai, dan petani memiliki tanaman-tanaman alternatif yang jauh lebih menguntungkan.

Untuk melaksanakan Upsus tersebut, pemerintah Kabupaten Magelang telah melaksanakan serangkaian koordinasi dan sinkronisasi dari tingkat pusat, provinsi dan kabupaten. Pelaksanaan koordinasi di tingkat pemerintah daerah dilakukan antara Dinas Pertanian Tanaman Pangan Perkebunan dan Kehutanan, Badan Penyuluhan Pertanian dan Ketahanan Pangan (BP2KP) dan Kodim Kabupaten Magelang. Sesuai dengan mekanisme kerja yang digariskan oleh Kementerian Pertanian (seperti pada Gambar 4.1).

MENTAN BPPSDMP DITJEN PSP/TP/P2HP BADAN LITBANG BPTP DINAS TEKNIS DINAS TEKNIS GUBERNUR

KODAM BAKORLUH PT/BALAI/STPP

KODIM CAMAT

POKTAN, P3A, GAPOKTAN DAN GP3A

BUPATI/WALIKOTA

UPTD KORAMIL LURAH/DESA

BABINSA PENYULUH MAHASISWA PUSAT/TIM PENGENDALI PROVINSI TIM PEMBINA KAB/KOTA PELAKSANA KECAMATAN/ TIM PELAKSANA DESA KASAD POPT/ PBT PENELITI/ PENYULUH BP3K BP4K DOSEN/WI GO