• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kacang Panjang

Dalam dokumen 2015 Lapkir Penyusunan Masterplan Pertanian (Halaman 130-139)

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

C. Potensi Tanaman Obat/Rempah

2. Kacang Panjang

Kabupaten Jember merupakan penghasil utama kacang panjang di Provinsi Jawa Timur. Komoditas ini mempunyai prospek yang cukup baik karena termasuk tanaman yang tahan terhadap serangan hama kepik dan harganya relatif tinggi dibandingkan sayuran lainnya, seperti mentimun,

oyong, atau pare. Wilayah penghasil kacang panjang adalah Kecamatan Tempurejo, Umbulsari, Gumukmas, dan Semboro.

Umumnya, budidaya kacang panjang di Kabupaten Jember telah telah dilakukan dengan baik.Hal ini merpakan dampak dari adanya penyuluhan yang dilakukan oleh dinas pertanian setempat mengenai teknis budidaya dan usahatani kacang panjang. Komoditas ini dibudidayakan di lahan sawah setelah petani menanam padi atau dibudidayakan secara tumpangsari dengan tanaman tembakau. Sebagian petani di Kecamatan Ambulu melakukan pola tumpangsari dengan tembakau karena dianggap lebih efisien dan menguntungkan. Batang tembakau sisa panen dapat dimanfaatkan sebagai ajir (tiang rambatan) tanaman kacang panjang, sehingga petani tidak perlu menyediakan ajir dari belahan bambu tua.

Benih kacang panjang yang ditanam petani berasal dari varietas lokal. Umumnya petani membuat benih sendiri dari biji kacang panjang yang sudah tua kemudian dikeringkan. Sebagian kecil petani saja yang sudah menggunakan benih unggul kacang panjang.

Pengolahan tanah dilakukan petani dengan membuat guludan dan parit-parit ditepi sawah sebagai sarana drainase. Benih kacang panjang ditanam pada lubang-lubang yang dibuat pada puncak-puncak guludan dengan jarak tanam 25 30 cm. Bersamaan dengan itu pula di dimasukkan pupuk urea. Sebagian petani telah mencampur urea beserta pupuk kandang. Biji akan tumbuh antara tiga sampai dengan empat hari kemudian.

Pemupukan dilakukan pada saat tanam dan pada waktu tanaman berumur tiga minggu. Sebagian besar petani masih menggunakan pupuk kimia dengan dosis yang belum berimbang. Sebagian kecil telah menggunakan campuran pupuk kandang dan pupuk kimia, seperti urea, TSP, dan KCL.

Kacang panjang rentan terhadap beberapa OPT, seperti bercak daun akibat serangan jamurCercospora sp, penyakit karat daun dan busuk polong, dan serangan cendawan Colletotrichum. Penyakit-penyakit ini terutama menyerang pada areal tanaman dengan kelembapan tinggi. Petani kacang

panjang kurang intensif dalam melakukan pencegahan terhadap serangan OPT. Biasanya penyemprotan pestisida baru dilaksanakan saat terdapat gejala-gejala serangan mulai muncul.

Panen kacang panjang bisa dilakukan beberapa kali. Panen pertama dilakukan pada umur dua bulan. Masa produktif kacang panjang dapat mencapai empat bulan dengan interval pemanenan setiap satu minggu sekali pada hamparan yang sama. Produktivitas kacang panjang sekitar 8 10 ton per ha, masih cukup rendah jika dibandingkan dengan produktivitas panen ideal yang dapat mencapai 25 30 ton per ha.

Kacang panjang dijual dalam keadaan segar kepada para pedagang pengepul dengan harga antara Rp. 1000 2000 /kg. Pengepul mempunyai posisi tawar yang tinggi dalam menentukan harga panen. Kacang panjang produksi Jember dijual ke wilayah sekitar, seperti Surabaya, Banyuwangi, dan Bali.

3. Jamur

Komoditas jamur mempunyai prospek yang sangat menjanjikan karena permintaan pasarnya yang terus meningkat dan harga jual yang stabil. Jamur dapat digunakan menjadi aneka produk olahan bernilai tambah tinggi, seperti jamur krispi, kerupuk jamur, abon jamur, nugget jamur, baso jamur, dan sebagainya. Jamur segar juga dapat dibuat menjadi aneka masakan yang menyehatkan. Meningkatnya kecenderungan pola hidup sehat menjadi salah satu penyebab meningkatnya permintaan jamur. Budidaya jamur mempunyai keberlanjutan yang sangat tinggi karena tidak tergantung dengan musim.Produktivitasnya juga dapat terus ditingkatkan tanpa terlalu tergantung dengan ketersediaan lahan.

Budidaya jamur telah banyak diusahakan oleh masyarakat Kabupaten Jember, khususnya di Kecamatan Ajung, Sukorambi, dan Rambipuji. Jamur yang banyak dibudidayakan adalah jamur tiram putih. Kelompok petani jamur di Jember umumnya telah tergabung dalam Koperasi Tani Jamur Nusantara (Kotanimura). Melalui lembaga ini dan peran mitra usaha, petani

mendapat informasi, pelatihan, pendampingan, dan pembinaan tentang peluang dan cara budidaya jamur tiram, sementara peran dinas setempat masih sangat terbatas.

Budidaya jamur tiram memerlukan proses panjang yang tidak mudah. Proses ini dimulai dengan pembibitan, pembuatan baglog, dan penumbuhan baglog dalam kumbung-kumbung hingga dilakukan pemanenan hasil. Petani yang bermodal besar dan mempunyai keahlian dapat menangani sekaligus ketiga tahapan tersebut. Namun bagi petani kecil atau pemula umumnya hanya melakukan penumbuhan baglog dalam kumbung-kumbung. Mereka menjadi mitra bagi petani besar yang menyediakan baglog siap tumbuh dan pemasaran hasil panen. Petani kecil yang melakukan budidaya secara swadaya biasanya memperoleh baglog siap tumbuh dari pihak lain atau penyedia baglog, yang tersebar di Kecamatan Sukorambi, Ajung, Rambipuji, Umbulsari, Tanggul. Penyedia baglog umumnya telah berhasil membuat bibit sendiri dengan cara isolasi dari indukan. Namun tidak jarang pula yang hanya membuat media baglog saja dari campuran serbuk gergaji, bekatul, dan kapur, kemudian bibitnya (fenotipe 1 dan 2) dibeli dari pihak lain. Produsen pembuat baglog dan penyuplai bibit dulunya adalah petani-petani jamur yang usahanya telah berkembang, mempunyai keahlian, dan berpengalaman.

Petani yang banyak terdapat di Kabupaten Jember adalah petani kecil yang hanya menumbuhkan baglog di dalam kumbung hingga siap dipanen. Kumbung adalah rumah tempat menumbuhkan jamur dengan ukuran yang disesuaikan dengan luas lahan yang dimiliki petani. Biasanya, kumbung mempunyai lebar 4 7 meter, dan panjangnya 6 10 meter. Kumbung berfungsi untuk melindungi dari paparan sinar matahari dan hujan secara langsung. Dinding kumbung terbuat dari gedek, dan atapnya dapat menggunakan genting, asbes, atau rumbia. Di dalam kumbung tersedia rak-rak budidaya yang terbuat dari kayu atau bambu. Rak tersebut digunakan untuk meletakkan baglog jamur. Baglog disusun teratur dengan mulut menghadap keatas atau miring. Agar pertumbuhan jamur optimal, ruangan di dalam kumbung dijaga agar tetap lembab dengan suhu sekitar 24 260C.

Ruangan juga memerlukan sirkulasi udara yang baik, dan ketika cuaca panas dapat disemprot kabut hingga tiga kali sehari.

Serangan OPT yang sering dihadapi adalah ulat,gurem dan semut. Resiko serangan menjadi semakin besar jika lingkungan di dalam kumbung tidak bersih. Hama ulat dan gurem dapat dicegah dengan cara menyemprotkan cairan bawang putih dua kali seminggu. Namun jika serangan tetap terjadi biasanya diberantas dengan menyemprotkan insektisida dosis rendah.

Pemanenan mulai dapat dilakukan ketika berumur dua minggu sejak penumbuhan. Setiap baglog dapat dipanen antara empat sampai enam kali, atau total bisa mencapai 4 smpai 6 ons dalam kisaran waktu 3 sampai 4 bulan. Harga jamur tiram siap konsumsi saat ini kisaran Rp. 6500 - 9.000 per kilogram. Permintaan pasar terhadap jamur tiram segar cukup tinggi. Di Kabupaten Jember, permintaannya mencapai 10 ton/hari, sedangkan tingkat produksinya baru dapat mencukupi sekitar i 50% saja. Bagi petani yang tidak mempunyai mitra, hasil panen dijual kepada para pengepul, namun bagi petani yang telah bermitra atau tergabung ke dalam kelompok usaha, maka pemasarannya melalui kelompok yang ada.

Di Kabupaten Jember telah terdapat kelompok atau paguyuban budidaya jamur yang melakukan pengolahan pasca penen jamur dengan cara diblanching kemudian di kemas dalam plastik. Kelompok ini menjual produknya ke pasar tradisional di Jember, Surabaya, Banyuwangi, dan Pulau Bali. Sebagian produknya juga telah mampu menembus pasar ekspor ke Filipina dan Thailand.

4. Kubis

Komoditas kubis menjadi primadona baru bagi petani di Kecamatan Ambulu, Wuluhan, dan Puger. Di wilayah yang dikenal sebagai sentra tanaman kubis tersebut dikembangkan kubis untuk dataran rendah yang kualitasnya tidak kalah dengan kubis yang dibudidayakan di daerah tinggi. Sentra produksi kubis ada di Kecamatan Ambulu, Puger, dan Wuluhan.

Kubis merupakan tanaman semusim atau dua musim dan dapat ditanam sepanjang tahun dengan pemeliharaan lebih intensif. Faktor terpenting adalah menjaga kesuburan tanah dengan memberikan bahan organik, gembur, porus, dan tidak terlalu asam. Petani kubis di wilayah sentra umumnya telah mempunyai jalinan kerjasama pemasaran dengan pembeli dari luar daerah. Sebagian ada yang bermitra dengan pemodal disertai dengan bimbingan teknis budidaya. Oleh karena itu, cara budidaya kubis termasuk baik walaupun belum optimal. Dinas pertanian setempat telah membantu petani melalui kelompok-kelompok tani yang ada memberikan penyuluhan tentang Pengelolaan Tanaman Terpadu, dan usaha tani kubis. Program tersebut banyak memberikan keberhasilan karena karakteristik petani kubis yang cukup adaptif terhadap informasi dan teknologi baru.

Petani kubis di wilayah ini memulai budidaya kubis dengan menyemai benih unggul pada lahan-lahan persemaian selama 3 hingga 4 minggu. Setelah tumbuh bibit yang berdaun 4 sampai 6 helai, kemudian di tanam (transplanting) pada lahan tanam yang telah disiapkan sebelumnya.

Tanaman kubis mensyaratkan adanya kandungan unsur hara dan bahan organik yang cukup. Oleh karena itu, pada saat pengolahan tanah, juga diberikan pupuk kandang sebagai pupuk dasar. Kebutuhan pupuk kandang mencapai pupuk 10 20 ton/ha.Penanaman dilakukan dengan cara memasukkan bibit hingga leher akarnya ikut tertanam ke dalam tanah. Selama dua minggu berikutnya, petani mengamati pertumbuhan tanamannya dan melakukan penyulaman jika terdapat tanaman yang mati.

Pemupukan berikutnya dilakukan dua minggu setelah transplanting. Petani menggunakan pupuk kimia jenis urea, TSP, dan KCL. Pemupukan dilakukan kembali dua minggu kemudian dengan menggunakan pupuk urea. Permasalahan yang sering dihadapi adalah kebiasaan petani yang belum dapat melakukan pemupukan secara berimbang. Penyiraman dilakukan setiap hari atau sesuai kondisi tanaman.Jika cuaca panas maka tanaman disiram tiap pagi dan sore hari ,sedangkan jika hujan tanaman tidak perlu

disiram. Sementara itu, penyiangan dilakukan bersamaan pada saat pemupukan atau tergantung adanya gulma yang tumbuh.

Masalah utama budidaya kubis adalah serangan busuk daun kubis atau petani sering menyebut dengan istilah kresek yang biasanya muncul saat curah hujan tinggi. Serangan kresek menyebabkan kepala kubis tidak bisa besar sehingga menyebabkan kerugian bagi petani. OPT lain yang sering menyerang tanaman kubis adalah ulat daun kubis, ulat krop kubis, bengkak akar, busuk hitam, busuk lunak, bercak daun dan penyakit embun tepung. Pengendalian OPT dilakukan dengan melakukan penyemprotan menggunakan pestisida.

Kubis mulai dipanen setelah berumur 85 hingga 110 hari. Produktivitas panen di wilayah sentra mencapai 15 22 ton per/ha masih termasuk rendah dibandingkan dengan produktivitas ideal yang dapat mencapai lebih dari 30 ton/ha. Harga kubis segar ditingkat petani mencapai Rp. 2,000 sampai Rp. 2,300/kg, namun jika harga anjlok harganya hanya sekitar Rp.500/kg. Peran kelompok tani masih lemah dalam menentukan harga jual. Keterbatasan informasi pasar dan kebutuhan akan modal operasional menjadikan petani kubis tidak punya banyak pilihan untuk menolak harga yang ditawarkan pembeli atau tengkulak. Hal tersebut biasanya terjadi ketika hasil panen melimpah dan menurunya kualitas panen akibat ketidakpastian musim.

Gambaran mengenai pengusahaan komoditas hortikultura unggulan di Kabupaten Jember tersebut menegaskan bahwa masih banyak permasalahan yang dihadapi baik dari aspek penyediaan benih, teknis budidaya, sarana produksi, kelembagaan, permodalan, dan pemasaran. Untuk mewujudkan pertanian yang maju, bernilai tambah, menyejahterakan, dan berkelanjutan maka permasalahan-permasalahan tersebut harus dapat diselesaikan. Kendala dan permasalahan yang dihadapi dalam pengusahaan tanaman hortikultura adalah sebagai berikut:

1) Benih

Benih menjadi salah satu faktor penting yang mempengaruhi produktivitas panen. Benih unggul mempunyai karakteristik produksi tinggi, umur genjah, dan tahan terhadap serangan OPT. Di Kabupaten Jember terdapat sejumlah penangkar benih bagi komoditas hortikultura unggulan, kecuali kubis sebagaimana ditunjukkan oleh Tabel 5.35. Jeruk siam mempunyai jumlah penangkar dan produksi benih terbesar, berikutnya adalah kacang panjang, dan durian. Kecenderungan yang sama juga terlihat pada perdagangan benih dimana ketiga komoditas tersebut paling banyak diperdagangkan. Namun, tidak semua penangkar telah dapat menghasilkan benih bersetifikat karena sebagian besar merupakan penangkar lokal.

Tabel 5.35Produsen dan Perdagangan Benih Hortikultura Unggulan di Kabupaten Jember Tahun 2014

Komoditas

Produsen Benih Perdagangan Benih

Jumlah Produsen (Unit) Luas Penangkaran (M²) Produksi Benih (Kg/Pohon) Jumlah Pedagang Benih (Orang) Jml Benih yg diperdagangkan (Kg/Pohon) Jeruk Siam 34 64,100 2,185,100 64 2,071,000 Manggis 2 2,200 4,221 3 4,215 Durian 9 45,700 176,450 70 175,900 Pepaya 1 100 1,000 0 0 Cabe Rawit 3 8,000 70 87 822 Kc. Panjang 5 692,000 82,610 55 2,055 Jamur1) 0 0 0 0 0 Alpukat2) 0 0 0 0 0 Kubis 0 0 0 0 0 Keterangan:

1) dan 2)belum terdata

Kecamatan Semboro menjadi sentra penghasil benih jeruk siam, disamping Kecamatan Umbulsari, dan Bangsalsari. Sementara itu wilayah pengahsil manggis adalah Kecamatan Tanggul, dan Sentra benih durian berada di Kecamatan Panti. Wilayah-wilayah yang menjadi produsen benih komoditas hortikultura unggulan ditunjukkan oleh Tabel 5.36.

Jika dilihat dari penggunaannya, tidak semua petani menggunakan bibit bersertifikat/berlabel. Petani jeruk siam, manggis, durian, pepaya, dan kacang panjang umumnya masih menggunakan benih yang belum bersertifikatl, sedangkan petani cabe rawit, dan kubis kebanyakan telah menggunakan benih bersertifikat. Sedangkan untuk jamur, belum terdapat sertifikasi benih. Petani jamur yang mempunyai keahlian dan pengalaman melakukan pembibitan dengan cara isolasi. Hal tersebut mengindikasikan bahwa petani masih mempunyai kendala dalam menggunakan benih bersertifikat. Faktor penyebabnya adalah ketersediaan benih berlabel dan harganya yang dirasakan masih cukup mahal.

Tabel 5.36Penggunaan Benih dan Wilayah Produsen Benih Hortikultura Unggulan di Kabupaten Jember Tahun 2014

Komoditas

Jumlah Penggunaan Benih

Wilayah Produsen Benih Berlabel

(Kg/Pohon)

Tidak Berlabel (Kg/Pohon)

Jeruk Siam 33,000 2,031,400 Semboro, Umbulsari, Bangsalsari

Manggis 0.00 4,215 Tanggul

Durian 4,000 25,900 Panti, Bangsalsari

Pepaya 0.00 50 Sumbersari

Cabe Rawit 156,170 694 Sumberjambe, Ajung

Kc. Panjang 764 1,164 Umbulsari, Semboro

Jamur 0.00 0.00

-Alpukat 0.00 0.00

-Kubis 0.00 0.00

-2) Pemupukan

Pupuk memberikan kontribusi besar terhadap produksi tanaman. Dengan semakin miskinnya kandungan hara dan menurunnya kesuburan tanah, pemupukan menjadi kegiatan penting dalam produksi pertanian. Tidak semua petani hortikultura unggulan telah melakukan pemupukan secara tepat, benar, dan berimbang. Petani yang mengusahakan tanaman keras dan menahun, seperti durian, alpukat, dan manggis umumnya tidak melakukan pemupukan secara teratur. Jikalau ada dapat dikatakan seperlunya saja karena petani lebih mengutamakan pemupukan tanaman semusim lain yang dimilikinya, misalnya padi dan palawija karenafaktor keterbatasan modal. Namun bagi petani yang memprioritaskan tanaman

hortikultura saja, seperti petani jeruk siam, cabe rawit, kubis, dan kacang panjang, umumnya telah melakukan pemupukan dengan pupuk kimia walaupun sering tidak berimbang.

Pemupukan berimbang adalah pemberian pupuk ke dalam tanah untuk mencapai status semua hara esensial seimbang dan optimum dalam tanah untuk meningkatkan produksi dan mutu hasil pertanian, efisiensi pemupukan, kesuburan tanah serta menghindari pencemaran lingkungan. Pemupukan berimbang tidak harus merupakan pemupukan dengan menggunakan semua jenis pupukJenis hara tanah yang sudah mencapai kadar optimum atau status tinggi, tidak perlu ditambahkan lagi, kecuali sebagai pengganti hara yang terangkut sewaktu panen.Penggunaan pupuk yang tidak berimbang akan menyebabkan penurunan produktivitas padi dan mutu hasil. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya untuk mendorong petani menggunakan pupuk secara berimbang melalui penyesuaian harga berbagai jenis pupuk. Mengingat unsur makro yang banyak dibutuhkan tanaman adalah Nitrogen dan Posfat, maka perlu dilakukan upaya penyeimbangan dan penyesuaian kedua jenis pupuk.

Dalam dokumen 2015 Lapkir Penyusunan Masterplan Pertanian (Halaman 130-139)