• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemantauan Kerusakan Tanah Untuk Produksi Biomassa

Tanah sebagai salah satu komponen lingkungan hidup mempunyai banyak fungsi dalam kehidupan. Disamping sebagai ruang hidup, tanah memiliki fungsi produksi yaitu antara lain sebagai penghasil biomassa, seperti bahan makanan, serat, kayu, dan bahan obat-obatan. Selain itu, tanah juga berperan dalam menjaga kelesatarian sumberdaya air dan kelestarian lingkungan hidup secara umum. Berdasarkan peranan tanah yang sangat penting dalam produksi biomassa maka perlindungan tanah, pengendalian pemanfaatan tanah, pengendalian kerusakan tanah, serta pemulihan kerusakan tanah perlu lebih diperhatikan dalam pengembangan kawasan atau wilayah. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 150 Tahun 2000 Tentang Pengendalian Kerusakan Tanah untuk Produksi Biomassa, kriteria baku kerusakan tanah terdiri dari kriteria baku kerusakan tanah di lahan kering dan kriteria baku kerusakan tanah di lahan basah. Hal-hal yag dibahas dalam laporan ini adalah kriteria baku kerusakan tanah di lahan kering. Sedangkan parameter-parameternya adalah sebagai berikut:

a. Erosi

Erosi merupakan salah satu penyebab kerusakan lahan. Pengertian erosi yaitu peristiwa pindahnya atau terangkutnya tanah atau sebagian tanah dari suatu tempat ke tempat lain oleh media alami. (Arsyad, S., 1989). Sedangkan

menurut Bermana kusumah (1985), erosi adalah proses penghanyutan tanah oleh kekuatan air dan angin, sebagai akibat tindakan manusia. Erosi terjadi akibat percikan/tumbukan air hujan yang memukul/menerpa permukaan tanah dengan suatu kecepatan tertentu untuk memecahkan dan melepaskan partikel tanah dari agregatnya (detasment). Partikel tanah terpercik lepas ke bagian atas dan bawah permukaan tanah mengikis lapisan permmukaan tanah dan membentuk celah yang besarnya sesuai dengan kecepatan tumbukan air hujan tersebut. Oleh karena itu terlepasnya partikel tanahh dari agregat di lapisan permukaan tanah (pembentukan celah) berdasarkan kecepatan tumbukan air hujan.

Macam erosi dibedakan berdasarkan atas penyebabnya dan berdasarkan proses kejadiannya. Berdasarkan penyebabnya adalah erosi yang disebabkan oleh air dan erosi yang disebabkan oleh angin. Di Indonesia atau di bagian iklim tropis dimana curah hujannya sangat tinggi dan fluktuasi suhu siang dan malam juga tinggi maka erosi angin tidak nyata terlihat dibandingkan dengan erosi tanah oleh air. Sedangkan berdasarkan proses kejadiannya, erosi terbagi ke dalam 2 tipe yaitu:

1. Erosi Geologis (Geological Erosion); Erosi Normal (Normal Erosion)

Erosi alami merupakan proses pengangkutan tanah yang terjadi di bawah keadaan vegetasi alami sehingga terjadi keseimbangan yang baik antara pembentukan tanah dan erosi. Erosi alamiah tidak menimbulkan malapetaka bagi kehidupan manusia atau keseimbangan lingkungan.

2. Erosi yang dipercepat (Accelerated erosion)

Pengertian erosi yang dipercepat adalah pengangkutan tanah yang menimbulkan kerusakan tanah sebagai akibat perbuatan manusia yang mengganggu keseimbangan antara proses pembentukan dan pengangkutan tanah. Volume penghanyutan tanah yang lebih besar dibandingkan dengan pembentukan tanahnya sehingga akan terjadi penipisan lapisan tanah yang terus menerus. Lama kelamaan lapisan olah tanah akan terangkut habis dan yang tersisa

hanya lapisan dalam (sub soil) yang belum matang. Bahkan jika erosi yang sangat parah muncul ke permukaan bahan induk karena lapisan dalam (B-horizons) pun terangkut habis.

Menurut Sitanala Arsyad (1989), berdasarkan bentuknya, erosi dibedakan menjadi erosi lembar, erosi alur, dan erosi parit.

o Erosi lembar (sheet erosion)

Pengertiannya yaitu pengangkutan lapisan tanah yang merata tebalnya dari suatu permukaan bidang tanah. Kekuatan jatuh butir-butir hujan dan aliran air di permukaan tanah merupakan penyebab utama erosi ini. o Erosi alur (rill erosion)

Pengertiannya yaitu erosi yang terjadi karena air terkonsentrasi dan mengalir pada tempat-tempat tertentu di permukaan tanah sehingga pemindahan tanah lebih banyak terjadi pada tempat tersebut. Alur-alur yang terjadi masih dangkal dan dapat dihilangkan dengan pengolahan tanah. Erosi alur biasanya terjadi pada tanah-tanah yang ditanami dengan tanaman yang ditanam berbaris menurut lereng atau akibat pengolahan tanah menurut lereng. Erosi lembar dan erosi alur lebih banyak dan luas terjadinya dibandingkan dengan bentuk lain.

o Erosi parit (gully erosion)

Proses terjadinya erosi parit itu sama dengan erosi alur, tetapi saluran- saluran yang terbentuk sudah demikian dalamnya sehingga tidak dapat dihilangkan dengan pengolahan tanah biasa. Erosi parit yang baru terbentuk berukuran sekitar 40 cm lebarnya dan kedalamannya kurang lebih 25 cm. Erosi parit yang telah lanjut dapat mencapai kedalaman sampai 30 cm. Erosi parit dapat berbentuk V atau U, tergantung dari kepekaan erosi substratnya. Bentuk V adalah bentuk yang umum terdapat, tetapi pada daerah-daerah yang substratnya mudah lepas yang umum dari batuan sedimen maka akan terjadi bentuk U.

b. Ketebalan Solum

Pengertian solum tanah yaitu lapisan-lapisan tanah yang menyusun dalam satu tubuh tanah. Pada umunya pada satu tubuh tanah tersusun dari beberapa solum. Diantaranya akumulasi seresah (solum O), lapisan top soil (solum A), lapisan sub soil (solum B), dan lapisan batuan induk (solum C). Solum tanah yaitu lapisan tanah yang meliputi horison: O-A-E- B.

Lapisan tanah atas (top soil) yaitu lapisan tanah yang meliputi horison: O-A. Lapisan tanah bawah yaitu lapisan tanah yang meliputi horison: E-B. Profil dari tanah mineral yang telah berkembang lanjut biasanya memiliki horison-horison: O-A-E-B-C-R.

Ketebalan adalah jarak vertikal dari permukaan tanah sampai ke lapisan yang membatasi keleluasaan perkembangan sistem perakaran. Pada Peraturan Pemerintah RI Nomor 150 Tahun 2000 disebutkan bahwa tingkat kekritisan parameter ketebalan solum adalah 20 cm. Hal ini didasarkan pada kebutuhan ruang minimal akar tanaman untuk berkembang dan menguatkan batang tanaman.

c. Kebatuan Permukaan

Pengertian kebatuan permukaan adalah persentase tutupan batu di permukaan tanah. Batu adalah semua material kasar yang berukuran diameter > 2 mm. Kebatuan permukaan penting untuk dikelola karena apabila persentase batu di permukaan tanah adalah tinggi maka tanaman akan susah untuk berkembang. Hal ini disebabkan karena dalam perkembangannya tanaman memerlukan ruang yang cukup baik di permukaan maupun di bawah tanah.

Gambar 2.3 Kondisi permukaan kebatuan

d. Komposisi Fraksi

Pengertian komposisi fraksi adalah perbandingan berat dari pasir kuarsatik (50-2000 µm) dengan debu dan lempung (< 50 µm). Komposisi fraksi akan mempengaruhi kesuburan fisik tanah karena tanah sudah tidak dapat menyimpan hara dan air bilamana kandungan pasir kuarsanya >80%.

e. Berat Isi

Berat isi merupakan salah satu sifat fisik tanah yang sering ditetapkan karena berkaitan erat dengan perhitungan penetapan sifat-sifat fisik tanah lainnya, seperti retensi air (pF), ruang pori total (RPT), coefficient of linierextensibility (COLE), dan kadar air tanah. Data-data sifat fisik tanah tersebut diperlukan dalam perhitungan penambahan kebutuhan, pupuk, kapur, dan pembenah tanah pada satuan luas tanah sampai kedalaman tertentu. Berat isi tanah juga erat kaitannya dengan tingkat kepadatan tanah dan kemampuan akar tanaman menembus tanah.

Menurut Lembaga Penelitian Tanah (1979), definisi berat isi tanah adalah berat tanah utuh (undisturbed) dalam keadaan kering dibagi dengan volume tanah, dinyatakan dalam satuan g/cm3 atau g/cc. Nilai berat isi tanah sangat bervariasi antara satu titik dengan titik lainnya karena perbedaan kandungan bahan organik, tekstur tanah, kedalaman tanah, jenis fauna tanah, dan kadar air tanah (Agus et al.2006). Berat isi/berat volume atau lebih dikenal dengan Bulk Density adalah berat kering suatu volume tanah per satuan volume termasuk pori-pori tanah. Pada suatu tanah yang memiliki berat isi > 1,4 gr/cm3, kemungkinan akar tanaman untuk menembus tanah tersebut akan sulit sehingga akan mengganggu pertumbuhan tanaman. Berat isi yang terlalu tinggi juga akan mengganggu kapasitas infiltrasi air hujan sehingga tanah akan rentan terhadap erosi dan juga akan berdampak pada semakin kecilnya pori-pori antar zarah tanah sehingga akan mengurangi kemampuan tanah untuk mengikat air dan hara.

f. Porositas Total

Porositas total adalah persentase ruang pori yang ada dalam tanah terhadap volume tanah. Porositas tanah bergantung pada berat isi dan berat jenis tanah sehingga porositas suatu tanah akan sangat terpengaruh terhadap

kenaikan berat isi tanah. Porositas tanah juga mempengaruhi kemampuan tanah untuk meloloskan air serta berpengaruh terhadap kemampuan tanah untuk menyimpan hara.

Tabel 2.1. Klasifikasi Porositas Tanah

No Porositas (% volume) Kelas 1 100 Sangat poros 2 80-60 Poros 3 60-50 Baik 4 50-40 Kurang Baik 5 40-30 Jelek 6 < 30 Sangat jelek

g. Derajat Pelulusan Air

Pengertian derajat pelulusan air atau permeabilitas tanah adalah kecepatan air melewati tubuh tanah secara vertikal. Derajat pelulusan air sangat dipengaruhi oleh berat isi dan porositas suatu tanah. Semakin rendah nilai berat isi tanah dan semakin besar nilai porositas tanah maka akan semakin tinggi derajat pelulusan air atau laju infiltrasinya. Derajat pelulisan air juga dipengaruhi oleh komposisi fraksi penyusun butiran tanah.

Tabel 2.2 Klasifikasi permeabilitas tanah

No Permeabilitas (cm/jam) Kelas 1 0,1 Sangat Lambat 2 0,1-0,5 Lambat 3 0,5-2,0 Agak Lambat 4 2,0-6,5 Sedang 5 6,5-12,5 Agak Cepat 6 12,5 - 25 Cepat 7 25 Sangat Cepat

h. pH (Derajat Kemasaman)

Pengertian pH adalah derajat keasaman tanah yang dicerminkan oleh konsentrasi H+ dalam tanah. Nilai pH sangat mempengaruhi ketersediaan (ada atau tidaknya) unsur hara, unsur meracun dalam tanah maupun aktivitas organisme tanah. Nilai pH tanah juga mempengaruhi kejenuhan basa, kapasitas tukar anion maupun kation dan mobilitas unsur hara esensial dalam tanah.

Gambar 2.4 Skala pH

(Sumber : Charles E. Ophardt, 2003)

i. Daya Hantar Listrik (DHL)

Nilai daya hantar listrik adalah pendekatan kualitatif kadar ion yang ada dalam larutan tanah, di luar kompleks serapan tanah. Semakin besar kadar ionik larutan maka akan semakin besar pula nilai Daya Hantar Lisriknya. Pada lahan

kering atau tanah mineral, nilai Daya Hantar Lisriknya cenderung kecil, akan tetapi nilai ini akan meningkat apabila tanah/lahan mengalami banjir/tergenang. Nilai Daya Hantar Lisrik yang melebihi 4 mS akan mengakibatkan pembusukan akar karena terjadi plasmosis. Nilai

Daya Hantar Lisrik juga dapat terjadi apabila evaporasi total lebih tinggi dari presipitasi sehingga mengakibatkan terendapkannya ion Na+.

j. Redoks

Pengertian nilai Redoks adalah suasana oksidasi-reduksi yang berkaitan dengan ketersediaan atau ketidaktersediaan oksigen dalam tanah, jika nilai Eh < 200 mV berarti suasana tanah reduktif (tanah di lahan kering). Reaksi reduksi akan menghasilkan warna kelabu kebiruan, kehijauan, atau kelabu (Reduksi Ferro disertai dengan konsistensi lekat, struktur pejal dan mampat). Reaksi oksidasi akan menghasilkan warna-warna kuning, strukturnya yang pejal dan mampat serta berwarna merah karena terbentuknya besi oksidasi berbagai tingkat hidratasi. Nilai redoks yang terlalu tinggi atau terlalu rendah terkadang merupakan sifat alami tanah, beberapa ordo (vertisol, mollisol) memiliki sifat tersebut.

k. Jumlah Mikroba Tanah

Pengertian jumlah mikroba tanah adalah total populasi mikroba di dalam tanah yang diukur dengan cilony counter. Jumlah mikroba sangat dipengaruhi oleh sifat kimia terutama pH tanah. Pada umumnya jumlah mikroba normal adalah 107 cfu/gr tanah. Tanah dikatakan rusak apabila jumlah mikroba < 102 cfu/gr tanah baik untuk lahan kering maupun lahan basah.

BAB III

Dokumen terkait