• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II URAIAN TEORITIS

2.1.1. Komunikasi

2.1.1.1. Definisi Komunikasi

Bagaimana caranya agar kita sebagai makhluk individu dan makhluk sosial dapat berhubungan satu sama lain dalam kehidupan, karena kita saling membutuhkan dalam hal apapun, yaitu dengan diperlukan adanya komunikasi. Dari semua kegiatan atau aktivitas manusia, tentunya kita menggunakan komunikasi sebagai penyambung dari setiap hal yang kita lakukan, baik secara disengaja atau tidak disengaja. Mulai dari seorang Ibu yang ingin menidurkan bayinya dengan menggendong sambil menyanyikan senandung kecil, sekelompok remaja dengan kegiatan diskusi belajar bersama, menelepon sang kekasih, beribadah, seorang anak bermain dengan kucing peliharaannya, melakukan tawar menawar antara penjual dan pembeli di pasar tradisional dan sebagainya.

Secara etimologi, kata “komunikasi” berasal dari bahasa Latin, yaitu

communis yang berarti sama (Lubis, 2011: 6). Maksudnya ialah dimana membuat kebersamaan antara dua orang atau lebih. Akar kata communis adalah communico,

yang berarti berbagi (Vardiansyah, 2004: 3). Disini berbagi yang dimaksud ialah adanya pemahaman melalui pertukaran pesan yang dilakukan bersama. Jika sebagai kata kerja (verb) dalam bahasa Inggris communicate, komunikasi berarti untuk saling bertukar pikiran, berisikan informasi serta memiliki perasaan dalam

sebuah hubungan yang simpatik. Sedangkan kata benda (noun) yaitu

communication memiliki arti sebagai proses pertukaran pesan-pesan yang sama melalui sistem simbol-simbol di antara individu-individu atau sebagai seni dalam pengekspresian gagasan atau pendapat.

Harold Laswell (Fajar, 2009: 32) mendefinisikan komunikasi dengan membuat formula “Who Says What in Which channel to Whom with What effect?”

(Siapa mengatakan apa dengan saluran apa kepada siapa dengan efek bagaimana?). Bahwa dengan pernyataan seperti itu, dapat menggambarkan bagaimana seharusnya berkomunikasi yang baik agar dalam proses komunikasi dapat dipahami.

Seorang pakar Sosiologi Pedesaan Amerika, Everett M. Rogers mendefinisikan komunikasi pada studi risetnya, yaitu komunikasi adalah proses di mana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka. Setelah itu definisi komunikasi tersebut dikembangkan lagi bersama D. Lawrence Kincaid (1981) sehingga menghasilkan definisi yang baru, bahwa komunikasi adalah suatu proses di mana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam (Cangara, 2007: 20).

Sementara Frank Dance, beliau mengklasifikasikan komunikasi dengan mengeluarkan tiga dimensi konseptual (Morissan dan Wardhani, 2009: 5) yang berisi:

(1) Dimensi Level Observasi (Level of Observation)

Dalam dimensi atau tingkatan observasi ini bersifat umum dan khusus. Sifat umumnya, komunikasi adalah proses yang menghubungkan bagian-bagian yang terputus satu sama lain dalam kehidupan. Sedangkan sifat khususnya, komunikasi sebagai alat untuk pengiriman pesan dalam kemiliteran, perintah dan sebagainya melalui media dan tenaga, seperti telepon, telegraf, radio, kurir, dan lain-lain.

(2) Dimensi Kesengajaan (Intentionality)

Dalam dimensi ini terdapat pernyataan yang mensyaratkan kesengajaan atau maksud tertentu, bahwa komunikasi merupakan situasi atau kondisi di mana komunikator mengirimkan pesan kepada komunikan dengan sengaja untuk mempengaruhi perilaku komunikan. Sedangkan yang mengabaikan kesengajaan, komunikasi sebagai proses yang membuat seseorang atau beberapa orang paham apa yang menjadi monopoli satu atau beberapa orang lainnya.

(3) Dimensi Penilaian Normatif (Normative Judgement)

Dalam dimensi ini terdapat pernyataan keberhasilan dan tidak diterimanya pesan, sehingga memberikan maksud dari komunikasi adalah proses pertukaran verbal dari pemikiran agar saling pengertian. Sedangkan yang tidak menilai hasil komunikasi tersebut akan berhasil atau tidak, maka komunikasi di sini sebagai pengiriman informasi yang tidak selalu dapat diterima dan dipahami.

Dari berbagai definisi komunikasi di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian komunikasi pada umumnya adalah suatu proses pertukaran informasi yang disampaikan oleh komunikator dengan menggunakan media (dapat berupa alat penginderaan, media massa dan sebagainya) kepada komunikan yang pada akhirnya memiliki efek atau umpan balik. Dalam komunikasi, pemahaman makna pesan dari komunikator merupakan suatu hal yang sangat penting. Sebab, jika pesan yang disampaikan diterima begitu saja tanpa diketahui apa yang sebenarnya telah dimasukkan ke dalam pikiran kita, hal itu akan menjadi sia-sia karena kita sulit untuk mencerna makna apa yang dimaksud. Jelas, yang menjadi penentu dalam berkomunikasi ialah adanya pemrosesan pesan.

Dalam formula komunikasi oleh David K. Berlo pada tahun 1960-an, komunikasi terjadi jika didukung dengan adanya “SMCR”, yaitu Source

(pengirim), Message (pesan), Channel (saluran-media) dan Receiver (penerima). Para ahli lainnya, seperti Charles Osgood, Gerald Miller dan Melvin L. de Fleur menambahkan unsur lain sebagai pelengkap dalam membangun komunikasi yang ideal, yakni efek dan umpan balik. Sedangkan Joseph de Vito, K. Sereno dan Erika Vora berpendapat bahwa faktor lingkungan juga penting dalam mendukung terjadinya proses komunikasi.

Gambar 2.1

Proses Terjadinya Komunikasi

Sumber : (Cangara, 2007: 24)

Sumber merupakan pengirim informasi yang paling berinisiatif dalam berkomunikasi atau biasa yang kita sebut dengan komunikator. Jumlahnya bisa

Lingkungan

Sumber Pesan Media Penerima Efek

satu orang, bahkan juga dalam bentuk kelompok seperti organisasi, partai dan lain-lain. Apabila lebih dari satu orang, relatif saling kenal dan memiliki rasa emosional yang kuat dalam kelompoknya maka dapat disebut sebagai kelompok kecil. Sedangkan lebih dari satu orang atau banyak orang, relatif tidak saling kenal dan rasa emosional yang kurang kuat, maka disebut sebagai kelompok besar atau publik.

Selanjutnya sumber mengirimkan pesan, baik secara tatap muka ataupun melalui media komunikasi. Pesan itu beragam sehingga pesan bersifat abstrak, misalnya informasi, hiburan, propaganda, pujian atau yang lainnya. Dengan menggunakan lambang komunikasi, pesan dapat berwujud menjadi konkret, sehingga pesan dapat dibedakan menjadi pesan verbal (bahasa lisan dan bahasa tulisan) dan pesan nonverbal (isyarat, suara, sentuhan, raut wajah).

Untuk sampai kepada penerima adalah melalui media atau saluran demi tercapainya komunikasi. Media merupakan alat penghubung dalam menghantarkan pesan dari komunikator kepada komunikan, dalam hal ini media yang dimaksud ialah media komunikasi. Media komunikasi bisa bersifat pribadi atau umum (mencakup face-to-face, telepon, surat, majalah, internet dan lainnya).

Penerima atau yang biasa kita sebut dengan komunikan merupakan orang menerima pesan komunikasi, seperti individu (perorangan), kelompok, partai atau yang lainnya. Jika dalam konteks komunikasi massa, penerima dapat berupa sasaran, khalayak, pemirsa dan lain-lain. Komunikan merupakan elemen penting dalam proses komunikasi, sebab komunikan sangat menentukan keberhasilan dari pesan komunikasi yang disampaikan oleh komunikator.

Efek merupakan pengaruh yang ditimbulkan dari pesan komunikator kepada komunikan. Hal ini dapat terjadi pada pengetahuan, sikap, serta tindakan seseorang sebagai akibat dari proses penerimaan pesan. Maka dari itu terdapat tiga pengaruh dalam diri komunikan, yaitu kognitif (seseorang menjadi tahu mengenai sesuatu), afektif (sikap seseorang menyatakan setuju atau tidak setuju) dan konatif (tingkah laku dalam bertindak melakukan sesuatu).

Umpan balik (feedback) sebagai jawaban atau tanggapan dari komunikan atas pesan dari komunikator. Pada dasarnya, umpan balik merupakan pesan juga, sebab berlangsungnya pesan dari komunikator ke komunikan, akan berlanjut lagi kepada komunikator sebagai berhasilnya komunikasi yang terpelihara. Proses

berlangsungnya komunikasi juga dapat dipengaruhi oleh lingkungan, seperti lingkungan fisik, lingkungan sosial budaya, lingkungan psikologis dan dimensi waktu. Komunikasi sulit terjadi jika tidak didukung oleh situasi yang tepat, waktu serta fasilitas yang memadai.

Dokumen terkait