• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.2.7. Kadar keasaman (pH)

pH (potential of hydorgen) tanah adalah tingkat kemasaman tanah yang dicerminkan oleh konsentrasi H+ dalam tanah. Level optimum pH tanah untuk aplikasi penggunaan lahan berkisar antara 4,5 – 8,5. Tanah dengan pH rendah (acid) dan pH tinggi (alkali) membatasi pertumbuhan tanaman. Di dalam tanah, pH sangat penting dalam menentukan aktivitas dan dominasi mikroorganisme dalam hubungan siklus hara. pH tanah mempengaruhi proses di dalam tanah seperti laju dekomposisi bahan organik, mineral, pembentukan mineral lempung dan secara tidak langsung mempengaruhi pertumbuhan tanaman yang berupa unsur ketersediaan hara.

Hasil analisis pH pada ke 17 titik sampel disajikan pada Tabel 5.10. Berdasarkan Gambar 5.6 dan Tabel 5.10, data menunjukkan bahwa pH tanah di tiga titik sampel yaitu tidak melebihi ambang batas dengan nilai rata-rata pH sebesar 7,10. Tingkat keasam-basaan ini merupakan pH ideal dengan kandungan senyawa organik, mikroorganisme, unsur hara dan mineral-mineral dalam kondisi yang optimal. Dimana kondisi pH netral berada pada angka 6,5 hingga 7,8.

Tabel 5.10. Kondisi PH Tanah di Kabupaten Bantul

NO

Lokasi

pH

Kondisi pH Tanah

Kecamatan Desa Alkalis >8,5 Agak Alkalis Netral 7,6-8,5 6,6-7,5 Agak Masam Masam 5,6-6,5 4,5-5,5 Sangat Masam <4,5

1 Banguntapan Banguntapan 6,61 2 Dlingo Muntuk 6,5 3 Sedayu Argomulyo 7,23 4 Jetis Patalan 5,55 5 Sewon Timbulharjo 6,16 6 Kretek Parangtritis 7,25 7 Pandak Gilangharjo 8,36 8 Pajangan Guwosari 8,01 9 Piyungan Sitimulyo 7,62 10 Imogiri Trimulyo 8,16 11 Pundong Seloharjo 6,91 12 Pleret Wonokromo 6,82 13 Bambanglipuro Sumbermulyo 5,55 14 Sanden Srigading 6,55 15 Srandakan Poncosari 6,7 16 Kasihan Bangunjiwo 7,81 17 Bantul Trirenggo 6,34 Rata-Rata 6,95

Aktivitas konversi lahan pertanian menjadi lahan terbangun memicu kerusakan tanah yang berakibat menurunnya unsur hara dalam tanah. Berdasarkan pH yang ada di lokasi sampel, tanaman yang bisa direkomendasikan untuk kelas pH 4,5-5,5 antara lain: kentang dan semangka sedangkan untuk kelas pH 5,5 – 6,5 antara lain: kacang, wortel, bunga krisan, jagung, terong, bawang, tomat, lada. pH tanah semakin tinggi maka unsur hara semakin sulit diserap tanaman, sebaliknya, jika terlalu rendah akar kesulitan menyerap makanannya.

Akar tanaman dapat mudah menyerap unsur hara atau pupuk yang kita berikan jika pH dalam tanah netral. Tanah yang terlalu masam dapat dinaikkan pH nya dengan menambahkan zat kapur ke dalam tanah. Tanah yang terlalu alkasis (basa) dapat diturunkan pH nya dengan penambahan belerang (Hanafiah, 2018; Hardjowigeno, 2003).

Kategori tanah yang dilakukan pengukuran di titik sampel 17 Kecamatan menunjukkan bahwa untuk kecamatan Banguntapan, Dlingo, Jetis, Sewon, Bambnaglipuro, Bantul masuk kategori agak masam, kategori pH netral terdapat di Kecamatan Sedayu, Kretek, Pundong, Pleret, Sanden, Sandakan dan untuk Kecamatan Pandak, Pajangan, Piyungan, Imogiri, dan Kasihan masuk kategori agak katalis. Adapun karakteristik masing-masing kategori antara lain :

a. Tanah Masam

Karakteristik tanah masam yang ekstrim menyebabkan pertumbuhan tanaman tidak normal dan merana. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, seperti keracunan unsur tertentu dan tidak tersedianya beberapa unsur hara. Secara umum karakteristik dan sifat-sifat tanah masam dapat dicirikan sebagai berikut ;

o tanah ber-pH kurang dari 6,5

o kapasitas penyangga basa sangat besar o daya simpan air sangat tinggi

o daya isap air tinggi

o ada keracunan unsur Al, Mn dan Fe pada tanaman o kandungan N, P, K, Ca, Mo dan Mg sangat rendah o pengikatan unsur N dan kegiatan mikroba menurun o mg dan kapur dapat bertukar rendah

o dapat disertai kekurangan unsur Cu dan S

Pada prinsipnya ada tiga kelompok cara penanganan masalah tanah masam yang berhubungan dengan pengelolaan kesuburan tanah dan pengendalian gulma di tingkat masyarakat, yaitu fisik-mekanik dan cara biologi.

o Pengapuran

Pengapuran merupakan upaya pemberian bahan kapur ke dalam tanah masam dengan tujuan untuk:

a) Menaikkan pH tanah

Nilai pH tanah dinaikkan sampai pada tingkat mana Al tidak bersifat racun lagi bagi tanaman dan unsur hara tersedia dalam kondisi yang seimbang di dalam tanah. Peningkatan pH tanah yang terjadi sebagai akibat dari pemberian kapur, tidak dapat bertahan lama, karena tanah mempunyai sistem penyangga, yang menyebabkan pH akan kembali ke nilai semula setelah beberapa waktu berselang. b) Meningkatkan KTK (Kapasitas Tukar Kation)

KTK meningkat sebagai akibat dari peningkatan pH tanah. Namun peningkatan KTK ini juga bersifat tidak tetap, karena sistem penyangga pH tanah tersebut di atas.

c) Menetralkan Al yang meracuni tanaman

Karena unsur Ca bersifat tidak mudah bergerak, maka kapur harus dibenamkan sampai mencapai kedalaman lapisan tanah yang mempunyai konsentrasi Al tinggi. Hal ini agak sulit dilakukan di lapangan, karena dibutuhkan tenaga dalam jumlah banyak dan menimbulkan masalah baru yaitu pemadatan tanah. Alternatif lain adalah menambahkan dolomit (Ca, Mg(CO3)2) yang lebih mudah bergerak, sehingga mampu mencapai lapisan tanah bawah dan menetralkan Al. Pemberian kapur seperti ini memerlukan pertimbangan yang seksama mengingat pemberian Ca dan Mg akan mengganggu keseimbangan unsur hara yang lain.

Tanaman dapat tumbuh baik, jika terdapat nisbah Ca/Mg/K yang tepat di dalam tanah. Penambahan Ca atau Mg seringkali malah mengakibatkan tanaman menunjukkan gejala kekurangan K, walaupun jumlah K sebenarnya sudah cukup di dalam tanah. Masalah ini menjadi semakin sulit dipecahkan, jika pada awalnya sudah terjadi kahat unsur K pada tanah tersebut.

b. Tanah Netral

Tanah yang baik haruslah memiliki tingkat keasaman yang seimbang, perlu diketahui PH normal tanah berada pada kisaran 6 hingga 8 atau pada kondisi terbaik memiliki PH 6.5 hingga 7.5. Tanah dengan tingkat PH yang netral memungkinkan untuk tersedianya berbagai unsur kimiawi tanah yang seimbang.

Untuk kondisi tanah yang terlalu asam perlu dilakukan proses pengapuran yang tujuannya yaitu untuk mengembalikan PH tanah ke kondisi netral. Begitu juga ketika tanah bersifat terlalu basa (>PH 8) perlu diberikan Sulfur atau belerang yang terkandung pada pupuk ZA (Amonium Sulfat). Dengan PH yang netral, tumbuhan akan lebih mudah menyerap ion-ion unsur hara dan menjaga perkembangan mikroorganisme tanah.

c. Agak Alkalis

Unsur – unsur alkali tanah dalam sistem periodik menempati golongan IIA. Unsur – unsur alkali tanah meliputi Berilium (Be), Magnesium (Mg), Kalsium (Ca), Stronsium (Sr), Barium (Ba), dan Radium (Ra). Berikut adalah sifat fisik unsur alkali tanah dan senyawa dari alkali tanah:

o Bersifat keras dan memiliki titik leleh yang lebih tinggi dibandingkan unsur alkali

o Logam alkali tanah relatif lunak dan dapat menghantarkan panas dan listrik dengan baik, kecuali Berilium

o Kelarutan hidroksida bertambah dari Be ke Ba: o Kelarutan fluorida bertambah dari Mg ke Ba: o Kelarutan sulfat berkurang dari Mg ke Ba:

o Kestabilan karbonat terhadap pemanasan bertambah dari Be ke Ba: o Memberikan warna spectrum yang khas: Kalsium (merah karmin),

Stronsium (kuning), dan Barium (ungu)

o Logam alkali tanah memiliki jari-jari atom yang besar dan harga ionisasi yang kecil

o Semua logam alkali tanah juga mempunyai kecenderungan teratur daya reduksi yang semakin kuat dari Berilium ke Barium

o Mudah membentuk ion – ion positif

o Semua logam alkali tanah merupakan logam yang tergolong reaktif, meskipun kurang reaktif dibandingkan dengan unsur alkali

o Senyawa Be(OH)_2Be(OH)2 bersifat amfoter. Artinya bisa bersifat asam ataupun basa

o Be tidak bereaksi dengan air, Mg bereaksi dengan air panas, Ca, Sr, dan Ba bereaksi dengan air dingin

o Saat bereaksi dengan asam encer, hanya Be yang bereaksi lambat. o Logam alkali tanah dibuat melalui proses elektrolisis klorida dan florida

cair dan juga reduksi dengan karbon atau aluminium. 5.2.8. Daya hantar listrik (DHL);

Daya hantar listrik (DHL) atau electrical conductivity (EC) disebut sebagai nilai salinitas tanah karena menggambarkan tingkat kegaraman (salinity) yang ada di dalam tanah. Daya hantar listrik juga sebagai parameter yang menggambarkan kemampuan tanah untuk menghantarkan atau meneruskan listrik dari satu titik ke titik lainnya. Hal ini dikarenakan di dalam tanah terdapat unsur-unsur garam yang berfungsi sebagai penghantar listrik. Kelarutan garam yang tinggi dalam tanah dapat menghambat penyerapan air dan hara oleh tanaman akibat tekanan osmosik. DHL dapat meningkat jika terjadi penguapan yang lebih tinggi dari hujan sehingga akan terjadi pengendapan natrium. Nilai DHL jika >4,0 mS cm-1 akan mengakibatkan akar membusuk karena terjadi plasmolysis (Permen LH, 2006).

Hasil analisis dari nilai DHL tanah di tiap titik sampel. Berdasarkan Tabel 5.11, data hasil penelitian menunjukan daya hantar listrik tanah di titik lokasi survei tidak melebihi ambang kritis DHL yaitu >4,0 mS cm-1. Menurut

oleh faktor sisa pemupukan yang masuk ke dalam pori-pori tanah sehingga menyebabkan air tidak dapat terserap dengan baik oleh akar tanaman. Dengan kondisi daya hantar listrik tanah seperti ini menunjukkan struktur tanah yang masih baik dan permeabilitas tanah juga masih baik.

Tabel 5.11. Kondisi DHL Tanah di Kabupaten Bantul

NO Lokasi DHL Keterangan

Kecamatan Desa mS. cm-1

1 Banguntapan Banguntapan 0,05 Sawah

2 Dlingo Muntuk 0,00 Tegalan

3 Sedayu Argomulyo 5,44 Sawah

4 Jetis Patalan 0,05 Sawah

5 Sewon Timbulharjo 0,06 Sawah 6 Kretek Parangtritis 0,17 Sawah 7 Pandak Gilangharjo 0,39 Sawah 8 Pajangan Guwosari 0,24 Tegalan 9 Piyungan Sitimulyo 0,10 Tegalan 10 Imogiri Trimulyo 0,31 Tegalan 11 Pundong Seloharjo 0,94 Sawah 12 Pleret Wonokromo 1,45 Sawah 13 Bambanglipuro Sumbermulyo 0,54 Sawah 14 Sanden Srigading 0,56 Sawah 15 Srandakan Poncosari 0,82 Tegalan 16 Kasihan Bangunjiwo 0,24 Tegalan 17 Bantul Trirenggo 1,51 Sawah

Rata-rata 0,76

Konsentrasi ion dalam media yang lebih dikenal dengan daya hantar listrik merupakan nilai banyak atau sedikitnya ion-ion tersedia dalam media. Daya hantar listrik sering dijadikan indikator kesuburan tanah. Sebagai pedoman, menurut Handreck & Black (1994), nilai daya hantar listrik media (1: 1,5 volume ekstrak) < 0,35 dS/m memerlukan pemupukan; daya hantar listrik 0,35-0,7 dS/m dapat diberi pupuk slow release; daya hantar listrik 0,7- 1,3 dS/m: masih dapat digunakan tapi tanpa pupuk; daya hantar listrik 1,3-1,8 dS/m tidak boleh dipupuk dan daya hantar listrik > 1,3-1,8 dS/m terlalu tinggi dan perlu pencucian media.

Dokumen terkait