• Tidak ada hasil yang ditemukan

Potensi Lahan pertanian di Kabupaten Wonogiri didominani lahan kering, terutama untuk palawija dan padi gogo. Selain itu wilayah pertanian baik

TATA HUBUNGAN KERJA

AREAL PANEN, PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS PADI JAGUNG DAN KEDELAI

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN KEBIJAKAN

13. Potensi Lahan pertanian di Kabupaten Wonogiri didominani lahan kering, terutama untuk palawija dan padi gogo. Selain itu wilayah pertanian baik

sawah maupun lahan kering didominasi dengan topografi berbukit. Oleh karena itu teknologi dan bantuan yang dialokasikan ke wilayah ini perlu memperhatikan kondisi biofisik tersebut.

14. Berdasarkan evaluasi target dan perkembangan realisasi luas tanam untuk Program Upsus Padi Jagung dan Kedelai, menunjukkan bahwa capaian untuk areal tanam padi terhadap target mencapai >100%. Namun capaian sasaran yang melebihi dari target tersebut lebih disebabkan kontribusi areal tanam padi gogo, sementara untuk luas tanam padi sawah masih belum mencapai target. Oleh karena itu diperlukan terobosan kebijakan untuk lebih menekankan pengembangan Program Upsus untuk padi sawah, mengingat masih ada kesenjangan dibanding potensi yang ada. 15. Untuk komoditas jagung dan kedelai masih belum mencapai target areal

tanam pada periode Oktber 2014-Maret 2015, masing-masing capaian menunjukkan (83 %) untuk komoditas jagung dan (96 %) untuk komoditas kedelai. Masalah utama tidak tercapainya sasaran tanam

135

tersebut, antara lain persaingan penggunaan lahan untuk komoditas lain, seperti tembakau, sayuran atau tanaman lainnya. Petani pada umumnya masih ragu dalam mengusahakan tanaman jagung dan kedelai bila tidak jaminan pasar dan harga produk tersebut.

16. Dalam arus pelaporan data mingguan masih terkendala dengan komunikasi dari kecamatan, karena sebagian lokasi kecamatan relatif jauh, sehingga untuk solusi kelancaran pelaporan data dengan menggunakan short message service (sms), sehingga hanya data kumulatif kecamatan yang dilaporkan, sedangkan data per desa tidak bisa dilaporkan tiap minggu. Untuk kelancaran tersebut petugas di kecamatan (koordinator Kecamatan) sebaiknya difasilitasi alat komunikasi seperti laptop dan modem, dengan demikian mereka bisa akses internet untuk sarana dalam rangka mempercepat alur pelaporan data dan juga dapat sebagai wahana untuk melaporkan bila ada permasalaha di lapang, sehingga akan lebih cepat tertangani.

17. Kendala dan permasalahan pokok yang dihadapi tercakup masalah teknis, ekonomi dan sosial kelembagaan. Masalah teknis yang sangat dirasakan adalah masalah kekurangan air saat awal tanam, sehingga bantuan Rehabilitasi Jaringan Irigasi Tersier (RJIT) dan pompa air sangat diperlukan. Masalah ekonomi utama adalah tidak adanya jaminan pasar dan harga terutama untuk produk jagung dan kedelai. Masalah kelembagaan yang ada adalah masih belum terbangunnya koordinasi yang efektif antara Dinas Pertanian dengan KJF, terutama terkait siapa yang bertanggung jawab terhadap pelaporan, namun akhirnya disepakati Subdin Dinas Pertanian yang menangani hal tersebut.

8.4. Kabupaten Magelang

18. Kabupaten Magelang termasuk salah satu sentra pangan dengan komoditas pangan utama adalah padi dan jagung. Sebagian besar penduduk bekerja di sektor pertanian dengan rata-rata pendidikan yang masih relatif rendah. Terkait dengan program upaya khusus padi, jagung dan kedelai, persiapan program dapat dilakukan dengan baik, yang

136

tercermin dari terlaksananya semua ketentuan program seperti penandatanganan MOU antar pemerintah daerah dan Kodim, sosialisasi dan koordinasi antara lembaga terkait (Distanbunhut, BP2KP, Kodim, BPS), sosialisasi tingkat kecamatan dan desa serta lancarnya pelaporan perkembangan program secara mingguan. Realisasi tanam padi juga melebihi target yaitu sekitar 107 persen.

19. Sektor pertanian di wilayah ini masih menjadi tumpuan kehidupan masyarakat tani, oleh karena itu upaya peningkatan produktivitas pangan harus terus dilakukan tidak hanya bersumber pada dana APBD akan tetapi juga dana APBD dan memanfaatkan sumber dana dari swasta, misal dari CSR. Selain itu, dalam upaya mencapai target swasembada di Kab. Magelang perlu ditingkatkan dan diintensifkan dengan keterbukaan, transparansi termasuk dalam hal data yang relevan, sehingga terwujud slogan “bekerja bersama-sama dan bersama-sama bekerja” antar stakeholder yang bertanggung jawab terhadap program upaya khusus padi dan jagung.

20. Beberapa kendala dan permasalahan pokok dalam pencapaian Program Upsus Pajele di Kabupaten Magelang adalah: (a) Di beberapa kecamatan terutama dataran tinggi tanaman padi, jagung dan kedelai bukan merupakan tanaman utama namun sebagai penyela atau sampingan, sedangkan komoditas hortikultura adalah tanaman utamanya; (b) Kinerja usahatani sangat tergantung pada ada tidaknya program, kalau mendapat bantuan program maka performa usahatani dan produksi tanaman akan bagus dan akan menurun kinerjanya jika program sudah selesai; (c) Di beberapa kecamatan banyak dijumpai petani dengan status penggarap, sehingga penggunaan input produksi juga terbatas; (d) Keterbatasan modal petani untuk memenuhi pengadaan sarana produksi pertanian sesuai dengan yang dianjurkan; (e) Ketersediaan pupuk terbatas di pasaran sehingga petani sulit untuk mengaksesnya; (f) Usaha pertanian bukan sumber pendapatan utama, fenomena kerja ganda umum ditemukan dipedesaan; dan (g) Jaringan irigasi banyak yang rusak dan kelompok tani jarang melakukan perbaikan dan kerja bakti.

137 8.5. Kabupaten Temanggung

21. Potensi lahan sawah dan lahan sawah irigasi di Kabupaten Temanggung relatif terbatas. Pada tahun 2013 produksi padi sekitar 150.287,94 ton, mengalami penurunan sebesar 5,89 persen thd tahun 2012. Hal tersebut disebabkan oleh terjadi penurunan luas areal tanam padi dan produktivitas. Oleh karena itu, Program Upsus Pajale harus mengidentifikasi sumber-sumber pertumbuhan produktivitas padi, jagung dan kedelai dengan introduksi teknologi yang lebih maju, perbaikan efisisnsi teknis, dan peningkatan indek pertanaman (IP).

22. Dalam pelaksanaan Program UPUS Pajale telah dibentuk struktur organisasi yang terdiri dari ketua yang dalam hal ini adalah Ka. Dintanbunhut, sekretaris Ka. Bappeluh. Sementara anggota terdiri dari Ka. KKP (Kantor Ketahanan Pangan, Ka. Dinas Pekerjaan Umum, Kabid TPH, Ka Lab HPT Kedu, Ka. BAPPEDA, Ka. BPS, DANDIM kab. Temanggung, Pendamping Tim UPSUS dari Kementan, dan Pendamping Tim UPSUS dari BPTP Jawa Tengah. Dalam pelaksanaan program dan pelaporan belum terdapat koordinasi secara efektif

23. Beberapa kendala dan permasalahan pokok dalam pencapaian Program Upsus Pajele di Kabupaten Temanggung adalah: (a) Di beberapa kecamatan tanaman padi, jagung dan kedelai bukan merupakan tanaman utama namun sebagai penyela atau sampingan untuk tembakau; (b) Kinerja usahatani padi, jagung dan kedelai sangat tergantung pada ada tidaknya program, kalau mendapat bantuan program maka performa usahatani dan produksi tanaman tersebut akan baik dan akan menurun kinerjanya jika program tersebut sudah selesai; (c) Banyak petani di beberapa kecamatan hanya sebagai petani penggarap, sehingga kurang berani mengambil keputusan terkait program pemerintah dan penggunaan input produksi dalam usahataninya; (d) Keterbatasan modal petani untuk memenuhi pengadaan sarana produksi pertanian sesuai dengan yang dianjurkan; (e) Ketersediaan pupuk yang tidak tepat jumlah, kualitas, waktu dan tempat, sehingga berpengaruh terhadap capaian kinerja

138

usahatani; (f) Usahatani padi bukan sumber pendapatan utama tetapi lebih bertumpu pada komoditas utama tembakau, pelaksanaan program Upsus Pajale harus memperhatikan keberadaan komoditas utama tersebut; dan (g) Jaringan irigasi banyak yang rusak dan kelompok tani jarang melakukan perbaikan dan kerja bakti.

24. Dalam upaya mendukung program swasembada padi, pemerintah daerah Kab. Temangung merencanakan untuk tanam padi seluas 27,78 ribu ha yang tersebar di 20 kecamatan dengan perkiraan produksi hasil panen padi sebanyak 171,98 ribu ton (GKG) . Guna mencapai sasaran tersebut, upaya pencapaian melalui beberapa kegiatan program UPSUS diantaranya Program Rehabilitasi Jaringan Irigasi (RJI) seluas 2700 ha, Program GP PTT seluas 2000 ha, Program Optimalisasi lahan (OPLA) seluas 600 ha, Program SLPTT padi unggul seluas 80 ha, Program Pengembangan Padi Organik seluas 110 ha dan Swadaya petani seluas 20.794. Dari beberapa program pengembangan tersebut diharapkan tanaman padi sejak bulan Oktober 2014 s/d September 2015 adalah diperkirakan 27,78 ribu ha. Beberapa hambatan yang dihadapi adalah berkurangnya SDM karena telah memasuki masa purna tugas. Disamping itu struktur organisasi yang baru membuat beberapa kegiatan yang over lapping dengan SKPD lain, sedangkan untuk tingkat lapangan masih adanya over lapping kegiatan.

DAFTAR PUSTAKA