• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KEPUSTAKAAN

B. Kajian Teori

bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai kedewasaan, mampu melaksanakan tugas sebagai makhluk Allah, khalifah dipermukaan bumi, makhluk sosial dan individu yang sanggung berdiri sendiri.16 Menurut Zakiah Daradjat yang dikutip oleh Umar Tirtarahardja guru adalah pendidik profesional, karena secara implisit ia telah merelakan dirinya menerima dan memikul tanggung jawab pendidikan yang terpikul di pundak para orang tua.17

Pengertian guru pendidikan agama Islam sebenarnya tidak jauh berbeda dengan pengertian guru pada umunya. Dapat diartikan bahwa guru pendidikan agama Islam adalah pendidik profesional yang bertanggung jawab memberi bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai kedewasaan, mampu melaksanakan tugas sebagai makhluk Allah, khalifah dipermukaan bumi, makhluk sosial dan individu yang sanggung berdiri sendiri. Senada dengan pengertian tersebut, guru pendidikan agama Islam secara sederhana dapat diartikan sebagai pendidik yang mengajar tentang pendidikan agama Islam.

3. Syarat-syarat Guru Pendidikan Agama Islam

Guru memerlukan pesyaratan-persyaratan disamping keahlian dan keterampilan pendidikan. Berdasarkan Undang-Undang nomor 20

16 Yohana Afliani Ludo Buan, Guru dan Pendidikan Karakter Sinergitas Peran Guru Dalam Menanamkan Nilai-nilai Pendidikan Karakter di Era Milenial (Jawa Barat: CV Adanu Abimata, 2020), 1.

17 Umar Tirtarahardja, Pengantar Pendidikan (Jakarta: Rireka Cipta, 2001), 54.

tahun 2003 dan Peraturan Pemerintah RI nomor 19 tahun 2005 Bab VI tentang Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan pasal 28, syarat-syarat guru diantaranya:

a. Guru harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan ruhani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

b. Kualifikasi akademik, sebagaimana tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang guru yang dibuktikan dengan ijazah dan atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

c. Kompentensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial.

d. Seorang yang tidak memiliki ijazah dan atau sertifikat keahlian tetapi memiliki keahlian khusus yang diakui dan diperlukan dapat diangkat menjadi guru setelah melewati ujian kelayakan dan kesetaraan.

Sementara menurut Zakiah Daradjat, sebagaimana yang dikutip oleh Zainuddin mengatakan bahwa faktor terpenting bagi seorang guru adalah kepribadiannya, dan kepribadian itulah yang akan menentukan apakah ia menjadi pendidik dan pembina yang baik bagi anak didiknya

atau menjadi perusak bagi hari depan anak didiknya.18 Oleh karena itu seorang guru harus memiliki sifat-sifat yang baik sehingga dapat mencerminkan kepribadian baik dan menjadi panutan bagi anak didiknya. Ahmad menyebutkan beberapa sifat yang harus dimiliki oleh seorang guru diantaranya:

a. Bersikap zuhud, dan mengajar hanya karena mencari keridhaan Allah.

b. Sabar dan ikhlas dalam mengajarkan ilmu kepada anak didiknya.

c. Jujur dalam menyampaikan apa yang diserukan.

d. Mampu menggunakan berbagai metode mengajar secara bervariasi, menguasainya dengan baik, mampu memilih metode mengajar yang sesuai.

e. Memahami minat dan kemauan peserta didik.

f. Tanggap terhadap berbagai kondisi dan perkembangan dunia yang mempengaruhi jiwa, keyakinan dan pola pikir peserta didik.

g. Menguasai bidang yang diajarkan, serta senantiasa mendalaminya, agar pengajaran tidak dangkal.19

Senada dengan sifat-sifat guru di atas, Bukhari Umar menyebutkan beberapa syarat-syarat menjadi guru, yaitu guru harus beriman, guru harus berilmu, guru harus mengamalkan ilmunya, adil, ikhlas dan berlapang dada.20 Wiyani juga mengemukakan beberapa

18 Zainuddin, et, al., Seluk-beluk Pendidikan dari Al-Ghazali (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), 56.

19 Zulaichah Ahmad, Perencanaan Pembelajaran PAI (Jember: Manadia Center Press, 2008), 99.

20 Bukhari Umar, Hadis Tarbawi Pendidikan dalam Perspektif Hadis (Jakarta: Amzah, 2016).,76-86.

syarat-syarat menjadi seorang guru terutama guru pendidikan agama Islam. Syarat-syarat tersebut diantaranya:

a. Guru hendaknya menyadari bahwa perkataan dan perbuatannya selalu dalam pengawasan Allah SWT. sehingga ia selalu istiqomah dalam memegang amanah ilmiah yang diberikan Allah SWT.

kepadanya.

b. Guru hendaknya memilihara kemuliaan ilmu, yaitu dengan senantiasa belajar dan mengajarkannya.

c. Guru hendaknya bersifat zuhud, artinya ia mengambil rezeki dunia hanya untuk sekedar memenuhi kebutuhan pokok dirinya dan keluarganya secara sederhana.

d. Guru hendaknya tidak berorientasi duniawi dengan menjadikan ilmunya sebagai alat untuk mencapai kedudukan atau kebanggaan atas orang lain. Dan menjauhi situasi yang bisa mendatangkan fitnah, serta tidak melakukan sesuatu yang dapat menjatuhkan harga dirinya.

e. Guru hendaknya memelihara syiar-syiar Islam dan rajin dalam melakukan hal-hal yang disunnahkan oleh agama, serta menjalankan amar ma’ruf dan nahi mungkar.

f. Guru hendaknya memelihara akhlak yang terpuji, mengisi waktu luangnya dengan hal-hal yang bermanfaat, rajin dan selalu belajar

serta tidak merasa malu untuk menerima ilmu dari orang yang lebuih rendah kedudukannya maupun usianya.21

Berdasarkan pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa seorang guru agama harus memiliki syarat sebagai guru agama, agar dapat berhasil menjalankan tugasnya. Diantara syarat seorang guru agama harus memiliki kualifikasi akademik atau ijazah layaknya guru pada umumnya, harus beriman, berakhlak mulia dan berkepribadian baik. Di samping itu guru pendidikan agama Islam harus menguasai ilmu-ilmu di bidangnya dan ilmu penunjang lainnya sebagai pelengkap dalam menyampaikan materi pelajaran, menyerukan syiar-syiar Islam serta memiliki kompetensi keguruan.

4. Peran dan Tugas Guru Pendidikan Agama Islam

Guru memiliki peranan yang sangat strategis, sebab keberadaanya sangat berkaitan dengan keberhasilan dan kualitas pendidikan. Peran seorang guru dapat diidentifikasikan sedikitnya ada 9 peran, yaitu guru sebagai sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, pelatih, penasehat, pendorong kreativitas, aktor, emansipator, dan sebagai evaluator.22

Selain peran seorang guru di atas, adapun tugas utama menjadi seorang guru adalah mendidik. Mendidik dalam arti luas berarti menggunakan berbagai metode pendidikan untuk menunjang aktivitas

21 Nova Ardy Wiyani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Pendidikan Karakter (Bandung: Alfabeta, 2013), 123-125.

22 Imron Fauzi, Etika Profesi Keguruan (Jember: IAIN Jember Press, 2018), 81-90.

belajar peserta didik agar tercapai tujuan pendidikan. Undang-Undang Republik Indonesia no 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, bab XI tentang pendidikan dan tenaga kependidikan, pasal 39, ayat 1 disebutkan tenanga kependidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan.23

Selanjutnya ayat 2, guru merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat terutama bagi pendidikan pada perguruan tinggi.24

Secara detail, tugas guru dapat dilihat pada buku Pedoman Perhitungan Beban Kerja Guru, yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbing dan melatih murid, dan melaksanakan tugas tambahan, seperti tugas tambahan struktural (menjabat kepala sekolah, kepala laboraturium dan lainya) serta tugas tambahan khusus (pembimbingan praktik kerja industri, kepala unit produksi dn lainnya).25

Peran dan tugas guru pendidikan agama Islam tidaklah jauh dari peran dan tugas guru pada umumnya, yaitu guru pendidikan agama

23 Sekertariat Negara Republik Indonesia. Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 39 ayat (1)

24 Sekertariat Negara Republik Indonesia. Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 39 ayat (2)

25 Mohammad Ahyan Yusuf Sya’bani, Profesi Keguruan Menjadi Guru yang Religius dan Bermartabat (Gresik: Caremedia Communication, 2018), 41.

Islam berperan sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, pelatih, penasehat, pendorong kreativitas, aktor, emansipator, dan sebagai evaluator. Guru pendidikan agama Islam bertugas sebagai perencana pembelajaran, pelaksana pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbing dan melatih siswa.

5. Upaya Guru PAI Membentuk Karakter Siswa

Siswa atau yang disebut sebagai anak didik merupakan setiap orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan.26 Sedangkan dalam arti sempit siswa ialah anak (pribadi yang belum dewasa) yang diserahkan kepada tanggung jawab pendidik atau guru.

Siswa sebagai manusia yang belum dewasa merasa tergantung kepada gurunya, siswa merasa memiliki kekurangan dan keterbatasan tertentu, siswa menyadari bahwa kemampuannya masih sangat terbatas dibandingkan dengan kemampuan gurunya. Kekurangan ini membawanya untuk mengadakan interaksi dengan gurunya dalam situasi pendidikan. Dalam situasi ini pendidikan itu terjadi interaksi kedewasaan dan kebelumdewasaan.

Seorang yang masih belum dewasa, pada dasarnya mengandung banyak sekali kemungkinan untuk berkembang, baik jasmani maupun rohani. Ia memiliki jasmani yang belum mencapai taraf kematangan

26 Dayun Riadi, Nurlaili, Junaidi Hamzah, Ilmu Pendidikan Islam (Yogyakarta: Pusta Pelajar, 2017), 111.

baik bentuk, ukuran maupun perkembangan bagian-bagian lainnya.

Sementara itu, dari aspek rohaniah siswa mempunyai bakat-bakat yang masih perlu dikembangkan, mempunyai kehendak, perasaan dan pikiran yang belum matang.27

Siswa yang masuk dalam kategori seseorang yang masih belum dewasa, dan masih memiliki banyak kemungkinan. Diperlukan upaya-upaya tertentu yang harus dilakukan oleh seorang guru terurtama guru pendidikan agama Islam dalam membimbing dan membentuk karakter.

Terlebih lagi di era digital ini, yang mana kemajuan teknologi telah berperan aktif menggrogoti nilai dari karkater siswa.

Seorang guru dalam membentuk karakter siswa terutama guru pendidikan agama Islam memiliki cara, metode dan teknik-teknik tertentu yang beragam serta berbeda guru satu dengan guru lainnya.

Membentuk karakter pada diri siswa secara umum dapat diupayakan dengan melalui:28

a. Pembiasaan

Pembiasaan merupakan proses yang membuat seseorang menjadi terbiasa akan sesuatu sehingga perilaku yang ditampilkan seakan terjadi begitu saja tanpa melalui perencanaan dan pemikiran lagi. Pembiasaan adalah bagian penting dari proses penanaman karakter pada siswa. Siswa dibiasakan melakukan sesuatu dengan

27 Dayun Riadi, Nurlaili, Junaidi Hamzah, Ilmu Pendidikan Islam (Yogyakarta: Pusta Pelajar, 2017), 113.

28 Hafi Anshari, Pengantar Ilmu Pendidikan (Surabaya: Usaha Nasional, 2002), 69-70.

baik, tertib, dan teratur maka akan terbangun karakter kedisiplinan siswa. Demikian halnya dengan dibiasakan diberi tugas kepada siswa maka akan tertanam kemandirian sekaligus kerja keras pada diri siswa. Pembiasaan merupakan proses yang membuat seseorang menjadi terbiasa akan sesuatu sehingga perilaku yang ditampilkan seakan terjadi begitu saja tanpa melalui perencanaan dan pemikiran lagi.

b. Memberi tauladan atau contoh

Dengan memberikan tauladan yang baik kepada siswa, maka siswa akan mengikuti apa yang mereka lihat pada guru, jadi guru itu sebagai panutan murid maka dari itu guru harus memebrikan contoh yang baik pada siswa.

c. Pengawasan atau kontrol

Kepatuhan siswa terhadap peraturan atau tata tertib bisa dikatakan naik turun, dimana hal tersebut disebabkan oleh adanya situasi tertentu yang mempengaruhi terhadap siswa, adanya anak yang melanggar atau tidak mematuhi peraturan mak perlu adanya pengawasan atau kontrol yang intensif terhadap situasi yang tidak diinginkan akibatnya akan merugikan keseluruhan.

Dari beberapa teori upaya yang secara umum dilakukan oleh seorang guru seperti melalui upaya pembiasaan, tauladan dan pengawasan atau kontrol peneliti disini ingin membuktikan apakah di

SMAN 5 Jember upaya tersebut dilakukan dalam pembentukan karakter siswa di era digital.

6. Membentuk Karakter Siswa

Karakter secara etimologis berasal dari bahasa Yunani (greek), yaitu charassein yang berarti “to engrave”. Kata “to engrave” dapat diterjemahkan mengukir, melukis, memahami, memahatkan, atau menggoreskan. Sedangkan kata karekter dalam bahasa inggris (caracter) berarti watak, karakter, atau sifat.29

Doni Koesoma A. Mengemukakan bahwa karakter sama dengan kepribadian. Kepribadian dianggap sebagai ciri, atau karakteristik, atau gaya, atau gaya ciri khas seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan, misalnya keluarga pada masa kecil, juga bawaan sejak lahir. Orang berkarakter berarti orang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan.30

Achmad syaifuddin, mengatakan bahwa karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebagsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma agama, hukum dan tata krama, budaya, dan adat istiadat.31

29 Free Software Foundation, Kamus Inggris-Indonesia_Indonesia-Inggris, 115

30 Doni Koesoma A, Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman Global (Jakarta:

Grasindo, 2007) 80

31 Achmad Syaifuddin, Pendidikan karakter Berbasis keaifan Lokal Budaya Bangsa (Jakarta:

INDOCAMP, 2019), 14

Sedangkan ki Hadjar Dewantara sebagaimana dikutip oleh Selamet Yahya memandang karakter itu sebagai watak atau budi pekerti. Menurutnya, budi pekerti adalah menyatunya antara gerak pikiran, perasaan, dan kehendak atau kemauan, yang kemudian menimbulkan tenaga. Setiap orang menurut Ki Hadjar Dewantara memiliki karakter yang berbeda-beda, sebagaimana mereka memiliki roman muka yang bereda beda pula. Manusia satu dengan yang lainnya tidak ada kesamaan karakternya, sebagaimana perbedaan guratan tangan dan sidik jari mereka. Karena sifatnya yang konsisten, dan tetap maka karakter itu kemudian menjadi penanda seseorang.32

Anas Salahudin dan Irwanto juga berpendapat bahwa karakter merupakan cara pikir dan prilaku yang menjadi ciri khas setiap individu untuk hidup dan bekerja sama. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap bertanggungjawabkan setiap akibat dari keputusan yang ia buat.33 Karakter dapat pula diartikan sebagai konsekuen tidaknya dalam mematuhi etika prilaku, konsisten tidaknya dalam memegang pendirian atau pendapat.34

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa karakter adalah pola prilaku yang menjadi ciri khas individu dan bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan. Individu yang

32 M Selamet Yahya, Pendidikan Karakter Melalui Budaya Sekolah (Yogyakarta: Lontar Mediatama 2018) 25

33 Anas Salahudin dan Irwanto Alkrienciehie, Pendidikan Karakter Pendidikan Berbasis Agama &

Budaya Bangsa (Bandung: Pustaka Setia, 2013), 44.

34 Deni Febrini, Bimbingan Konseling (Yogyakarta: Teras, 2011), 35.

berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap bertanggung jawabkan setiap akibat dari keputusan yang ia buat.

Karakter tanpa identifikasi nilai-nilai karakter, hanya akan menjadi sebuah perjalanan tanpa akhir, diibaratkan sebagai petualangan tanpa sebuah peta. Pusat Kurikulum telah mengidentifikasi 18 nilai-nilai karakter yang bersumber dari agama, pancasila, budaya serta tujuan pendidikan nasional.

Nilai-nilai karakter yang berjumlah 18 macam, peneliti hanya berfokus dan membahasa 3 nilai karakter, yaitu:

a. Religius

Religius, yaitu sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleransi terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.35 Religius menurut Islam adalah menjalankan ajaran secara menyeluruh. Sebagaimana Allah berfirman di dalam Al-Qur’an Surah Al-Baqarah ayat 208 yang berbunyi:

ْاوُلُخۡدٱ ْاوُنَماَء َنيي لَّٱ اَهُّي َّ َ أٰٓي ِۚينَٰ َطۡي َّشلٱ يتََٰو ُطُخ ْاوُعيبَّتَت َلاَو ٗةَّفَٓكَ يمۡلي سلٱ يفِ

ٞينيبُّم ٞ وُدَع ۡمُكَل ۥُهَّنيإ ٢٠٨

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.”

35 Anas Salahudin dan Irwanto Alkrienciehie, Pendidikan Karakter Pendidikan Berbasis Agama &

Budaya Bangsa (Bandung: Pustaka Setia, 2013), 54.

Maksud ayat tersebut, dapat dipahami bahwa setiap muslim baik dalam berpikir, bersikap maupun bertindak diperintahkan untuk ber-Islam. Dalam melakukan aktivitas ekonomi, sosial, politik atau aktivitas apapun, muslim diperintahkan untuk melakukannya dalam rangka beribadah kepada Allah Swt. Adapun istilah lain dari agama, antara lain religi, religion (Inggris), religie (Belanda), dan dien (Arab). Kata religion (Inggris) dan religie (Belanda) adalah berasal dari induk kedua bahasa yaitu bahasa latin

“religio” dari akar kata “relegare” yang berarti mengikat.36

Dari istilah agama inilah muncul yang dinamakan religiusitas. Menurut Glock dan Stark yang dikutip oleh Asmaun

Sahlan, merumuskan religiusitas sebagai komitmen religius (yang berhubungan dengan agama atau keyakinan iman), yang dapat dilihat melalui aktifitas atau perilaku individu yang bersangkutan dengan agama atau keyakinan iman yang dianut. Religiusitas sering diidentikkan dengan keberagaman. Religiusitas seorang mencapai tingkatan yang optimal, maka ia memperoleh berbagai pengalaman dan penghayatan keagamaan, itulah ihsan dan merupakan akhlak tingkat tinggi. Selain keempat tingkat diatas ada lagi hal penting yang harus diketahui dalam religiusitas Islam yakni

36 Free Software Foundation, Kamus Inggris-Indonesia_Indonesia-Inggris, 531.

pengetahuan keagamaan seseorang.37 karena itu keberagaman seseorang meliputi berbagai macam sisi atau dimensi.

Menurut Nurgiansah38 ada beberapa indikator-indikator karakter religius diantaranya:

1) Patuh menjalan ajaran agama seperti mengucapkan salah, berdoa sebelum dan sesudah belajar, membaca kitab suci al-Qur’an dan sholat berjamaah.

2) Toleransi terhadap pelaksanaan ibadah agama lain 3) Hidup rukun dengan pemeluk agama lain

Jadi karakter religius bisa dimaknai sebagai sebuah watak atau pola prilaku patuh dalam melaksanakan ajaran agama dan bersangkutan dengan keyakinan atau iman yang dianut. Selain dengan pembiasaan, keteladanan dan pengawasan juga bisa diupayakan dengan:

1) Penanaman persepsi penggunaan busana sesuai syariat Islam.

Islam sudah memberikan rambu-rambu dan batas-batas aurat umatnya. Untuk laki-laki dari pusar sampai lutut sedangkan bagi seorang perempuan ialah seluruh tubuh kecuali telapak tangan dan wajah. Berbusana muslim bukan hanya menutup badan akan tetapi juga harus menghilangkan rasa yang

37 Asmaun Sahlan, Mewujudkan Budaya, 17.

38 T Heru Nurgiansah, “Pendidikan Pancasila Sebagai Upaya Membentuk Karakter Religius.” Jurnal Basicedu 6, no 4 (2022), 7314.

menimbulkan syahwat kepada orang lain.39 Dan berbusana merupakan perwujudan dari dasar manusia yang mempunyai keimanan dan rasa malu.

2) Berfokus kepada KD atau materi pembelajaran dan menggunakan metode pembelajaran yang sesuai. Abdullah Syahid mengatakan bahwa pendidikan agama Islam merupakan usaha sadar yang dilakukan guru dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk memahami, meyakini dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, pelatihan dan penugasan yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.40

b. Disiplin

Disiplin merupakan suatu tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuandan peraturan.

Tanpa disiplin yang baik, maka usaha yang dilakukan oleh seseorang juga sulit mencapai keberhasilan.41 Peraturan ini dibuat agar seseorang dapat dan bertindak secara baik agar berhasil dengan baik untuk meraih hal yang diharapkan.

Menurut Amiroeddin Sjarif, mengatakan bahwa disiplin pada hakikatnya merupakan suatu ketaatan yang

sunggguh-39 Fuad Moch. Fachrudin, Aurat Dan Jilbab Dalam Pandangan Mata Islam (Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 1991), 33

40 Abdullah Syahid, “Penerapan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam Membentuk Karakter Pribadi yang Islami”, Jurnal Pendidikan, 2, no. 1 (2018): 85.

41 Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi (Bandung: Alfabeta, 2014), 33

sungguh didukung oleh kesadaran untuk menunaikan tugas kewajiban serta berperilaku sebagaimana mestinya, menurut aturan-aturan atau tata kelakuan yang berlaku dalam suatu lingkungan tertentu. Jadi realisasinya terlibat (menjelma) dalam perbuatan atau tingkah laku yang nyata, yakni perbuatan tingkah laku yang sesuai dengan aturan-aturan atau tata kelakuan yang semestinya.42

Sikap disiplin sering kali dikaitkan dengan hidup ala militer, perlu diketahui bahwa tidak hanya militer saja yang harus hidup disiplin. Setiap individu harus disiplin dan patuh terhadap perturan. Mulai dari hal kecil misalnya, mengatur waktu dan memanfaatkan waktu sebaik-baiknya untuk menyelesaikan tugas, juga dapat disebut dengan disiplin diri.

Menurut Marzuki, ada beberapa indikator-indikator kedisiplinan yang dicirikan43 sebagai berikut:

1) Disiplin waktu yang artinya datang tepat waktu

2) Disiplin kelas maksudnya taat pada aturan-aturan kelas 3) Disiplin pada peraturan sekolah

Disiplin merupakan karakter yang sangat penting dan perlu tetap melekat di dalam diri individu. Adapun upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam membentuk karakter disiplin selain dari

42 Furqon Hidayatullah, Pendidikan Karakter Membangun Peradaban Bangsa (Surakarta: Yuma Pressindo, 2010), 45

43Marzuki, Pendidikan Karakter Islam (Jakarta: Amzah, 2015), 104

pembiasaan, keteladanan dan pengawasan ialah dengan pemberian sangsi. Menurut Aim Abdulkarim sangsi adalah tindakan terakhir yang dilakukan jika teguran dan peringatan belum mampu mencegah siswa untuk tidak melakukan pelanggaran.44

c. Peduli lingkungan

Peduli lingkungan, yaitu sikap dan tindakan yang berupaya mencegah kerusakan lingkungan alam disekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.45 Permasalah lingkungan hidup di Indonesia semakin hari semakin parah. Kondisi tersebut secara langsung telah mengancam kehidupan manusia. Tingkat kerusakan alam pun meningkatkan rasio bencana alam. Sejumlah data kerusakan lingkung lingkungan di Indonesia, terutama akibat perbuatan manusia seperti laju deforestasi mencapai 2,8 juta hektar per tahun yang mengakibatkan 21 % dari 133 juta hektar hutan Indonesia hilang, 30% dari 2,5 juta hektar terumbu karang di Indonesia mengalami kerusakan, pencemaran laut termasuk pencemaran di pantai-pantai menyebabkan sekitar 5,6 juta nelayan Indonesia terancam kehidupannya, pencemaran udara paling parah di

44 Aim Abdulkarim, Pendidikan Kewarganegaraan Membangun Warga Negara yang Demokratis untuk Kelas VII Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (Bandung: Grapindo Media Pratama. 2007), 24

45 Anas Salahudin dan Irwanto Alkrienciehie, Pendidikan Karakter Pendidikan Berbasis Agama &

Budaya Bangsa (Bandung: Pustaka Setia, 2013), 55.

Indonesia ditimbulkan oleh asap kebakaran hutan dan lahan gambut serta ratusan hewan langka terancam punah.46

Permasalahan lingkungan yang selama ini terjadi harus segera ditanggulangi. Salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan lingkungan yaitu melalui pembentukan karakter peduli lingkungan. Pemahaman dan kesadaran tentang pentingnya menjaga kelestarian kualitas lingkungan sangat baik apabila mulai diterapkan melalui pendidikan. Pendidikan di jenjang SMA merupakan salah satu lembaga yang nantinya melahirkan generasi penerus yang langsung terjun pada masyarakat dan lingkungan sekitar.

Menurut Taufiq47 dkk ada beberapa indikator tentang karakter peduli lingkungan diantanaya:

1) Selalu menjaga kelestarian lingkungan sekitar

2) Membuang sampah pada tempat sampah dan tidak mencoret-coret tembok dsb.

3) Melaksanakan kegiatan membersihkan lingkungan

Pembentukan karakter peduli lingkungan merupakan suatu hal yang sangat urgent terlebih lagi berkaca terhadap fenomena

46 Ratna Wildyaningrum, “Pembentukan karakter Peduli Lingkungan Siswa Sekolah Dasar Melalui Sekolah Peduli dan Berbudaya Lingkungan.” Jurnal Ilmiah Widya Wacana, Vol. 11 No. 1 (Maret 2016), 112.

47 M. Taufiq dkk, “Pengembangan Media Pembelajaran Ipa Terpadu Berkarakter Peduli Lingkungan Tema Konservasi Berpendekatan Science-Edutainment,” Jurnal Pendidikan IPA Indonesia 3, no 2 (Oktober 2014), 141.

alam yang sudah terjadi belakangan ini. Adapun pembentukan karakter peduli lingkungan selain dengan pembiasaan, keteladanan dan pengawasan oleh guru juga dapat dilakukan dengan mengupayakan:

1) Mengkaitkan KD atau materi yang bersifat umum dengan materi peduli lingkungan. Syukri Hamza mengatakan bahwa materi pendidikan lingkungan memiliki keeratan dengan beberapa disiplin ilmu yang lain secara signifikan.

Pembelajaran pendidikan lingkungan yang dilaksanakan dibanyak negara juga dilaksanakan secara terintegritas dengan beberapa disiplin ilmu lain yang relevan.

2) Melalui program adiwiyata atau ekstakulikuler. Pendidikan lingkungan menurut Daryanto ialah program peduli lingkungan hidup ditunjukkan pada aspek tingkah laku manusia, terutama interaksi manusia dengan lingkungan dan kemampuan memecahkan masalah lingkungan.48

48 Daryanto, Pengantar Pendidikan Lingkungan Hidup (Yogyakarta: Gava Media, 2013), 12.

Dokumen terkait