• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORI A.Kajian Teori

1. Kajian Teori

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Kajian Teori

a. Perkembangan Fisik Motorik

Perkembangan adalah suatu perubahan fungsional yang bersifat kualitatif, baik dari fungsi-fungsi fisik maupun mental sebagai hasil keterkaitannya dengan pengaruh lingkungan.

Hasan (2002: 317) mengungkapkan fisik secara bahasa diartikan sebagai jasmani, badan, tubuh. Sedangkan motorik diartikan dengan penggerak. Jadi perkembangan fisik motorik anak usia dini dapat diartikan sebagai perubahan bentuk tubuh pada anak usia dini yang berpengaruh terhadap ketrampilan gerak tubuh.

Terkait dengan perkembangan fisik pada anak usia dini tersebut, Kuhlen dan Thompson pada bukunya Novan ( 2016: 35), mengemukakan bahwa perkembangan fisik pada individu meliputi empat aspek, yaitu :

1) Sistem syaraf, yang sangat berpengaruh pada aspek perkembangan kognitif dan emosinya.

2) Otot-otot yang mempengaruhi perkembangan kekuatan dan kemampuan motoriknya.

3) Kelenjar endogrin yang menyebabkan munculnya pola-pola perilaku baru. 4) Struktur fisik/tubuh yang meliputi tinggi, berat, dan proporsi.

Sementara itu Yudrik (2011: 39-40) mengungkapkan bahwa pada dasarnya ada dua aspek pada perkembangan fisik anak usia dini, yaitu :

15

Perkembangan anatomis ditunjukkan dengan adanya perubahan kuantitatif pada struktur tulang belulang, indeks tinggi dan berat badan. Laju perkembangan anatomis adalah sebagai berikut :

1) Tulang-tulang pada masa bayi berjumlah 270 yang masih lentur berpori dan persambungannya masih longgar.

2) Berat dan tinggi badan pada waktu lahir antara 2,4 kg dan 50-60 cm, pada masa kanak-kanak sekitar12-15 kg dan 90-120 cm, pada remaja awal 30-40 kg dan 140-160 cm. Selanjutnya kecepatan berangsur menurun dan bahkan menjadi mapan.

3) Proporsi tinggi kepala dan badan pada masa bayi dan anak sekitar :4 menjelang dewasa menjadi 1 :8 atau 0.

b. Perkembangan Fisiologis

Perkembangan fisiologis ditandai dengan adanya berbagai perubahan secara kuantitatif, kualitatif, dan fungsional dari sistem-sistem kerja hayati seperti kontraksi otak, peredaran darah, pernafasan, persyarafan, sekresi kelenjar, dan pencernaan. Hal itu dapat terlihat pada bayi dan anak-anak yang memiliki bentuk tubuh berbeda dengan orang dewasa yang mana kepala mereka tampak lebih besar jika dibandingkan dengan bagian tubuh lainnya. Yudrik (2011: 41) Kedua jenis ketrampilan motorik tersebut merupakan dasar bagi perkembangan ketrampilan motorik yang lebih kompleks seperti yang dikenal dengan sebutan bermain (playing) dan berkja (working).

Ada dua prinsip perkembangan utama yang tampak dalam semua bentuk ketrampilan motorik anak, yaitu :

a. Perkembangan motorik itu berlangsung dari yang sederhana kepada yang komplek.

16

b. Perkembangan motorik itu berlangsung dari yang kasar dan global kepada yang halus dan spesifik tetapi terkoordinasikan.

Yusuf (2000: 6) mengatakan bahwa perkembangan yang dialami anak bersifat progresif, sistematis dan berkesinambungan.

a. Bersifat sistematis ( saling kebergantungan)

Perubahan dalam perkembangan yang ditunjukkan dengan adanya saling kebergantungan atau saling mempengaruhi antara aspek-aspek fisik dan psikis dan merupakan satu kesatuan yang harmonis. Misal, anak diperkenalkan bagaimana cara memegang pensil, membuat huruf-huruf.

b. Bersifat progresif (perubahan bersifat maju)

Perkembangan yang ditunjukkan dengan adanya perubahan yang terjadi bersifat maju. Misal, perubahan pengetahuan dan kemampuan anak dari yang bersifat sederhana berkembang ke arah yang lebih kompleks.

c. Bersifat Berkesinambungan (perkembangan berlangsung secara berurutan) Misalnya, agar anak mampu berlari maka sebelumnya anak harus mampu berdiri dan merangkak terlebih dahulu.

Yusuf (2000: 11) mengungkapkan bahwa pertumbuhan fisik pada setiap anak tidak selalu sama, ada beberapa anak yang mengalami pertumbuhan secara cepat. Pertumbuhan fisik yang dialami anak akan mempengaruhi proses perkembangan motoriknya. Perkembangan motorik berarti perkembangan pengendalian jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf dan otot-otot yang terkoordinasi.

Perkembangan motorik yang halus dan spesifik tetapi terkoordinasikan memunculkan ketrampilan motorik halus. Pada ketrampilan motorik halus ini anak usia dini dapat melakukan pengkoordinasian gerak tubuh yang melibatkan

17

mata dan tangan untuk dapat melakukan kegiatan yang berhubungan dengan gerakan tangan.

Gerak yang menggunakan otot-otot halus disebut motorik halus (fine motor) cenderung hanya digunakan untuk aktifitas menggambar, meronce, menggunting, menempel, atau melipat, menulis, merapikan mainan.

Berbagai kemampuan yang dimiliki anak dalam menggunakan otot-otot fisiknya baik otot halus maupun kasar dapat menimbulkan rasa percaya diri pada anak bahwa anak mampu mengusai ketrampilan-ketrampilan motorik.

b. Kemampuan Fisik Motorik Halus

Fisik motorik halus adalah “gerakan yang menggunakan otot – otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih”. (Aisyah, 2013:4.42)

Motorik halus adalah gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil atau halus serta memerlukan koordinasi yang cermat seperti menggunting mengikuti garis, melukis, meremas, menggenggam, menggambar, menyusun balok, memasukkan kelereng ke lubang, membuka dan menutup objek dengan mudah, menaungkan air ke dalam gelas tanpa berceceran, menggunakan kuas, crayon dan spidol, serta melipat. (Depdiknas, 2008:10)

Didik (2007: 55) mengemukakan gerakan motorik halus ini berbeda dengan gerakan motorik kasar yang mengandalkan kekuatan untuk mengkoordinasikan gerakan. Gerakan motorik halus merupakan gerak-gerakan kecil yang tidak hanya mengendalikan kekuatan, tetapi juga utuh ketrampilan.

Auryn (2007: 26) mengungkapkan bahwa “Ketrampilan motorik halus adalah penggunaan bagian tubuh atau otot-otot kecil, seperti tangan.

Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan kita berusaha dengan diri sendiri. KBBI (2002: 624)

18

Bambang (2010: 1.14) menyatakan bahwa “motorik adalah semua gerakan yang mungkin dapat dilakukan oleh seluruh tubuh”. Perkembangan motorik adalah perkembangan unsur kematangan dan pengendalian gerak tubuh. Ketrampilan motorik berkembang berkembang sejalan dengan kematangan syaraf dan otot. Aktifitas anak terjadi di bawah control otak.

Gerakan motorik halus apabila gerakan hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil, seperti ketrampilan menggunakan jari-jemari tangan dan gerakan pergelangan tangan yang tepat. Oleh karena itu, gerakan ini tidak terlalu membutuhkan tenaga, namun gerakan ini membutuhkan koordinasi mata dan tangan yang cermat. Dan oleh karena koordinasi antara mata dan tanagan sudah semakin baik maka anak sudah dapat mengurus diri sendiri dengan pengawasan orang yang lebih tua. Gerakan motorik halus yang terlihat saat usia RA, antara lain adalah anak mulai dapat menyikat giginya, menyisir, membuka dan menutup resliting, memakai sepatu sendiri, mengancingkan pakaian, serta amakan sendiri dengan menggunakan sendok dan garpu.

Semakin baiknya gerakan motorik halus anak membuat anak dapat berkreasi, seperti menggunting pola di atas kertas dengan hasil yang lurus, menggambar gambar sederhana dan mewarnainya, menggunakan klip untuk menyatukan dua lembar kertas, menjahit, menganyam kertas serta menajamkan pensil dengan rautan pensil. Namun, tidak semua anak memiliki kematangan untuk menguasai kemampuan ini pada tahap yang sama.

Dalam melakukan gerakan motorik halus anak juga memerlukan dukungan ketrampilan fisik lain serta kematangan mental, misalnya ketrampilan membuat gambar. Dalam membuat gambar, selain anak memerlukan ketrampilan

19

menggerakan pergelangan dan jari-jari tangan, anak juga memerlukan kemampuan kognitif yang memungkinkan terbentuknya sebuah gambar. Misalnya, untuk menggambar lingkaran anak perlu memahami konsep lingkaran terlebih dahulu sebelum menterjemahkan dalam bentuk gambar. Contoh lain, saat anak berlatih bermain balok dengan menumpuk balok-balok kayu atau lego, anak memerlukan ketrampilan mengambil balok dan juga anak harus mengetahui apa yang akan diperbuatnya dengan balok-balok itu.

Gerakan motorik halus anak sudah mulai berkembang pesat di usia kira-kira 3 tahun. Di usia itu, anak dapat meniru cara ayahnya memegang pensil. Namun posisi jari-jarinya masih belum cukup jauh dari mata pensil. Selain itu anak masih kaku dalam melakukan gerakan tangan untuk menulis. Namun, saat anak berusia empat tahun, ia sudah dapat memegang pebsil warna atau crayon untuk menggambar. Gerakan motorik halus, seperti menulis dan menggambar akan diperlukan anak saat ia bersekolah nanti. Namun demikian, kemampuan seorang anak untuk melakukan gerak motorik tertentu tidak akan sama dengan anak lain walaupun usia mereka sama. Misalnya Ani berusia empat tahun, sudah dapat membuka baju sendiri, sedangkan Dede yang sama berusia empat tahun masih memerlukan bantuan untuk melepas bajunya jika ia akan mandi atau Adi seorang anak berusia lima tahun masih belum dapat menangkap bola yang dilempar padanya, padahal Anto teman sebayanya sudah sangat terampil melakukan kegiatan lempar dan tangkap bola bersama teman-temannya. Keadaan tersebut menunjukkan ada anak-anak yang masih kurang menguasai gerakan motorik halus atau kasarnya.

Bambang (2010: 14) berpendapat bahwa perbedan jenis kelamin juga berpengaruh pada perkembangan motorik anak TK. Anak perempuan lebih sering

20

melatih ketrampilan yang membutuhkan keseimbangan tubuh, seperti permainan melompat tali atau melompat-lompat dengan bola besar. Sedangkan anak laki-laki lebih senang melatih ketrampilan melempar, menangkap, dan menendang bola atau berperilaku yang mementingkan kecepatan dan kekuatan. Anak laki-laki juga lebih senang berpartisipasi pada kegiatan yang melatih ketrampilan motorik kasar, sedangkan anak perempuan lebih suka pada ketrampilan motorik halus.

Lily (2001: 23), menyatakan secara umum ada tiga tahap perkembangan ketrampilan motorik anak pada usia dini, yaitu :

1. Tahap Kognitif

Kita dapat meminta anak untuk mengingat gerakan serupa yang pernah dilakukan masa yang lalu seperti menggunting bentuk garis lurus maupun lengkung.

2. Tahap Asosiatif

Mencoba meralat, anak akan mengoreksi gerakan agar tidak terjadi kesalahan dimasa mendatang.

3. Autonomous

Gerakan yang di tampilkan anak merupakan respon yang lebih efisiensi dengan sedikit kesalahan anak sudah menampilkan secara otomatis.

Desni (2010: 38), menyatakan bahwa tahapan perkembangan motorik halus berdasarkan usia, antara lain adalah:

a) Usia 1-2

Mengambil benda kecil dengan ibu jari atau telunjuk, membuka 2-3 halaman buku secara bersamaan, menyusun menara dari balok, memindahkan air dari gelas ke gelas lain, belajar memakai kaus kaki sendiri, menyalakan TV dan bermain remote, belajar mengupas pisang.

21

b) Usia 2-3

Mencoret-coret dengan 1 tangan, menggambar garis tak beraturan, memegang pensil, belajar menggunting, mengancingkan baju, memakai baju sendiri.

c) Usia 3-4

Menggambar manusia, mencuci tangan sendiri, membentuk benda dari plastisin, membuat garis lurus dan lingkaran cukup rapi.

d) Usia 4-5

Menggunting dengan cukup baik, melipat amplop, membawa gelas tanpa menumpahkan isinya, memasukkan benang ke lubang besar.

Kemampuan motorik halus merupakan kemapuan untuk melakukan kegiatan yang melibatkan koordinasi anatara mata, tangan, otot-otot kecil pada jari-jemari dan pergelangan tangan yang digunakan untuk aktifitas seni ketrampilan. Kedua macam gerakan ini sangat diperlukan anak dikemudian hari.

c. Indikator Tingkat Perkembangan Fisik Motorik Halus Anak RA Kelompok A

Dalam pedoman penyusunan perangkat pembelajaran RA Kemenag (2011: 6) disebutkan indikator tingkat perkembangan fisik motorik anak RA kelompok A :

a. Memiliki perilaku yang mencerminkan hidup sehat.

b. Mengenal anggota tubuh, fungsi, dan gerakannya untuk pengembangan motorikkasar dan motorik halus

c. Menggunakan anggota tubuh untuk pengembangan motorik kasar dan motorik halus.

22

e. Mampu menolong diri sendiri untuk hidup sehat.

d. Tingkat Pencapaian Perkembangan Fisik Motorik Halus Pada Anak Usia Dini

Ali (2011: 3.6) mengemukakan bahwa “Tingkat pencapaian perkembangan adalah gambaran mengenai perkembangan yang berhasil dicapai anak pada suatu tahap tertentu pada aspek fisik motorik, kognitif, emosi, sosial, bahasa, moral dan agama”. Jadi pada pemaparan tersebut dapat kita pahami tingkat pencapaian perkembangan fisik motorik anak usia dini adalah gambaran mengenai perkembangan yang berhasil dicapai oleh anak usia dini pada aspek fisik motoriknya. Untuk mengetahui tingkat pencapaian perkembangan tersebut maka BNSP (Badan Standar Nasional Pendidikan) menetapkan standar minimum tingkat pencapaian perkembangan anak usia dini yang harus di jangkau oleh TPA, KB, TK/RA. Pada standar usia 4-6 tahun tingkat pencapaian perkembangan fisik motorik halus anak usia dini adalah sebagai berikut :

a. Mengkoordinasikan jari-jari tangan dengan mata dalam melakukan gerakan yang lebih rumit dengan baik.

b. Memasang dan melepas kancing baju

c. Mengekspresikan diri melalui kegiatan seni (menggambar, melukis, menari, dan sebagainya).

d. Membuat suatu bentuk dengan lilin atau tanah liat. e. Menggambar dan menulis.

f. Menggunting.

g. Menempel gambar dengn tepat. h. Menyimpulkan tali sepatu.

Dokumen terkait