• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEMIOTIKA MAKNA TOLERANSI BERAGAMA DALAM VIDEO KENAPA & BAGAIMANA KITA BERSAMA MESKI TAK SAMA DI KANAL YOUTUBE JEDA NULIS. Skripsi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SEMIOTIKA MAKNA TOLERANSI BERAGAMA DALAM VIDEO KENAPA & BAGAIMANA KITA BERSAMA MESKI TAK SAMA DI KANAL YOUTUBE JEDA NULIS. Skripsi"

Copied!
124
0
0

Teks penuh

(1)

SEMIOTIKA MAKNA TOLERANSI BERAGAMA DALAM VIDEO KENAPA & BAGAIMANA KITA BERSAMA MESKI TAK SAMA DI KANAL YOUTUBE JEDA NULIS

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)

Oleh:

Muhamad Yunus Firmansyah NIM. 11170510000222

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF

HIDAYATULLAH JAKARTA 2022 M / 1443 H

(2)

SEMIOTIKA MAKNA TOLERANSI BERAGAMA DALAM VIDEO KENAPA & BAGAIMANA KITA BERSAMA MESKI TAK SAMA DI KANAL YOUTUBE JEDA NULIS

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)

Oleh:

Muhamad Yunus Firmansyah NIM. 11170510000222

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF

HIDAYATULLAH JAKARTA 2022 M / 1443 H

(3)

LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tanga di bawah ini:

Nama : Muhamad Yunus Firmansyah NIM : 11170510000222

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Semiotika Makna Toleransi Beragama dalam Video Kenapa &

Bagaimana Kita Bersama Meski Tak Sama di kanal YouTube Jeda Nulis adalah benar merupakan karya sendiri dan tidak melakukan kegiatan plagiat dalam penyusunannya. Adapun seluruh sumber yang saya jadikan sebagai bahan acuan telah saya cantumkan sesuai dengan standar ketentuan yang berlaku dalam ketentuan yang ada di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Tangerang, 22 Desember 2021

Muhamad Yunus Firmansyah

(4)

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

SEMIOTIKA MAKNA TOLERANSI BERAGAMA DALAM VIDEO KENAPA & BAGAIMANA KITA BERSAMA MESKI TAK SAMA DI KANAL YOUTUBE JEDA NULIS

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)

Oleh:

Muhamad Yunus Firmansyah NIM. 11170510000222

Pembimbing:

Zakaria. M. Ag.

NIP. 19720807 200312 1 003

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF

HIDAYATULLAH JAKARTA 2022 M / 1443 H

(5)

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi yang bejudul Semiotika Makna Toleransi Beragama dalam Video Kenapa & Bagaimana Kita Bersama Meski Tak Sama di kanal YouTube Jeda Nulis telah diujikan dalam sidang Munaqosyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus pada tanggal 2 Februari 2022. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial (S. Sos) dalam bidang Komunikasi dan Penyiaran Islam.

Tangerang, 2 Februari 2022

Tim Penguji Munaqasyah Tanggal Tanda Tangan Ketua

Dr. Armawati Arbi, M. Si.

NIP. 196502071991032002

2 Februari 2022 ____________

Sekretaris

Dr. H. Edi Amin, S.Ag., M.A.

NIP. 197609082009011010

2 Februari 2022 ____________

Penguji I

Drs. Sunandar, M.Ag.

NIP. 196206261994031002

2 Februari 2022 ____________

Penguji II

Dr. Abd. Rozak, M.A.

NIP. 196005091988031001

2 Februari 2022 ____________

Pembimbing Zakaria. M. Ag.

NIP. 19720807 200312 1 003

2 Februari 2022 ____________

(6)

ABSTRAK

Muhamad Yunus Firmansyah – 11170510000222

Semiotika Makna Toleransi Beragama dalam Video Kenapa

& Bagaimana Kita Bersama Meski Tak Sama di kanal YouTube Jeda Nulis

Video ‘Kenapa & Bagaimana Kita Bersama Meski Tak Sama?’ merupakan konten yang diunggah pada kanal YouTube

“Jeda Nulis” yang berisikan tentang toleransi dalam beragama.

Video yang di dalamnya ada Habib Ja’far, Pendeta Yerry, Tretan Muslim, dan Coki Pardede ini berisi tentang pembicaraan mereka berempat tentang apa saja yang telah mereka lakukan selama ini.

Mereka menceritakan tentang bagaimana hubungan mereka selama ini, apa saja hal yang mereka lakukan dan membicarakan tentang toleransi yang ada sekarang ini.

Peneliti menelaah video ini lebih dalam dengan melakukan penelitian untuk bisa menemukan makna denotasi, konotasi, mitos dan makna toleransi dalam beragama yang ada di dalam video

‘Kenapa & Bagaimana Kita Bersama Meski Tak Sama?’ yang diunggah pada kanal YouTube “Jeda Nulis.”

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan analisi semiotika Roland Barhtes yang mengembangkan semiotika dua tingkatan dan berfokus pada makna denotasi, konotasi, dan mitos. Dengan teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis diantaranya melalui studi pustaka, observasi, dan dokumentasi.

(7)

Dari hasil penelitian ini maka dapat di bahwa makna toleransi beragama yang terdapat pada enam scene di video

‘Kenapa & Bagaimana Kita Bersama Meski Tak Sama?’ ini diuraikan kedalam makna denotasi, konotasi, dan mitos dimasing- masing sceme-nya. Makna toleransi beragama pada enam scene di video ‘Kenapa & Bagaimana Kita Bersama Meski Tak Sama?”

adalah saling mengerti pada scene 2, scene 4, dan scene 5, menghormati keyakinan orang lain pada scene 3 dan scene 6, terakhir berbuat adil kepada siapapun pada scene 1 dan scene 3.

Kata Kunci : Analisis Semiotik, YouTube, Toleransi Beragama, Jeda Nulis, Habib Husein Ja’far Al Hadar.

(8)

i

KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji dan syukur penulis panjatkan atas berkat serta rahmat yang dikaruniakan Allah SWT. kepada peneliti atas ridho-Nya untuk menyelesaikan skripsi dengan judul Semiotika Makna Toleransi Beragama dalam Video Kenapa & Bagaimana Kita Bersama Meski Tak Sama? di kanal YouTube Jeda Nulis hingga selesai. Tidak lupa shalawat serta salam peneliti panjatkan atas kehadiran Nabi Muhammad SAW.

Dalam proses penyelesaian skripsi ini sendiri tentu tidak luput dari berbagai macam kesulitan dan tantangan yang peneliti hadapi baik itu datang dari dalam maupun luar, dan juga dari segi materi juga non-materi. Dengan penuh kesadaran, peneliti sadar dengan banyaknya pihak yang telah berkontribusi aktif dalam proses penyusunan hingga penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, peneliti ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc.

M.A.

2. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Suparto. M.Edm Ph.D; Wakil Dekan I Bidang Akademik, Dr. Siti Napsiyah, S. Ag. BSW. MSW; Wakil Dekan II Bidang Administrasi, Dr. Sihabudin Noor, M.Ag; serta

(9)

ii

Wakil Dekan II Bidang Kemahasiswaan, Cecep Castrawijaya, M.A.

3. Ketua Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam, Dr.

Armawati Arbi, M.Si. dan Sekretaris Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam, Dr. H. Edi Amin, S.Ag., M.A.

4. Dosen Pembimbing Akademik, Prof. Andi M. Faisal Bakti, M.A. yang telah bersedia menuntun dan memberikan masukkan dalam penulisan skripsi ini.

5. Dosen Pembimbing Skripsi, Zakaria, M. Ag. yang telah meluangkan waktunya selama bimbingan penyusunan skripsi ini hingga selesai.

6. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi memberikan banyak ilmu kepada peneliti selama masa perkuliahan.

7. Kepada kedua orang tua saya yang begitu saya sayangi dan hormati, Satiri dan Tasni. Atas segalanya yang telah kalian berikan dan korbankan selama ini untuk bisa membuat saya bisa sampai dititik ini dengan segala do’a dan harapan yang selalu mengiringi.

8. Kakak dan adik-adik tersayang, Firda Apriyani, Naswah Hafifah, dan Albi Syarah atas dukungannya selama penyusunan skripsi ini.

9. Kepada Teman “Kehidupan” yang terdiri dari Balyan Rabaz, Bayu Angga Setyawan, Muhamad Faisal Bahri, Hari Hidayat, Hanif Nur Pasha, Ikhwal Rizki, Ahmad Rifqi Arief, Irlan Istichori, dan Fakhrajad Kaffabihi yang selama

(10)

iii

ini hadir dalam perjalanan kuliah ini sebagai rekan berbagi rasa suka dan duka, dukungan moral dan materiil, dan menjadi tempat untuk tumbuh dan berkembang guna menghadapi kehidupan.

10. Kepada teman-teman “AyamSquad” yang terdiri dari I Made Bagus Mulia Juliarsa, M. Chaerul Adjie Putra Yunanto, Andiko Pradana, Nur Anisa Agustiana, dan Farah Alya Reiza yang telah menemani penulis dari sejak masih duduk di bangku SMA hingga sekarang.

11. Seluruh teman seperjuangan angkatan 2017 serta anggota dari KPI D yang telah memberi pengalaman dan cerita yang berkesan selama ini.

Peneliti memohon do’a atas segala kelancaran perjalanan selanjutnya yang akan dihadapi nanti, dan semoga skripsi ini bisa bermanfaat baik untuk penulis sendiri ataupun pihak lain yang membacanya.

Tangerang, 22 Desember 2021

Muhamad Yunus Firmansyah

(11)

iv DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 10

C. Batasan Masalah... 11

D. Rumusan Masalah ... 11

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 11

F. Review Kajian Terdahulu ... 12

G. Metode Penelitian... 15

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 22

A. Landasan Teori ... 22

B. Kajian Pustaka ... 28

C. Kerangka Berpikir ... 38

BAB III GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN ... 39

A. Profil Habib Husein Ja’far Al Hadar ... 39

B. Gambaran Umum Profil Jeda Nulis ... 41

C. Video Kenapa & Bagaimana Kita Bersama Meski Tak Sama di kanal YouTube Jeda Nulis ... 42

BAB IV DATA DAB TEMUAN PENELITIAN ... 46

A. Scene 1 ... 46

B. Scene 2 ... 48

C. Scene 3 ... 50

(12)

v

D. Scene 4 ... 52

E. Scene 5 ... 55

F. Scene 6 ... 57

BAB V PEMBAHASAN ... 60

A. Makna Denotasi, Konotasi, dan Mitos Toleransi Beragama dalam video Kenapa & Bagaimana Kita Bersama Meski Tak Sama di kanal YouTube Jeda Nulis ... 60

B. Makna Toleransi Beragama dalam video Kenapa & Bagaimana Kita Bersama Meski Tak Sama di kanal YouTube Jeda Nulis ... 89

BAB VI PENUTUP ... 95

A. Kesimpulan ... 95

B. Saran ... 98

DAFTAR PUSTAKA ... 100

LAMPIRAN ... 108

(13)

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3. 1 Husein Ja’far Al Hadar ... 39

Gambar 3. 2 Profil Kanal YouTube Jeda Nulis ... 41

Gambar 5. 1 Scene mereka tertawa ... 61

Gambar 5. 2 Pendeta Yerry menjawab pertanyaan ... 61

Gambar 5. 3 Habib Ja’far kembali bertanya ... 67

Gambar 5. 4 Pendeta Yerry menjawab pertanyaan Habib Ja’far 67 Gambar 5. 5 Tretan Muslim sedang bercerita ... 71

Gambar 5. 6 Habib Ja’far & Coki Pardede saling berpendapat .. 75

Gambar 5. 7 Coki Pardede menyampaikan pendapatnya kepada semua... 79

Gambar 5. 8 Coki Pardede bicara dengan gestur tangan ... 80

Gambar 5. 9 Habib Ja’far tertawa dengan candaannya ... 84

(14)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1 Kajian Terdahulu... 12

Tabel 2. 1 Peta Roland Barthes ... 25

Tabel 2. 2 Kerangka Berpikir ... 38

Tabel 4. 1 Scene 1 ... 46

Tabel 4. 2 Scene 2 ... 48

Tabel 4. 3 Scene 3 ... 50

Tabel 4. 4 Scene 4 ... 52

Tabel 4. 5 Scene 5 ... 55

Tabel 4. 6 Scene 6 ... 57

(15)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Allah SWT. menciptakam manusia sebagaimana mestinya dengan keberagaman individunya, mulai dari perbedaan jenis kelamin yang terbagi menjadi laki-laki dan perempuan, berbagai macam suku dan ras keturunan. Mereka tersebar ke seluruh penjuru bumi. Manusia sebagai makhluk Tuhan yang paling sempurna menciptakan kebudayaan mereka sendiri dan melestarikannya secara turun menurun.1 Berbagai bentuk kebudayaan yang memiliki ciri khas di tiap daerahnya, hingga pada keyakinan suatu kelompok dalam menganut suatu agama kepercayaannya. Allah SWT. berfirman dalam Al- Qur’an, surat Al-Hujurat ayat: 13.

َلِٕىۤاَبَ قَّو ابًْوُعُش ْمُكٓنْلَعَجَو ىٓثْ نُاَّو ٍرَكَذ ْنِ م ْمُكٓنْقَلَخ َّنَِّا ُساَّنلا اَهُّ يَآيٰ

ٌْيِبَخ ٌمْيِلَع َٓ للّا َّنِاۗ ْمُكىٓقْ تَا ِٓ للّا َدْنِع ْمُكَمَرْكَا َّنِا ۚ اْوُ فَراَعَ تِل

Artinya:

“Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar

1 Mahdayeni, Muhammad Roihan Alhaddad, dan Ahmad Syukri Saleh. (2019).

Manusia dan Kebudayaan (Manusia dan Sejarah Kebudayaan, Manusia dalam Keanekaragaman Budaya dan Peradaban, Manusia dan Sumber Penghidupan). Tadbir:

Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, v. 7, n. 2, h. 154.

Ahmad Zaini, Dakwah Melalui Internet, At-Tabsyir: Jurnal Komunikasi Penyiaran Islam, [S.l.], v. 1, n. 1, sep. 2015, h. 102.

(16)

2

kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa.

Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti” (Q.S Al- Hujurat ayat: 13).2

Ayat tersebut memaparkan bahwa manusia diciptakan dengan berbagai macam perbedaan, mulai dari jenis kelamin, bangsa dan suku untuk saling mengenal satu sama lainnya.

Dengan demikian, manusia dapat memperbaiki komunikasinya, baik vertikal maupun horizontal. Terkait dengan aspek vertikal kepercayaan, seperti kepercayaan kepada Tuhan, malaikat, nabi, kitab suci, hari kiamat, sholat lima waktu, dan sholat malam; lainnya berkaitan dengan unsur-unsur horizontal, seperti berbuat baik kepada manusia dan ciptaan Tuhan lainnya. Jadi, peduli pada orang lain, komitmen, kesabaran, memaafkan orang lain, mengendalikan emosi; menyadari dan menghindari kesalahan sebelumnya;

dan ketekunan untuk berprestasi, semua dianggap oleh Al- Qur'an sebagai tindakan dan nilai-nilai orang yang benar- benar saleh (muttaqun).3

Keberagaman ini pun juga hadir di Indonesia, sebagaimana kita ketahui bahwa negeri ini berdiri dengan landaskan semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang memiliki makna “berbeda-beda tetapi tetap satu jua.” Indonesia dengan

2 https://quran.kemenag.go.id/index.php/sura/49/13 (diakses pada tanggal 26 Maret 2021 15:10).

3 Andi Faisal Bakti, Good Deeds as Positive Actions in Nursi’s Work: Human Communication Perspective, 2017, h. 2.

(17)

3

sejarahnya yang panjang menceritakan bagaimana Nusantara merupakan sebuah tempat di mana berbagai macam ras suku, budaya dan juga agama hidup saling berdampingan. Dengan seboyan inilah, diharapkan Indonesia bisa terus berdiri dan menjunjung tinggi nilai kebersamaan dalam sebuah keberbedaan dan terhindar dari pertikaian dan permusuhan.

Demi mengabulkan harapan dari semboyan Bhinneka Tunggal Ika inilah diperlukan sebuah unsur yang perlu diterapkan oleh manusia dalam hidup bermasyarakat, yaitu nilai-nilai toleransi.

Toleransi merupakan elemen dasar yang dibutuhkan untuk menumbuhkembangkan sikap saling memahami dan menghargai perbedaan yang ada. 4 Orang-orang dapat mengagumi bagaimana keragaman ras dan budaya yang begitu luas berperan dalam menyatukan orang Indonesia dalam "negara-bangsa" yang dilambangkan dengan slogan Bhinneka Tunggal Ika.5

Namun sayangnya, nilai ini kerap luput dalam masyarakat dan menimbulkan ketidakharmonisan dikarenakan beberapa golongan menolak untuk menerima perbedaan dan menentangnya. Bahkan tidak jarang pertentangan ini menimbulkan retaknya kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia hingga melahirkan sebuah prasangka buruk antar kelompok yang membuat kelompok ini

4 Muhammad Rifqi Fachrian, Toleransi Antarumat Beragama dalam Al- Qur’an (Telaah Konsep Pendidikan Islam), (Depok: PT RajaGrafindo Persada, 2018), h.

21.

5 Andi Faisal Bakti, “Major Conflicts in Indonesia. How can Communication Contribute to a Solution?” Review of Human Factor Studies, v. 6, n. 2, des. 2000, h. 34.

(18)

4

saling memusuhi dan saling membenci. Faktanya, tindakan intoleran seperti kekerasan, intimidasi, penyerangan sebuah kelompok terhadap kelompok lain, bahkan terorisme telah menjadi laku dari bagian kelompok atau ormas.6 Dan kasus intoleransi di Indonesia paling kental terjadi pada ranah agama, baik intoleransi antar agama maupun intra agama, yang membuat masalah ini menjadi salah satu faktor perpecahan yang paling fatal di Indonesia. Dalam bermasyarakat, umat manusia perlu menerapkan konsep ketauhidan (kesatuan esensi, sifat dan ciptaan Tuhan yang diwujudkan melalui penghormatan kepada Sang Pencipta, umat manusia, dan lingkungan). Hanya dengan menerepakan masyarakat ini seseorang akan bisa disebut sebagai Muslim (yang aktif menegakan perdamaian). Itu adalah konsep yang dapat ditemukan di agama lain dan dapat diimplementasikan.7

Islam sebagai agama yang mengajarkan kasih sayang tentunya juga mengajarkan bagaimana manusina agar saling menyayangi seluruh makhluk hidup yang ada di muka bumi, bahkan dengan orang yang berbeda keyakinan dengannya.

Maka dari itu, apabila intoleransi terjadi di dalam agama kepercayaan, itu akan berlawanan dengan apa yang diajarkan dalam agama Islam, manusia hendaknya memberikan kasih sayang kepada seluruh makhluk. Oleh karena itu, kita sebagai

6 Zuhairi Misrawi, Pandangan Muslim Moderat, (Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2010), h. 9.

7 Andi Faisal Bakti, “Communication and Violence: Communicating Human Integrity Characteristics is Necessary for Horizontal Conflict Resolution in Indonesia,”

Identity, Culture, and Politics, v. 9, n. 1, jul. 2008, h. 100.

(19)

5

manusia sewajarnya juga hidup dengan penuh kasih sayang kepada seluruh makhluk hidup tanpa memandang golongan, suku ras, dan agama dengan menerapkan nilai-nilai toleransi dalam kehidupan bermasyarakat. Agar tidak terjadi konflik antarumat beragama, toleransi harus menjadi kesadaran kolektif seluruh kelompok masyarakat.8

Salah satu cara untuk mengingatkan umat Islam tentang nilai-nilai toleransi adalah melalui metode dakwah.

Sebagaimana firman Allah SWT. dalam Al-Qur’an, surat Al- Imran ayat: 104.

ۗ ِرَكْنُمْلا ِنَع َنْوَهْ نَ يَو ِفْوُرْعَمْلِبً َنْوُرُمَْيََو ِْيَْلْا َلَِا َنْوُعْدَّي ٌةَّمُا ْمُكْنِ م ْنُكَتْلَو َنْوُحِلْفُمْلا ُمُه َكِٕى ۤ

ٓلوُاَو

Artinya:

“Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang- orang yang beruntung” (Q.S. Ali Imron: 104).9

Ayat tersebut memerintahkan umat Islam untuk berdakwah menyerukan kebaikan dan mencegah perbuatan mungkar yang ada. Karenanya, dakwah toleransi demi

8 Muhammad Rifqi Fachrian, Toleransi Antarumat Beragama dalam Al- Qur’an (Telaah Konsep Pendidikan Islam), (Depok: PT RajaGrafindo Persada, 2018), h.

21.

9 https://quran.kemenag.go.id/sura/3/104 (diakses pada tanggal 26 Maret 2021 15:25).

(20)

6

kebaikan akan membawa berkah dan keberuntungan karena dapat mempersatukan dan menjaga keharmonisan sesama manusia.

Saat ini, dakwah telah berkembang mengikuti zaman, mulai dari cara menyampaikan, alat bantu yang digunakan, hingga tempat melakukan dakwah itu sendiri. Salah satu contohnya adalah dakwah sekarang ini tidak terbatas pada tempat yang perlu didatangi secara langsung untuk memaparkan dakwah kepada mad’u, Dengan bantuan teknologi sekarang, siapapun bisa menyebarkan informasi apapun di mana saja dan kapan saja, dan dakwah termasuk di dalamnya. Hingga sampai pada era perkembangan teknologi sekarang, setiap orang tidak harus berdakwah seperti layaknya seorang penceramah atau mubaligh, karena dakwah bisa dilakukan di mana saja dan oleh siapa saja yang terpenting semua dilakukan dengan tujuan utama yaitu amar ma’ruf dan nahi munkar.10

Para dai agar pesan-pesan dakwahnya sampai kepada mitra dakwahnya maka harus menggunakan berbagai macam media dakwah (washilah) yang dapat digunakan, baik media visual maupun audiovisual. 11 Dengan memanfaatkan teknologi di bidang informasi, dakwah dapat disebarkan dengan lebih luas lagi tanpa terbatas pada jarak dan waktu.

10 Aripudin, Pengembangan Metode Dakwah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011), h. 4.

11 Ahmad Zaini, Dakwah Melalui Internet, At-Tabsyir: Jurnal Komunikasi Penyiaran Islam, [S.l.], v. 1, n. 1, sep. 2015, h. 95.

(21)

7

Dengan berkembangnya teknologi ini orang lain bisa bertukar informasi antar kota, antar negara bahkan antar benua sekalipun.12 Salah satu teknologi yang bisa digunakan untuk membantu dalam proses dakwah ialah Internet. Internet sebagai salah satu media massa yang memiliki jangkauan yang luas dan mendunia dapat digunakan sebagai media penyampaian pesan yang cepat dan efektif, termasuk pesan- pesan dakwah.13

Dengan bantuan dari Internet, seseorang bisa menggunakan media sosial YouTube untuk mencari berbagai informasi. Dengan kelebihannya, kita bisa memberikan dan menerima informasi dalam bentuk audio dan visual membuat media sosial ini menjadi pilihan hiburan yang paling diminati di Indonesia bahkan di seluruh dunia. Pemanfaatan media sosial dalam kegiatan keagamaan termasuk dakwah sangat penting. Media sosial populer mencakup Facebook, Instagram dan Twitter dan YouTube. Keempat media sosial ini merupakan kemajuan di dunia teknologi informasi.14 Dengan kelebihan inilah banyak pihak yang menyebarkan dakwahnya di media YouTube. Dengan berbagai berbagai bentuk, cara dan tema dakwah yang ada, berbagai macam kanal YouTube dakwah tersebar di Internet, salah satunya adalah kanal

12 Ricky Brilianto, Panduan Praktis Internet Plus, (Jakarta: Puspa Swara, 2007), h. 2.

13 Ahmad Zaini, Dakwah Melalui Internet, At-Tabsyir: Jurnal Komunikasi Penyiaran Islam, [S.l.], v. 1, n. 1, sep. 2015, h. 102.

14 Imam Suprabowo, Ustaz Populer di Indonesia Kajian tentang Brand di Media Sosial, (Disertasi Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2020), h. 2.

(22)

8

YouTube miliki Husein Ja’far Al Hadar atau yang lebih dikenal dengan sebutan Habib Ja’far.

Habib Ja’far adalah seorang da’i dan penulis buku, beliau juga menyebarkan dakwahnya melalui kanal YouTube- nya dengan nama “Jeda Nulis” yang aktif dalam membuat konten sejak tahun 2018. Dengan gaya dakwahnya yang bak anak muda dan menanggapi berbagai candaan anak muda dalam permasalahan agama dan memberi penjelasan dengan benar membuat dakwahnya digemari oleh kalangan anak muda. Karena tujuan utamanya adalah menyasar anak-anak muda yang dekat dengan dunia digital, maka Habib Husein memilih media sosial sebagai media dakwahnya.15 Berbagai macam dakwah telah dia sebarkan di dalam kanalnya, mulai dari membahas tentang akhlak, akidah, budaya, dan lain- lainya.

Dari berbagai konten yang Habib Ja’far telah buat, terdapat konten dakwah beliau yang mengangkat masalah toleransi, baiki itu toleransi antar agama maupun toleransi intra agama. Salah satu keunikan dari konten yang ada di kanal

“Jeda Nulis” dalam mengangkat masalah toleransi, antar agama khususnya, Habib Ja’far bertukar pikiran dan berdisukusi dalam tema konten tersebut dengan seorang sosok Pendeta dari agama Kristen, Pendeta Yerry Pattinasarany dan

15 Ayun Masfupah, "Dakwah Digital Habib Husein Ja’far Al Hadar." Jurnal Dakwah, v. 20, n. 2, 2019, h. 253.

(23)

9

juga sosok dari seorang Agnostik yaitu Reza Pardede atau yang akrab dikenal dengan sebutan Coki Pardede.

Habib Ja’far yang santai dan menerapkan gaya anak muda dalam dakwahnya memberikan angin segar dalam dakwah toleransi yang beliau usung. Tutur kata dan nada bicaranya cenderung lembut. Tak lantang dan meledak-ledak.

Senyum lebar selalu menghiasi wajah setiap menyelesaikan ucapannya. Habib Husein Ja'far Al Hadar mungkin salah satu habib yang berpenampilan beda dengan beberapa habib yang malang melintang berdakwah di depan publik.16 Walau duduk bersama dengan sosok yang berbeda keyakinan dengannya, konten yang tersebut tetaplah memberikan pesan dakwah yang bermakna tanpa membuat perbedaan itu menjadi sesuatu yang salah. Justru konten toleransi dari Jeda Nulis ini membuka cakrawala dari makna berbeda dalam keberagaman dan membuka pandangan yang selama ini salah di mata khalayak umum tentang perbedaan yang ada di suatu kelompok yang berbeda. Rasulullah SAW mendidik umat Islam agar berakhlak dengan penuh cinta. Akhlak kebajikan hendaknya ditunjukkan, sekalipun kepada orang-orang yang tidak menyukai kita.17

16 https://news.detik.com/x/detail/intermeso/20190601/Dakwah-Digital-Sang- Habib-Muda/ (diakses pada tanggal 27 Juni 2021 23:57).

17 Muhammad Haris Fiardhi, "PERAN DAKWAHTAINMENT AKUN CHANNEL YOUTUBE JEDA NULIS TERHADAP PEMUDA TERSESAT OLEH HABIB HUSEIN JA’FAR." Jurnal Riset Mahasiswa Dakwah dan Komunikasi, v. 3, n.

2, mei. 2021, h. 83.

(24)

10

Di sini penulis akan meneliti salah satu video di kanal YouTube “Jeda Nulis” dengan judul ‘Kenapa & Bagaimana Kita Bersama Meski Tak Sama?’ Di dalam video ini, Habib Ja’far membagikan cerita tentang bagaimana dirinya bisa mengenal Coki Pardede, Tretan Muslim dan Pendeta Yerry.

Apa saja yang telah mereka lakukan dalam menyebarkan pesan toleransi, dan apa saja yang telah mereka hadapi dalam proses penyebaran pesan toleransi yang mereka tengah kerjakan.

Oleh karena dasar alas an tersebut penulis bertujuan untuk melakukan penelitian mengenai “Semiotika Makna Toleransi Beragama dalam Video Kenapa & Bagaimana Kita Bersama Meski Tak Sama di kanal YouTube Jeda Nulis.”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, peneliti dapat mengidetifikasi masalah sebagai berikut:

1. Maraknya intoleransi yang terjadi diantara penganut agama.

2. Berlarut-larutnya konflik intoleransi beragama hingga membuatnya cukup sulit untuk ditangani.

3. Rusaknya kesatuan dan persatuan masyarakat yang diakibatkan oleh intoleransi beragama.

(25)

11 C. Batasan Masalah

Merujuk pada identifikasi masalah yang telah penulis jabarkan di atas, maka penulis membatasi penelitian pada:

1. Pesan tanda atau simbol yang mengandung aspek toleransi agama yang ada pada video ‘Kenapa & Bagaimana Kita Bersama Meski Tak Sama?’ di kanal YouTube “Jeda Nulis.” Menggunakan analisis semiotik model Roland Barthes.

2. Penelitian ini dilakukan melalui media internet dengan menggunakan situs resmi https://www.youtube.com/

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan batasan masalah di atas, maka perumusan masalah utama penelitian ini adalah:

1. Seperti apa bentuk denotasi, konotasi dan mitos toleransi beragama dalam video ini?

2. Apa makna toleransi beragama dalam video ini?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pemikiran dan rumusan permasalahan di atas, penelitian ini secara spesifik bertujuan untuk mengetahui makna tersurat dan tersirat yang terdapat dalam video ‘Kenapa & Bagaimana Kita Bersama Meski Tak Sama?’ di kanal YouTube “Jeda Nulis.”

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini, ditinjau dari segi akademis dan praktis adalah sebagai berikut:

(26)

12 a. Segi Akademis

Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi yang bermanfaat dalam khazanah keilmuan terutama di bidang dakwah melalui media sosial, khususnya tentang penelitian analisis semiotika video dakwah.

b. Segi Praktis

Penelitian ini bisa dijadikan masukan dan saran dalam membuat konten dakwah di media YouTube dengan pendekatan dakwah toleransi dalam beragama. Hal ini juga dapat menambah wawasan bagi para praktisi komunikasi dan dakwah tentang pentingnya menyampaikan nilai-nilai toleransi beragama di tengah keberagaman masyarakat Indonesia yang hidup dalam berbagai kelompok ras, budaya dan kepercayaan.

F. Review Kajian Terdahulu

Sebagai bahan komparasi pada penelitian ini, maka penulis mengkaji melalui beberapa hasil penelitian terdahulu.

Adapun beberapa kajian adalah sebagai berikut;

Tabel 1. 1 Kajian Terdahulu No Nama Peneliti,

Tahun & Judul Persamaan

Perbedaan Terdahulu Sekarang 1. Ahmad

Sopyan

Penelitian ini menggunakan

Subjek yang

Subjek yang

(27)

13 Asauri,

“Analisis Semiotika Makna Toleransi Agama Dalam Film Hujan Bulan Juni”

Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam,

Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Tahun 2019.18

teori semiotika dengan analisis dari Roland Barthes.

diteliti ialah film dengan judul

“Hujan Bulan Juni”

karya karya Reny Nurcahyo Hestu Saputra.

diteliti ialah video YouTube dengan judul

“Kenapa

&

Bagaimana Kita Bersama Meski Tak Sama?’ di kanal YouTube

“Jeda Nulis”

2. Akmad Fauzi,

“Analisis Semiotika

Objek

penelitiannya yaitu

Subjek yang diteliti

Subjek yang diteliti

18 Ahmad Sopyan Asauri, Analisis Semiotika Makna Toleransi Agama Dalam Film Hujan Bulan Juni, (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2019).

(28)

14 Toleransi

Beragama Dalam Film PK

(PEEKAY)”

Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam,

Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Tahun 2020.19

Toleransi Beragama.

ialah film dengan judul

“PK”

karya Rajhumar Hirani.

ialah video YouTube dengan judul

‘Kenapa &

Bagaimana Kita Bersama Meski Tak Sama?’ di kanal YouTube

“Jeda Nulis”

3. Anzen Bhilla Setya,

“Analisis Semiotika Pesan Dakwah dalam Video

Media yang digunakan yaitu melalui YouTube.

Objek yang diteliti yaitu pesan dakwah yang

Objek yang diteliti yaitu toleransi beragama yang

19 Akmad Fauzi, Analisis Semiotika Toleransi Beragama Dalam Film PK (PEEKAY), (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2020).

(29)

15 Kan Kan

Challenge di Youtube the Sungkars Family”

Program Studi Komunikasi Penyiran Islam,

Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Tahun 2020.20

terdapat pada video

‘Kan Kan Challenge’

di Youtube the

Sungkars Family.

terdapat pada video

‘Kenapa &

Bagaimana Kita Bersama Meski Tak Sama?’ di kanal YouTube

“Jeda Nulis”

G. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Menurut Imam Gunawan kualitatif analisis proses yaitu, “proses berpikir secara induktif yang berkaitan dengan dinamika hubungan antarfenomena yang diamati, dan senantiasi menggunakan logika ilmiah serta

20 Anzen Bhilla Setya, Analisis Semiotika Pesan Dakwah dalam Video Kan Kan Challenge di Youtube the Sungkars Family, (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2020).

(30)

16

menekankan pada kedalaman berpikir formal dari penulis dalam menjawab permasalahan yang dihadapi.”21

2. Paradigma Penelitian

Bogdan dan Biklen, menjelaskan bahwa

“paradigma merupakan kumpulan longgar yang berkaitan dengan asumsi yang secara logis dianut bersama, konsep, atau proposisi yang mengarahkan cara berpikir dan cara penelitian.”22

Peneliti menggunakan paradigma konstruktivis sebagai alur dalam membentuk kerangka berpikir. Menurut Maryaeni, “paradigma ini memahami realitas berdasarkan pemahaman. Paradigma konstruktivis berusaha memahami dan mengkonstruksikan sesuatu yang menjadi pemahaman subjek yang akan diteliti.”23

Peneliti harus mendapatkan data yang diperlukan melalui observasi dengan cara melakukan pengamatan pada video ‘Kenapa & Bagaimana Kita Bersama Meski Tak Sama?’ di kanal YouTube “Jeda Nulis.” Tidak hanya dilakukan observasi, namun dalam pengungkapan data juga dilakukan melalui wawancara mendalam terhadap sosok yang terlibat di dalam video tersebut.

21 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik, (Jakarta:

Bumi Aksara, 2013), h. 80.

22 Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif dalam Persepektif Rancangan Penelitian, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2016), h. 36.

23 Maryaeni, Metode Penelitian Budaya (Jakarta: Bumi Akasara, 2005), cet. Ke 1, h. 7.

(31)

17 3. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah video ‘Kenapa &

Bagaimana Kita Bersama Meski Tak Sama?’ di kanal YouTube “Jeda Nulis.” Dan objek penelitian ini adalah adegan serta narasi yang menandakan pesan toleransi beragama dalam video ‘Kenapa & Bagaimana Kita Bersama Meski Tak Sama?’ di kanal YouTube “Jeda Nulis.”

4. Teknik Pengumpulan Data a. Studi Pustaka

Studi Pustaka bertujuan untuk pengumpulan informasi sebagai data teoritis dari berbagai literature keilmuan yang bersangkutan. Kegiatan yang dilakukan yaitu dengan mengkaji dan menganalisis literatur yang diperoleh sehingga dapat memberikan pencerahan berupa informasi, inspirasi, dan data-data untuk penulis teliti. Studi Pustaka dalam penelitian ini adalah buku literatur, jurnal, dan internet yang terkait dengan toleransi beragama dan penelitian semiotik.

b. Observasi

Observasi adalah “kegiatan yang paling utama serta teknik penelitian ilmiah yang penting karena pengumpulan teknik ini berguna dalam menjelaskan dan merincikan gejala yang terjadi.” 24 Observasi adalah “metode pengumpulan data yang digunakan

24 Jalaludin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), cet. ke-13, h. 83.

(32)

18

untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan.”25

Dalam teknik ini, observasi yang dilakukan oleh peneliti yaitu menonton dan melakukan pengamatan dengan teliti terhadap terhadap scene yang mengandung toleransi beragama. Pengamatan dilakukan langsung pada video “Kenapa &

Bagaimana Kita Bersama Meski Tak Sama?” di kanal YouTube “Jeda Nulis” yang berdurasi 49 menit 51 detik, maka peneliti diharuskan untu menyortir scene yang mungkin tidak diperlukan.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data yang digunakan dalam metodelogi penelitian sosial dengan data dokumentasi berbentuk; Monumen, artefak, foto, tape, mikrofilm, disc, CD, harddisk, flashdisk dan sebagainya.26 Dengan metode ini penulis mengumpulkan data dari dokumen yang telah ada yaitu video “Kenapa & Bagaimana Kita Bersama Meski Tak Sama?” di kanal YouTube “Jeda Nulis.”

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dokumentasi berupa screenshot dari enam scene yang mengandung toleransi beragama yang bersumber langsung dari video ‘Kenapa & Bagaimana Kita

25 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif; Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, Dan Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 118.

26 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif; Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, Dan Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 124.

(33)

19

Bersama Meski Tak Sama?’ buku, jurnal atau internet mengenai data yang diperlukan untuk kebutuhan penelitian.

5. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data kualitatif, menggunakan teori Miles dan Huberman yaitu interactive model,27 yang terdiri dari tiga komponen:

a. Reduksi data (data reduction)

Dalam tahap ini, peneliti memulai dengan menonton video ‘Kenapa & Bagaimana Kita Bersama Meski Tak Sama?’ yang ada di kanal YouTube “Jeda Nulis” yang kemudian peneliti meneliti adegan-adegan yang berhubungan dan menandakan makna pesan toleransi beragama. Selain itu peneliti mencari dan mengambil bahan-bahan data dari buku dan sumber lain yang bersangkutan dengan penelitian.

b. Penyajian data (data display)

Komponen kedua yaitu penyajian data (data display) melibatkan langkah-langkah mengorganisasikan data, yakni menjalin (kelompok) data yang satu dengan (kelompok) data yang lain sehingga seluruh data yang dianalisis benar-benar dilibatkan dalam satu kesatuan.

Peneliti dalam tahap ini berusaha mengaitkan dan mengorganisasikan seluruh sajian data yang telah

27 Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, (Yogyakarta: Lkis, 2007). h. 104.

(34)

20

direduksi dan dipilih sesuai dengan kerangka teori yang digunakan.

c. Penarikan serta pengujian kesimpulan (drawing and verifying conclusions)

Dalam tahapan terkahir ini, peniliti mengonfirmasi, mempertajam, atau merevisi kesimpulan-kesimpulan yang telah dibuat untuk sampai pada kesimpulan final berupa proposisi-proposisi ilmiah mengenai gejala atau realitas yang diteliti.

6. Sistematika Penulisan

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis membagi sistem penulisan dalam penelitian ini dalam enam bab, yang secara lebih rinci dijelaskan sebagai berikut:

Penulis memulai dengan Bab Pendahuluan sebagai Bab I. Bab ini berisikan tentang latara belakang masalah, indentifikasi masalah, batasan dan rumusan masah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan Pustaka dan sistem penulisan.

Adapun Landasan Teori sebagai bagian dari Bab II.

Bab ini berisikan tentang penjelasan dari konsep dan teori yang akan digunakan dalam penelitian ini.

Sebagai Bab III, yaitu Gambaran Umum Latar Belakang. Bab ini berisikan tentang paradigma penelitian, pendekatan penelitian, metode penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, gambaran umum

(35)

21

dari kanal YouTube Jeda Nulis dan biografis pemilik channel Jeda Nulis, Husein Ja’far Al Hadar.

Sebagai Bab IV merupakan Data dan Temuan Penelitian. Bab ini berisikan hasil dari temuan data dari video yang akan dianalisis kemudian dipaparkan secara deskriptif.

Sebagai analisanya maka Bab V berisikan hasil analisa dari apa yang telah ditemukan pada Bab sebelumnya dengan menerapkan perspektif dari teori semiotika Roland Barthes untuk menemukan makna toleransi beragama.

Akhirnya sebagai Bab Penutup, bab ini akan berisikan kesimpulan dan saran dari penelitian dan penyusunan skripsi ini.

(36)

22 BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori

1. Pengertian Semiotika

Menurut Alex Sobur, semiotika secara etimologis

“berasal dari kata Yunani "Semion" yang berarti "tanda".

Tanda itu didefinisikan sebagai sesuatu yang atas dasar konversi sosial yang terbangun sebelumnya, dapat mewakili sesuatu yang lain.” Dan secara terminologis,

“semiotika dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa, dan seluruh kebudayaan sebagai tanda.”1

Semiotika adalah ilmu yang mempelajari tentang tanda fenomena sosial-budaya, termasuk sastra sebagai sistem tanda. Tanda-tanda yang dimaksud memiliki suatu makna informasi sehingga bersifat komunikatif. Cabang ilmu ini, semula berkembang di bidang bahasa, kemudian berkembang pula dalam bidang seni rupa dan desain komunikasi visual.2

Tanda atau sign, adalah sesuatu yang berarti sesuatu yang lain. Lahir secara alamiah dalam kehidupan sosial manusia, tanda merupakan sarana komunikasi, yang dibentuk untuk berkomunikasi. Tanda-tanda itu dapat

1 Alex Sobur. Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisi Wacana, Analisis Semiotik, Analisis Framing. (Bandung. Remaja Rosdakarya, 2006), h. 123.

2 Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual, (Yogyakarta: Jalasutra, 2013), h.16.

(37)

23

berupa tanda yang diindera, baik berupa bunyi, tanda visual yang dapat dilihat, diraba, dirasakan dan dicium baunya.

Bentuknya bisa sangat sederhana sampai rumit, bergantung dari teks dan konteks yang dikomunikasikan.3

Tanda memiliki arti khusus, “mengacu pada konteks sosial dan budaya di mana semua tanda digunakan agar kita memperoleh signifikasi atau makna tertentu.”

Bahasa dan sistem simbolis lainnya seperti musik dan gambar “disebut sistem tanda, karena mereka diatur, dipelajari, dan ditularkan berdasarkan aturan dan konvensi bersama oleh suatu masyarakat.”4 Tanda-tanda adalah basis dari keseluruhan komunikasi. Melalui tanda-tanda,

“manusia dapat melakukan komunikasi dengan sesama mengenai banyak hal yang ada di dunia.”5

Sistem semiotika inilah “yang membentuk dan membangun representasi mental, dan dari representasi mental inilah individu membuat klarifikasi atau kategori terhadap segala sesuatu yang bersifat artifisial yang ditangkap indera dari lingkungan dunia atau eksternal.”

Sesungguhnya semiotika itu “dibentuk oleh kata-kata yang berbasis pada ikon yang telah dikategorisasi, karena itu

3 Adrian Darmawan, Analisis Semiotika Makna Sabar dan Syukur dalam Film Gadis di Ruang Tunggu karya Catherine Sharon Granier, (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017), h. 14.

4 Alo Liliweri, Komunikasi Serba Ada Serba Makna, (Jakarta: Prenada Media Group, 2011), h. 345.

5 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), h. 15.

(38)

24

pula sebenarnya setiap sistem kognitif mewakili ikon dari objek tertentu.”6

2. Semiotika Roland Barthes

Roland Barthes lahir di Cherbourg pada tahun 1915, dibesarkan dari keluarga kelas menengah Protestan di dua kota di Prancis, yaitu Paris dan Bayonne, sebuah kota kecil dekat pantai Atlantik di sebelah barat daya Prancis.7 Barthes dikenal sebagai salah satu pemikir strukturalis yang rajin memprakktikan model linguistik dan semiologi dari Saussurean. Roland berpendapat bahwa bahasa adalah sebuah sistem tanda yang mencerminkan asumsi- asumsi dari suatu masyarakat tertentu dan waktu tertentu juga.8

Roland Barthes membuat sebuah model sistematis dalam menganalisis makna dari tanda-tanda. Fokus perhatian Barthes lebih tertuju kepada gagasan tentang signifikasi dua tahap (Two order of signification) Barthes ini terdiri atas first order of signification yaitu denotasi, dan second order of signification yaitu konotasi.9

6 Alo Liliweri, Komunikasi Serba Ada Serba Makna, (Jakarta: Prenada Media Group, 2011), h. 346.

7 Dadan Rusmana, Filsafat Semiotika Paradigma, Teori, dan Metode Iterpretasi Tanda: dari Semiotika Struktural Hingga Dekonstruksi Praktis, (Bandung, Pustaka Setia, 2014), h. 181.

8 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), h. 63.

9 M. Antonius Birowo, M.A, Metode Penelitian Komunikasi, (Yogyakarta:

Gitanyali, 2004), h. 56.

(39)

25 Tabel 2. 1 Peta Roland Barthes

1. Signifer (Penanda)

2. Signified (Petanda) 3. Denotative Sign

(Tanda Denotatif) 4. CONNOTATIVE

SIGNIFIER

(PENANDA KONOTATIF)

5. CONNOTATIVE SIGNIFIED (PETANDA KONOTATIF) 6. CONNOTATIVE SIGN (TANDA

KONOTATIF)

Dari peta Barthes di atas terlihat bahwa “tanda denotatif (3) terdiri atas petanda (1) dan petanda (2).

Akan tetapi, pada saat bersamaan tanda denotatif adalah juga tanda konotatif (4).” Dengan kata lain, hal tersebut merupakan unsur material: jika anda mengenal kata

“singa,” barulah konotasi seperti harga diri, kegarangan dan keberanian menjadi mungkin.10

Makna denotasi adalah “makna bersifat langsung yaitu makna khusus yang terdapat dalam sebuah tanda, yang pada intinya disebut sebagai gambaran sebuah petanda.” Sedangkan makna konotasi akan sedikit berbeda dan dapat dihubungkan dengan “kebudayaan

10 Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik dan Analisis Framing, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), h. 69.

(40)

26

yang tersirat dalam pembungkusnya tentang makna yang terkandung di dalamnya.”11

Konotasi mempunyai makna yang “subjektif”

atau paling tidak “intersubjektif.” Dengan demikian,

“denotasi adalah apa yang digambarkan tanda terhadap sebuah objek, sedangkan makna konotasi adalah bagaimana cara menggambarkannya.”12 Dengan kata lain, “konotasi adalah makna yang dapat menghasilkan makna lapis kedua yang bersifat implisit, tersembunyi atau makna konotatif yang mengacu pada makna yang menempel pada kata karena sejarah pemakaiannya.”13

Makna denotasi sering juga disebut “makna dasar, makna asli atau makna pusat.” Sedangkan makna konotasi disebut sebagai “makna tambahan.” Makna denotasi adalah “makna kata atau kelompok kata yang didasarkan atas penunjukan yang lugas pada sesuatu di luar bahasa atau yang didasarkan atas konvensi tertentu dan sifatnya objektif.” Sementara, “makna konotasi diartikan sebagai aspek makna sebuah kata yang

11 Arthur Asa Berger, Tanda-Tanda dalam Kebudayan Kontemporer, (Yogya:

Tiara Wacana Yogya, 2000), h. 55.

12 Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi: Aplikasi Praktis Bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013), h. 21-22.

13 Dadan Rusmana, Filsafat Semiotika Paradigma, Teori, dan Metode Iterpretasi Tanda: dari Semiotika Struktural hingga Dekonstruksi Praktis, (Bandung, Pustaka Setia, 2014), h. 201.

(41)

27

didasarkan atas perasaan atau pikiran yang ditimbulkan pembicara (penulis) dan pendengar (pembaca).”14

Semiologi Barthes mengacu pada Saussure dengan menyelidiki hubungan antara penanda dan petanda, tidak hanya sampai di situ, Barthes juga melihat aspek lain dari penandaan yaitu mitos. Mitos menurut Barthes terletak pada “tingkat kedua penandaan, jadi setelah terbentuk sistem tanda-penanda maka tanda tersebut akan menjadi penanda baru yang kemudian memiliki petanda kedua dan membentuk tanda baru.”

Jadi, “setelah terbentuk tanda-penanda-petanda, tanda tersebut akan menjadi petanda baru yang kemudian memiliki pertanda kedua dan membentuk tanda baru.”15

Menurut Syaiful Halim, “mitos secara umum memiliki arti sebagai sebuah cerita yang bertindak sebagai pemandu simbolis atau peta makna dan signifikasi dalam alam semesta.”16 Sedangkan bagi Pawito, “mitos berfungsi sebagai perubahan bentuk dari lambang-lambang yang kemudian menghadirkan makna-makna tertentu dengan berpijak pada nilai-nilai sejarah dan budaya masyarakat.”17

14 Akhmad Muzzaki, Kontribusi Semiotika dalam Memahami Bahasa Agama, (Malang: UIN Malang Press,2007), h. 44.

15 Tommy Cristomy dan Untung Yuwono (ed.), Semiotika Budaya, (Jakarta:

PPKB-LPUI, 2004), h. 94.

16 Syaiful Halim, Semiotika Dokumenter: Membongkar Dekonstruksi Mitos Dalam Media Dokumenter, (Yogyakarta: Deepublish, 2017), h. 85.

17 Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, (Yogyakarta: LKIS Yogyakarta, 2007), h. 164.

(42)

28

Roland Barthes memandang “mitos adalah bahasa atau sebuah sistem komunikasi dan mitos merupakan sebuah pesan dan sebagai produk kelas sosial yang berkuasa.”18Menurut Nawiro Vera, “mitos ditentukan oleh bagaimana cara objek menyampaikan pesan itu sendiri. Mitos memiliki landasan, historis baik mitos kuno maupun yang tidak kuno, karena dipilih oleh sejarah bukan dari hakikat tertentu.”19

B. Kajian Pustaka

1. Tinjauan Umum tentang Toleransi

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia,

“toleransi berasal dari kata “toleran” (Inggris: tolerance;

Arab: tasamuh) yang berarti batas ukur untuk penambahan atau pengurangan yang masih diperbolehkan.”20 Secara etimologi, “toleransi adalah kesabaran, ketahanan emosional, dan kelapangan dada.”

Sedangkan menurut istilah (terminologi), “toleransi yaitu bersifat atau bersikap menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, dsb) yang berbeda dan atau yang bertentangan dengan pendiriannya.”21

18 Roland Barthes, Mitologi, terj. Nurhadi, (Yogyakarta: Kreasi Wacana Yogyakarta, 2004), h. 153.

19 Nawiroh Vera, Semiotika dalam Riset Komunikasi, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2004), h. 28.

20 Hasan Alwi, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Balai Pustaka, 2001), h.87.

21 Siti Aminah, Merajut Ukhuwah Islamiyah dalam Keanekaragaman Budaya dan Toleransi Antar Agama, Jurnal Cendekia, v. 13, n. 1, jan. 2015, h. 52.

(43)

29

Menurut Victor I. Tanja, “toleransi berarti endurance atau ketabahan, yang bukan hanya menunjuk pada sikap membiarkan orang lain hidup di sekitar kita tanpa larangan dan penganiayaan.” Toleransi dalam artian seperti ini, khususnya di bidang agama,

“menunjuk pada kerelaan dan kesediaan untuk memasuki dan memberlakukan agama lain dengan penuh hormat dalam suatu dialog dengan orang lain secara terus menerus tanpa perlu dipengaruhi oleh pendapat lain dalam dialog tersebut.”22

Dari kajian tersebut, toleransi mengarah pada sikap seseorang untuk bisa terbuka dan mau mengakui adanya keberbedaan, baik itu perbedaan dalam ras, suku, bangsa, bahasa, adat-istiadat, budaya dan agama. Hal ini telah menjadi fitrah dan sunnatullah hukum alam.

Menurut Githarama Mahardhika, “walau dengan menganut pemahaman toleransi dalam beragama, bukan berarti seseorang dengan bebas boleh menganut suatu agama tertentu dan di suatu saat dirinya berpindah menganut agama lainnya.” Atau dengan bebasnya seseorang mengikuti ibadah dan ritual keagamaan semua agama kepercayaan tanpa ada peraturan yang mengikat. Akan tetapi menurut Githarama Mahardhika,

“toleransi beragama yang dimaksud adalah sebuah

22 Victor I. Tanja. Pluralisme Agama dan Problematika Sosial. Diskursus Teologi tentang Isu-Isu Kontemporer. (Jakarta: PT. Pustaka CIDESINDO, 1998)

(44)

30

bentuk pengakuan akan adanya agama-agama lain selain agama yang tengah dianut dengan segala bentuk aturan kepercayaan dan memberikan kebebasan untuk menjalankan keyakinan agama masing-masing.”23

Jalinan persaudaraan dan toleransi antar umat beragama sama sekali tidak dilarang dalam Islam, selama masih dalam ranah kemanusiaan dan tiap pihaknya saling menghormati masing-masing haknya.

Sebagaimana firman Allah SWT. dalam surat Al- Mumtahanah ayat 8.

ْمُكوُلِتاَقُ ي َْلَ َنيِذَّلا ِنَع َُّللّا ُمُكاَهْ نَ ي َلَ

ْنِم ْمُكوُجِرُْيُ َْلََو ِنيِ دلا ِفِ

َيِطِسْقُمْلا ُّبُِيُ ََّللّا َّنِإ ۚ ْمِهْيَلِإ اوُطِسْقُ تَو ْمُهوَُّبََت ْنَأ ْمُكِرَيِٰد

Artinya:

“Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu dalam urusan agama dan tidak mengusir kamu dari kampung halamanmu. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil.” (Q.S. Al-Mumtahanah:

8).24

23 Githarama Mahardhika, Makna Toleransi Beragama dalam Film Muallaf Karya Yasmin Ahmad, (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016), h. 40.

24 https://quran.kemenag.go.id/sura/60/8 (diakses pada tanggal 8 April 2021 02:46).

(45)

31

Dalam menanggapi keyakinan dan agama yang berbeda-beda, Al-Qur’an menjelaskannya dalam surat Al-Kafirun ayat 6.

ِنْيِد َِلَِو ْمُكُنْ يِد ْمُكَل ࣖ

Artinya:

“Untukmu agamamu, dan untukku agamaku” (Q.S. Al- Kafirun: 6).25

Dapat diartikan ayat tersebut, bahwa agammu adalah khusus untukmu saja dan tidak untuk dipaksakan kepadaku, begitupun sebaliknya. Pernyataan ini pula

“mencerminkan bahwa keyakinan bukanlah sesuatu yang dapat dipaksakan, keyakinan agama bukan wilayah negosiasi dan kompromi, dan bergatung pada pilihan pribadi.”26

2. Pesan Dakwah

Secara bahasa (etimologi) kata dakwah berasal dari bahasa Arab “(da'a, yad'u, da'watan) yang berarti menyeru, memanggil, mengajak.” Sedangkan pengertian dakwah menurut istilah (terminologi) adalah

“mengajak menusia dengan cara bijaksana ke jalan yang

25 https://quran.kemenag.go.id/sura/109/6 (diakses pada tanggal 8 April 2021 02:55).

26 Zakiyuddin Baidhawi, Kredo Kebebasan Beragama, (Jakarta: PSAP, 2006), h.58.

(46)

32

benar sesuai dengan perintah Allah SWT untuk kemaslahatan dan kebahagiaan dunia akhirat.”27

Menurut Nawiroh Vera, “pesan adalah apa saja yang dikomunikasikan oleh sumber kepada penerima.” 28 Atau “pesan adalah sesuatu pesan keseluruhan atas apa yang telah disampaikan oleh komunikator.”29 Pesan dapat disampaikan dalam bentuk verbal (lisan) maupun non verbal (non lisan). Menurut M.S Hidayat dalam bentuk verbal pesan sendiri, “dapat disampaikan dengan kata-kata atau ucapan, sedangkan pesan non verbal dapat disampaikan melalui gerak fisik seperti gerakan mata, ekspresi wajah, melambaikan tangan, sikap badan atau menunjukan warna.”30

Sedangkan dakwah merupakan suatu proses penyampaian pesan-pesan tertentu yang dapat berupa ajakan atau seruan dengan tujuan agar orang lain mau memenuhi ajakan tersebut. Jadi, Pesan dakwah adalah isi pesan atau materi yang disampaikan oleh da'i kepada mad'u.

Menurut Toto Tasmara, “pesan dakwah adalah semua pernyataan yang bersumber dari Al- Quran dan

27 Toha Yahya Omar, Ilmu Dakwah, (Jakarta: PT. Wijaya, 1998), cet. ke-3 h. 1.

28 Nawiroh Vera, Semiotika Dalam Riset Komunikasi, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2014), h. 30.

29 A.W Widjaja, Komunikasi: Komunikasi Dan Hubungan Masyarakat, (Jakarta: Bumi Aksara, 1993), h. 14.

30 M.S Hidayat, Public Speaking dan Teknik Presentasi, (Yogyakarta:

Graha Ilmu, 2006), h. 43.

(47)

33

Sunnah baik yang disampaikan secara lisan maupun tertulis dengan pesan-pesan risalah tersebut.”31

Sedangkan menurut istilah, para ulama memberikan definisi yang bermacam-macam, antara lain:

a. Toha Yahya Umar mengatakan, “dakwah adalah mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah tuhan untuk kemaslahatan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat.”32

b. Dr. Moh. Ali Aziz menjelaskan bahwa “dakwah adalah aktivitas dan upaya untuk mengubah manusia, baik individu maupun kolektif dari situasi yang tidak baik kepada situasi yang lebih baik.” Sementara itu, dalam bahasa Islam

“dakwah adalah tindakan mengomunikasikan pesan-pesan Islam.” Dakwah adalah “istilah teknis yang pada dasarnya dipahami sebagai upaya untuk menghimbau orang lain kearah Islam.”33

c. Moesa A. Machfoed mendefinisikan “dakwah sebagai panggilan.” Tujuannya “membangkitkan kesadaran manusia untuk kembali ke jalan Allah

31 Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Gaya Media, 1997), h. 31- 43.

32 H.M. Toha Yahya Omar, Islam dan Dakwah, (Jakarta: PT. AL Mawardi Prima, 2004), h. 67.

33 Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Prenada Media, 2004), 22.

(48)

34

SWT, Upaya memanggil atau mengajak kembali manusia ke jalan Allah tersebut bersifat ekspansif, yaitu memperbanyak jumlah manusia yang berda di jalan-Nya.”34

Dari beberapa definisi mengenai dakwah yang telah dipaparkan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwah dakwah adalah sebuah usaha dan ajakan kepada manusia untuk menuju kepada jalan kebenaran tanpa ada paksaan dan sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an dan As-Sunnah.

3. YouTube sebagai Media Dakwah a. Media Dakwah

Media adalah segala sesuatu yang menjadi perantara untuk menyampaikan informasi dan transfer ilmu pengetahuan. Dalam proses dakwah,

“media berperan penting dalam membantu prose penyampaian pesan dakwah sehingga mudah diterima oleh komunikan (Mad'u),” Maka ada beberapa macam media yang digunakan dalam suatu proses dakwah. Hamzah Yaqub membagi sarana dan media yang dikatakan “sebagai wasilah dakwah itu menjadi lima macam yaitu: Lisan, tulisan, audiovisual dan akhlaq.”35 Secara umum,

34 Moesa A. Machfoed, Filsafat Dakwah Ilmu Dakwah dan Penerapannya, (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 2004), h. 15.

35 Syamsuddin, Pengantar Sosiologi Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2016), h.

305.

(49)

35

pembagian Hamzah Yaqub ini tergolong ke dalam tiga sarana, sebagai berikut:

i. Spoken words, yaitu jenis media dakwah yang berbentuk ucapan atau bunyi yang ditangkap dengan indra telinga, seperti radio dan telepon.

ii. Printed writing, yaitu media dakwah yang berbentuk tulisan, gambar, lukisan dan sebagainya yang dapat ditangkap dengan indra mata.

b. Media Sosial YouTube

Definisi media sosial menurut Rulli Nasrullah adalah “medium di Internet yang memungkinkan penggunanya merepresentasikan dirinya mampu berinteraksi, bekerja sama, berbagi, berkomunikasi dengan pengguna lain, dan membentuk ikatan secara visual.”36

Lebih jauh, Rulli Nasrullah mengatakan

“pengguna media sosial bisa berkomunikasi dan berinteraksi mengungkapkan apa yang sedang disaksikan atau dialami keadaan di sekitar dirinya, hingga berbagi tanggapan terhadap suatu situasi yang sedang berkembang.”37

36 Rulli Nasrullah, Media Sosial Perspektif Komunikasi, Budaya, dan Sosioteknologi (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2015), h. 11.

37 Rulli Nasrullah, Teori dan Riset Media Siber (Cybermedia), (Jakarta Prenada Media Group, 2014), h. 36-37.

(50)

36

YouTube adalah sebuah situs web video sharing (berbagi video) yang populer di mana para pengguna dapat memuat, menonton, dan berbagi klip video secara gratis. Berdiri pada bulan Februari 2005 oleh 3 orang mantan karyawan PayPal, yaitu Chad Hurley, Steve Chen dan Jawed Karim.”38

Menurut Faiqah, Fatty, Muh. Nadjib, dan Andi Subhan Amir, “salah satu layanan dari Google ini, memfasilitasi penggunanya untuk mengupload video dan bisa diakses oleh pengguna yang lain dari seluruh dunia secara gratis.” Lebih jauh, dikatakan bahwa “YouTube adalah database video yang paling popular di dunia internet, atau bahkan mungkin yang paling lengkap dan variatif.”39

Dengan ini dapat dikatakan bahwa YouTube adalah sebuah media sosial penyedia video yang sangat berpotensi menjadi media dakwah dengan keunggulannya yang mana YouTube sendiri memberikan fitur untuk bisa membagikan video apapun di website ini dan siapa saja diberikan akses gratis untuk menikmati video-video tersebut.

38 Faiqah, Fatty, Muh. Nadjib, dan Andi Subhan Amir, Youtube sebagai Sarana Komunikasi bagi Komunitas Makasarvidgram, Jurnal Ilmu Komunikasi, v. 5 n. 2 (Jul – Des 2016): h. 1.

39 Faiqah, Fatty, Muh. Nadjib, dan Andi Subhan Amir, Youtube sebagai Sarana Komunikasi bagi Komunitas Makasarvidgram, Jurnal Ilmu Komunikasi, v. 5 n. 2 (Jul – Des 2016): h. 1.

(51)

37

YouTube berisikan konten video yang diklasifikasikan sebagai media audio visual yang merupakan gambar sekaligus suara, “sehingga informasi dakwah menjadi lebih efektif dan mudah diterima oleh khalayak.” 40 Dengan kebebasan berekspresi yang bisa digali oleh para pengguna media sosial YouTube menjadi tempat bagi orang- orang untuk menuangkan kreatifitas mereka dalam membuat konten video, tak terkecuali konten dakwah.

40 Wahyu Ilahi, Komunikasi Dakwah (Bandung: PT.Rosdakarya, 2013), cet ke-2 h. 122.

(52)

38 C. Kerangka Berpikir

Tabel 2. 2 Kerangka Berpikir

Video YouTube ‘Kenapa & Bagaimana Kita Bersama Meski Tak Sama?’

Semiotika Roland Barthes

Denotasi Mitos

Makna Toleransi Beragama pada video YouTube ‘Kenapa

& Bagaimana Kita Bersama Meski Tak Sama?’

Konotasi

(53)

39 BAB III

GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN A. Profil Habib Husein Ja’far Al Hadar

Gambar 3. 1 Husein Ja’far Al Hadar

Husein Ja’far Al Hadar atau yang lebih dikenal dengan sebutan akrabnya Habib Ja’far adalah seorang da’i dan penulis buku, beliau juga menyebarkan dakwahnya melalui kanal YouTube-nya dengan nama “Jeda Nulis” yang aktif dalam membuat konten sejak tahun 2018.

Husein Ja'far adalah Magister Tafsir Qur’an di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Ia merupakan Penulis Buku Keislaman terbitan Gramedia & Mizan, Penulis di Media Massa Seputar Keislaman (Kompas, Majalah Tempo, dll),

Gambar

Tabel 1. 1 Kajian Terdahulu  No  Nama Peneliti,
Tabel 2. 2 Kerangka Berpikir
Gambar 3. 1 Husein Ja’far Al Hadar
Gambar 3. 2 Profil Kanal YouTube Jeda Nulis
+7

Referensi

Dokumen terkait

RINCIAN PERUBAHAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN. TAHUN

Seperti yang kita tahu, yang membuat orang lain khususnya non muslim tertarik dengan Islam, tidak lain karena melihat akhlak baik yang tercermin dari umat

Pada penelitian ini digunakan metode pill count untuk menilai kepatuhan pasien dalam penggunaan obat dengan cara peneliti mendatangi alamat pasien setelah didapat

a) B (Bidan) : Pastikan bahwa ibu atau bayi didampingi oleh penolong persalinan yg kompeten untuk menatalaksanakan gawat darurat obstetri dan bayi dibawa ke

pernyataan yang ada dalam skala student engagement disesuaikan dengan kriteria subjek yang merupakan siswa kelas VIII dengan bantuan expert judgement salah

Bahan-bahan yang berhasil dikumpulkan selanjutnya,dianalisis dengan metode deskriptif analitis, artinya semua bahan hukum atau refrensi yuridis yang dikumpulkan kemudian

Meski sebagian besar korban tewas di Jawa Barat dan Sumatera Selatan berasal dari insiden main hakim sendiri (masing-masing 74% dan 68% dari total tewas), konflik

Sport je danas vrlo respektabilna aktivnost zbog čega se istražuje i kao posebna djelatnost kroz razvoj specifičnog oblika turizma koji se naziva sportski