• Tidak ada hasil yang ditemukan

Upaya Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Membentuk Karakter Siswa Pada Era Digital Di SMAN 5 Jember

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Upaya Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Membentuk Karakter Siswa Pada Era Digital Di SMAN 5 Jember"

Copied!
130
0
0

Teks penuh

(1)

i

UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK KARAKTER SISWA

PADA ERA DIGITAL DI SMAN 5 JEMBER

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Program Studi Pendidikan Agama Islam

Oleh:

Muhammad Taufik NIM. T20171236

UVERSITAS ISLAM NEGERI KIAI HAJI ACHMAD SIDDIQ JEMBER FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

TAHUN 2022

(2)

ii

UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK KARAKTER SISWA

PADA ERA DIGITAL DI SMAN 5 JEMBER

SKRIPSI

diajukan kepada Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember

untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Program Studi Pendidikan Agama Islam

Oleh:

Muhammad Taufik NIM. T20171236

Disetujui Pembimbing:

H. M. Syamsudini, M.Ag

NIP. 197404042003121004

(3)

iii

UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK KARAKTER SISWA

PADA ERA DIGITAL DI SMAN 5 JEMBER

SKRIPSI

telah di uji dan diterima untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan Pendidikan Islam

Program Studi Pendidkan Agama Islam Hari: Selasa

Tanggal: 27 Desember 2022 Tim Penguji

Ketua Sekretaris

Dinar Maftukh Fajar, M.P.Fis Imaniah Bazlina Wardani, M.Si NIP. 199109282018011001 NIP. 199401212020122014 Anggota:

1. Hafidz, S.Ag.,M.Hum. (...) 2. H. M. Syamsudini, M.Ag (...)

Menyetujui

Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Prof. Dr. Hj. Mukni’ah, M.Pd.I.

NIP: 196405111999032001

(4)

iv MOTTO

َريخلۡأٓٱ َمۡوَ لۡٱَو َ َّللَّٱ ْاوُجۡرَي َن َكَ نَمي ل ٞةَن َسَح ٌةَوۡس ۡ ُ

أ ي َّللَّٱ يلوُسَر يفِ ۡمُك َل َنَكَ ۡدَقَّل اٗيريث َك َ َّللَّٱ َرَكَذَو ٢١

Artinya: Sesungguhnya, telah ada pada diri Rasulallah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan yang banyak mengingat Allah (QS. AL- Ahzab: 21).1

1 Departemen Agama Republik Indonesia, Alquran dan Terjemah, (Diponegoro: CV Penerbit, 2000), 336.

(5)

v

PERSEMBAHAN

Sujud syukur kusembahkan kepada-Mu Ya Allah, Tuhan yang Maha Agung dan Tinggi. Karya tulis ini saya persembahkan untuk orang-orang yang saya sayangi.

1. Orang tua dan adik tercinta (Alm Bapak Sam Haji dan Ibu Endang Wahyuningsih serta adikku Nur Zulaika) Terimakasih untuk setiap perjuangan dalam membersarkan dan mendidik dengan penuh kasih sayang, serta untuk setiap doa-doa yang dipanjatkan untukku. Dan untuk adiku tetap semangat dan lampauilah kakakmu ini.

2. Semua guru dan dosen yang telah membimbing, mendidik dan memotivasi saya, sehingga saya dapat mewujudkan mimpi saya sebagai awal untuk menggapai cita-cita.

3. Istriku Oktavia Ifadatul Jannah yang selalu mendukung dan memotivasi dalam penulisan karya ilmiah yang sederhana ini.

4. Teman-teman seperjuangan keluarga besar PAI A6 angkatan 2017 yang selalu menemani dan memberikan semangat dari awal sampai akhir perkuliahan.

Terkhusus kepada Moh. Wasil dan Achmad Huzaini yang selalu membatu saya selama kuliah.

5. Organisasi ICIS Universitas Islam Negeri KH Achmad Siddiq Jember yang telah banyak memberikan pengalaman berharga dalam berorganisasi.

6. Almamater UIN KH Achmad Siddiq Jember dan Civitas Akademik, terima kasih atas wadah yang diberikan selama peneliti menimba ilmu.

(6)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah atas kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan lancar. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda Nabi muhammad Saw. yang senantiasa diharapkan syafaatnya kelak di akhirat nanti.

Penelitian yang berjudul, “Upaya Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Membentuk Karakter Siswa Pada Era Digital di SMAN 5 Jember” merupakan upaya yang dilakukan penulis dalam rangka menyelesaikan studi Universitas Islam Negeri KH Achmad Siddiq Jember. Penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan dan saran dari semua pihak, baik langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis menyadari dan menyampaikan terimakasih yang sedalam- dalamnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Babun Suharto, SE., MM., selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri Jember.

2. Ibu Prof. Dr. Hj. Mukni’ah, M. Pd. I., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Jember.

3. Ibu Dr. Hj. Fathiyaturrahmah, M.Ag selaku koordinator Program Studi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan yang telah membantu dalam segala hal yang diperlukan sebagai syarat skripsi.

(7)

vii

4. Bapak H. M. Syamsudini, M.Ag, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan pengarahan, motivasi, dan meluangkan waktunya untuk membimbing peneliti dalam menyelesaikan skripsi dengan baik.

5. Drs. Nahrowi selaku kepala SMA Negeri 5 Jember yang telah memberikan izin dan pengarahan terhadap penyusunan skripsi ini.

Semoga segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis tercatat sebagai amal shalih yang diterima Allah SWT. Penulis mengakui skripsi ini masih banyak kekurangan dan kekeliruan, baik yang terdapat dalam pembahasan maupun tulisan.

Oleh sebab itu penulis mengharapkan saran dan kritikan terhadap skripsi ini Akhirnya semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi diri penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Aamiin yaa Robbal Alamin.

Jember, 20 Desember 2022 Penulis

Muhammad Taufik NIM. T20171236

(8)

viii ABSTRAK

Muhammad Taufik, 2022: Upaya Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Membentuk Karakter Siswa Pada Era Digital Di SMAN 5 Jember.

Kata Kunci: Upaya Guru Pendidikan Agama Islam, Karakter Religius, Disiplin, dan Peduli Lingkungan.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh merosotnya karakter siswa akibat dari majunya teknologi, seperti kurangnya sikap religius, kedisiplinan serta kepedulian terhadap lingkungan sekitar. Kemajuan teknologi ini merupaka sebuah pisau yang bermata dua, artinya bisa digunakan dalam hal postif maupun hal negatif. Untuk menimalisir dampak dari majunya teknologi yang berkembang saat ini maka perlu diajarkan mengenai pendidikan karakter. SMAN 5 Jember merupakan lembaga yang menyandang nama Adiwiyata tidak hanya menciptakan insan yang berprestasi, tetapi juga berkarakter Islami, intinya antara IPTEK dan IMTAQ diupayakan saling bersinergi. Pengupayan pembentukan karakter merupakan tugas seluruh warga sekolah termasuk guru pendidikan agama Islam yang berperan dalam pembentukan karakter melalui proses belajar mengajar serta kegiatan di sekolah.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka fokus penelitian ini diantaranya, (1) Bagaimana upaya guru pendidikan agama Islam dalam membentuk karakter religius di era digital, (2) Bagaimana upaya guru pendidikan agama Islam dalam membentuk karakter disiplin di era digital, (3) Bagaimana upaya guru pendidikan agama Islam dalam membentuk karakter peduli lingkungan di era digital?

Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan jenis penelitian naratif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik wawancara tak terstruktur, observasi, dan dokumentasi. Sedangkan untuk menganalisis data menggunakan teori Miles, Huberman. Terakhir untuk membuktikan keabsahan data menggunakan teknis triangulasi sumber dan teknik.

Hasil penelitian ini adalah (1) Upaya guru pendidikan agama Islam dalam membentuk karakter religius pada era digital yaitu guru membudayakan atau mebiasakan pembacaan asmaul husna, berdoa sebelum dan sesudah memulai pelajaran. Membawa dan membaca kitab suci al-Qur’an, pelaksanaan sholat berjamaah, penerapan penggunaan busana sesuai syariat Islam yang dilaksanakan melalui integrasi materi pendidikan agama Islam dan juga pemberian tauladan dalam sikap toleransi terhadap orang yang berbeda keyakinan. (2) Upaya guru pendidikan agama Islam dalam membentuk karakter disiplin pada era digital yaitu guru sebagai teladan yang baik dalam penanaman karakter disiplin dikombinasikan dengan cara pengawasan dan penyadaran akan pentingnya sikap disiplin serta pemberian sangsi terhadap peserta didik yang tidak disiplin. (3) Upaya guru pendidikan agama Islam dalam membentuk karakter peduli lingkungan pada era digital yaitu guru sebagai tauladan baik dalam penanaman pendidikan lingkungan yang dilaksanakan melalui integrasi materi pendidikan agama Islam dengan KD terkait dan juga dilaksanakan melalui kegiatan pramuka lingkungan hidup melalui kegiatan ecopreneur.

(9)

ix

DAFTAR ISI

Halaman Sampul i

Persetujuan Pembimbing ii

Pengesahan Tim Penguji iii

Motto iv

Persembahan v

Kata Pengantar vi

Abstrak viii

Daftar Isi ix

Daftar Tabel xii

Daftar Gambar xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Konteks Penelitian ... 1

B. Fokus Penelitian ... 11

C. Tujuan Penelitian ... 11

D. Manfaat Penelitian ... 12

E. Definisi Istilah ... 14

F. Sistematika Pembahasan ... 15

BAB II KEPUSTAKAAN ... 17

A. Penelitian Terdahulu ... 17

B. Kajian Teori ... 1. Pengertian Upaya Guru PAI ... 2. Pengertian Guru PAI ... 3. Syarat-syarat Guru PAI ... 4. Peran dan Tugas Guru PAI ... 5. Upaya Guru PAI Membentuk Karakter Siswa ... 6. Membentuk Karakter Siswa ... a. Religius ... b. Disiplin ... c. Peduli lingkungan ... 22 22 22 23 27 29 32 34 37 39 BAB III METODE PENELITIAN ... 41

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 41

B. Lokasi Penelitian ... 43

C. Subjek Penelitian ... 43

D. Teknik Pengumpulan Data ... 45

E. Analisis Data ... 46

F. Keabsahan Data ... 48

(10)

x

G. Tahap-tahap Penelitian ... 49

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA ... 52

A. Gambaran Obyek Penelitian ... 1. Sejarah Berdirinya SMA Negeri 5 Jember ... 2. Identitas SMA Negeri 5 Jember ... 3. Letak Geografis SMA Negeri 5 Jember ... 4. Visi dan Misi SMA Neegeri 5 Jember ... 52 52 54 54 55 B. Penyajian Data dan Analisis 1. Upaya guru pendidikan agama Islam dalam membentuk karakter religius pada era digital ... 2. Upaya guru pendidikan agama Islam dalam membentuk karakter disiplin pada era digital ... 3. Upaya guru pendidikan agama Islam dalam membentuk karakter peduli lingkungan pada era digital ... 56 56 63 68 C. Pembahasan Temuan ... 1. Upaya guru pendidikan agama Islam dalam membentuk karakter religius pada era digital ... 2. Upaya guru pendidikan agama Islam dalam membentuk karakter disiplin pada era digital ... 3. Upaya guru pendidikan agama Islam dalam membentuk karakter peduli lingkungan pada era digital ... 77 77 81 84 BAB V PENUTUP ... 89

A. Kesimpulan ... 89

B. Saran ... 90

DAFTAR PUSTAKA ... 91

(11)

xi LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1. Pernyataan Keaslian Tulisan Lampiran 2. Keterangan Lolos Cek Turnitin Lampiran 3. Matrik Penelitian

Lampiran 4. Pedoman Penelitian

Lampiran 5. Jurnal Kegiatan Penelitian di SMAN 5 Jember Lampiran 6. Dokumen

Lampiran 7. Dokumentasi

Lampiran 8. Permohona Ijin Penelitian

Lampiran 9. Surat Keterangan Selesai Penelitian Lampiran 10. Biodata Penulis

(12)

xii

DAFTAR TABEL

No. Uraian Hal

1. Pemetaan Kajian Terdahulu 20

2. Pembahasan dan Temuan 73

(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

No. Uraian Hal

1. Kegiatan-kegiatan yang mencerminkan karakter religius 59

2. Absensi Kelas X IPS 2 65

3. Membuang sampah pada tempat sampai sesuai jenisnya 70

(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Konteks Penelitian

Upaya seorang guru dalam dunia pendidikan di era digital perlu diperhatikan dan ditinjau kembali. Upaya yang dimaknai dengan usaha sadar untuk mencapai suatu tujuan, akhir-akhir ini begitu penting untuk ditingkatkan. Dikatakan penting karena upaya seorang guru merupakan modal utama dalam mencapai tujuan pendidikan. Selain itu, guru diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan, yang berdasarkan pengetahuan dan pengalaman bertanggung jawab atas kelancaran perjalanan siswa- siswanya dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, upaya seorang guru begitu diperlukan karena upaya guru akan memberikan warna, corak dan bekas terhadapat siswa selama perjalanan pembelajaran berlangsung.

Upaya seorang guru di era digital ini perlu dititik beratkan terhadap pembentukan karakter. Hal ini karena melihat realita pesatnya kemajuan teknologi yang telah merasuki jiwa-jiwa penggunanya, dan menggrogoti karakter penggunanya, terlebih lagi karakter pada diri siswa. Upaya seorang guru dalam membentuk karakter bukanlah sebuah pekerjaan yang mudah dan dapat dilakukan secara simultan, tetapi sebuah pekerjaan yang membutuhkan proses serta upaya-upaya tertentu yang harus dilakukan.

Salah satu upaya guru dalam membentuk karakter ialah melalui kegiatan pendidikan.

(15)

Pendidikan sering diartikan sebagai usaha sadar manusia untuk membina kepribadian yang sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Selain itu pendidikan dalam terminologi agama kita disebut dengan tarbiyah, yang mengandung arti dasar sebagai pertumbuhan, peningkatan, atau membuat sesuatu menjadi lebih tinggi. Karena makna dasarnya pertumbuhan atau peningkatan, maka hal ini mengandung asumsi bahwa dalam setiap diri manusia sudah terdapat bibit-bibit kebaikan.

Adalah tugas para pendidik untuk mengembangkan bibit-bibit positif anak- anak didik mereka dengan sebaik-baiknya. Dengan demikian, pendidikan merupakan sebuah proses meningkatkan potensi-potensi positif yang bersemayam dalam jiwa setiap anak hingga mencapai kualitas yang setinggi-tingginya, dan proses pendidikan itu tidak pernah berakhir selama hayat masih dikandung badan.2

Perlu diperhatikan bahwasanya dipilihnya upaya seorang guru pada penelitian ini, bukan peran seorang guru, media pembelajaran dll. Karena upaya seorang guru merupakan hal mendasara yang akan dilakukan oleh guru untuk mencapai tujuan yang diinginkan, dan untuk bisa mencapai tujuan tesebut guru pastinya akan berupaya yang terbaik, guru berupaya menjadi peran terbaik, guru berupaya menggunakan media berkualitas, artinya upaya seorang guru merupakan lingkaran yang melingkarai tindak

2 Zaprulkhan,Filsafat Umum Sebuah Pendekatan Tematik (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2016), 293-294.

(16)

tanduk seorang guru untuk menjapai tujuan pembelajaran yang sesuai dengan Undang-undang.

Dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem Pendiidkan Nasional memberikan dasar hukum untuk membangun Pendidikan nasional dengan menerapkan prinsip demokrasi, desentralisasi, otonomi, keadilan dan menjungjung tinggi hak asasi manusia. Fungsi dan tujuan Pendidikan Nasional menurut Undang-Undang sistem Pendidikan nasional no 20 tahun 2003 Bab 3 pasal 3. Pendidikan nasional berfungsi membangun kemampuan dan membentuk watak serta peradapan bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, serta bertanggung jawab.3

Membicarakan tentang karakter merupakan hal yang sangat penting dan mendasar. Karakter merupakan nilai-nilai prilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perubahan berdasarkan norma agama, hukum, tata krama, budaya dan adat istiadat.4

Namun kita berkaca pada masa kini bahwa kerakter anak bangsa telah mengalami krisis yang begitu mendalam seperti merosotnya etika dan

3 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas dan Peratiran Pemerintaha RI Tahun 2005 (Bandung: Citra Umbara, 2017), 6.

4 Achmad Syaifudin, Pendidikan Karakter Berbasis Kearifan Lokal Budaya Bangsa (Jakarta:

INDOCAMP, 2019), 14.

(17)

moral. Hal ini dampak dari berkembangnya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang dikenal dengan istilah era digital dimana kemajuan teknologi berkembang dengan pesat. Hampir seluruh lapisan masyarakat dapat menggunakan internet dalam kehidupan sehari-hari, seakan-akan dunia dalam genggaman setiap individu. Begitupun dengan peserta didik belakangan ini lebih banyak menghabiskan waktunya bermain games online, berinteraksi dengan media gedget seperti telepon seluler, laptop dan video games. Aktivitas yang bersentuhan dengan teknologi lebih mewarnai kehidupan peserta didik, dari pada berinteraksi dengan teman sebaya di lingkungan rumah, bermain sepak bola, bersepeda atau aktivitas lainnya. Hal ini bisa disebut dengan disruptive innovation yakni bermunculan inovasi yang memudahkan kaum modernis tetapi sangat berpotensi menghancurkan sistem-sistem lama yang sudah berjalan.5

Melihat pada zaman masa kini di lembaga sekolah, para remaja khususnya kalangan siswa SMA kecanduan akan internet mulai merajalela.

Bagaimana tidak dikatakan demikian, setiap aktivitas hampir semuanya dihiasi dengan internet. Parahnya lagi tak jarang ditemukan ketika pembelajaran berlangsung siswa asik bermain game online seperti Mobile Legends, PUBG dan lain-lain. Hal itu menyita waktu belajar siswa dengan

hal-hal yang tidak penting dalam artian nilai dari karakter baik yang seharusnya tertanam pada diri siswa mulai terancam musnah.

5 Luluk Ifadah, “Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Dalam Menghadapi Tantangan Era Revolusi Industri 4.0” 2, no. 2 (2019): 53.

(18)

Selain problematika di atas terdapat beberapa permasalah lain yang terjadi. Dalam riset yang dilakukan oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) dan Pusat Penelitian Universitas Indonesia terungkap bahwa biaya ekonomi dan sosial penyalah gunaan narkoba di Indonesia tahun 2004 mencapai Rp. 23,6 triliun. Sekitar 1,5% di antara penduduk Indonesia merupakan pemakai narkoba, 78% korban tewas akibat narkoba antara usia 19-21.

Adapun pertumbuhan budaya seks, yakni kehamilan di luar nikah rata-rata 17% per tahun dan pelaku aborsi di luar nikah 2,4 juta jiwa per tahun. Belum lagi kasus perkelahian, tawuran, dan kekerasan remaja. Dari hasil survei FEKMI 54% remaja berkelahi, 47 % siswa mengaku nakal disekolah, 33%

tidak mempedulikan peraturan sekolah.6 Dari permasalah yang terjadi di atas maka membentuk karakter siswa tersebut begitu penting untuk dilakukan oleh seorang guru terlebih lagi di zaman digital ini.

Dalam membentuk nilai-nilai agama pada diri anak sehingga mampu tercermin pada perilaku mereka, maka diperlukan suatu cara menangani pengaruh buruk dari pesatnya teknologi serta diperlukannya tindakan penggiringan karakter siswa menuju karakter yang baik sesuai tuntunan agama. Untuk itu kondisi dan fakta kemorosotan karakter dan moral, menegaskan bahwa para guru yang mengajar dalam mata pelajaran apa pun terlebih lagi guru pendidikan agama Islam atau yang disebut dengan

6 Anas Salahudin dan Irwanto Alkrienciehie¸Pendidikan Karakter Pendidikan Berbasis Agama&

Budaya Bangsa (Bandung: Pustaka Setia, 2013), 32 -33.

(19)

istilah guru PAI harus memiliki perhatian dan menekankan pendidikan karakter pada para siswanya.

Guru pendidikan agama Islam harus memiliki kemampuan untuk mengembangkan kemampuan para siswanya melalui pemahaman, keaktifan dan pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan zaman dengan mengembangkan keterampilan agar siswa memiliki sikap kepribadian akhlak yang baik. Guru pendidikan agama Islam merupakan sebuah figur utama dalam mencetak karakter yang sesuai dengan ketentuan Islam. Guru Pendidikan Agama Islam dituntut untuk mampu menjalankan tugasnya sebagai guru pendidikan agama Islam yaitu bukan hanya bertanggung jawab menyampaikan materi pelajaran kepada peserta didik, tetapi juga membentuk kepribadian peserta didik, yang pada akhirnya peserta didik memiliki karakter yang baik7.

Rasulullah SAW. bersabda tentang pentingnya karakter (akhlak) di dalam hadist yang diriwayatkan oleh al-Bukhari berikut ini :

َل َلاَق ويرْمَع ينْب ي َّللَّا يدْبَع ْنَع ْم

اَف َمَّلَسَو يهْيَلَع ُ َّللَّا َّلَّ َص ي َّللَّا ُلْوُسَر ْنُكَي ا ًشيح

َتُم َلاَو ا ًشي ح َف

َي َن َكَ ُهَّنوَإِ

اًقَلاْخ َ

أ ْمُكُنيساَح َ

أ ْمُكَراَييخ َّنيإ ُلوُق

Artinya: Abdullah bin Amru berkata, “Nabi SAW bukan seorang yang keji dan tidak bersikap keji,” Beliau bersabda, “Sesungguhnya yang terbaik di antara kamu adalah yang paling baik akhlaknya.” (HR.

Al-Bukhari).8

7 Achmad Patoni, Metodologi Pendidikan agama Islam (Jakarta: PT. Bina Ilmu, 2004), 24.

8 Bukhari Umar, Hadis Tarbawi Pendidikan dalam Perspektif Hadis (Jakarta: AMZAH, 2016), 35.

(20)

Nabi Muhammad SAW. sebagai manusia sempurna yang pernah hidup di muka bumi telah memberikan contoh keteladanan bagaimana membangun sebuah karakter bangsa dan mempengaruhi dunia. Sebagimana menurut Michael H. Hart penulis buku 100 tokoh yang berpengaruh di dunia yang dikutip oleh Faramarz bin Muhammad Rahbar, bahwa Nabi Muhammad SAW. sebagai manusia paling berpengaruh di sepanjang sejarah kemanusiaan, karena mampu mengubah wajah karakter masyarakat dari realitas masyarakat yang sangat tidak beradab9. Selain itu, juga ditegaskan dalam firman Allah SWT. dalam Surah Al-Ahzab ayat 21 yang berbunyi:

َريخلۡأٓٱ َمۡوَ لۡٱَو َ َّللَّٱ ْاوُجۡرَي َن َكَ نَمي ل ٞةَن َسَح ٌةَوۡس ۡ ُ

أ ي َّللَّٱ يلوُسَر يفِ ۡمُك َل َنَكَ ۡدَقَّل اٗيريث َك َ َّللَّٱ َرَكَذَو

٢١

Artinya:“Sungguh, telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah.”

(QS. Al-Ahzab [33]: 21).

Berdasarkan penjelasan diatas senada apa yang ditemukan oleh peneliti di SMAN 5 Jember bahwa peneliti menemukan siswa yang melanggar atauran tata tertib sekolah, salah satunya ialah terlambat masuk kelas, membuang sampah sembarangan, tidak melakukan sholat berjamaah, mencontek, terlambat mengumpulkan tugas yang diberikan guru dsb.10 Di

9 Faramarz bin Muhammad Rahbar, Selamatkan Putra-Putrimu dari Lingkungan Tidak Islami (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 1998), 60.

10 Adibatul, diwawancarai oleh peneliti, SMAN 5 Jember, 27 Februari 2022.

(21)

sini bisa dilihat bahwasanya masih cukup banyak hal yang menjadi cerminan bahwa karakter siswa belum sepenuhnya sesuai dengan tuntunan Islam, terutama dalam hal karakter religius, disiplin dan peduli lingkungan.

Maka dari itu, dari sinilah peran penting tugas sorang guru khususnya guru pendidikan agama Islam di SMAN 5 Jember untuk membentuk dan mentranformasi karakter buruk tersebut menjadi karakter yang baik khususnya karakter religius, kedisiplinan dan peduli lingkungan.

Pada saat peneliti melakukan observasi, peneliti juga menemukan informasi di SMAN 5 Jember bahwa kurang lebih dua tahun siswa belajar secara daring dengan menggunakan google classroom, zoom, whatsapp dan beberapa media online lainnya.11 Hal ini tidak dapat dipungkiri bahwasanya pada saat itu bumi kita sedang dilanda wabah Covid-19, sehingga memaksa semua aktivitas dikerjakan secara online terlebih lagi pendidikan. Karena kegiatan pembelajaran dilakukan secara jarak jauh maka secara terang- terangan siswa semakin gencar dan leluasa mengakses internet, menyebabkan karakter religius, disiplin dan peduli lingkungan pada diri siswa semakin mengalami kemerosotan. Hal ini dibuktikan dengan siswa yang semakin sering terlambat mengikuti pembelajaran daring, terlambat mengumpulkan tugas, dengan alasan yang beragam corak dan jenis. Di sini guru tidak bisa dengan leluasa mengontrol kegiatan pembelajaran karena tempat pengajar dan pelajar berbeda. Terlebih lagi guru pendidikan agama Islam tidak bisa membimbing, mencontohkan, bahkan mengkontrol

11 Observasi di SMAN 5 Jember, 26 Februari 2022.

(22)

karakter siswa tersebut dengan leluasa. Oleh karena itu SMAN 5 Jember mulai menerapkan PTM (pertemuan tatap muka) dengan sistem pembagian shift ganjil genap melalui absensi dan tetap mematuhi protokol kesehatan, seperti memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak. Tujuan pelaksanaan shift pembelajaran ganjil genap ini diharapkan siswa dapat memiliki sikap disiplin dalam pemebelajaran. Dengan adanya PTM ini guru pendidikan agama Islam mampu menanamkan sikap religius, kedisiplinan, dan peduli lingkungan melalui pembiasaan kegiatan-kegiatan keagamaan yang dilaksanankan di SMAN 5 Jember. Salah satu kegiatan keagamaan yang menojol terhadap penanaman sikap religius, kedisiplinan, dan peduli lingkungan ialah doa bersama sebelum pembelajaran, sholat dhuhur berjamaah, menjaga kebersihan 3S (senyum, salam, sapa).12

Sebelumnya peneliti disini sedikit menjabarkan tentang biografi lembaga SMAN 5 Jember. Lembaga SMAN 5 Jember merupakan lembaga pendidikan yang terletak Kecamatan Patrang tepatnya di jalan Semangka No. 4. dan sekolah ini juga mempunyai progran adiwiyata. SMAN 5 Jember menjadi sekolah adiwiyata mandiri tingkat nasional sejak tahun 2009 dan 2010, Program ini juga pernah mendapatkan berbagai juara bidang lingkungan hidup baik ditingkat daerah maupun provinsi. Setiap warga sekolah memiliki peranan untuk turut menjaga lingkungan termasuk guru pendidikan agama Islam yang juga memiliki peranan penting dalam menamkan karakter peduli lingkungan. Dari beberapa hal di atas peneliti

12 Observasi di SMAN 5 Jember, 26 Februari 2022.

(23)

begitu tertarik untuk mengali lebih dalam lagi prihal upaya-upaya guru pendidikan agama Islam dalam membina karakter. Sehingga siswa memiliki karakter yang baik sesuai tuntunan agama, khususnya karakter religius, disiplin dan peduli lingkungan.

Peneliti memilih SMAN 5 Jember sebagai lokasi penelitian karena di SMAN 5 Jember merupakan sakah satu sekolah favorit yang digemari oleh banyak siswa, SMAN 5 Jember merupakan sekolah disiplin karena apabila terlambat masuk sekolah siswa maupun guru tidak akan bisa masuk ke dalam sekolah sebelum menerima teguran ataupun hukuman, dan sebagaimana dijelaskan di atas bahwa SMAN 5 Jember memiliki program adiwiyata juga merupakan alasan peneliti memilih sekolah ini sebagai lokasi penelitian.13 Selain itu dipilihnya tiga karakter utama dalam penelitian ini, selain agar penelitian tidak melebar semakin jauh, tiga karakter tersebut merupakan karakter yang sering dilanggar oleh kebanyakan siswa, khususnya siswa di SMAN 5 Jember.

Dari penjelasan di atas penulis tertarik untuk meneliti tentang sejauh mana upaya guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam membentuk karakter siswa, dengan judul “Upaya Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Membentuk Karakter Siswa Pada Era Digital di SMAN 5 Jember”

13 Observasi di SMAN 5 Jember, 26 Februari 2022.

(24)

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan konteks penelitian di atas, maka batasan dan fokus penelitian ini ialah sebagai berikut:

1. Bagaimana upaya guru pendidikan agama Islam dalam membentuk karakter religius siswa di SMAN 5 Jember pada Era Digital?

2. Bagaimana upaya guru pendidikan agama Islam dalam membentuk karakter disiplin siswa di SMAN 5 Jember pada Era Digital?

3. Bagaiman upaya guru pendidikan agama Islam dalam membentuk karakter peduli lingkungan di SMAN 5 Jember pada Era Digital?

C. Tujuan Penelitian

Mengacu pada fokus penelitian di atas, maka maka tujuan penelitian ini ialah:

1. Untuk mendeskripsikan upaya guru pendidikan agama Islam dalam membentuk karakter religius siswa di SMAN 5 Jember pada Era Digital.

2. Untuk mendeskripsikan upaya guru pendidikan agama Islam dalam membentuk karakter disiplin siswa di SMAN 5 Jember pada Era Digital.

3. Untuk mendeskripsikan upaya guru pendidikan agama Islam dalam membentuk karakter peduli lingkungan di SMAN 5 Jember pada Era Digital.

(25)

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara teoritis maupun praktis.

1. Manfaat teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap lembaga-lembaga pendidikan, terutama sebagai bahan pertimbangan dalam membuat kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan pentingnya upaya guru dalam membentuk karakter siswa pada era digital.

b. Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah dan memperkaya keilmuan tentang pentingnya upaya seorang guru pendidikan agama Islam dalam membentuk karakter siswa pada era digital.

c. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan rujukan bagi peneliti lain yang ingin mengkaji tentang upaya guru pendidikan agama Islam pada era digital.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Guru

Untuk megetahui sejauh mana guru berupaya membentuk karakter religius, disiplin dan cinta lingkungan pada siswa sehingga dapat dievaluasi dan dikembangkan.

(26)

b. Bagi Sekolah

1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan umpan balik dan sangat berguna sebagai bahan evaluasi demi keberhasilan di masa mendatang.

2) Dapat berguna dalam kemajuan dan peningkatan prestasi serta peningkatan kualitas sekolah.

c. Bagi UIN KH. Achmad Siddiq Jember

1) Penelitian ini diharapkan dapat meberikan kontribusi menambah dan mewarnai nuansa ilmiah di lingkungan kampus UIN KH. Achmad Siddiq Jember khususnya pendidikan agama Islam.

2) Penelitian ini diharapkan memberikan sumbangsih informasi dan tambahan literatur bagi mahasiwa UIN KH. Achmad Siddiq Jember terkait dengan pentingnya upaya guru pendidikan agama Islam dalam membentuk karakter siswa pada era digital.

d. Bagi Peneliti dan Pembaca

Hasil penelitian ini dapat dijadikan refrensi untuk penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan upaya guru pendidikan agama Islam dalam membentuk karakter siswa pada era digital.

(27)

E. Definisi Istilah

Definisi istilah berisi tentang pengertian istilah-istilah penting yang menjadi titik perhatian peneliti di dalam judul penelitian. Tujuannya agar tidak terjadi kesalah pahaman terhadap makna istilah sebagaimana dimaksud oleh peneliti. Berikut akan dijelaskan beberapa kata kunci yang terdapat dalam judul tersebut.

a. Pengertian Upaya guru pendidikan agama Islam

Istilah upaya dapat dipahami sebagai usaha, atau ikhtiar untuk mencapai suatu maksud, memecahkan persoalan dan mencari jalan keluar. Sedangkan guru pendidikan agama Islam adalah seorang guru yang mengajarkan ajaran Islam di lingkungan pendidikan dan membimbing anak didik ke arah pencapaian kedewasaan serta kepribadian muslim yang berakhlak mulia. Dari sini bisa dimaknai bahwa upaya guru pendidikan agama Islam adalah usaha dan ikhtiar yang dilakukan oleh guru pendidikan agama Islam untuk mencapai suatu tujuan.

b. Karakter siwa di era digital

Karakter siswa ialah suatu sifat atau watak yang ditanamkan oleh pihak sekolah melalui pendidikan karakter yang meliputi rasa hormat dan santu, kemandirian dan tanggung jawab, keadilan dan kejujuran.

Namun dalam penelitian ini karakter yang harus dimiliki oleh setiap siswa ialah karakter religius, disiplin dan peduli lingkungan. Sedangkan era digital merupakan suatu kondisi kehidupan atau zaman dimana

(28)

semua kegiatan yang mendukung kehidupan sudah dipermudah dengan adanya teknologi. Karakter siswa di era digital bisa dipahami bahwa sifat atau watak siswa dimana pada penelitian ini peneliti memilih karakter religius, disiplin dan peduli lingkungan yang terjadi di zaman ini atau era digital.

Jadi maksud dari upaya guru pendidikan agama Islam dalam membentuk karakter siswa pada era digital di sekolah menengah atas negeri 5 Jember ialah upaya atau usaha dan ikhtiar seorang guru pendidikan agama Islam dalam membentuk karakter religius, disiplin dan peduli lingkungan siswa pada era sekarang atau yang kita kenal dengan sebutan era digital di sekolah menengah atas negeri 5 Jember.

F. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan berisi tentang deskripsi alur pembahasan skripsi yang dimulai dari bab pendahuluan hingga bab penutup, format penulisan sistematika pembahasan ialah dalam bentuk deskriptif naratif.

Berikut sistematika pembahasannya meliputi sebagai berikut:

Bab satu merupakan pendahuluan, bab ini merupakan dasar dalam penelitian yang terdiri dari uraian tentang konteks penelitian, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi istilah, dan sistematika pembahasan. Bab ini menjadi pijakan awal penulis untuk mengkaji masalah pada bab selanjutnya.

Bab kedua merupakan bab yang menjelaskan tentang penelitian terdahulu yang membahas penelitian yang telah dilakukan oleh bebrapa

(29)

orang, yang serupa dengan penelitian yang akan dilakukan. Sedangkan kajian teori membahas tentang teori yang terkait sehingga berguna dalam perspektif penelitian.

Bab ketiga merupakan bab yang membahas tentang metode penelitian yang dilakukan oleh peneliti terkait dengan pendekatan dan jenis penelitian yang digunakan, lokasi penelitian, subjek penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, analisis data dan keabsahan data, serta tahap- tahap penelitian.

(30)

17

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Pada bagian ini peneliti mencantumkan beberapa hasil penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian yang hendak dilakukan, kemudian membuat ringkasannya, baik penelitian skripsi yang sudah terpublikasikan.

Persamaan dan perbedaannya dari ketiga kajian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan kali ini sebagai berikut:

a. Skripsi Dani Hasanah yang berjudul “Upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam Menanamkan Nilai-nilai Religiusitas pada Siswa Muslim di SMK Negeri 3 Salatiga.” Penelitian yang dilakukan oleh mahasiswi IAIN Salatiga tahun 2019, ini membahasa tentang upaya guru pendidikan agama Islam dalam menanamkan nilai-nilai relegiusitas pada siswa meslim di SMK Negeri 3 Salatiga. Latar belakang yang dilakukan oleh penelitian disini ialah berdsarkan ketertarikan peneliti terhadap upaya yang dilakukan guru PAI dalam menanamkan nilai-nilai religiusitas pada siswa melalui bebrapa kebiasaan yakni sholat dhuha, asmaul husnah, shalat berjamaah, dan lain-lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui upaya guru Pendidikan Agama Islam dalam menanamkan nilai-nilai religiusitas pada siswa muslim di SMK Negeri 3 Salatiga dan juga mengetahui faktor pendukung dan penghambat upaya guru Pendidikan Agama Islam. Persamaan penelitian ini dengan penulis ialah sama-sama mengkaji dalam bidang upaya guru

(31)

Pendidikan Agama Islam dalam menanamkan karakter religius pada siswa. Persamaan lainya ialah pada penelitian ini juga menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif, menggunakan metode wawancara, obeservasi dan dokumentasi. perbedaannya penelitian ini dengan penulis terletak pada tempat lokasi penelitian dan fokus penelitian.

Tempat lokasi penulis yang akan diteliti di SMAN 5 Jember dan fokus penelitian penulis ialah upaya guru Pendidikan Agama Islam dalam membentuk karakter religius, disiplin, dan peduli lingkungan sedangkan lokasi penelitian ini berlokasi di SMKN 3 Salatiga dengan fokus penelitian pada karakter religius.

b. Skripsi Ahmad Syukron Falah yang berjudul “Peran Guru PAI dalam Upaya Pembentukan Karakter Disiplin dan Tanggung Jawab Anak di SD Islam Hidayatullah Bayumanik Semarang.” Penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa UIN Walisongo pada tahun 2017. Penelitian ini membahas tentang peran guru Pendidikan Aga Islam (PAI) dalam pembentukan karakter siswa. Karakter yang diteliti yaitu dispilin dan tanggung jawab. Penelitian ini di latar belakangi oleh kedisiplinan bangsa kita yang kian menurun dalam hal ketetapan waktu, dan juga masalah ketidak tertiban siswa dalam pembelajaran yang mengakibatkan ketidak keberhasilan mencapai nilai yang baik.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis peran guru PAI dalam upaya pembentukan karakter disiplin dan tanggung jawab anak di SD Islam Hidayatullah. Persamaan dengan penulis disini ialah

(32)

sama-sama mengkaji tentang membentuk karakter disiplin siswa di dalam lembaga formal dan pendekatannya menggunakan kualitatif deskriptif. Perbedaan dengan penulis disini ialah tempat lembaga dan lokasi penelitian. Penulis disini meneliti di lemabaga SMAN 5 Jember sedangkan penelitian disini di tingkat SD Islam Hidayatullah Banyumanik Semarang. Dan juga pada salah satu fokus penelitiannya, penulis berfokus kepada karakter religius, disiplin dan peduli lingkungan sedangkan penelitian ini berfokus pada karakter disiplin dan kerja keras.

c. Skripsi Ade Sundari yang berjudul “Upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam Menanamkan Karakter Tanggung Jawab pada Siswa di SMP Negeri 10 Rejang Lebong.” Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswi IAIN Curcup pada tahun 2019. Adapun didalamnya membahas tentang upaya guru Pendidikan Agama Islam dalam menanamkan karakter tanggung jawab pada siswa di SMP Negeri 10 Rejang Lebong. Latar belakng penelitian ini terkait pentingnya penerapan pendidikan karakter kepada siswa agar memiliki sikap tanggung jawab dalam segala hal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi karakter tanggung jawab siswa dan mengetahui upaya guru Pendidikan Agama Islam dalam menanamkan karakter tanggung jawab siswa kelas VII di SMP Negeri 10 Rejang Lebong.

Persamaan dengan penulis disini terletak pada pembahasan tentang upaya guru Pendidikan Agam Islam dalam membentuk atau

(33)

menanamkan karakter siswa di dalam lembaga formal. Perbedaannya terletak pada fokus penelitian, lokasi dan subyek penelitian. Fokus penelitian ini berfokus pada karakter tanggung jawab berlokasi di SMPN 10 Rejang Lebong, sedangkan penulis berfokus pada karakter religius, disiplin dan peduli lingkungan serta berlokasi di SMAN 5 Jember.

Tabel 2.1

Pemetaan Kajian Terdahulu

No Nama, Judul Persamaan Perbedaan

1. Skripsi Dani Hasanah:

Upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam Menanamkan Nilai-nilai Religiusitas pada Siswa Muslim di SMK Negeri 3 Salatiga.

persamaan penelitian ini dengan penulis ialah sama-sama mengkaji dalam bidang upaya guru Pendidikan Agama

Islam dalam

menanamkan karakter pada siswa terutama karakter religius.

perbedaannya

penelitian ini dengan penulis terletak pada tempat lokasi penelitian dan fokus penelitian. Tempat lokasi penulis yang akan teliti di SMAN 5 Jember dan fokus penelitian penulis ialah upaya guru Pendidikan Agama

Islam dalam

membentuk karakter religius, disiplin, dan peduli lingkungan.

2. Skripsi Ahmad Syukron Falah: Peran Guru PAI

dalam Upaya

Persamaan dengan penulis disini ialah sama-sama mengkaji

Perbedaan dengan penulis disini ialah tempat lembaga dan

(34)

Pembentukan Karakter Disiplin dan Tanggung Jawab Anak di SD Islam Hidayatullah Bayumanik Semarang

tentang membentuk karakter disiplin siswa di dalam lembaga

formal dan

pendekatannya menggunakan kualitatif deskriptif.

lokasi penelitian.

Penulis disini meneliti di lemabag SMAN 5 Jember sedangkan penelitian disini di tingkat SD Islam Hidayatullah Banyumanik

Semarang. Dan juga pada salah satu fokus penelitiannya,

penulis berfokus kepada karakter religius, disiplin dan peduli lingkungan sedangkan penelitian ini berfokus pada karakter disiplin dan kerja keras.

3. Skripsi Ade Sundari:

Upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam Menanamkan Karakter Tanggung Jawab pada Siswa di SMP Negeri 10 Rejang Lebong

Persamaan dengan penulis disini terletak pada pembahasan tentang upaya guru Pendidikan Agam

Islam dalam

membentuk atau menanamkan karakter siswa di dalam lembaga formal.

Perbedaannya

terletak pada fokus penelitian dan lokasi

dan subyek

penelitian.

(35)

B. Kajian Teori

1. Pengertian Upaya Guru PAI

Upaya menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) diartikan sebagai usaha kegiatan yang mengarahkan tenaga, pikiran untuk mencapai suatu tujuan. Upaya juga berarti usaha, akal, ihtiar utuk mencapai suatu tujuan.14 Menurut Tim Penyusun Departemen Pendidikan Nasional “Upaya adalah usaha sadar, akal atau ihtiar untuk mencapai suatu maksud, memecahkan persoalan, mencari jalan keluar, dan sebagainya. Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono upaya adalah usaha mendidik dan mengembangkan cita-cita belajar.15Berdasarkan pengertian di atas dapat diperjelas bahwa upaya adalah bagian dari peranan atau usaha yang harus dilakukan oleh seseorang untuk mencapai tujuan tertentu.

Berdasarkan pengertian di atas dapat diperjelas bahwa upaya guru pendidikan agama Islam (PAI) adalah bagian dari peranan atau usaha yang harus dilakukan oleh seseorang guru PAI untuk mencapai tujuan tertentu atau tujuan dari pembelajaran agama Islam tersebut.

2. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam

Sebelum mengenal lebih jauh guru pendidikan agama Islam, alangkah lebih baiknya kalau mengetahui pengertian guru itu sendiri.

Guru adalah orang dewasa yang bertanggung jawab memberi

14 https://kbbi.web.id/upaya

15 Dimyati dan Mudjiono, Menjadi Guru Profesional (Bandung: Rosda Karya, 2001), 8

(36)

bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai kedewasaan, mampu melaksanakan tugas sebagai makhluk Allah, khalifah dipermukaan bumi, makhluk sosial dan individu yang sanggung berdiri sendiri.16 Menurut Zakiah Daradjat yang dikutip oleh Umar Tirtarahardja guru adalah pendidik profesional, karena secara implisit ia telah merelakan dirinya menerima dan memikul tanggung jawab pendidikan yang terpikul di pundak para orang tua.17

Pengertian guru pendidikan agama Islam sebenarnya tidak jauh berbeda dengan pengertian guru pada umunya. Dapat diartikan bahwa guru pendidikan agama Islam adalah pendidik profesional yang bertanggung jawab memberi bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai kedewasaan, mampu melaksanakan tugas sebagai makhluk Allah, khalifah dipermukaan bumi, makhluk sosial dan individu yang sanggung berdiri sendiri. Senada dengan pengertian tersebut, guru pendidikan agama Islam secara sederhana dapat diartikan sebagai pendidik yang mengajar tentang pendidikan agama Islam.

3. Syarat-syarat Guru Pendidikan Agama Islam

Guru memerlukan pesyaratan-persyaratan disamping keahlian dan keterampilan pendidikan. Berdasarkan Undang-Undang nomor 20

16 Yohana Afliani Ludo Buan, Guru dan Pendidikan Karakter Sinergitas Peran Guru Dalam Menanamkan Nilai-nilai Pendidikan Karakter di Era Milenial (Jawa Barat: CV Adanu Abimata, 2020), 1.

17 Umar Tirtarahardja, Pengantar Pendidikan (Jakarta: Rireka Cipta, 2001), 54.

(37)

tahun 2003 dan Peraturan Pemerintah RI nomor 19 tahun 2005 Bab VI tentang Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan pasal 28, syarat- syarat guru diantaranya:

a. Guru harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan ruhani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

b. Kualifikasi akademik, sebagaimana tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang guru yang dibuktikan dengan ijazah dan atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

c. Kompentensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial.

d. Seorang yang tidak memiliki ijazah dan atau sertifikat keahlian tetapi memiliki keahlian khusus yang diakui dan diperlukan dapat diangkat menjadi guru setelah melewati ujian kelayakan dan kesetaraan.

Sementara menurut Zakiah Daradjat, sebagaimana yang dikutip oleh Zainuddin mengatakan bahwa faktor terpenting bagi seorang guru adalah kepribadiannya, dan kepribadian itulah yang akan menentukan apakah ia menjadi pendidik dan pembina yang baik bagi anak didiknya

(38)

atau menjadi perusak bagi hari depan anak didiknya.18 Oleh karena itu seorang guru harus memiliki sifat-sifat yang baik sehingga dapat mencerminkan kepribadian baik dan menjadi panutan bagi anak didiknya. Ahmad menyebutkan beberapa sifat yang harus dimiliki oleh seorang guru diantaranya:

a. Bersikap zuhud, dan mengajar hanya karena mencari keridhaan Allah.

b. Sabar dan ikhlas dalam mengajarkan ilmu kepada anak didiknya.

c. Jujur dalam menyampaikan apa yang diserukan.

d. Mampu menggunakan berbagai metode mengajar secara bervariasi, menguasainya dengan baik, mampu memilih metode mengajar yang sesuai.

e. Memahami minat dan kemauan peserta didik.

f. Tanggap terhadap berbagai kondisi dan perkembangan dunia yang mempengaruhi jiwa, keyakinan dan pola pikir peserta didik.

g. Menguasai bidang yang diajarkan, serta senantiasa mendalaminya, agar pengajaran tidak dangkal.19

Senada dengan sifat-sifat guru di atas, Bukhari Umar menyebutkan beberapa syarat-syarat menjadi guru, yaitu guru harus beriman, guru harus berilmu, guru harus mengamalkan ilmunya, adil, ikhlas dan berlapang dada.20 Wiyani juga mengemukakan beberapa

18 Zainuddin, et, al., Seluk-beluk Pendidikan dari Al-Ghazali (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), 56.

19 Zulaichah Ahmad, Perencanaan Pembelajaran PAI (Jember: Manadia Center Press, 2008), 99.

20 Bukhari Umar, Hadis Tarbawi Pendidikan dalam Perspektif Hadis (Jakarta: Amzah, 2016).,76- 86.

(39)

syarat-syarat menjadi seorang guru terutama guru pendidikan agama Islam. Syarat-syarat tersebut diantaranya:

a. Guru hendaknya menyadari bahwa perkataan dan perbuatannya selalu dalam pengawasan Allah SWT. sehingga ia selalu istiqomah dalam memegang amanah ilmiah yang diberikan Allah SWT.

kepadanya.

b. Guru hendaknya memilihara kemuliaan ilmu, yaitu dengan senantiasa belajar dan mengajarkannya.

c. Guru hendaknya bersifat zuhud, artinya ia mengambil rezeki dunia hanya untuk sekedar memenuhi kebutuhan pokok dirinya dan keluarganya secara sederhana.

d. Guru hendaknya tidak berorientasi duniawi dengan menjadikan ilmunya sebagai alat untuk mencapai kedudukan atau kebanggaan atas orang lain. Dan menjauhi situasi yang bisa mendatangkan fitnah, serta tidak melakukan sesuatu yang dapat menjatuhkan harga dirinya.

e. Guru hendaknya memelihara syiar-syiar Islam dan rajin dalam melakukan hal-hal yang disunnahkan oleh agama, serta menjalankan amar ma’ruf dan nahi mungkar.

f. Guru hendaknya memelihara akhlak yang terpuji, mengisi waktu luangnya dengan hal-hal yang bermanfaat, rajin dan selalu belajar

(40)

serta tidak merasa malu untuk menerima ilmu dari orang yang lebuih rendah kedudukannya maupun usianya.21

Berdasarkan pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa seorang guru agama harus memiliki syarat sebagai guru agama, agar dapat berhasil menjalankan tugasnya. Diantara syarat seorang guru agama harus memiliki kualifikasi akademik atau ijazah layaknya guru pada umumnya, harus beriman, berakhlak mulia dan berkepribadian baik. Di samping itu guru pendidikan agama Islam harus menguasai ilmu-ilmu di bidangnya dan ilmu penunjang lainnya sebagai pelengkap dalam menyampaikan materi pelajaran, menyerukan syiar-syiar Islam serta memiliki kompetensi keguruan.

4. Peran dan Tugas Guru Pendidikan Agama Islam

Guru memiliki peranan yang sangat strategis, sebab keberadaanya sangat berkaitan dengan keberhasilan dan kualitas pendidikan. Peran seorang guru dapat diidentifikasikan sedikitnya ada 9 peran, yaitu guru sebagai sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, pelatih, penasehat, pendorong kreativitas, aktor, emansipator, dan sebagai evaluator.22

Selain peran seorang guru di atas, adapun tugas utama menjadi seorang guru adalah mendidik. Mendidik dalam arti luas berarti menggunakan berbagai metode pendidikan untuk menunjang aktivitas

21 Nova Ardy Wiyani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Pendidikan Karakter (Bandung: Alfabeta, 2013), 123-125.

22 Imron Fauzi, Etika Profesi Keguruan (Jember: IAIN Jember Press, 2018), 81-90.

(41)

belajar peserta didik agar tercapai tujuan pendidikan. Undang-Undang Republik Indonesia no 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, bab XI tentang pendidikan dan tenaga kependidikan, pasal 39, ayat 1 disebutkan tenanga kependidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan.23

Selanjutnya ayat 2, guru merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat terutama bagi pendidikan pada perguruan tinggi.24

Secara detail, tugas guru dapat dilihat pada buku Pedoman Perhitungan Beban Kerja Guru, yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbing dan melatih murid, dan melaksanakan tugas tambahan, seperti tugas tambahan struktural (menjabat kepala sekolah, kepala laboraturium dan lainya) serta tugas tambahan khusus (pembimbingan praktik kerja industri, kepala unit produksi dn lainnya).25

Peran dan tugas guru pendidikan agama Islam tidaklah jauh dari peran dan tugas guru pada umumnya, yaitu guru pendidikan agama

23 Sekertariat Negara Republik Indonesia. Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 39 ayat (1)

24 Sekertariat Negara Republik Indonesia. Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 39 ayat (2)

25 Mohammad Ahyan Yusuf Sya’bani, Profesi Keguruan Menjadi Guru yang Religius dan Bermartabat (Gresik: Caremedia Communication, 2018), 41.

(42)

Islam berperan sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, pelatih, penasehat, pendorong kreativitas, aktor, emansipator, dan sebagai evaluator. Guru pendidikan agama Islam bertugas sebagai perencana pembelajaran, pelaksana pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbing dan melatih siswa.

5. Upaya Guru PAI Membentuk Karakter Siswa

Siswa atau yang disebut sebagai anak didik merupakan setiap orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan.26 Sedangkan dalam arti sempit siswa ialah anak (pribadi yang belum dewasa) yang diserahkan kepada tanggung jawab pendidik atau guru.

Siswa sebagai manusia yang belum dewasa merasa tergantung kepada gurunya, siswa merasa memiliki kekurangan dan keterbatasan tertentu, siswa menyadari bahwa kemampuannya masih sangat terbatas dibandingkan dengan kemampuan gurunya. Kekurangan ini membawanya untuk mengadakan interaksi dengan gurunya dalam situasi pendidikan. Dalam situasi ini pendidikan itu terjadi interaksi kedewasaan dan kebelumdewasaan.

Seorang yang masih belum dewasa, pada dasarnya mengandung banyak sekali kemungkinan untuk berkembang, baik jasmani maupun rohani. Ia memiliki jasmani yang belum mencapai taraf kematangan

26 Dayun Riadi, Nurlaili, Junaidi Hamzah, Ilmu Pendidikan Islam (Yogyakarta: Pusta Pelajar, 2017), 111.

(43)

baik bentuk, ukuran maupun perkembangan bagian-bagian lainnya.

Sementara itu, dari aspek rohaniah siswa mempunyai bakat-bakat yang masih perlu dikembangkan, mempunyai kehendak, perasaan dan pikiran yang belum matang.27

Siswa yang masuk dalam kategori seseorang yang masih belum dewasa, dan masih memiliki banyak kemungkinan. Diperlukan upaya- upaya tertentu yang harus dilakukan oleh seorang guru terurtama guru pendidikan agama Islam dalam membimbing dan membentuk karakter.

Terlebih lagi di era digital ini, yang mana kemajuan teknologi telah berperan aktif menggrogoti nilai dari karkater siswa.

Seorang guru dalam membentuk karakter siswa terutama guru pendidikan agama Islam memiliki cara, metode dan teknik-teknik tertentu yang beragam serta berbeda guru satu dengan guru lainnya.

Membentuk karakter pada diri siswa secara umum dapat diupayakan dengan melalui:28

a. Pembiasaan

Pembiasaan merupakan proses yang membuat seseorang menjadi terbiasa akan sesuatu sehingga perilaku yang ditampilkan seakan terjadi begitu saja tanpa melalui perencanaan dan pemikiran lagi. Pembiasaan adalah bagian penting dari proses penanaman karakter pada siswa. Siswa dibiasakan melakukan sesuatu dengan

27 Dayun Riadi, Nurlaili, Junaidi Hamzah, Ilmu Pendidikan Islam (Yogyakarta: Pusta Pelajar, 2017), 113.

28 Hafi Anshari, Pengantar Ilmu Pendidikan (Surabaya: Usaha Nasional, 2002), 69-70.

(44)

baik, tertib, dan teratur maka akan terbangun karakter kedisiplinan siswa. Demikian halnya dengan dibiasakan diberi tugas kepada siswa maka akan tertanam kemandirian sekaligus kerja keras pada diri siswa. Pembiasaan merupakan proses yang membuat seseorang menjadi terbiasa akan sesuatu sehingga perilaku yang ditampilkan seakan terjadi begitu saja tanpa melalui perencanaan dan pemikiran lagi.

b. Memberi tauladan atau contoh

Dengan memberikan tauladan yang baik kepada siswa, maka siswa akan mengikuti apa yang mereka lihat pada guru, jadi guru itu sebagai panutan murid maka dari itu guru harus memebrikan contoh yang baik pada siswa.

c. Pengawasan atau kontrol

Kepatuhan siswa terhadap peraturan atau tata tertib bisa dikatakan naik turun, dimana hal tersebut disebabkan oleh adanya situasi tertentu yang mempengaruhi terhadap siswa, adanya anak yang melanggar atau tidak mematuhi peraturan mak perlu adanya pengawasan atau kontrol yang intensif terhadap situasi yang tidak diinginkan akibatnya akan merugikan keseluruhan.

Dari beberapa teori upaya yang secara umum dilakukan oleh seorang guru seperti melalui upaya pembiasaan, tauladan dan pengawasan atau kontrol peneliti disini ingin membuktikan apakah di

(45)

SMAN 5 Jember upaya tersebut dilakukan dalam pembentukan karakter siswa di era digital.

6. Membentuk Karakter Siswa

Karakter secara etimologis berasal dari bahasa Yunani (greek), yaitu charassein yang berarti “to engrave”. Kata “to engrave” dapat diterjemahkan mengukir, melukis, memahami, memahatkan, atau menggoreskan. Sedangkan kata karekter dalam bahasa inggris (caracter) berarti watak, karakter, atau sifat.29

Doni Koesoma A. Mengemukakan bahwa karakter sama dengan kepribadian. Kepribadian dianggap sebagai ciri, atau karakteristik, atau gaya, atau gaya ciri khas seseorang yang bersumber dari bentukan- bentukan yang diterima dari lingkungan, misalnya keluarga pada masa kecil, juga bawaan sejak lahir. Orang berkarakter berarti orang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan.30

Achmad syaifuddin, mengatakan bahwa karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebagsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma agama, hukum dan tata krama, budaya, dan adat istiadat.31

29 Free Software Foundation, Kamus Inggris-Indonesia_Indonesia-Inggris, 115

30 Doni Koesoma A, Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman Global (Jakarta:

Grasindo, 2007) 80

31 Achmad Syaifuddin, Pendidikan karakter Berbasis keaifan Lokal Budaya Bangsa (Jakarta:

INDOCAMP, 2019), 14

(46)

Sedangkan ki Hadjar Dewantara sebagaimana dikutip oleh Selamet Yahya memandang karakter itu sebagai watak atau budi pekerti. Menurutnya, budi pekerti adalah menyatunya antara gerak pikiran, perasaan, dan kehendak atau kemauan, yang kemudian menimbulkan tenaga. Setiap orang menurut Ki Hadjar Dewantara memiliki karakter yang berbeda-beda, sebagaimana mereka memiliki roman muka yang bereda beda pula. Manusia satu dengan yang lainnya tidak ada kesamaan karakternya, sebagaimana perbedaan guratan tangan dan sidik jari mereka. Karena sifatnya yang konsisten, dan tetap maka karakter itu kemudian menjadi penanda seseorang.32

Anas Salahudin dan Irwanto juga berpendapat bahwa karakter merupakan cara pikir dan prilaku yang menjadi ciri khas setiap individu untuk hidup dan bekerja sama. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap bertanggungjawabkan setiap akibat dari keputusan yang ia buat.33 Karakter dapat pula diartikan sebagai konsekuen tidaknya dalam mematuhi etika prilaku, konsisten tidaknya dalam memegang pendirian atau pendapat.34

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa karakter adalah pola prilaku yang menjadi ciri khas individu dan bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan. Individu yang

32 M Selamet Yahya, Pendidikan Karakter Melalui Budaya Sekolah (Yogyakarta: Lontar Mediatama 2018) 25

33 Anas Salahudin dan Irwanto Alkrienciehie, Pendidikan Karakter Pendidikan Berbasis Agama &

Budaya Bangsa (Bandung: Pustaka Setia, 2013), 44.

34 Deni Febrini, Bimbingan Konseling (Yogyakarta: Teras, 2011), 35.

(47)

berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap bertanggung jawabkan setiap akibat dari keputusan yang ia buat.

Karakter tanpa identifikasi nilai-nilai karakter, hanya akan menjadi sebuah perjalanan tanpa akhir, diibaratkan sebagai petualangan tanpa sebuah peta. Pusat Kurikulum telah mengidentifikasi 18 nilai- nilai karakter yang bersumber dari agama, pancasila, budaya serta tujuan pendidikan nasional.

Nilai-nilai karakter yang berjumlah 18 macam, peneliti hanya berfokus dan membahasa 3 nilai karakter, yaitu:

a. Religius

Religius, yaitu sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleransi terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.35 Religius menurut Islam adalah menjalankan ajaran secara menyeluruh. Sebagaimana Allah berfirman di dalam Al- Qur’an Surah Al-Baqarah ayat 208 yang berbunyi:

ْاوُلُخۡدٱ ْاوُنَماَء َنيي لَّٱ اَهُّي َّ َ أٰٓي ِۚينَٰ َطۡي َّشلٱ يتََٰو ُطُخ ْاوُعيبَّتَت َلاَو ٗةَّفَٓكَ يمۡلي سلٱ يفِ

ٞينيبُّم ٞ وُدَع ۡمُكَل ۥُهَّنيإ ٢٠٨

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.”

35 Anas Salahudin dan Irwanto Alkrienciehie, Pendidikan Karakter Pendidikan Berbasis Agama &

Budaya Bangsa (Bandung: Pustaka Setia, 2013), 54.

(48)

Maksud ayat tersebut, dapat dipahami bahwa setiap muslim baik dalam berpikir, bersikap maupun bertindak diperintahkan untuk ber-Islam. Dalam melakukan aktivitas ekonomi, sosial, politik atau aktivitas apapun, muslim diperintahkan untuk melakukannya dalam rangka beribadah kepada Allah Swt. Adapun istilah lain dari agama, antara lain religi, religion (Inggris), religie (Belanda), dan dien (Arab). Kata religion (Inggris) dan religie (Belanda) adalah berasal dari induk kedua bahasa yaitu bahasa latin

“religio” dari akar kata “relegare” yang berarti mengikat.36

Dari istilah agama inilah muncul yang dinamakan religiusitas. Menurut Glock dan Stark yang dikutip oleh Asmaun

Sahlan, merumuskan religiusitas sebagai komitmen religius (yang berhubungan dengan agama atau keyakinan iman), yang dapat dilihat melalui aktifitas atau perilaku individu yang bersangkutan dengan agama atau keyakinan iman yang dianut. Religiusitas sering diidentikkan dengan keberagaman. Religiusitas seorang mencapai tingkatan yang optimal, maka ia memperoleh berbagai pengalaman dan penghayatan keagamaan, itulah ihsan dan merupakan akhlak tingkat tinggi. Selain keempat tingkat diatas ada lagi hal penting yang harus diketahui dalam religiusitas Islam yakni

36 Free Software Foundation, Kamus Inggris-Indonesia_Indonesia-Inggris, 531.

(49)

pengetahuan keagamaan seseorang.37 karena itu keberagaman seseorang meliputi berbagai macam sisi atau dimensi.

Menurut Nurgiansah38 ada beberapa indikator-indikator karakter religius diantaranya:

1) Patuh menjalan ajaran agama seperti mengucapkan salah, berdoa sebelum dan sesudah belajar, membaca kitab suci al- Qur’an dan sholat berjamaah.

2) Toleransi terhadap pelaksanaan ibadah agama lain 3) Hidup rukun dengan pemeluk agama lain

Jadi karakter religius bisa dimaknai sebagai sebuah watak atau pola prilaku patuh dalam melaksanakan ajaran agama dan bersangkutan dengan keyakinan atau iman yang dianut. Selain dengan pembiasaan, keteladanan dan pengawasan juga bisa diupayakan dengan:

1) Penanaman persepsi penggunaan busana sesuai syariat Islam.

Islam sudah memberikan rambu-rambu dan batas-batas aurat umatnya. Untuk laki-laki dari pusar sampai lutut sedangkan bagi seorang perempuan ialah seluruh tubuh kecuali telapak tangan dan wajah. Berbusana muslim bukan hanya menutup badan akan tetapi juga harus menghilangkan rasa yang

37 Asmaun Sahlan, Mewujudkan Budaya, 17.

38 T Heru Nurgiansah, “Pendidikan Pancasila Sebagai Upaya Membentuk Karakter Religius.” Jurnal Basicedu 6, no 4 (2022), 7314.

(50)

menimbulkan syahwat kepada orang lain.39 Dan berbusana merupakan perwujudan dari dasar manusia yang mempunyai keimanan dan rasa malu.

2) Berfokus kepada KD atau materi pembelajaran dan menggunakan metode pembelajaran yang sesuai. Abdullah Syahid mengatakan bahwa pendidikan agama Islam merupakan usaha sadar yang dilakukan guru dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk memahami, meyakini dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, pelatihan dan penugasan yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.40

b. Disiplin

Disiplin merupakan suatu tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuandan peraturan.

Tanpa disiplin yang baik, maka usaha yang dilakukan oleh seseorang juga sulit mencapai keberhasilan.41 Peraturan ini dibuat agar seseorang dapat dan bertindak secara baik agar berhasil dengan baik untuk meraih hal yang diharapkan.

Menurut Amiroeddin Sjarif, mengatakan bahwa disiplin pada hakikatnya merupakan suatu ketaatan yang sunggguh-

39 Fuad Moch. Fachrudin, Aurat Dan Jilbab Dalam Pandangan Mata Islam (Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 1991), 33

40 Abdullah Syahid, “Penerapan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam Membentuk Karakter Pribadi yang Islami”, Jurnal Pendidikan, 2, no. 1 (2018): 85.

41 Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi (Bandung: Alfabeta, 2014), 33

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini dikarenakan pembelajaran IPS di MTs Negeri Sragen khususnya kelas IX masih konvensional (Teacher centered learning) dimana siswa hanya duduk, mendengarkan

Berdasarkan fakta tersebut maka diperlukan adanya kajian untuk melihat perbedaan asupan energi, protein, aktivitas fisik dan status gizi antara lansia yang mengikuti dan

Tabel Hasil Diagnosis Pakar dan Sistem pada Pasien 16 Pakar Sistem Tingkat Penyakit Tingkat Penyakit Gejala kesehatan yang kesehatan yang gigi dan mungkin gigi dan mungkin

Komplikasi bedah sesar dapat terjadi sekitar 30-85%, hal ini menyebabkan peningkatan penggunaan antibiotik yang bervariasi dengan biaya yang bervariasi pula sehingga

Apabila penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berhasil, sengketa dapat diselesaikan melalui mediasi, arbitrase, atau pengadilan.. Penyelesaian

Hasil perbandingan perubahan nilai warna basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas dan nilon termoplastis sebelum dan setelah perendaman dengan larutan coklat selama

Jelas bahwa usaha propaganda melalui produksi-produksi kebudayaan berbentuk majalah ini ditujukan kepada masyarakat Indonesia secara persuasive, akrab dan mudah

Kajikan Model Presumptive Taxation Scheme : Dampaknya terhadap Beban dan Kepatuhan Wajib Pajak Usaha Kecil dan Menengah (Kajian implementasi PP 46/2013 dalam Perspektif