• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori

B. Kajian Pustaka

1. Tinjauan Umum tentang Toleransi

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia,

“toleransi berasal dari kata “toleran” (Inggris: tolerance;

Arab: tasamuh) yang berarti batas ukur untuk penambahan atau pengurangan yang masih diperbolehkan.”20 Secara etimologi, “toleransi adalah kesabaran, ketahanan emosional, dan kelapangan dada.”

Sedangkan menurut istilah (terminologi), “toleransi yaitu bersifat atau bersikap menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, dsb) yang berbeda dan atau yang bertentangan dengan pendiriannya.”21

18 Roland Barthes, Mitologi, terj. Nurhadi, (Yogyakarta: Kreasi Wacana Yogyakarta, 2004), h. 153.

19 Nawiroh Vera, Semiotika dalam Riset Komunikasi, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2004), h. 28.

20 Hasan Alwi, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Balai Pustaka, 2001), h.87.

21 Siti Aminah, Merajut Ukhuwah Islamiyah dalam Keanekaragaman Budaya dan Toleransi Antar Agama, Jurnal Cendekia, v. 13, n. 1, jan. 2015, h. 52.

29

Menurut Victor I. Tanja, “toleransi berarti endurance atau ketabahan, yang bukan hanya menunjuk pada sikap membiarkan orang lain hidup di sekitar kita tanpa larangan dan penganiayaan.” Toleransi dalam artian seperti ini, khususnya di bidang agama,

“menunjuk pada kerelaan dan kesediaan untuk memasuki dan memberlakukan agama lain dengan penuh hormat dalam suatu dialog dengan orang lain secara terus menerus tanpa perlu dipengaruhi oleh pendapat lain dalam dialog tersebut.”22

Dari kajian tersebut, toleransi mengarah pada sikap seseorang untuk bisa terbuka dan mau mengakui adanya keberbedaan, baik itu perbedaan dalam ras, suku, bangsa, bahasa, adat-istiadat, budaya dan agama. Hal ini telah menjadi fitrah dan sunnatullah hukum alam.

Menurut Githarama Mahardhika, “walau dengan menganut pemahaman toleransi dalam beragama, bukan berarti seseorang dengan bebas boleh menganut suatu agama tertentu dan di suatu saat dirinya berpindah menganut agama lainnya.” Atau dengan bebasnya seseorang mengikuti ibadah dan ritual keagamaan semua agama kepercayaan tanpa ada peraturan yang mengikat. Akan tetapi menurut Githarama Mahardhika,

“toleransi beragama yang dimaksud adalah sebuah

22 Victor I. Tanja. Pluralisme Agama dan Problematika Sosial. Diskursus Teologi tentang Isu-Isu Kontemporer. (Jakarta: PT. Pustaka CIDESINDO, 1998)

30

bentuk pengakuan akan adanya agama-agama lain selain agama yang tengah dianut dengan segala bentuk aturan kepercayaan dan memberikan kebebasan untuk menjalankan keyakinan agama masing-masing.”23

Jalinan persaudaraan dan toleransi antar umat beragama sama sekali tidak dilarang dalam Islam, selama masih dalam ranah kemanusiaan dan tiap pihaknya saling menghormati masing-masing haknya.

Sebagaimana firman Allah SWT. dalam surat Al-Mumtahanah ayat 8.

ْمُكوُلِتاَقُ ي َْلَ َنيِذَّلا ِنَع َُّللّا ُمُكاَهْ نَ ي َلَ

ْنِم ْمُكوُجِرُْيُ َْلََو ِنيِ دلا ِفِ

َيِطِسْقُمْلا ُّبُِيُ ََّللّا َّنِإ ۚ ْمِهْيَلِإ اوُطِسْقُ تَو ْمُهوَُّبََت ْنَأ ْمُكِرَيِٰد

Artinya:

“Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu dalam urusan agama dan tidak mengusir kamu dari kampung halamanmu. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil.” (Q.S. Al-Mumtahanah:

8).24

23 Githarama Mahardhika, Makna Toleransi Beragama dalam Film Muallaf Karya Yasmin Ahmad, (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016), h. 40.

24 https://quran.kemenag.go.id/sura/60/8 (diakses pada tanggal 8 April 2021 02:46).

31

Dalam menanggapi keyakinan dan agama yang berbeda-beda, Al-Qur’an menjelaskannya dalam surat Al-Kafirun ayat 6.

ِنْيِد َِلَِو ْمُكُنْ يِد ْمُكَل ࣖ

Artinya:

“Untukmu agamamu, dan untukku agamaku” (Q.S. Al-Kafirun: 6).25

Dapat diartikan ayat tersebut, bahwa agammu adalah khusus untukmu saja dan tidak untuk dipaksakan kepadaku, begitupun sebaliknya. Pernyataan ini pula

“mencerminkan bahwa keyakinan bukanlah sesuatu yang dapat dipaksakan, keyakinan agama bukan wilayah negosiasi dan kompromi, dan bergatung pada pilihan pribadi.”26

2. Pesan Dakwah

Secara bahasa (etimologi) kata dakwah berasal dari bahasa Arab “(da'a, yad'u, da'watan) yang berarti menyeru, memanggil, mengajak.” Sedangkan pengertian dakwah menurut istilah (terminologi) adalah

“mengajak menusia dengan cara bijaksana ke jalan yang

25 https://quran.kemenag.go.id/sura/109/6 (diakses pada tanggal 8 April 2021 02:55).

26 Zakiyuddin Baidhawi, Kredo Kebebasan Beragama, (Jakarta: PSAP, 2006), h.58.

32

benar sesuai dengan perintah Allah SWT untuk kemaslahatan dan kebahagiaan dunia akhirat.”27

Menurut Nawiroh Vera, “pesan adalah apa saja yang dikomunikasikan oleh sumber kepada penerima.” 28 Atau “pesan adalah sesuatu pesan keseluruhan atas apa yang telah disampaikan oleh komunikator.”29 Pesan dapat disampaikan dalam bentuk verbal (lisan) maupun non verbal (non lisan). Menurut M.S Hidayat dalam bentuk verbal pesan sendiri, “dapat disampaikan dengan kata-kata atau ucapan, sedangkan pesan non verbal dapat disampaikan melalui gerak fisik seperti gerakan mata, ekspresi wajah, melambaikan tangan, sikap badan atau menunjukan warna.”30

Sedangkan dakwah merupakan suatu proses penyampaian pesan-pesan tertentu yang dapat berupa ajakan atau seruan dengan tujuan agar orang lain mau memenuhi ajakan tersebut. Jadi, Pesan dakwah adalah isi pesan atau materi yang disampaikan oleh da'i kepada mad'u.

Menurut Toto Tasmara, “pesan dakwah adalah semua pernyataan yang bersumber dari Al- Quran dan

27 Toha Yahya Omar, Ilmu Dakwah, (Jakarta: PT. Wijaya, 1998), cet. ke-3 h. 1.

28 Nawiroh Vera, Semiotika Dalam Riset Komunikasi, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2014), h. 30.

29 A.W Widjaja, Komunikasi: Komunikasi Dan Hubungan Masyarakat, (Jakarta: Bumi Aksara, 1993), h. 14.

30 M.S Hidayat, Public Speaking dan Teknik Presentasi, (Yogyakarta:

Graha Ilmu, 2006), h. 43.

33

Sunnah baik yang disampaikan secara lisan maupun tertulis dengan pesan-pesan risalah tersebut.”31

Sedangkan menurut istilah, para ulama memberikan definisi yang bermacam-macam, antara lain:

a. Toha Yahya Umar mengatakan, “dakwah adalah mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah tuhan untuk kemaslahatan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat.”32

b. Dr. Moh. Ali Aziz menjelaskan bahwa “dakwah adalah aktivitas dan upaya untuk mengubah manusia, baik individu maupun kolektif dari situasi yang tidak baik kepada situasi yang lebih baik.” Sementara itu, dalam bahasa Islam

“dakwah adalah tindakan mengomunikasikan pesan-pesan Islam.” Dakwah adalah “istilah teknis yang pada dasarnya dipahami sebagai upaya untuk menghimbau orang lain kearah Islam.”33

c. Moesa A. Machfoed mendefinisikan “dakwah sebagai panggilan.” Tujuannya “membangkitkan kesadaran manusia untuk kembali ke jalan Allah

31 Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Gaya Media, 1997), h. 31-43.

32 H.M. Toha Yahya Omar, Islam dan Dakwah, (Jakarta: PT. AL Mawardi Prima, 2004), h. 67.

33 Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Prenada Media, 2004), 22.

34

SWT, Upaya memanggil atau mengajak kembali manusia ke jalan Allah tersebut bersifat ekspansif, yaitu memperbanyak jumlah manusia yang berda di jalan-Nya.”34

Dari beberapa definisi mengenai dakwah yang telah dipaparkan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwah dakwah adalah sebuah usaha dan ajakan kepada manusia untuk menuju kepada jalan kebenaran tanpa ada paksaan dan sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an dan As-Sunnah.

3. YouTube sebagai Media Dakwah a. Media Dakwah

Media adalah segala sesuatu yang menjadi perantara untuk menyampaikan informasi dan transfer ilmu pengetahuan. Dalam proses dakwah,

“media berperan penting dalam membantu prose penyampaian pesan dakwah sehingga mudah diterima oleh komunikan (Mad'u),” Maka ada beberapa macam media yang digunakan dalam suatu proses dakwah. Hamzah Yaqub membagi sarana dan media yang dikatakan “sebagai wasilah dakwah itu menjadi lima macam yaitu: Lisan, tulisan, audiovisual dan akhlaq.”35 Secara umum,

34 Moesa A. Machfoed, Filsafat Dakwah Ilmu Dakwah dan Penerapannya, (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 2004), h. 15.

35 Syamsuddin, Pengantar Sosiologi Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2016), h.

305.

35

pembagian Hamzah Yaqub ini tergolong ke dalam tiga sarana, sebagai berikut:

i. Spoken words, yaitu jenis media dakwah yang berbentuk ucapan atau bunyi yang ditangkap dengan indra telinga, seperti radio dan telepon.

ii. Printed writing, yaitu media dakwah yang berbentuk tulisan, gambar, lukisan dan sebagainya yang dapat ditangkap dengan indra mata.

b. Media Sosial YouTube

Definisi media sosial menurut Rulli Nasrullah adalah “medium di Internet yang memungkinkan penggunanya merepresentasikan dirinya mampu berinteraksi, bekerja sama, berbagi, berkomunikasi dengan pengguna lain, dan membentuk ikatan secara visual.”36

Lebih jauh, Rulli Nasrullah mengatakan

“pengguna media sosial bisa berkomunikasi dan berinteraksi mengungkapkan apa yang sedang disaksikan atau dialami keadaan di sekitar dirinya, hingga berbagi tanggapan terhadap suatu situasi yang sedang berkembang.”37

36 Rulli Nasrullah, Media Sosial Perspektif Komunikasi, Budaya, dan Sosioteknologi (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2015), h. 11.

37 Rulli Nasrullah, Teori dan Riset Media Siber (Cybermedia), (Jakarta Prenada Media Group, 2014), h. 36-37.

36

YouTube adalah sebuah situs web video sharing (berbagi video) yang populer di mana para pengguna dapat memuat, menonton, dan berbagi klip video secara gratis. Berdiri pada bulan Februari 2005 oleh 3 orang mantan karyawan PayPal, yaitu Chad Hurley, Steve Chen dan Jawed Karim.”38

Menurut Faiqah, Fatty, Muh. Nadjib, dan Andi Subhan Amir, “salah satu layanan dari Google ini, memfasilitasi penggunanya untuk mengupload video dan bisa diakses oleh pengguna yang lain dari seluruh dunia secara gratis.” Lebih jauh, dikatakan bahwa “YouTube adalah database video yang paling popular di dunia internet, atau bahkan mungkin yang paling lengkap dan variatif.”39

Dengan ini dapat dikatakan bahwa YouTube adalah sebuah media sosial penyedia video yang sangat berpotensi menjadi media dakwah dengan keunggulannya yang mana YouTube sendiri memberikan fitur untuk bisa membagikan video apapun di website ini dan siapa saja diberikan akses gratis untuk menikmati video-video tersebut.

38 Faiqah, Fatty, Muh. Nadjib, dan Andi Subhan Amir, Youtube sebagai Sarana Komunikasi bagi Komunitas Makasarvidgram, Jurnal Ilmu Komunikasi, v. 5 n. 2 (Jul – Des 2016): h. 1.

39 Faiqah, Fatty, Muh. Nadjib, dan Andi Subhan Amir, Youtube sebagai Sarana Komunikasi bagi Komunitas Makasarvidgram, Jurnal Ilmu Komunikasi, v. 5 n. 2 (Jul – Des 2016): h. 1.

37

YouTube berisikan konten video yang diklasifikasikan sebagai media audio visual yang merupakan gambar sekaligus suara, “sehingga informasi dakwah menjadi lebih efektif dan mudah diterima oleh khalayak.” 40 Dengan kebebasan berekspresi yang bisa digali oleh para pengguna media sosial YouTube menjadi tempat bagi orang-orang untuk menuangkan kreatifitas mereka dalam membuat konten video, tak terkecuali konten dakwah.

40 Wahyu Ilahi, Komunikasi Dakwah (Bandung: PT.Rosdakarya, 2013), cet ke-2 h. 122.

38 C. Kerangka Berpikir

Tabel 2. 2 Kerangka Berpikir

Video YouTube ‘Kenapa & Bagaimana Kita Bersama Meski Tak Sama?’

Semiotika Roland Barthes

Denotasi Mitos

Makna Toleransi Beragama pada video YouTube ‘Kenapa

& Bagaimana Kita Bersama Meski Tak Sama?’

Konotasi

39 BAB III

GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN A. Profil Habib Husein Ja’far Al Hadar

Gambar 3. 1 Husein Ja’far Al Hadar

Husein Ja’far Al Hadar atau yang lebih dikenal dengan sebutan akrabnya Habib Ja’far adalah seorang da’i dan penulis buku, beliau juga menyebarkan dakwahnya melalui kanal YouTube-nya dengan nama “Jeda Nulis” yang aktif dalam membuat konten sejak tahun 2018.

Husein Ja'far adalah Magister Tafsir Qur’an di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Ia merupakan Penulis Buku Keislaman terbitan Gramedia & Mizan, Penulis di Media Massa Seputar Keislaman (Kompas, Majalah Tempo, dll),

40

Pembicara Seputar Keislaman di TV Nasional (Metro TV, CNN Indonesia, dll), Direktur Cultural Islamic Academy Jakarta, dan Aktivis di Gerakan Islam Cinta.1 Beliau selain menjadi seorang penulis keislaman, Habib Ja’far juga menyebarkan dakwahnya lewat media sosial seperti Twitter dengan akun @Husen_Jafar 2 , Instagram dengan akun

@husein_hadar3, dan juga kanal YouTube dengan nama Jeda Nulis4.

Husein Ja’far dikenal sebagai habib muda yang menyebarkan Islam dengan cinta. Lalu, kedekatannya dengan kalangan muda juga membuatnya dikenal sebagai Da’i milenial, karena dakwahnya memang begitu digandrungi oleh pemuda milenial.5 Dengan gaya dakwahnya yang bak anak muda dan menanggapi berbagai candaan anak muda dalam permasalahan agama dan memberi penjelasan dengan benar membuat dakwahnya digemari oleh kalangan anak muda.

1 https://cariustadz.id/ustadz/detail/Husein-Ja’far-Al-Hadar (diakses pada tanggal 27 September 2021 00:26).

2 https://twitter.com/Husen_Jafar (diakses pada tanggal 27 September 2021 00:45).

3 https://www.instagram.com/husein_hadar/ (diakses pada tanggal 27 September 2021 00:46).

4https://www.youtube.com/channel/UCp7hJfiiocdY085XnWVrp2Q (diakses pada tanggal 27 September 2021 00:50).

5 Muhammad Haris Fiardhi, "PERAN DAKWAHTAINMENT AKUN CHANNEL YOUTUBE JEDA NULIS TERHADAP PEMUDA TERSESAT OLEH HABIB HUSEIN JA’FAR." Jurnal Riset Mahasiswa Dakwah dan Komunikasi, v. 3, n.

2, mei. 2021, h. 77.

41

Dokumen terkait