• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN TEORI Pembelajaran Sejarah

Siklus I Refleksi awal

KAJIAN TEORI Pembelajaran Sejarah

Sejarah didefinisikan sebagai kajian tentang masa lalu manusia. Sedangkan pembelajaran pada hakekatnya adalah interaksi antara siswa dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan ke arah yang lebih baik. Dalam interaksi guru dengan siswa tersebut banyak faktor yang mempengaruhinya, baik faktor internal yang datang dari individu, maupun faktor eksternal yang datang dari linkungan. Dalam pembelajaran, tugas guru yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi siswa (Mulyasa, 2007:100).

Pembelajaran sejarah tidak hanya memberikan gambaran masa lampau, tetapi juga memberikan latihan berfikir kritis, menarik kesimpulan, menarik makna dan nilai-nilai dari peristiwa sejarah yang dipelajari. Pembelajaran sejarah memiliki peran fundamental dalam kaitannya dengan manfaat dan tujuan dari belajar sejarah. Pembelajaran sejarah diharapkan dapat menumbuhkan wawasan siswa untuk belajar dan sadar akan manfaat dari sejarah bagi kehidupan sehari-hari sebagai individu maupun sebagai bangsa. Jadi penguatan kesadaran siswa dalam belajar sejarah merupakan hal penting dalam upaya membangkitkan minat dan motivasi belajar.

Menurut Kartodirdjo dalam Abdul Rahman Hamid (1992: 35), ada dua manfaat yang dapat diperoleh dari hasil belajar sejarah. Pertama, dari masa dan situasi sekarang kita dapat mengeksplorasikan fakta-fakta atau kekuatan-kekuatan yang berperan di masa lampau. Dengan belajar sejarah, banyak dari situasi sekarang dapat diterangkan. Kedua, dengan menganalisis situasi masa kini kita dapat membuat proyekksi ke masa depan. Tentunya analisis itu didasarkan pada fakta sejarah. Dengan demikian, pembelajaran sejarah tidak hanya membantu membuat diagnosis masa kini tetapi juga prognosisnya.:ini berarti memproyeksi masa depan. Pembelajaran sejarah sebagai sub-sistem dari sistem kegiatan pendidikan, merupakan saran yang efektif untuk meningkatkan integritas dan kepribadian bangsa melalui proses pembelajaran. Keberhasilan ini ditopang oleh berbagai komponen, termasuk kemampuan dalam menerapkan metode pembelajaran yang efektif dan efisien.

Hasil Belajar Siswa

Menurut Suprijono (2013:7) hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Menurut Jihad dan Haris (2012:14) hasil belajar merupakan pencapaian bentuk perubahan perilaku yang cenderung menetap dari ranah kognitif, afektif, dan psikomotoris dari proses belajar yang dilakukan dalam waktu tertentu. Hasil belajar siswa meliputi aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan. Untuk mengukur hasil belajar siswa, perlu dilakukan penilaian. Penilaian di kelas dapat dimanfaatkan berbagai teknik penilaian kelas. Beberapa teknik penilaian tersebut antara lain dapat dilakukan melalui: observasi (pengamatan), tes lisan, tes tertulis, penilaian terhadap tugas-tugas tertentu, penilaian proyek, wawancara dan portofolio. Tes tertulis dapat dilakukan melaui penilaian harian, penilaian tengah semester atau penilaian akhir semester serta akhir tahun (Kemdikbud, 2013). Namun karena berbagai keterbatasan, maka dalam penelitian ini hasil belajar Sejarah dibatasi pada aspek pengetahuan dan keterampilan. Aspek pengetahuan diukur dengan tes tertulis dan aspek keterampilan diukur dengan teknik penilaian praktik, mengmanfaatkan instrumen penilaian lembar observasi.

Kriteria hasil belajar siswa yang dimanfaatkan dalam penelitian ini disesuaikan dengan Kurikulum yang berlaku, yakni dengan acuan kriteria. Seorang siswa dianggap telah memiliki kompetensi dasar tertentu apabila siswa yang bersangkutan telah mencapai batas minimal nilai tertentu dari berbagai teknik penilaian yang dilakukan guru terhadap indikator-indikator yang telah ditetapkan. Batas nilai minimal itu disebut dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM). Untuk menentukan KKM ini dilakukan analisis penetapan KKM, dengan mempertimbang-kan tiga hal, yakni: (1) kompleksitas, (2) daya dukung dan (3) intake (Kemdikbud, 2013). Berdasarkan hasil analisis KKM yang peneliti lakukan, nilai KKM untuk mata pelajaran Sejarah kelas XI IPA 3 SMAN 1 Balikpapan pada tahun pelajaran 2019/2020 adalah sebesar 70.00.

Metode Pembelajaran Diskusi

Pengertian metode diskusi adalah cara penyajian pembelajaran, di mana para siswa dihadapkan kepada suatu masalah, yang bisa berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematis untuk dibahas dan dipecahkan bersama. (Syaiful Bahri, Djamarah dan Aswan Zain: 2006). Menurut Djajadisastra (1983:12), metode diskusi atau diskusi kelompok adalah format pembelajaran yang menitikberatkan kepada interaksi antara anggota yang lain dalam suatu kelompok manfaat menyelesaikan tugas belajar secara bersama. Karena itu, guru dituntut untuk mampu melibatkan keaktifan siswa bekerjasama dan berkolaborasi dalam kelompok.

Kelebihan dari metode diskusi adalah: (1) Merangsang kreativitas siswa dalam bentuk ide, gagasan-prakarsa, dan terobosan baru dalam pemecahan suatu masalah, (2) Mengembangkan sikap menghargai pendapat orang lain, (3) Memperluas wawasan, (4) Membina untuk terbiasa musyawarah untuk memperkuat dalam memecahkan. Sedangka kekurangan metode diskusi adalah: (1) Tidak dapat dipakai pada kelompok yang besar, (2) Pembicaraan terkadang menyimpang, sehingga memerlukan waktu yang panjang, (3) Mungkin dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara atau ingin menonjolkan diri.

Untuk meminimalisir kekurangan metode ini, maka guru atau murid sebagai pemimpin diskusi mempunyai peranan sebagai berikut: (1) Sebagai penunjuk jalan, yang bertugas: memberikan pengarahan kepada anggota tentang masalah yang akan didiskusikan (ruang lingkup diskusi). Sehingga tidak timbul pertanyaan-pertanyaan yang menyimpang. (2) Sebagai pengatur lalu lintas, yang bertugas mengatur jalannya diskusi agar jalannya menjadi lancer, mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada anggota kelompok tertentu, menjaga agar anggota berbicara menurut giliran (tidak serentak), tidak dikuasi oleh orang-orang tertentu yang gemar berbicara, memberi kesempatan kepada orang-orang tertentu (pemalu) untuk mengungkapkan pendapatnya dan mengatur pembicaraan agar didengar oleh semua anggota, (3) Sebagai dinding penangkis, yang bertugas menerima pertanyaan-pertanyaan dari anggota kemudian melemparkannya kembali kepada anggota. Jangan sampai terjadi tanya jawab antar kelompok kecil saja, dan mengupayakan agar seluruh anggota kelompok aktif berpartisipasi.

Langkah-langkah pengmanfaatan metode diskusi adalah sebagai berikut: (1) Tahap persiapan meliputi: (a) Memilih dan menetapkan topik atau tema sekurang-kurangnya; mengidentifikasi masalah yang merupakan alternatif untuk dipilih dan didiskusikan, (b) Mengidentifikasi dan menetapkan satu atau beberapa sumber bahan bacaan atau informasi yang hendak dipelajari oleh siswa, sehingga kalau memasuki arena diskusi diharapkan telah membawa bahan pemikiran, (c) Menetapkan atau menyediakan alternatif komposisi dan struktur komonikasi kelompok diskusi, (d) Menetapkan atau menyediakan alternatif pemimpin diskusi pada guru atau siswa, (2) Tahap Pelaksanaan: (a) Siswa membentuk kelompok-kelompok diskusi memilih pimpinan diskusi (ketua, sekretaris, pelapor) mengatur tempat duduk, ruangan, dan sebagainya dengan bimbingan guru, (b) Siswa berdiskusi dalam kelompoknya masing-masing, sedangkan guru berkeliling dari kelompok yang satu ke kelompok yang lain, menjaga ketertiban, serta memberikan dorongan dan bantuan agar anggota kelompok berpartisipasi aktif dan diskusi dapat berjalan lancar. Setiap siswa hendaknya, mengetahui secara persis apa yang akan didiskusikan dan bagaimana caranya berdiskusi, (c) Setiap kelompok harus melaporkan hasildiskusinya. Hasil diskusi dilaporkan ditanggapi oleh semua siswa, terutama dari kelompok lain. Guru memberikan ulasan atau penjelasan terhadap laporan tersebut, (d) Akhirnya siswa mencatat hasil diskusi, sedangkan guru menyimpulkan laporan hasil diskusi dari setiap kelompok.

Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah apabila diterapkan metide diskusi pada pembelajaran Sejarah, maka akan terjadi peningkatan hasil belajar siswa di kelas XI IPA 3 SMAN 1 Balikpapan.

METODE PENELITIAN Setting Penelitian

Sebagai subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 3 dengan jumlah siswa 35, yang terdiri atas 16 siswa laki-laki dan 19 siswa perempuan. Tempat penelitian adalah di SMAN 1 Balikpapan. Waktu pelaksanaan penelitian ini adalah pada tanggal: 2 Januari s.d. 6 Pebruari 2020.

Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini mengmanfaatkan siklus penelitian tindakan yang dilaksanakan sebanyak dua siklus dengan didahului kegiatan pra siklus. Prosedur untuk setiap siklus tindakan meliputi empat tahap kegiatan yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi dan penilaian serta (4) analisis dan refleksi.

Teknik Pengumpulan dan Instrumen Pengumpul Data

Teknik pengumpulan data yang dimanfaatkan dalam peneltian ini adalah teknik observasi, tes tertulis, tes performan (unjuk kerja) dan studi dokumen. Sedangkan instrumen yang dimanfaatkan adalah: Lembar Observasi Pelaksanaan Pembelajaran, Lembar Tes Tertulis, Lembar Observarsi Unjuk Kerja dan Camera Foto.

Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dilakukan dengan memanfaatkan Metode analisis data mengalir, yang dimulai dari tahap pengumpulan data, reduksi data dan penyimpulan atau verifikasi. (1) Data hasil observasi pelaksanaan pembelajaran, yang meliputi kegiatan: pendahuluan, kegiatan inti dan penutup, dianalisis dengan menghitung nilai rerata untuk setiap kegiatan selama tiga kali pertemuan maupun keseluruhan, kemudian diberi kategori: Sangat baik (3,50-4.00), Baik (2.50-3.49), Cukup (1.50-2.49, Kurang (1.00-1.49). (2) Data hasil hasil belajar siswa, dianalisis dengan langkah-langkah sbb: (a) Merubah skor hasil tes dan unjuk kerja ke skala 100 dengan rumus N = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛 𝑠𝑘𝑜𝑟

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 × 100, (b) Menghitung

persentase banyak siswa yang tuntas (memiliki minat dan nilai praktik minimal cukup (≥ 70)), dengan rumus

𝑃 =𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑚𝑖𝑙𝑖𝑘𝑖 𝑚𝑖𝑛𝑎𝑡 (𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘) 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑎𝑙 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 × 100%.

Indikator Kebehasilan

Yang menjadi indikator keberhasilan tindakan ini adalah apa bila telah dipenuhi dua indikator, yakni: (1) Nilai rerata hasil observasi pelaksanaan pembelajaran sekurang-kurangnya = 3,00 atau secara kualitas baik dan nilai rerata setiap komponen kegiatan sekurang-kurangnya = 3,00 atau berkualitas baik dan (2) Ketuntasan Belajar Klasikal/Persentase banyak siswa tuntas belajar (skor tes dan praktik ≥ 70) minimal 85% dari seluruh siswa.

HASIL PENELITIAN

Kondisi Awal Hasil Belajar Siswa

Kondisi awal hasil belajar siswa ini diperoleh dari hasil penilaian Sejarah terhadap materi pembelajaran sebelumnya. Kondisi awal ini dimanfaatkan untuk menghitung peningkatan hasil belajar siklus I. Kondisi awal hasil belajar siswa ini dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini.

Tabel 1. Kondisi Awal Hasil Belajar Siswa (Pra Siklus)

Nilai Kategori Hasil Belajar Siswa

Jumlah Siswa Persentase

Nilai < 70 Tidak Tuntas 21 60%

Nilai ≥ 70 Tuntas 14 40%

Dari tabel 1 di atas menunjukkan bahwa dari seluruh siswa sebanyak 35 siswa, yang telah tuntas belajar baru 14 siswa (40%). Hasil ini masih jauh dari ketuntasan klasikal yang diharapkan yakni 85%. Oleh karenanya penulis semakin termotivasi untuk mencapai harapan tersebut dengan menerapkan metode diskusi pada pembelajaran berikutnya, sesuai dengan rencana tindakan siklus I yang telah disusun.

Deskripsi Pelaksanaan dan Hasil Tindakan Siklus I Pelaksanaan Tindakan Siklus I

Pada tahap ini guru bersama siswa melaksanakan pembelajaran dengan metode diskusi, sesuai dengan skenario pembelajaran yang telah direncanakan dan sesuai jadwal yang berlaku di sekolah. Pelaksanaan tindakan siklus I dilaksanakan sebanyak 3 kali pertemuan (6 jam pelajaran, a’ = 45 menit), yakni pada setiap hari Kamis, tanggal: 2, 9 dan 16 Januari 2020.

Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I

Berdasarkan hasil observasi oleh observer diperoleh nilai rerata pelaksanaan pembelajaran yang menerapkan metode diskusi pada siklus I = 2.56 (Baik) dan masih terdapat komponen pelaksanaan pembelajaran yang masih cukup, sehingga perlu ditingkatkan pada siklus II adalah komponen kegiatan inti. Kegiatan yang sudah baik pada pelaksanaan pembelajaran siklus I ini antara lain beberapa siswa sudah mau bertanya maupun menjawab pertanyaan guru dan berani berbicara di depan kelas walaupun masih malu-malu. Sedangkan beberapa kekurangan yang masih terjadi antara lain: (a) Pembentukan kelompok pada siklus I kurang efektif. Pada pertemuan pertama siswa tidak mau kelompoknya dibentuk secara urut absen, sehingga suasana kelas menjadi riuh. Pada pertemuan kedua siswa cenderung ramai dan asyik bermain sendiri karena berkelompok dengan teman akrabnya, (b) Siswa masih belum melaksanakan diskusi dengan baik. Masih ada yang siswa mengerjakan secara individu sedangkan yang lainnya hanya mengikuti, (c) Sebagian besar siswa masih malu untuk berpendapat dan berdiskusi dengan kelompoknya, (d) Siswa merasa malu ketika harus melakukan presentasi di depan kelas, (e) Presentasi belum melibatkan peserta diskusi secara aktif dan masih terlihat beberapa siswa yang masih pasif.

Hasil Belajar Siswa dan Peningkatannya Pada Siklus I

Berdasarkan hasil penilaian yang dilaksanakan selama dan pada akhir siklus tindakan, serta dengan membandingkan hasil penilaian pada kondisi awal (pra siklus) diperoleh hasil belajar siswa dan peningkatannya pada siklus I sebagaimana pada tabel 2 berikut ini.

Tabel 2. Hasil Belajar Siswa dan Peningkatannya pada Siklus I

Nilai

(N) Kategori

Hasil Belajar Pra Siklus

Hasil Belajar Pada Siklus I

Peningkatan Hasil Belajar Jlh Siswa Persentase Jlh Siswa Persentase Jlh Siswa Persentase N < 70 Tidak

Tuntas 21 60% 13 37.14% - -

N ≥ 70 Tuntas 14 40% 22 62.86% 8 22.86%

Dari tabel 2 di atas menunjukkan bahwa hasil tindakan siklus I dari seluruh siswa sebanyak 35 siswa, yang telah tuntas belajar sebanyak 22 siswa (62.86%) yang berarti meningkat 8 siswa (22.86%) dibandingkan dengan hasil pra siklus (kondisi awal/sebelum dikenai tindakan).

Refleksi Tindakan Siklus I

Berdasarkan hasil diskusi peneliti dengan observer terhadap analisis data hasil observasi dan penilaian hasil belajar siswa pada siklus I, serta membandingkannya dengan indikator keberhasilan penelitian, menunjukkan bahwa meskipun telah terjadi peningkatan hasil belajar, namun masih terdapat kekurangan pada pelaksanaan pembelajaran siklus I dan ketuntasan belajar secara klasikal belum mencapai 85%.

Oleh karenanya peneliti dan observer sepakat untuk melanjutkan tindakan Siklus II, dengan melakukan perubahan dan perbaikan dalam pembelajaran yang akan dilaksanakan, yakni: (1) Meningkatkan bimbingan dan pengarahan agar seluruh anggota kelompok dapat bekerja sama dengan baik, (2) Menciptakan suasana diskusi yang menyenangkan namun tetap terkontrol, (3) Memberikan motivasi agar siswa lebih percaya diri untuk berpendapat maupun berbicara di depan kelas.

Deskripsi Pelaksanaan dan Hasil Tindakan Siklus II Pelaksanaan Tindakan Siklus II

Sebagaimana pada siklus I, pada tahap ini guru bersama siswa melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan metode diskusi, sesuai dengan skenario pembelajaran yang telah direncanakan dan sesuai jadwal yang berlaku di sekolah. Pelaksanaan tindakan siklus II dilaksanakan sebanyak 3 kali pertemuan (6 jam pelajaran, a’ = 45 menit), yakni pada setiap hari Kamis tanggal: 23, 30 Januari dan 6 Pebruari 2020.

Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II

Berdasarkan hasil observasi oleh observer selama tiga kali pertemuan diperoleh nilai rerata pelaksanaan pembelajaran yang menerapkan metode diskusi pada siklus II = 3.86 (Sangat Baik) dan semua komponen peelaksanaan pembelajaran telah dicapai nilai ≥ 3.00 (Baik dan/atau Sangat Baik).

Hasil Belajar Siswa dan Peningkatannya Pada Siklus II

Berdasarkan hasil penilaian yang dilaksanakan selama dan pada akhir tindakan siklus II, serta dengan membandingkan hasil penilaian pada tindakan siklus I diperoleh hasil belajar siswa dan peningkatannya pada siklus II sebagaimana pada tabel 3 berikut ini.

Tabel 3. Hasil Belajar Siswa dan Peningkatannya pada Siklus II Nilai

(N) Kategori

Hasil Belajar Pra Siklus

Hasil Belajar Pada Siklus I

Peningkatan Hasil Belajar Jlh Siswa Persentase Jlh Siswa Persentase Jlh Siswa Persentase N < 70 Tidak

Tuntas

13

37.14% 5 14.29% - -

N ≥ 70 Tuntas 22 62.86% 30 85.71% 8 22.85%

Dari tabel 3 di atas menunjukkan bahwa hasil tindakan siklus II dari seluruh siswa yang sebanyak 35 siswa, yang telah tuntas belajar sebanyak 30 siswa (85.71%) yang berarti meningkat 8 siswa (22.85%) dibandingkan dengan hasil pada siklus I.

Refleksi Tindakan Siklus II

Berdasarkan hasil diskusi peneliti dengan observer terhadap analisis data hasil observasi, dan penilaian hasil belajar siswa pada siklus II, serta membandingkannya dengan indikator keberhasilan penelitian, menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan hasil belajar siswa sebagaimana yang diharapkan. Oleh karenanya peneliti dan observer sepakat untuk tidak melanjutkan ke tindakan Siklus III. Untuk melihat peningkatan hasil belajar siswa pada siklus I dan II dapat dilihat pada tabel 4 dan gambar 1 berikut ini.

Tabel 4. Hasil Belajar Siswa dan Peningkatannya pada Siklus I dan II Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Peningkatan

Pra Siklus Siklus I Siklus II Siklus I Siklus II Total

40,00% 62,86% 85,71% 22,86% 22,85% 45,71%

Gambar 1. Diagram Batang Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Siklus I dan II

Dari tabel 4 dan gambar 1 di atas, menunjukkan bahwa setelah diterapkan metode diskusi pada pembelajaran Sejarah di kelas XI IPA 3 SMAN 1 Balikpapan terjadi peningkatan hasil belajar siswa sebesar 45,71%, yakni: pada siklus I sebesar 22,86% (dari 40,00% pada Pra Siklus menjadi 62,86% pada Siklus I), pada siklus II sebesar 22,85% (dari 62,86% pada Siklus I menjadi 85,71% pada Siklus II). 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00

Pra Siklus Siklus I Siklus II Siklus I Siklus II Total Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Peningkatan

PEMBAHASAN

Hasil tersebut sesuai dengan hasil penelitian Sumarni, Abduh H.Harun, dan Imran (2020), yang menyatakan bahwa bahwa penerapan metode diskusi dapat meningkatkan hasil belajar PKn siswa kelas IV SD Kecil Toraranga. Juga sesuai dengan hasil penelitian Isman Uspan, Bonifasius Saneba, dan Jamaludin (2020), yang menyatakan bahwa erjadi peningkatan hasil belajar mata pelajaran PKn melalui Penerapan Metode Diskusi Kelompok kelas III SD Inpres Bualemo 3. Peningkatan dalam penelitian ini cukup berarti yakni dari rata-rata hasil belajar siklus I sebesar 67,38 naik menjadi 70,71 pada siklus II atau naik sebesar 3,33%. Akan halnya pada ketuntasan hasil belajar secara klasikal dari 66,67 % pada siklus I meningkat menjadi 90,48 % pada siklus II atau mengalami peningkatan sebesar 23,81%. Hasil tersebut juga sesuai dengan pendapat Muhammad Yaumi (1912:149), yang mengatakan bahwa untuk dapat mengembangkan dan mengkonstruksi kecerdasan interpersonal yang dimiliki peserta didik, salah satu aktivitas pembelajaran yang sesuai yaitu berdiskusi kelompok.

KESIMPULAN

Dari deskripsi hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa melalui penerapan metode diskusi pada pembelajaran Sejarah di kelas XI IPA 3 SMAN 1 Balikpapan dapat meningkatkan hasil belajar siswa sebesar 45,71%, yakni: pada siklus I sebesar 22,86% (dari 40,00% pada Pra Siklus menjadi 62,86% pada Siklus I), pada siklus II sebesar 22,85% (dari 62,86% pada Siklus I menjadi 85,71% pada Siklus II).

SARAN

Berdasarkan simpulan penelitian ini disarankan kepada: (1) Para Guru Sejarah khususnya dan para guru pada umumnya dapat menerapkan metode diskusi untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa atau untuk mengatasi berbagai permasalahan pembelajaran di kelasnya, (2) Para kepala sekolah dapat mendorong agar para guru dapat melakukan penelitian yang sejenis untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa atau untuk mengatasi berbagai permasalahan pembelajaran yang terjadi pada para guru di kelasnya.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad.1907. Teori dan Praktek Pembelajaran Pendidikan Dasar. Bandung: Modul Pembelajaran Mahasiswa Pasca Sarajana Universitas Pendidikan Indonesia.

Anni, Catharina. 1906. Psikologi Belajar. Semarang: UPT Unnes Press.

Arikunto, Suharsimi.1902. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Darsono, Max, dkk. 1900. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press.

Gottschalk, Louis. 1985. Mengerti Sejarah. Jakarta: UI Press.

Irene A, Siti. 1903. Pengembangan Kecakapan Hidup (Life Skill) Melalui Penanaman Etos Kerja dan Membangun Kreativitas Anak. Cakrawala Pendidikan Jurnal Ilmiah Pendidikan; Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Isman Uspan, Bonifasius Saneba, dan Jamaludin. 2020. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Metode Diskusi Kelompok Dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Kelas III SD Inpres Bualemo 3. Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 1ISSN 2354-614X117.

Kartodirdjo, Sartono. 1992. Pendekatan Ilmu Sosial dalam. Metodologi Sejarah. Jakarta: Gramedia.

Kemdikbud.2013. Modul Bimtek Implementasi Kurikulum 2013 Jenjang SMA. Jakarta: BPSDMPK dan PMP. Dirjen Dikdaasmen Kemdikbud.

Kuntowijoyo. 1995. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta:Yayasan Bentang Jaya. Margono. 1909. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Sudjana. 1905. Metode Stasistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. 1907. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Tarsito.

Sumarni, Abduh H.Harun, dan Imran. 2020. Penerapan Metode Diskusi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Kecil Toraranga Pada Mata Pelajaran PKn Pokok Bahasan Sistem Pemerintahan Kabupaten, Kota dan Provinsi. Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 3 No. 4 ISSN 2354-614X.

Widja, I Gde. 1989. Pembelajaran Sejarah Lokal Suatu Perspektif dalam Sejarah. Jakarta: Dirjen Dikti.

UPAYA PENINGKATAN PRESTASI HASIL BELAJAR ADMINISTRASI