• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II URAIAN TEORITIS

2.1.5. Persepsi

2.1.5.1 Definisi Persepsi

Biasanya kita mempunyai kesan berlainan mengenai lingkungan kita, seperti benda, situasi, orang ataupun peristiwa di sekitar kita meskipun kita memiliki informasi yang sama akan hal itu. Bagaimana kita mengkonstruksikan hal tersebut mengenai sekeliling kita bahkan dunia melaui proses aktif dan kreatif. Hal inilah yang disebut dengan persepsi.

Secara etimologis, persepsi atau perception (dalam bahasa Inggris) berasal dari bahasa Latin yaitu perceptio, diambil dari kata percipere yang artinya menerima atau mengambil (Sobur, 2010: 445). Persepsi melibatkan kognisi atau pemikirian tingkat tinggi dalam penginterpretasian terhadap informasi sensorik atau hal-hal yang kita indera sesuai dengan pengetahuan kita tentang apapun itu (Solso, Maclin dan Maclin, 2008: 75).Jamnes P. Chaplin mengatakan persepsi itu merupakan proses untuk mengetahui atau mengenal objek dengan menggunakan indera dan kesadaran dari proses-proses organis (Pieter dan Lubis, 2010: 39).

Persepsi ialah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi lalu menafsirkan pesan tersebut (Rakhmat, 2007: 51). Persepsi merupakan proses internal yang memungkinkan kita memilih, mengorganisasikan, dan menafsirkan rangsangan dari lingkungan sehingga proses tersebut mempengaruhi perilaku kita (Mulyana, 2007: 179). Dengan demikian, hal ini menunjukkan bahwa persepsi adalah inti komunikasi, sedangkan penafsiran (interpretasi) adalah inti persepsi. Persepsi tidak akan akurat jika kita tidak berkomunikasi secara efektif, sebab persepsilah yang menentukan kita untuk memilih suatu pesan dan mengabaikan pesan lainnya. Dari berbagai penjelasan mengenai definisi persepsi di atas, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa persepsi merupakan suatu hal yang penting terjadi dalam lingkungan sehari-hari kita, dimana kita sadar dalam memperoleh informasi dan berbagai rangsangan sehingga dapat mempengaruhi perilaku setiap individu. Pengetahuan mengenai apa yang kita tangkap dari panca indera yang meliputi penginderaan (sensasi), atensi dan interpretasi sehingga keberadaannya dapat kita rasakan.

Adanya pesan yang ingin dikirimkan dapat diperoleh melalui sensasi atau indera yang kita punya (indera peraba, indera penglihat, indera pencium, indera pengecap, indera pendengar). Representasi dari penginderaan itu maksudnya kita masih belum bisa mengartikan makna suatu objek secara langsung, karena kita hanya bisa mengartikan makna dari informasi yang kita anggap mewakili objek tersebut. Atensi merupakan faktor utama dalam suatu rangsangan yang menentukan selektifitas, sehingga mempengaruhi faktor biologis (rasa lapar, haus, dan sebagainya), faktor fisiologis (tinggi, pendek, sakit, cacat tubuh dan sebagainya), faktor sosial (gender, agama, pekerjaan dan sebagainya), faktor

psikologis (keinginan, motivasi, pengharapan dan sebagainya) serta atribut-atribut objek yang dipersepsi seperti gerakan, intensitas, stimuli sehingga lebih menarik perhatian. Interpretasi didefenisikan sebagai pemaknaan dalam meletakkan suatu rangsangan bersama rangsangan lainnya sehingga menjadi suatu keseluruhan. 2.1.5.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Persepsi seseorang tentunya dipengaruhi oleh beberapa faktor, sebab persepsi bukanlah sesuatu yang terjadi begitu saja. David Krech dan Richard S. Crutchfield (1977) menyebutkan faktor-faktor itu adalah faktor fungsional, faktor struktural dan perhatian (Rakhmat, 2007: 51).

1. Faktor Fungsional

Faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal lainnya sebagaimana biasanya kita sebut sebagai faktor-faktor personal. Yang menjadi penentu dalam persepsi bukanlah jenis ataupun bentuk stimuli, melainkan karakteristik dari orang-orang yang memberikan respons pada stimuli itu. Krech dan Crutchfield merumuskan dalil persepsi yang pertama : Persepsi bersifat selektif. Hal ini berarti bahwa objek-objek yang mendapat tekanan dalam persepsi kita biasanya telah memenuhi tujuan individu dalam melakukan persepsi.

2. Faktor Struktural

Faktor struktural berasal semata-mata dari sifat stimuli fisik dan efek saraf yang timbul dari sistem saraf individu. Menurut teori Gestalt, dalam mempersepsikan sesuatu kita akan mempersepsinya sebagai suatu keseluruhan. Sedangkan Kohler menyebutkan bahwa jika kita ingin memahami suatu peristiwa kita tidak bisa meneliti fakta-fakta yang terpisah sehingga kita harus memandangnya secara keseluruhan, baik dalam konteksnya, lingkungan maupun masalah yang dihadapi. Dari prinsip ini, Krech dan Crutchfield menyebutkan lanjutan dari dalil persepsinya, yaitu dalil persepsi yang kedua : Medan perseptual dan kognitif selalu diorganisasikan dan diberi arti. Maksudnya adalah kita mengorganisasikan stimuli dengan melihat konteksnya, dimana stimuli tersebut diisi dengan interpretasi yang konsisten dengan rangkaian stimuli yang kita persepsi, meskipun stimuli yang kita terima tersebut tidak lengkap.

3. Perhatian (Attention)

Dalam bukunya “Teori Komunikasi”, Kenneth E. Andersen menjelaskan bahwa perhatian adalah proses mental ketika rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli yang lainnya melemah. Hal ini berarti perhatian terjadi apabila adanya konsentrasi terhadap diri kita pada salah satu alat indera kita dan mengesampingkan masukan-masukan dari alat indera yang lainnya. Walaupun perhatian kepada stimuli yang lebih kuat dalam kesadaran diri kita, bukan berarti persepsi kita akan betul-betul cermat. Terkadang konsentrasi yang kuat mendistorsi persepsi kita. Dan tentu

saja, kita cenderung memperhatikan sebagaimana hal-hal tertentu yang dianggap penting serta melibatkan diri kita sesuai dengan kepercayaan, sikap, nilai, dan kebiasaan.

Dari ketiga faktor tersebut sangat mempengaruhi dalam hal mengadakan persepsi, di mana individu dapat menyadari dan mengerti bagaimana keadaan lingkungan di sekitarnya maupun tentang keadaan diri individu yang bersangkutan yaitu dengan menggunakan alat penghubung diantara mereka adalah alat indera, sehingga individu menyadari apa yng dilihat dan didengarkan.

2.1.5.3 Proses Terjadinya Persepsi

Persepsi merupakan bagian dari keseluruhan proses yang berlangsung pada diri kita untuk mengetahui dan mengevaluasi orang lain. Dengan kata lain, melalui proses itu kita membentuk kesan terhadap orang lain yang didasarkan pada informasi yang berada di lingkungan, sikap kita tentang rangsangan yang relevan, dan mood kita saat ini (Sarwono dan Meinarno, 2009: 25).

Manusia cenderung berpersepsi dalam bias-bias tertentu ketika hendak membentuk kesan terhadap orang lain. Sebagai contoh, kita cenderung berpersepsi bahwa orang-orang yang berpakaian rapi sebagai orang yang pintar, stylish, berpendidikan tinggi atau menyenangkan. Berikut ini merupakan tiga (3) komponen utama dalam proses terjadinya persepsi (Sobur, 2010: 447):

1) Seleksi, yaitu proses penyaringan oleh indra terhadap rangsangan dari luar yang intensitas maupun jenisnya terdapat banyak atau sedikit. 2) Interpretasi, yaitu proses pengorganisasian informasi yang

menimbulkan makna pesan bagi seseorang.

3) Reaksi, persepsi yang kemudian diterjemahkan dalam bentuk tingkah laku.

Seleksi yaitu menentukan sasaran atau objek sehingga menimbulkan rangsangan atau stimulus, kemudian ditangkap oleh reseptor atau alat indera. Selanjutnya interpretasi, yaitu stimulus yang diterima oleh reseptor tadi disalurkan ke otak (pusat saraf atau pusat kesadaran) melalui saraf sensoris. Di sinilah pengorganisasian makna pesan diproses. Selanjutnya dari otak dibawa melalui saraf motoris, yaitu sebagai alat untuk mengadakan respon sehingga individu sadar dan mengetahui akan stimulus yang diterima oleh alat indera. Sebagaimana dapat digambarkan ke dalam bagan sebagai berikut:

Proses Terjadinya Persepsi

Sumber : (Sunaryo, 2004: 98) 2.1.5.4 Sifat-Sifat Persepsi

Setiap manusia memiliki beberapa gambaran yang berbeda mengenai realitas di sekelilingnya. Terdapat beberapa sifat persepsi, antara lain (Mulyana, 2007: 197):

a) Persepsi bersifat selektif

Atensi kita terhadap suatu rangsangan merupakan faktor utama dalam menentukan selektivitas kita atas rangsangan tersebut. Atensi dipengaruhi oleh faktor-faktor internal dan eksternal. Dalam faktor internal meliputi faktor biologis (lapar, haus, dan sebagainya), faktor fisiologis (tinggi, gemuk, sehat, cacat tubuh, dan sebagainya), dan faktor sosial budaya seperti gender, agama, tingkat pendidikan, kebiasaan, motivasi, pengharapan dan sebagainya. Semakin besar perbedaan aspek-aspek tersebut dalam individu, maka semakin besar perbedaan persepsi mereka mengenai realitas. Sedangkan atensi dalam faktor eksternal, meliputi atribut-atribut objek yang dipersepsi seperti gerakan, intensitas, kontras, kebaruan dan perulangan objek. b) Persepsi bersifat dugaan

Persepsi merupakan loncatan langsung pada kesimpulan, karena data yang kita peroleh mengenai objek melalui penginderaan tidaklah pernah lengkap. Seperti dalam proses seleksi, hal ini dianggap perlu karena tidak mungkin kita memperoleh seperangkat rincian yang lengkap melalui kelima alat indera kita. Misalnya, ketika kita melihat pesawat terbang di angkasa, kita tidak melihat awak dan penumpangnya. Tetapi kita sudah berulang kali melihat pesawat terbang di angkasa menunjukkan bahwa setidaknya terdapat awak pesawat yang menerbangkat pesawat itu.

c) Persepsi bersifat evaluatif

Terkadang alat-alat indera dan persepsi kita menipu sehingga kita ragu seberapa dekat persepsi kita dengan realitas yang sebenarnya. Menurut Carl Rogers, kita bereaksi terhadap dunia yang sedang kita

Objek Stimulus Reseptor

Saraf sensorik Otak

Saraf Motorik

alami, dan kemudian menafsirkannya. Hal inilah yang disebut dengan realitas.

d) Persepsi bersifat kontekstual

Dari semua pengaruh yang ada dalam persepsi kita, kontekslah yang paling kuat. Ketika kita melihat seseorang atau objek, konteks rangsangan sangat mempengaruhi struktur kognitif dan pengharapan karena persepsi kita. Agar dalam pengorganisasian objek ke dalam konteks tertentu, kita menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut : - Prinsip pertama, merupakan struktur suatu objek atau kejadian

berdasarkan prinsip kemiripan atau kedekatan dan kelengkapan. Kecenderungan dalam hal ini tampaknya bersifat bawaan, kita cenderung mempersepsi rangsangan yang terpisah sebagai berhubungan sejauh dari rangsangan itu berdekatan satu sama lainnya, baik dekat secara fisik atau dalam urutan waktu, serta mirip dalam bentuk, ukuran warna atau atribut lainnya. Dengan demikian, dalam konteks penerimaan pesan kita cenderung melengkapi pesan yang tidak lengkap (dugaan-dugaan) dengan bagian-bagian yang terkesan logis untuk melengkapi pesan tersebut.

- Prinsip kedua, kita cenderung mempersepsi suatu rangsangan atau kejadian yang meliputi objek dan latar belakangnya. Dalam kehidupan sehari-hari, kita terbiasa membuat perbedaan antara figur (fokus) dan latarnya. Misalnya, seorang penyanyi yang sedang bereaksi di panggung dengan latar para pemain band yang mengiringinya.

Setiap individu pastinya akan memperhatikan aspek berbeda dari objek yang mereka temui, baik secara internal mapun eksternal sesuai dengan pengalaman masa lalu, keahlian dan minatnya masing-masing. Suatu objek yang bergerak tentunya akan lebih menarik perhatian daripada objek yang diam, dan rangsangan yang intensitasnya menonjol juga akan lebih menarik perhatian. Misalnya, kita lebih menyukai televisi sebagai gambar bergerak daripada komik sebagai gambar diam. Begitu juga dengan penampilan seseorang atau objek, lain daripada yang lain tentunya juga akan menarik perhatian. Misalnya, orang-orang yang berkulit hitam diantara orang-orang yang berkulit putih. Unsur kontras dalam sebuah iklan TV, selain dengan wajah yang cantik terutama slogan iklan TV atau lagu (jingle) yang menutup iklan TV tersebut.

Kebaruan dapat menimbulkan perhatian, hal ini tampak jelas seperti seorang mahasiswa baru pasti lebih menarik perhatian daripada mahasiswa lain yang sudah kita kenal. Dalam suatu peristiwa yang berulang, tentunya lebih potensial untuk kita perhatikan. Misalnya, dalam sebuah iklan televisi yang

disiarulangkan dalam periode tertentu. Hal ini lebih memungkinkan kita mengingat pesan dalam iklan tersebut dan mendorong kita untuk membeli barang yang diiklankan.

Dalam proses persepsi yang bersifat dugaan, memungkinkan kita untuk dapat menafsirkan suatu objek dengan makna yang lebih lengkap dari sudut pandang manapun. Karena informasi yang lengkap tak pernah tersedia, dugaanlah yang diperlukan untuk membuat kesimpulan berdasarkan informasi yang tidak lengkap melalui penginderaan. Kita tidak bereaksi terhadap realitas mutlak, melainkan persepsi kita mengenai realitas tersebut. Realitas tidak dapat dipersepsi tanpa melalui suatu proses yang unik dan alasan yang sangat pribadi untuk bertindak dalam suatu hubungan sosial, karena kita menilai rangsangan berdasarkan skala pribadi atau subjektif.

Dokumen terkait