• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP

5.4 Saran dalam Kaitan Praktis

Program “PrimeTime News” di Metro TV sebagai sebuah sarana informasi bagi kepentingan publik, sebaiknya untuk tidak selalu mengadakan pengulangan berita dalam menyampaikan informasinya kepada pemirsa. Walaupun mahasiswa FISIP USU setuju akan tayangan pemberitaan kinerja

Jokowi-Ahok dalam mengatasi banjir Jakarta ditayangkan secara berkelanjutan, namun tidak berbelit-belit dan berulang-ulang. Dengan begitu, khalayak akan merasa senang, puas, dan tidak bosan jika sedang menonton berita.

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1 Kerangka Teori

Teori merupakan faktor yang paling penting dalam proses penelitian. Teori diperlukan untuk membantu peneliti menerangkan fenomena sosial atau fenomena alami yang menjadi pusat perhatian. Teori merupakan himpunan konstruk atau konsep, defenisi, dan proporsisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan relasi yang terjadi di antara variabel sehingga dapat mempermudah dan memperjelas peneliti dalam menganalisis suatu masalah (Kriyantono, 2010: 43).

Adapun teori-teori yang dianggap relevan dengan penelitian ini yaitu Komunikasi, Komunikasi Massa, Pemberitaan, Televisi, Persepsi, dan Uses and GratificationTheory.

2.1.1 Komunikasi

2.1.1.1 Definisi Komunikasi

Bagaimana caranya agar kita sebagai makhluk individu dan makhluk sosial dapat berhubungan satu sama lain dalam kehidupan, karena kita saling membutuhkan dalam hal apapun, yaitu dengan diperlukan adanya komunikasi. Dari semua kegiatan atau aktivitas manusia, tentunya kita menggunakan komunikasi sebagai penyambung dari setiap hal yang kita lakukan, baik secara disengaja atau tidak disengaja. Mulai dari seorang Ibu yang ingin menidurkan bayinya dengan menggendong sambil menyanyikan senandung kecil, sekelompok remaja dengan kegiatan diskusi belajar bersama, menelepon sang kekasih, beribadah, seorang anak bermain dengan kucing peliharaannya, melakukan tawar menawar antara penjual dan pembeli di pasar tradisional dan sebagainya.

Secara etimologi, kata “komunikasi” berasal dari bahasa Latin, yaitu

communis yang berarti sama (Lubis, 2011: 6). Maksudnya ialah dimana membuat kebersamaan antara dua orang atau lebih. Akar kata communis adalah communico,

yang berarti berbagi (Vardiansyah, 2004: 3). Disini berbagi yang dimaksud ialah adanya pemahaman melalui pertukaran pesan yang dilakukan bersama. Jika sebagai kata kerja (verb) dalam bahasa Inggris communicate, komunikasi berarti untuk saling bertukar pikiran, berisikan informasi serta memiliki perasaan dalam

sebuah hubungan yang simpatik. Sedangkan kata benda (noun) yaitu

communication memiliki arti sebagai proses pertukaran pesan-pesan yang sama melalui sistem simbol-simbol di antara individu-individu atau sebagai seni dalam pengekspresian gagasan atau pendapat.

Harold Laswell (Fajar, 2009: 32) mendefinisikan komunikasi dengan membuat formula “Who Says What in Which channel to Whom with What effect?”

(Siapa mengatakan apa dengan saluran apa kepada siapa dengan efek bagaimana?). Bahwa dengan pernyataan seperti itu, dapat menggambarkan bagaimana seharusnya berkomunikasi yang baik agar dalam proses komunikasi dapat dipahami.

Seorang pakar Sosiologi Pedesaan Amerika, Everett M. Rogers mendefinisikan komunikasi pada studi risetnya, yaitu komunikasi adalah proses di mana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka. Setelah itu definisi komunikasi tersebut dikembangkan lagi bersama D. Lawrence Kincaid (1981) sehingga menghasilkan definisi yang baru, bahwa komunikasi adalah suatu proses di mana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam (Cangara, 2007: 20).

Sementara Frank Dance, beliau mengklasifikasikan komunikasi dengan mengeluarkan tiga dimensi konseptual (Morissan dan Wardhani, 2009: 5) yang berisi:

(1) Dimensi Level Observasi (Level of Observation)

Dalam dimensi atau tingkatan observasi ini bersifat umum dan khusus. Sifat umumnya, komunikasi adalah proses yang menghubungkan bagian-bagian yang terputus satu sama lain dalam kehidupan. Sedangkan sifat khususnya, komunikasi sebagai alat untuk pengiriman pesan dalam kemiliteran, perintah dan sebagainya melalui media dan tenaga, seperti telepon, telegraf, radio, kurir, dan lain-lain.

(2) Dimensi Kesengajaan (Intentionality)

Dalam dimensi ini terdapat pernyataan yang mensyaratkan kesengajaan atau maksud tertentu, bahwa komunikasi merupakan situasi atau kondisi di mana komunikator mengirimkan pesan kepada komunikan dengan sengaja untuk mempengaruhi perilaku komunikan. Sedangkan yang mengabaikan kesengajaan, komunikasi sebagai proses yang membuat seseorang atau beberapa orang paham apa yang menjadi monopoli satu atau beberapa orang lainnya.

(3) Dimensi Penilaian Normatif (Normative Judgement)

Dalam dimensi ini terdapat pernyataan keberhasilan dan tidak diterimanya pesan, sehingga memberikan maksud dari komunikasi adalah proses pertukaran verbal dari pemikiran agar saling pengertian. Sedangkan yang tidak menilai hasil komunikasi tersebut akan berhasil atau tidak, maka komunikasi di sini sebagai pengiriman informasi yang tidak selalu dapat diterima dan dipahami.

Dari berbagai definisi komunikasi di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian komunikasi pada umumnya adalah suatu proses pertukaran informasi yang disampaikan oleh komunikator dengan menggunakan media (dapat berupa alat penginderaan, media massa dan sebagainya) kepada komunikan yang pada akhirnya memiliki efek atau umpan balik. Dalam komunikasi, pemahaman makna pesan dari komunikator merupakan suatu hal yang sangat penting. Sebab, jika pesan yang disampaikan diterima begitu saja tanpa diketahui apa yang sebenarnya telah dimasukkan ke dalam pikiran kita, hal itu akan menjadi sia-sia karena kita sulit untuk mencerna makna apa yang dimaksud. Jelas, yang menjadi penentu dalam berkomunikasi ialah adanya pemrosesan pesan.

Dalam formula komunikasi oleh David K. Berlo pada tahun 1960-an, komunikasi terjadi jika didukung dengan adanya “SMCR”, yaitu Source

(pengirim), Message (pesan), Channel (saluran-media) dan Receiver (penerima). Para ahli lainnya, seperti Charles Osgood, Gerald Miller dan Melvin L. de Fleur menambahkan unsur lain sebagai pelengkap dalam membangun komunikasi yang ideal, yakni efek dan umpan balik. Sedangkan Joseph de Vito, K. Sereno dan Erika Vora berpendapat bahwa faktor lingkungan juga penting dalam mendukung terjadinya proses komunikasi.

Gambar 2.1

Proses Terjadinya Komunikasi

Sumber : (Cangara, 2007: 24)

Sumber merupakan pengirim informasi yang paling berinisiatif dalam berkomunikasi atau biasa yang kita sebut dengan komunikator. Jumlahnya bisa

Lingkungan

Sumber Pesan Media Penerima Efek

satu orang, bahkan juga dalam bentuk kelompok seperti organisasi, partai dan lain-lain. Apabila lebih dari satu orang, relatif saling kenal dan memiliki rasa emosional yang kuat dalam kelompoknya maka dapat disebut sebagai kelompok kecil. Sedangkan lebih dari satu orang atau banyak orang, relatif tidak saling kenal dan rasa emosional yang kurang kuat, maka disebut sebagai kelompok besar atau publik.

Selanjutnya sumber mengirimkan pesan, baik secara tatap muka ataupun melalui media komunikasi. Pesan itu beragam sehingga pesan bersifat abstrak, misalnya informasi, hiburan, propaganda, pujian atau yang lainnya. Dengan menggunakan lambang komunikasi, pesan dapat berwujud menjadi konkret, sehingga pesan dapat dibedakan menjadi pesan verbal (bahasa lisan dan bahasa tulisan) dan pesan nonverbal (isyarat, suara, sentuhan, raut wajah).

Untuk sampai kepada penerima adalah melalui media atau saluran demi tercapainya komunikasi. Media merupakan alat penghubung dalam menghantarkan pesan dari komunikator kepada komunikan, dalam hal ini media yang dimaksud ialah media komunikasi. Media komunikasi bisa bersifat pribadi atau umum (mencakup face-to-face, telepon, surat, majalah, internet dan lainnya).

Penerima atau yang biasa kita sebut dengan komunikan merupakan orang menerima pesan komunikasi, seperti individu (perorangan), kelompok, partai atau yang lainnya. Jika dalam konteks komunikasi massa, penerima dapat berupa sasaran, khalayak, pemirsa dan lain-lain. Komunikan merupakan elemen penting dalam proses komunikasi, sebab komunikan sangat menentukan keberhasilan dari pesan komunikasi yang disampaikan oleh komunikator.

Efek merupakan pengaruh yang ditimbulkan dari pesan komunikator kepada komunikan. Hal ini dapat terjadi pada pengetahuan, sikap, serta tindakan seseorang sebagai akibat dari proses penerimaan pesan. Maka dari itu terdapat tiga pengaruh dalam diri komunikan, yaitu kognitif (seseorang menjadi tahu mengenai sesuatu), afektif (sikap seseorang menyatakan setuju atau tidak setuju) dan konatif (tingkah laku dalam bertindak melakukan sesuatu).

Umpan balik (feedback) sebagai jawaban atau tanggapan dari komunikan atas pesan dari komunikator. Pada dasarnya, umpan balik merupakan pesan juga, sebab berlangsungnya pesan dari komunikator ke komunikan, akan berlanjut lagi kepada komunikator sebagai berhasilnya komunikasi yang terpelihara. Proses

berlangsungnya komunikasi juga dapat dipengaruhi oleh lingkungan, seperti lingkungan fisik, lingkungan sosial budaya, lingkungan psikologis dan dimensi waktu. Komunikasi sulit terjadi jika tidak didukung oleh situasi yang tepat, waktu serta fasilitas yang memadai.

2.1.1.2 Tujuan dan Fungsi Komunikasi

Pentingnya komunikasi dalam kehidupan memiliki tujuan, sehingga dapat diketahui untuk apa komunikasi dilakukan. Secara umum, tujuan komunikasi (Effendy, 2005: 8) ialah:

1) Mengubah sikap (to change the attitude)

2) Mengubah opini/ pendapat/ pandangan (to change the opinion) 3) Mengubah perilaku (to change the behaviour)

4) Mengubah masyarakat (to change the society)

Dengan adanya komunikasi dapat membentuk sikap seseorang serta bagaimana sikap itu dapat berubah, sebab melalui proses komunikasi dapat memengaruhi tindakan seseorang, misalnya seorang anak yang memiliki sikap tidak patuh dan suka melawan kepada kedua orang tuanya, namun bisa saja anak tersebut menjadi patuh dan taat terhadap orang tuanya, karena hasil belajar dari pengalaman dalam faktor lingkungan yang menyebabkan si anak memiliki perubahan dalam sikapnya.

Sama halnya dengan mengubah opini, perilaku dan mengubah masyarakat. Manusia dapat saling mengemukakan opininya dalam setiap kegiatan yang dilakukan oleh masing-masing individu/kelompok, sehingga melalui komunikasi mereka dapat mengambil keputusan yang tepat serta mengubah perilaku mereka menjadi pribadi yang lebih baik. Namun tidak mudah untuk mengubah masyarakat, sebab perlu komunikasi yang lebih dekat dan menyeluruh seperti komunikasi penyuluhan mengenai Keluarga Berencana (KB) dalam sebuah desa, agar informasi-informasi mengenai hal tersebut dapat diterima seluruhnya oleh masyarakat bahwa pentingnya untuk ber-KB dalam sebuah keluarga. Begitu juga dengan kegiatan bergotong-royong di sebuah desa, dilakukan demi tercapainya hubungan yang harmonis antar penduduk desa dan menciptakan desa yang bersih nan indah. Adanya ilmu pengetahuan memungkinkan orang bersikap dan bertindak sebagai anggota masyarakat menyebabkan mereka sadar akan fungsi sosialnya sehingga menjadi aktif dalam masyarakat.

Sedangkan fungsi komunikasi menurut Harold D. Laswell (Effendy, 2003: 27) yaitu:

1) Manusia mengamati lingkungannya, baik lingkungan internal maupun eksternal untuk terhindar dari ancaman dan nilai masyarakat yang berpengaruh.

2) Terdapat korelasi unsur-unsur masyarakat dalam menanggapi lingkungannya

3) Penyebaran warisan sosial, dalam hal ini berperan sebagai pendidik dalam kehidupan rumah tangga maupun sekolah untuk meneruskan warisan sosial pada keturunan selanjutnya.

Lebih singkanya, fungsi komunikasi itu (Effendy, 2005: 8) ialah: 1) Menginformasikan (to inform)

2) Mendidik (to educate) 3) Menghibur (to entertain) 4) Mempengaruhi (to influence)

Penjelasan dari fungsi-fungsi tersebut ialah komunikasi tentunya memberikan informasi mengenai sesuatu hal yang kita inginkan, sehingga kita bisa mengetahuinya. Misalnya, dalam lingkungan sekolah, seorang guru menjelaskan mengenai pelajaran kepada siswa-siswanya, sehingga dalam proses belajar mengajar tersebut para siswa menjadi tahu tentang apa yang diterangkan oleh gurunya. Dan secara langsung, guru telah mendidik sehingga memengaruhi para siswanya untuk rajin belajar, baik di rumah maupun di sekolah. Acara komedi di televisi, buku cerita lucu, perform seorang badut dan pesulap dalam sebuah pesta ulang tahun dan sebagainya, itu semua dilakukan untuk penyegaran semata dan sebagai kesenangan individu maupun kelompok.

2.1.1.3 Gangguan dalam Komunikasi

Dalam berlangsungnya komunikasi, tidak semua pesan dari komunikator pasti diterima oleh komunikan. Hal ini sering kali dialami karena sejumlah gangguan (noise) sehingga pesan tidak bisa dimaknai sebagaimana yang dimaksudkan. Gangguan komunikasi dapat diartikan sebagai suatu keadaan di mana proses komunikasi berlangsung tidak sebagaimana seharusnya.

Pada umumnya, terdapat dua gangguan utama komunikasi, yaitu gangguan teknis dan gangguan semantik (Vardiansyah, 2004: 97). Gangguan teknis ialah gangguan yang terjadi selama proses penyampaian pesan dari komunikator ke komunikan, yakni mulai proses pengiriman pesan hingga pada proses penerimaan (receive). Dari sinilah gangguan terjadi pada saluran atau

media komunikasi. Misalnya, pada saat kita melakukan webcam-an di skype, terjadi gangguan pada jaringan internet sehingga menghasilkan suara yang kurang jelas dan gambar di skype menjadi agak kabur.

Sedangkan gangguan semantik ialah gangguan yang terjadi akibat kesalahan bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi, seperti kata-kata yang digunakan terlalu banyak, memakai kata asing serta latar belakang budaya sehingga menyebabkan sulit dipahami oleh khalayak tertentu. Misalnya seorang anak yang merantau dari Medan berkuliah di Universitas Indonesia (UI), Jakarta. Dia ingin mengajak teman-temannya untuk berkeliling kota Jakarta dengan menggunakan kereta. Di daerah Medan, kereta diartikan sebagai sepeda motor. Namun teman-temannya bingung, kenapa berkeliling kota harus menggunakan kereta? Padahal kereta di Jakarta diartikan sebagai kereta api. Hingga pada saat ingin berangkat ke tujuan terjadi kekeliruan, si anak Medan menunggu di

basecamp, tempat biasa mereka berkumpul dengan kereta Mio-nya, sedangkan teman-temannya menunggu di stasiun kereta api.

Dari contoh tersebut dapat dilihat bahwa terjadi gangguan komunikasi dalam penggunaan kata-kata di dua (2) kota yang berbeda arti, sehingga menimbulkan persepsi yang keliru dan salah pengertian.

2.1.2 Komunikasi Massa

2.1.2.1 Defenisi Komunikasi Massa

Pada umumnya komunikasi massa ialah komunikasi melalui media massa (media cetak dan media elektronik), seperti radio, televisi, surat kabar, majalah, buku serta film. Media massa dapat dikatakan sebagai penyalur dalam menyampaikan pesan berupa informasi ataupun berita kepada khalayaknya secara cepat dan serempak.

Secara sederhana, defenisi komunikasi massa seperti yang dikemukakan oleh Bittner adalah suatu proses dalam mengkomunikasikan pesan melalui media massa yang melibatkan banyak komunikan dan tersebar dalam wilayah yang luas, karena memiliki perhatian dan minat terhadap isu yang sama. Secara terperinci, Gerbner mengemukakan defenisi komunikasi massa, yaitu komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang berlangsung secara berkesinambungan serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri (mass communication is the technologically and institutionally based production and distribution of the most broadly shared continuous flow of messages in industrial societies) (Ardianto dan Komala, 2004: 3).

Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi massa menghasilkan suatu produk yang berupa pesan-pesan komunikasi untuk disebarkan, didistribusikan kepada khalayak secara berkelanjutan sesuai dengan jarak waktu yang ditetapkan. Adanya teknologi yang semakin berkembang pesat menyebabkan penyampaian pesan komunikasi melalui media massa tersebut dapat dengan mudah untuk disebar. Sama halnya dengan lembaga sebagai komunikator. namun, dalam komunikasi massa, komunikator cenderung sulit untuk mengetahui umpan balik dengan segera karena umpan balik relatif tidak ada. Untuk mengetahuinya, biasanya komunikator (lembaga maupun bentuk organisasi lainnya) melakukan survey atau penelitian.

Berdasarkan pada definisi komunikasi massa yang sudah dikemukakan oleh para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi massa adalah suatu proses komunikasi yang menggunakan media massa modern (media cetak dan media elektronik) dalam menyebarkan informasi yang ditujukan pada khalayak yang heterogen dan anonim sehingga pesan dapat diterima secara serentak.

2.1.2.2 Ciri-Ciri Komunikasi Massa

Melalui definisi-definisi komunikasi massa tersebut, dapat diketahui ciri-ciri komunikasi massa. Menurut Effendy setidaknya terdapat lima ciri-ciri dari komunikasi massa (Fajar, 2009: 226) adalah:

1) Komunikasi massa berlangsung satu arah

2) Komunikator pada komunikasi massa melembaga 3) Pesan pada komunikasi massa bersifat umum 4) Media massa menimbulkan keserempakan

5) Komunikan komunikasi massa bersifat heterogen

Dalam komunikasi massa berlangsung satu arah (one-way communication) tidak terdapat arus balik atau arus balik tertunda (delayed feedback) kepada komunikator, karena melalui media massa maka komunikator dan komunikannya tidak dapat melakukan kontak langsung. Arus balik tidak dapat diketahui oleh komunikator dengan seketika, hanya dapat diketahui setelah proses komunikasi itu terjadi. Dan jika pun terdapat arus balik, maka hal ini jarang sekali terjadi, sehingga harus melakukan perencanaan dan persiapan. Misalnya, seorang reporter dalam program “Headline News” di Metro TV membawakan berita kepada khalayak. Dalam program itu terdapat selingan “Suara Anda”, yang

ditujukan kepada para penonton untuk memberikan tanggapannya secara langsung mengenai berita yang dipaparkan melalui telepon, dengan lama waktu yang ditentukan.

Komunikasi pada komunikasi massa melibatkan lembaga, dan komunikatornya bergerak dalam organisasi yang kompleks karena media massa sebagai saluran komunikasi. Peranannya dalam proses komunikasi ditunjang oleh orang lain, bukan individual. Misalnya, tulisan seorang penulis dalam sebuah majalah ternama, tentunya didukung oleh redaktur pelaksana, korektor dan yang lainnya supaya tulisan tersebut dapat dimuat dan dibaca oleh khalayak. Maka dari itu komunikator pada komunikasi massa disebut juga komunikator kolektif (collective communicator) karena tersebarnya pesan yang berupa informasi merupakan hasil kerja sama sejumlah kerabat kerja.

Pesan komunikasi massa bersifat umum (berupa fakta, peristiwa atau opini), karena disebarkan melalui media massa yang ditujukan kepada semua orang dan mengenai kepentingan umum. Sebagai contoh, stasiun televisi seperti TV One menyiarkan berita mengenai Jokowi yang meresmikan “Kartu Sehat” sebagai kartu tanda dalam berobat di puskesmas dan rumah sakit bagi penduduk Jakarta miskin.

Media massa dalam menyampaikan pesannya kepada khalayak mengandung ciri keserempakan (simultaneity), yakni disebarkan secara bersama-sama dalam jumlah besar dan jarak jauh. Misalnya acara hiburan “Stand Up Comedy” yang ditayangkan oleh stasiun Metro TV pada setiap hari selasa pukul 22.30–23.00 WIB, ditonton oleh jutaan pemirsa. Maka secara serempak pada waktu yang sama menonton acara tersebut selama 30 menit, namun mereka berada di berbagai tempat yang berbeda di seluruh Indonesia.

Dalam proses komunikasi massa, komunikan bersifat heterogen, yaitu di mana mereka tidak saling mengenal satu sama lain dan keberadaanya yang terpencar. Tentunya, dalam setiap individu dari khalayak itu memiliki hal yang berbeda, misalnya jenis kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan, kebudayaan, dan lain-lain. Hal ini menjadi sulit bagi seorang komunikator dalam menyebarkan pesannya melalui media massa kepada khalayak, dan setiap khalayak berkehendak agar keinginannya dipenuhi. Untuk mendekati keinginan khalayak sepenuhnya ialah dengan mengelompokkannya menurut jenis kelamin, usia, agama, pekerjaan,

pendidikan, kebudayaan, serta hobi. Pengelompokkan tersebut dilakukan oleh berbagai media massa dengan membuat acara tertentu, seperti acara kartun “Si Unyil” yang ditayangkan oleh Trans7 ditujukan secara khusus untuk anak-anak. 2.1.2.3 Fungsi Komunikasi Massa

Komunikasi massa merupakan komunikasi dalam media modern sebagai penyalurnya memberikan pengaruh yang kuat terhadap khalayaknya. Fungsi komunikasi massa menurut Dominick (Ardianto dan Komala, 2004: 16) ialah sebagai berikut:

a. Surveilance (Pengawasan)

Pengawasan mengacu pada peranan berita dari media massa. Fungsi pengawasan meliputi pengawasan peringatan (warning or beware surveillance) dan pengawasan instrumental (instrumental surveillance). Fungsi pengawasan peringatan terjadi apabila media menyampaikan informasi kepada kita mengenai ancaman. Misalnya mengenai ancaman dari angin topan, meletusnya gunung berapi, kondisi efek yang memprihatinkan, atau adanya serangan militer. Sedangkan fungsi pengawasan instrumental merupakan penyebaran informasi yang memiliki kegunaan dapat membantu khalayak dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya berita tentang film yang sedang tayang di bioskop, peningkatan atau penurunan harga saham di bursa efek, ide tentang fashion dan sebagainya.

b. Interpretation (Penafsiran)

Media massa memberikan penafsiran terhadap kejadian-kejadian penting dimana industri media memutuskan kejadian atau peristiwa tersebut untuk ditayangkan. Tujuan penafsiran media ingin mengajak para pembaca ataupun pemirsa untuk memperluas wawasan dan membahasnya dalam komunikasi antarpersonal atau komunikasi kelompok.

c. Linkage (Pertalian)

Media massa dapat menyatukan anggota masyarakat yang beragam, sehingga membentuk linkage (pertalian) berdasarkan kepentingan dan minat yang sama tentang sesuatu.

d. Transmission of values (Penyebaran Nilai-Nilai)

Fungsi penyebaran ini disebut juga socialization (sosialisasi), dimana mengacu kepada cara bagaimana individu mengadopsi perilaku dan nilai kelompok. Media massa memperlihatkan kepada kita bagaimana untuk bertindak dan bagaimana pengharapan mereka. Televisi sebagai salah satu media massa yang sangat berpotensi dalam terjadinya sosialisasi (penyebaran nilai-nilai) pada anak muda, terutama melampaui usia 16 tahun dengan menghabiskan waktu menonton televisi disbanding kegiatan lainnya, kecuali tidur. Kemungkinan terjadinya disfungsi jika televisi menjadikan salurannya terutama sosialisasi (penyebaran nilai-nilai). Sebagai contoh, semakin maraknya tayangan kekerasan di televisi mengakibatkan terbentuknya sosialisasi pada anak muda yang

menontonnya sehingga berpikir bahwa metode kekerasan adalah wajar dalam memecahkan persoalan hidup.

e. Entertainment (Hiburan)

Fungsi media massa sebagai fungsi menghibur adalah untuk mengurangi rasa kejenuhan ataupun mengurangi ketegangan pikiran khalayak, karena dengan melihat tayangan di televisi atau membaca berita-berita sehingga dapat membuat pikiran khalayak menjadi kembali segar.

Dari keseluruhan fungsi tersebut, fungsi komunikasi massa ditentukan dalam penggunaannya di media massa. Bagaimana media massa memberikan pengaruh yang baik kepada khalayak untuk dapat menerima pesannya (berupa data, fakta, informasi, berita maupun yang lainnya) sehingga komunikasi massa dapat berlaku sebagaimana yang diharapkan oleh khalayak, sesuai dengan kebutuhan informasi dari masing-masing individu maupun kelompok.

2.1.3 Berita

2.1.3.1 Definisi Berita

Kita sebagai makhluk individu dan makhluk sosial selalu memerlukan kebutuhan informasi yang disebut sebagai berita dalam setiap harinya. Melalui berita, kita dapat mengetahui tentang segala hal yang sebelumnya kita tidak kita ketahui. Begitu juga sebaliknya, apa yang sudah kita ketahui menjadi lebih paham lagi mengenai suatu hal tersebut akibat dari berita.

Karena terlalu sulit dalam membuat definisi berita, seorang Direktur sebuah Institut Jurnalistik di London, Tom Clarke mengatakan berawal pada kisah yang tidak dapat diuji kebenarannya, kata NEWS (berita) berasal dari suatu singkatan (akronim) yaitu N(orth) atau Utara, E(ast) atau Timur, W(est) atau Barat, dan S(outh) atau Selatan. Menurut Clarke, berita dapat dikatakan sebagai

Dokumen terkait