• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makna Denotasi, Konotasi, dan Mitos Toleransi Beragama dalam video Kenapa & Bagaimana Kita Beragama dalam video Kenapa & Bagaimana Kita

DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Makna Denotasi, Konotasi, dan Mitos Toleransi Beragama dalam video Kenapa & Bagaimana Kita Beragama dalam video Kenapa & Bagaimana Kita

Bersama Meski Tak Sama di kanal YouTube Jeda Nulis

1 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif; Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, Dan Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 118.

61 1. Scene 1

a. Denotasi

Gambar 5. 1 Scene mereka tertawa

Habib Ja’far dengan sikap santai melempar pertanyaan kepada Pendeta Yerry sambil menyampaikan sebuah gurauan, dan mereka berempat tertawa mendengar gurauan tersebut.

Gambar 5. 2 Pendeta Yerry menjawab pertanyaan

62

Lalu Pendeta Yerry menjawab pertanyaan tersebut dengan sikap yang santai dan sesekali membuat gestur tangan sambil memasang senyum tipis di wajahnya. Juga Tretan Muslim menanggapi jawaban Pendeta Yerry dan ikut memberikan pendapat dari jawabannya.

Terlihat keakraban kedua pemuka agama yang berbeda dalam melakukan diskusi dan berlangsung dengan santai. Betapa indahnya jika agama Islam-Kristen membuka lembaran baru untuk sebuah peradaban manusia yang menjunjung tinggi kemanusiaan dan membangun budaya saling menghargai.2

b. Konotasi

Scene ini menunjukkan tentang Habib Ja’far yang bertanya kepada Pendeta Yerry dengan sedikit bergurau mengenai mengapa dia mau bergaul dengan Coki Pardede yang seorang Agnostik. Habib Ja’far yang merasa bahwa pergaulannya dengan Pendeta Yerry masih bisa dianggap wajar oleh beliau mempertanyakan alasan Pendeta Yerry bisa dan mau bergaul dengan Coki dari sudut pandang agamanya.

2 Zuhairi Misrawi, Pandangan Muslim Moderat, (Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2010), h. 19.

63

Kemudian Pendeta Yerry menjawab pertanyaan Habib Ja’far bahwa bentuk pergaulan dirinya dengan Coki adalah suatu hal yang baik, namun Pendeta Yerry menganggap bahwa pergaulan seperti ini adalah hal yang sulit untuk dilakukan oleh orang lain, dan dia merasa kalau penjelasan melalui kalimat saja tidak cukup untuk membuktikan hal tersebut. Sehingga beliau berusaha menjadikan dirinya sebagai sosok yang bisa dijadikan contoh oleh orang lain, dan menunjukkan bahwa bergaul dengan orang yang berbeda agama bukanlah hal yang salah. Dan harapan Pendeta Yerry juga adalah membuat orang yang melihat bentuk pergaulan ini bisa lebih terasa karena ada bentuk nyatanya.

Tretan Muslim pun mengiyakan tanggapan Pendeta Yerry karena dia merasa bahwa pesan dan ajakan secara verbal saja akan kurang efektif dalam memberi dampak terhadap orang lain. Toleransi menjadi jembatan komunikasi antarumat beragama.3 c. Mitos

Berteman adalah sebuah kebutuhan manusia karena manusia tercipta dengan kodrat sebagai makhluk sosial. Sebagaimana yang telah diketahui bahwa manusia memang tidak bisa hidup sendiri

3 Muhammad Rifqi Fachrian, Toleransi Antarumat Beragama dalam Al-Qur’an (Telaah Konsep Pendidikan Islam), (Depok: PT RajaGrafindo Persada, 2018), h. 5.

64

karena kita sebagai makhluk hidup memerlukan sosok yang dibergantungkan. Suatu individu tidak bisa melakukan segalanya seorang diri, tiap individu yang ada di dunia ini hidup dengan beberapa kemampuan namun tidak bisa melakukan beberapa hal lainnya.

Maka dari itu suatu individu memerlukan sosok individu lainnya untuk saling menutupi kekurangannya masing-masing agar tetap bisa bertahan menjalani hidup. Manusia diciptakan Allah dari al-Alaq. Dari segi pengertian kebahasaan, kata ‘alaq antara lain berarti sesuatu yang tergantung. Kata ‘Alaq dapat juga berarti ketergantungan manusia kepada pihak lain. Ia tidak dapat hidup sendiri.4

Menurut Habib Husein generasi muslim yang baik adalah mengidolakan cendikiawan, muslim yang modernis, Islami tetapi juga hidup di ruang lingkup sosial. Karena sebelum disebut sebagai umat muslim terlebih dahulu disebut umat manusia.5 Ikatan sosial antar individu yang paling mendasar adalah sebuah ikatana pertemanan. Semua orang dapat dipastikan memerlukan sesosok teman sebagai tempat berbagi rasa, saling menasehati dan saling tolong-menolong baik dalam suka maupun duka. Atas dasar inilah

4 https://tirto.id/ajaran-islam-tentang-manusia-sebagai-makhluk-sosial-cpKp (diakses pada tanggal 26 November 2021 23:15).

5 Ayun Masfupah, "Dakwah Digital Habib Husein Ja’far Al Hadar." Jurnal Dakwah, v. 20, n. 2, 2019, h. 257.

65

manusia mau tidak mau, sadar tak sadar akan membutuhkan dan memiliki teman dalam perjalanan hidupnya.

Selain itu, teman juga akan menjadi sosok yang membentuk dan mempengaruhi sikap, perilaku dan cara hidupn seseorang, Rasulullah SAW. bersabda:

ْنَع َةَدْرُ ب ِبَِأ ْنَع ٍدْيَرُ ب ْنَع َةَماَسُأ وُبَأ اَنَ ثَّدَح ِء َلََعْلا ُنْب ُدَّمَُمُ اَنَ ثَّدَح ُلَثَم َلاَق َمَّلَسَو ِهْيَلَع َُّللّا ىَّلَص ِ ِبَّنلا ْنَع ُهْنَع َُّللّا َيِضَر ىَسوُم ِبَِأ

ِلَْلْا ِكْسِمْلا ُلِماَحَف ِيِكْلا ِخِفَنََّو ِكْسِمْلا ِلِماَحَك ِءْوَّسلاَو ِحِلاَّصلا ِسي

ُخِفَنََّو اةَبِ يَط اايُِر ُهْنِم َدَِتَ ْنَأ اَّمِإَو ُهْنِم َعاَتْ بَ ت ْنَأ اَّمِإَو َكَيِذُْيُ ْنَأ اَّمِإ َدَِتَ ْنَأ اَّمِإَو َكَباَيِث َقِرُْيُ ْنَأ اَّمِإ ِيِكْلا اةَثيِبَخ اايُِر

Artinya:

Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Al 'Ala`] telah menceritakan kepada kami [Abu Usamah] dari [Buraid] dari [Abu Burdah] dari [Abu Musa] radliallahu 'anhu, dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda: "Perumpamaan teman yang shalih dengan teman yang buruk bagaikan penjual minyak wangi dengan pandai besi, bisa jadi penjual minyak wangi itu akan menghadiahkan kepadamu atau kamu membeli darinya atau kamu akan mendapatkan bau wanginya sedangkan pandai besi hanya akan

66

membakar bajumu atau kamu akan mendapatkan bau tidak sedapnya." (HR. Bukhari: 5108).6

Dari hadits ini dapat ditarik pemaknaan bahwa dalam berteman akan memberi dampak kepada diri seseorang. Dengan perumpamaan berteman dengan penjual minyak wangi, maka akan membuatmu aroma maju menjadi wangi. Dengan perumpamaan ini dapat dimaknai bahwa apabila seseorang berteman dengan orang yang baik, maka orang itu akan ikut merasakan kebaikan di dalam hidupnya. Dan perumpamaan jika berteman dengan dengan pandai besi akan membakar baju dan memberi aroma tidak sedap kepada dirinya, dengan artian bahwa bila kita berteman dengan orang yang buruk maka dirinya akan ikut terjerumus kedalam keburukan-keburukan itu. Maka dari itu penting bagi seseorang agar dapat memilah pergaulannya dengan orang lain demi kebaikan dirinya dikemudian hari. Al-Qur'an diturunkan Allah ke muka bumi untuk memberikan penjelasan tentang segala sesuatu, sehingga manusia memiliki pedoman dan arahan yang jelas dalam melaksanakan tugas hidupnya sebagai makhluk Allah.7

6 https://tafsirq.com/hadits/bukhari/5108 (diakses pada tanggal 27 November 2021 01:40).

7 Muhammad Rifqi Fachrian, Toleransi Antarumat Beragama dalam Al-Qur’an (Telaah Konsep Pendidikan Islam), (Depok: PT RajaGrafindo Persada, 2018), h. 13.

67 2. Scene 2

a. Denotasi

Gambar 5. 3 Habib Ja’far kembali bertanya Habib Ja’far kembali menekankan pertanyaan dia yang sebelumnya kepada Pendeta Yerry, tetap dengan sikapnya yang santai namun tanpa memberi gurauan dalam pertanyaannya.

Gambar 5. 4 Pendeta Yerry menjawab pertanyaan Habib Ja’far

Pendeta Yerry menjawab pertanyan Habib Ja’far mengenai pertanyaannya. Beliau memberi jawaban dengan sikap yang tenang dan penjelasan yang

68

mudah dimengerti dengan beberapa gestur tangan saat menjelaskan hal tersebut.

Walau mereka melakukan percakapan dengan serius, tetapi hal ini tidak menimbulkan perselisihan diantara kedua pemuka agama yang berbeda ini. Al-Qur'an Al-Karim melarang kita mendebat ahli kitab (Yahudi dan Nasrani) kecuali dengan cara yang baik pula, karena mereka percaya keberadaan Allah Swt.

dan hari akhir, percaya kepada kitab-kitab samawi yang diturunkan kepada Musa dan Isa.8

b. Konotasi

Scene ini menunjukan tentang Habib Ja’far yang kembali mempertanyakan tentang mengapa Pendeta Yerry mau berteman dengan Coki Pardede yang berbeda denganya secara kepercayaan yang dianut dengan sudut pandang agama Kristen.

Lalu Pendeta Yerry menjawab pertanyaan itu dengan penjelasan bahwa dalam ajaran agama yang dia peluk bahwa sesuatu yang berbeda bukanlah musuh, bukan sesuatu yang harus disingkirkan, dan tidak memberi ancama kepada dirinya. Pendeta Yerry berkata bahwa walau agamanya tidak mengajarkan untuk memusuhi sesuatu yang berbeda, pemahaman

8 Muhammad Rifqi Fachrian, Toleransi Antarumat Beragama dalam Al-Qur’an (Telaah Konsep Pendidikan Islam), (Depok: PT RajaGrafindo Persada, 2018), h. 79.

69

tentang berbeda adalaha musuh itu tumbuh dan tertanam pada orang-orang dengan begitu saja. Dan bahkan dia memberikan sebuah contoh bahwa orang yang meninggalkan kepercayaan agama Kristen pun tidak boleh dimusuhi dan musuh tidak boleh dimusuhi secera tidak semestinya.

Oleh karena itu Pendeta Yerry mempraktikan pertemanan dengan yang berbeda kepercayaan agama secara langsung dengan tulus agar orang-orang yang melihat hal ini juga bisa merasakan apa yang ingin beliau sampaikan dengan baik. Allah tidak melarang kalian untuk berbuat baik terhadap kaum kafir yang berdamai dengan kalian dan tidak memerangi kalian dalam urusan agama, seperti halnya kaum perempuan dan kaum lemah di antara mereka, serta tidak mengusir kalian dari kampung-kampung kalian.9

c. Mitos

Musuh secara umum digambarkan sebagai sesuatu hal yang bersifat membahayakan bagi diri seseorang. Musuh yang dimaksudkan itu adalah apa saja yang menjadikan dirinya celaka, merugi, mati, atau binasa. 10 Musuh ini sendiri biasanya diimplementasikan kepada suatu sosok yang setara

9 Muhammad Rifqi Fachrian, Toleransi Antarumat Beragama dalam Al-Qur’an (Telaah Konsep Pendidikan Islam), (Depok: PT RajaGrafindo Persada, 2018), h. 87.

10 https://www.uin-malang.ac.id/r/160701/mengenali-musuh-dari-dalam-diri-sendiri.html (diakses pada tanggal 28 November 2021 02:47).

70

untuk disandingkan, seperti contoh sebuah permusuhan antar seseorang dengan orang lain, suatu kelompok dengan kelompok lain, ataupun suatu negara dengan negara lain yang dirasa dapat memberi ancaman bagi masing-masing pihak.

Dalam agama Islam pun ummatnya diajarkan untuk selalu menjauhin dan bahkan memerangi musuh (penggunaan hadits dan ayat Al-Qur’an diterapkan pada situasi dan kondisi yang tepat) demi menjaga ketakwaan mereka kepada Allah SWT. Adapun firman Allah SWT. dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat:

168.

ِتاَوُطُخ اوُعِبَّتَ ت َلََو اابِ يَط الَ َلََح ِضْرَْلْا ِفِ اَِّمِ اوُلُك ُساَّنلا اَهُّ يَأ َيٰ

ٌيِبُم ٌّوُدَع ْمُكَل ُهَّنِإ ۚ ِناَطْيَّشلا

Artinya:

“Wahai manusia! Makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagimu.” (Q.S. Al-Baqarah ayat:

168).11

11 https://quran.kemenag.go.id/sura/2/168 (diakses pada tanggal 29 November 2021 22:44).

71

Dari ayat tersebut dapat dimaknai bahwa kita sebagai umat Muslim diharuskan untuk selalu menjauhi sosok musuh berserta sifatnya yang telah ditetapkan oleh agama. Dengan sosok syaitan sebagai musuh umat Muslim yang sebagaimana tercantum dalam surat Al-Baqarah ayat 168, kita dituntut untuk menjauhi segala langkah perbuatan syaitan karena mereka mengambil segala sesuatu yang berlawanan dari kebaikan yang ada di bumi.

3. Scene 3 a. Denotasi

Gambar 5. 5 Tretan Muslim sedang bercerita Tretan Muslim menceritakan tentang bagaimana mereka menanggapi penonton yang hadir di acara Deep Talk. Dengan ekspresi yang agak serius dia menjelaskan sambil membuat gestur tangan, dan Coki Pardede merespon setuju penjelasan Muslim dengan senyuman lebar.

72

Disela-sela Muslim menjelaskan, Habib Ja’far sedikit membantu dia menerangkan apa yang dimakud Muslim dan Coki pun kembali menanggapi pembicaraan Muslim. Mereka semua menyimak cerita Tretan Muslim dengan baik dan menanggapinya dengan baik.

b. Konotasi

Di dalam scene ini Tretan Muslim menceritakan bahwa dalam acara Deep Talk yang dia jalani dulu para penonton dibebaskan untuk bertanya kepada mereka, mau itu penonton beragama Kristen yang bertanya kepada Habib Ja’far, maupun penonton beragama Islam yang bertanya kepada Pedeta Yerry. Habib Ja’far pun sedikit membantu menyanggah peryataan itu dengan arti bahwa mereka tidak akan menanggapi pertanya-pertanyaan dari para penonton dengan jawaban yang akan memunculkan prasangka buruk pada pihak manapun yang ada di sana.

Karena Tretan Muslim merasa bahwa tidak ada yang salah ataupun buruk dalam menanggapi seseorang yang berbeda dengan orang yang ditanyai. Dengan menunjukkan tanggapan yang baik akan melahirkan hubungan yang baik juga di dalam interaksi itu.

Berbeda keyakinan soal agama bukan berarti tidak bisa

73

saling bertukar informasi dan belajar pengetahuan baru.12

c. Mitos

Bertanya merujuk kepada kalimat ‘tanya’ yang dalam KBBI dapat ditarik makna yaitu permintaan keterangan (penjelasan dan sebagainya).13 Maka kata bertanya dapat diartikan sebagai sebuah tindakan untuk mencari sebuah keterangan atau penjelasan dari apa yang ingin diketahui dan belum ditetahui.

Sejak masih masih Sekolah Dasar atau bahkan di Taman Kanak-kanak kita diajarkan untuk selalu bertanya tentang apa yang tidak diketahui agar kita bisa selalu belajar banyak hal baru dan terus berkembang dalam segala pengetahuan yang ada. Bahkan kita diajarkan tentang sebuah peribahasa yang berbunya,

“malu bertanya, sesat di jalan”. Peribahasa ini sendiri dapat dimaknai untuk kita agar selalu menanyakan apa yang kita tidak ketahui atau tidak dipahami agar kita tidak terjerumus kedalam pemaknaan yang keliru sehingga akan membuat seseorang bisa terjebak kedalam berbagai kesalahan karena ketidaktahuannya.

12 Ayun Masfupah, "Dakwah Digital Habib Husein Ja’far Al Hadar." Jurnal Dakwah, v. 20, n. 2, 2019, h. 257.

13 https://kbbi.web.id/tanya (diakses pada tanggal 29 November 2021 23:19).

74

Allah SWT. berfirman dalam Al-Qur’an, surat An-Nahl Ayat: 43.

ُن الَاَجِر َّلَِإ َكِلْبَ ق ْنِم اَنْلَسْرَأ اَمَو َلْهَأ اوُلَأْساَف ۚ ْمِهْيَلِإ يِحو

َنوُمَلْعَ ت َلَ ْمُتْ نُك ْنِإ ِرْكِ ذلا

Artinya:

“Dan Kami tidak mengutus sebelum engkau (Muhammad), melainkan orang laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui,” (Q.S. An-Nahl Ayat: 43).14

Pada penggalan ayat itu dikatakan untuk kita bertanya kepada seseorang yang memiliki ilmu pengetahuan yang belum kita ketahui. Ayat ini pun menunjukkan bahwa dalam Islam kita dituntut untuk selalu bertanya pada saat kita tidak mengetahui tentang sesuatu kepada seseorang yang mempunyai pengetahuan itu.

Dalam aspek Pendidikan dan pengajaran Islam terdapat kata ta’lim, yang berarti mengajarkan atau memberi tahu sesuatu yang sebelumnya belum diketahui dan dipahami sehingga menjadi tahu dan mampu

14 https://quran.kemenag.go.id/sura/16/43 (diakses pada tanggal 29 November 2021 23:19).

75

dipahami.15 Karenanya untuk menjauhi kita dari kekeliruan, kita diharuskan untuk bertanya kepada sosok yang jelas memahami tentang hal yang akan ditanyakan dengan baik dan dia adalah sosok yang telah memperdalam ilmu pengetahuan dalam bidang tersebut.

4. Scene 4 a. Denotasi

Gambar 5. 6 Habib Ja’far & Coki Pardede saling berpendapat

Terlihat bahwa Habib Ja’far dan Coki Pardede tengah saling berpendapat dan saling menanggapi dari apa yang tengah dibahas. Dengan Coki yang menggunakan gestur tangan kedepan untuk menunjuk apa yang tengah dia ungkapkan, dan Habib Ja’far yang terlihat cukup serius dan mengarahkan kedua tangannya ke arah kepalanya, lalu beliau

15 Muhammad Rifqi Fachrian, Toleransi Antarumat Beragama dalam Al-Qur’an (Telaah Konsep Pendidikan Islam), (Depok: PT RajaGrafindo Persada, 2018), h.

37.

76

menyampaikan pendapatnya yang membuat Tretan Muslim dan Pendeta Yerry sedikit tertawa dan menanggapi pendapat Habib Ja’far.

Terlihat disaat Habib Ja’far dan Coki tengah berbincang, Muslim dan Pendeta Yerry menyimak mereka berdua dengan baik juga seksama dan mereka menanggapi percakapan itu disaat yang tepat tanpa menyela percakapan walaupun sedang berhadapan dengan Coki yang berbeda kepercayaan.

b. Konotasi

Dalam scene ini menunjukkan mengenai bagaimana pedapat Habib Ja’far tentang salah satu alasan mengapa sulitnya toleransi itu tercapai dan orang-orang yang berbeda agama cukup sulit untuk bisa dipersatukan. Salah satu faktor itu ialah karena prasangka yang tumbuh diantara kedua belah pihak yang tidak diklarifikasi ataupun mendapatkan penjelasan tentang kesalahpahaman dari prasangka itu.

Dan Coki pun menyampaikan bahwa salah satu hal yang bisa menumbuhkan prasangka itu adalah karena terjadinya sebuah tragedi yang melibatkan suatu agama kepercayaan.

Habib Ja’far mengatakan bahwa suatu prasangka bisa tumbuh pada seseorang bahkan mulai dari dia masih kecil dan akan terbawa terus oleh orang

77

itu selama dia tidak pernah bertemu dengan pihak yang diprasangkai dan mendapatkan penjelasan. Habib Ja’far pun memberi sebuah contoh langsung dari pengalamannya tentang dirinya yang dulu mengira bahwa Gereja penginjil dia kira adalah Gereja yang mengotak-atik Injil saat belum bertemu dengan Pendeta Yerry dan mendapat penjelasan langsung darinya. Dan Habib Ja’far menekankan kalau bisa bertemu dan saling berinteraksi dengan orang yang berbeda adalah sebuah keberuntungan bagi kedua belah pihak.

Terciptanya kedamaian dan kerukunan antarumat beragama merupakan dambaan bagi setiap manusia, agar tidak terjadi kekacauan dan kesenjangan sosial di antara sesama.16

c. Mitos

Salah paham adalah suatu kondisi dimana terjadinya suatu kekeliruan makna yang disampaikan oleh seorang komunikator yang kemudian diterima oleh komunikan dalam suatu pertukaran makna pesan (informasi). Dalam komunikasi, kekeliruan makna yang diterima dalam berkomunikasi akan mengakibatkan terjadinya timbal balik yang tidak sesuai dengan semestinya. Akibatnya dari timbal balik yang tidak sesuai ini bisa mengakibatkan konflik

16 Muhammad Rifqi Fachrian, Toleransi Antarumat Beragama dalam Al-Qur’an (Telaah Konsep Pendidikan Islam), (Depok: PT RajaGrafindo Persada, 2018), h.

6.

78

diantara kedua belah pihak yang saling memberi dan menerima makna.

Adapun firman Allah SWT. dalam Al-Qur’an surat Al-Hujurat Ayat: 6.

اوُبيِصُت ْنَأ اوُنَّ يَ بَ تَ ف ٍإَبَ نِب ٌقِساَف ْمُكَءاَج ْنِإ اوُنَمآ َنيِذَّلا اَهُّ يَأ َيٰ

َع اوُحِبْصُتَ ف ٍةَلاَهَِبِ اامْوَ ق َيِمِدَنَّ ْمُتْلَعَ ف اَم ٓىَل

Artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (Q.S. Al-Hujurat Ayat: 6).17

Ayat terebut mengajarkan umat Islam untuk tabayyun dalam menerima informasi terutama dari orang fasik (orang yang keluar dari ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya.) Dengan landasan ini diharapkan kita untuk selalu meneliti lebih lanjut informasi yang diterima agar terhindar dari kesalahpahaman atas informasi yang diterima, dengan harapan kita dapat terhindar dari perbuatan yang dapat disesali

17 https://quran.kemenag.go.id/sura/49/6 (diakses pada tanggal 30 November 2021 00:22).

79

dikemudian hari. Pentingnya akhlak yang baik itu bisa mempengaruhi ibadah kita, sebaik-baiknya beribadah tetapi akhlaknya buruk seperti menindas orang lain, berbohong, menipu orang lain, berkhianat maka semua amal ibadah yang dilakukan itu percuma.18

5. Scene 5 a. Denotasi

Gambar 5. 7 Coki Pardede menyampaikan pendapatnya kepada semua

Coki Pardede terlihat tengah menyampaikan pendapatnya, dan Habib Ja’far, Pendeta Yerry, juga Tretan Muslim mendengarkannya dengan seksama.

18 Ayun Masfupah, "Dakwah Digital Habib Husein Ja’far Al Hadar." Jurnal Dakwah, v. 20, n. 2, 2019, h. 258.

80

Gambar 5. 8 Coki Pardede bicara dengan gestur tangan

Dengan serius dan penekanan maksud yang kuat, Coki membicarakan apa yang tengah dia bahas dengan gestur tangan seakan menunjukkan sesuatu dan juga mengarahkan tangannya kepada dirinya. Muslim terlihat setuju dengan apa yang disampaikan Coki lalu ikut menanggapi apa yang dia sampaikan.

Dengan gestur tangan Coki yang cenderung mengarahkan tangannya ke badannya, menunjukkan tentang apa yang tengah dimaksud adalah dirinya atau orang-orang yang sama seperti dia.

b. Konotasi

Dalam scene ini Coki Pardede menyampaikan tentang bagaimana orang-orang menyikapi perbedaan.

Coki berkata kalau selama ini pemahaman orang-orang dalam menyikapi sebuah perbedaan itu terbilang rapuh untuk diungkit dalam kehidupan sosial, dikarenakan ketidaktahuan mereka terhadap hal yang berbeda

81

dianggap sesuatu yang menyeramkan. Bukannya mencari tahu kebenaran dari apa yang berbeda, kebanyakan orang justru mengambil keputusan untuk diam dalam menyikapi perbedaan yang mereka temui.

Namun yang menjadi permasalahan adalah, disaat orang-orang ini memilih untuk diam disaat mereka menemui suatu perbedaan, hal ini justru menumbuhkan berbagai macam pemikiran dan prasangka dalam benak pikiran mereka karena ketidaktahuan atas fakta apa yang sebenarnya ada dari apa yang mereka tidak tahu tentang keberbedaan itu.

Dan ini diperburuk dengan kondisi dimana tiap pihak menyikapi suatu perbedaan dengan cara seperti ini.

Dikarenakan setiap belah pihak memilih untuk diam dalam menyikapi perbedaan, maka hanya akan saling membangun prasangkan antar kelompok atau golongan tersebut. Walau diluar terlihat tidak ada masalah, namun prasangka yang dipendam dan terus ditimbun terus menerus dapat mengakibatkan saling benci diantara kelompok atau golongan ini. Toleransi tidak hanya saling menghargai dan menghormati tanpa adanya pemaksaan terhadap masing-masing agama maupun golongan, tetapi toleransi juga merupakan totalitas kehidupan rukunnya antarumat beragama,

82

masing-masing bertanggung jawab menciptakan keadilan antarumat beragama.19

c. Mitos

Prasangka dalam KBBI diartikan sebagai pendapat (anggapan) yang kurang baik mengenai sesuatu sebelum mengetahui (menyaksikan, menyelidiki) sendiri. 20 Istilah prasangka biasa digunakan untuk menilai sesuatu tanpa melakukan pemeriksaan terlebih dahulu, sehingga timbullah penilaian yang buruk terhadap apa yang tengah dinilai karena kurangnya informasi yang terkumpul.

Prasangka ini pun bisa menimbulkan sikap seperti merendahkan, penilaian yang negatif, bahkan perasaan benci terhadap apa yang diprasangkai.

Dalam Islam juga banyak keterangan mengenai prasangka, salah satunya adalah dalam hadits Jami' At-Tirmidzi No. 1911 yang berbunyi,

ِبَِأ ْنَع ِجَرْعَْلْا ْنَع ِدَنَِّ زلا ِبَِأ ْنَع ُناَيْفُس اَنَ ثَّدَح َرَمُع ِبَِأ ُنْبا اَنَ ثَّدَح َّنَّظلا َّنِإَف َّنَّظلاَو ْمُكَّيِٰإ َلاَق َمَّلَسَو ِهْيَلَع َُّللّا ىَّلَص َِّللّا َلوُسَر َّنَأ َةَرْ يَرُه َلاَق ِثيِدَْلْا ُبَذْكَأ و َلاَق ٌحيِحَص ٌنَسَح ٌثيِدَح اَذَه ىَسيِع وُبَأ

19 Muhammad Rifqi Fachrian, Toleransi Antarumat Beragama dalam Al-Qur’an (Telaah Konsep Pendidikan Islam), (Depok: PT RajaGrafindo Persada, 2018), h.

87.

20 https://kbbi.web.id/prasangka (diakses pada tanggal 30 November 2021 00:35).

83

َلاَق َلاَق َناَيْفُس ِباَحْصَأ ِضْعَ ب ْنَع ُرُكْذَي ٍدْيَُحُ َنْب َدْبَع تْعَِسَ

ٌْثِْإ َوُه يِذَّلا ُّنَّظلا اَّمَأَف ٍْثِِْبِ َسْيَل ٌّنَظَو ٌْثِْإ ٌّنَظَف ِناَّنَظ ُّنَّظلا ُناَيْفُس ُّنُظَي يِذَّلاَف َلََو ُّنُظَي يِذَّلاَف ٍْثِِْبِ َسْيَل يِذَّلا ُّنَّظلا اَّمَأَو ِهِب ُمَّلَكَتَ يَو اًّنَظ

ِهِب ُمَّلَكَتَ ي

Artinya:

Telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Umar, telah menceritakan kepada kami Sufyan dari Abu Zinad dari Al A'raj dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

"Jauhilah oleh kalian prasangka, karena prasangka itu adalah ungkapan yang paling dusta." Abu Isa berkata;

Ini adalah hadits hasan shahih. Ia juga berkata; Dan aku mendengar Abda bin Humaid menyebutkan dari sebahagian sahabat Sufyan berkata, bahwa Sufyan berkata, "Prasangka itu ada dua, yaitu prasangka yang mengandung dosa dan prasangka yang tidak mengandung dosa. Yang mengandung dosa adalah seorang yang berprasangka buruk lalu ia membicarakannya. Sedangkan yang tidak mengandung dosa adalah seorang yang berprasangka, namun ia tidak membicarakannya." (HR. Tirmidzi: 1911).21

21 https://www.hadits.id/hadits/tirmidzi/1911 (diakses pada tanggal 30 November 2021 00:58).

84

Hadits ini mengatakan untuk kita menjauhi prasangka karena hal ini hanya akan membawa ucapan dusta yang membawa dosa di dalamnya. Namun prasangka itu sendiri bisa tidak membawa dosa apabila tidak dikatakan dan dibicarakan kepada orang lain. Al-Qur'an juga memerintahkan untuk saling menghormati, menyayangi, bersikap sopan santun, terhadap umat beragama lain, dan tolong menolong di dalam kebaikan.22

6. Scene 6 a. Denotasi

Gambar 5. 9 Habib Ja’far tertawa dengan candaannya

Gambar 5. 9 Habib Ja’far tertawa dengan candaannya