• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

F. Kajian Teoritis

1. Definisi tentang Strategi Adaptasi Musik

a. Pengertian Strategi

Dalam kamus besar bahasa Indonesia strategi merupakan seni atau ilmu yang menggunakan sumberdaya-sumberdaya manusia untuk melaksanakan kebijakan tertentu. Sedangkan secara umum strategi merupakan suatu garis besar haluan dalam bertindak untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan, penetapan dalam strategi harus dilalui oleh analisis kekuatan lawan yang meliputi jumlah personal, kekuatan dan persenjataan, kondisi lapangan, posisi musuh dan sebagainya.

Pengertian strategi berbeda-beda, seperti menurut Fuad Amsyari dalam bukunya yang berjudul Strategi Perjuangan Umat Islam Indonesia mengatakan bahwa: strategi dan taktik adalah metode untuk memenangkan suatu persiangan. Persaingan ini berbentuk suatu percampuran fisik untuk merebut suatu wilayah dengan memakai senjata dan tenaga manusia, Sedangkan dalam bidang militer strategi dan taktik adalah suatu cara untuk memenangkan suatu persaingan antara kelompok-kelompok yang berbeda orientasi hidupnya.14

Menurut Stainer dan Minner, dalam bukunya yang berjudul

Manajemen Strategik, menyatakan strategi adalah penempatan misi organisasi, penempatan misi organisasi, dengan mengingat

14 Arip Saripudin, “Strategi Pementasan Grup Musik Islami ‘ DEBU” Sebagai Media

Da’wah,” (Skripsi S1 Fakultas Da’wah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2009),

kekuatan eksternal dan internal, perumusan kebijakan dan strategi tertentu untuk memastikan sasaran dan memastikan implementasikannya secara tepat, sehingga tujuan dan sasaran utama organisasi akan tercapai.15

Sedangkan menurut Sondang Siagian dalam bukunya yang berjudul Analisis Serta Kebijakan dan Strategi Organisasi, menyatakan strategi adalah cara terbaik untuk menggunakan dana, daya, tenaga, yang tersedia sesuai dengan tuntunan perubahan lingkungan. Menurut Onong Uchjana dalam bukunya yang berjudul

Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, menyebutkan strategi pada hakikatnya adalah perencanaan suatu tujuan dan manajemen untuk mencapai tujuan.16

b. Pengertian Adaptasi

Adaptasi adalah kemampuan binatang, manusia, dan tumbuh-tumbuhan untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan yang terjadi dalam lingkungan hidupnya. Dengan beradaptasi, makhluk hidup dapat berubah bersama dengan lingkungannya, sehingga dapat bertahan sebagai suatu kelompok. Makin besar kemampuan adaptasi suatu jenis, maka akan semakin terjamin kelangsungan hidupnya. Manusia merupakan contoh makhluk yang sangat besar

15

Arip Saripudin, “Strategi Pementasan Grup Musik Islami ‘ DEBU” Sebagai Media Da’wah”, h. 10

16 Arip Saripudin, “Strategi Pementasan Grup Musik Islami ‘ DEBU” Sebagai Media

Da’wah,” (Skripsi S1 Fakultas Da’wah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2009),

daya adaptasinya. Ia mampu hidup diberbagai lingkungan yang berbeda.17

Sebagian besar makhluk hidup akan mati apabila tidak mampu menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan. Seperti halnya banyak tumbuhan dan binatang yang pernah hidup dibumi ini telah punah, semua itu disebabkan mereka tidak mampu bertahan terhadap perubahan ini sehingga punah. Adaptasi Budaya, merupakan cara beradaptasi manusia terhadap perubahan tatanan sosial budaya. Misalnya diseluruh dunia umumnya orang tidak boleh kawin dengan saudara kandungnya dikarenakan perkawinan demikian sering menurunkan sifat yang lemah atau cacat.dan Adaptasi Sosial, merupakan penyesuain individu terhadap lingkungan sosialnya. Adaptasi seperti ini dapat terjadi pada manusia dan hewan. Misalnya pejantan yang kuat akan menjadi pemimpin dalam kelompok.18

Suatu populasi (sekelompok jenis organisme yang sama) mungkin beradaptasi melalui evolusi (perkembangan bertahap), yang berlangsung selama beberapa generasi. Namun setiap organisme sendiri juga selalu melakukan adaptasi selama hidupnya.19 Jadi jika disimpulkan dari pengertian diatas, strategi adaptasi adalah suatu cara yang dilakukan suatu individu atau

17

E. Nugroho,“ Adaptasi,” dalam Ensiklopedia Nasional Indonesia ( Jakarta: PT.Delta Pamungkas, 2004), jilid 1 A-AMYO, h. 66-67.

18

E. Nugroho,“ Adaptasi,” dalam Ensiklopedia Nasional Indonesia ( Jakarta: PT.Delta

Pamungkas, 2004), jilid 1 A-AMYO, h. 66-67.

kelompok masyarakat untuk dapat menyesuaikan diri dari satu tempat ke tempat yang lain.

c. Pengertian Musik

Musik dapat didefinisikan sebagai sebuah cetusan ekspresi perasaan atau pikiran yang dikeluarkan secara teratur dalam bentuk bunyi. Musik berasal dari kata Yunani mousike yang diambil dari nama dewa mitologi Yunani kuno Mousa, yang memimpin seni dan ilmu. Musik merupakan salah satu seni tertua, bahkan tidak ada sejarah peradaban dunia atau masyarakat yang dilewati tanpa musik.20

Dalam bahasa yunani, musik bukan hanya sekedar seni akan tetapi memiliki beberapa cakupan yaitu, pendidikan, ilmu, tingkah laku yang baik, bahkan dipercayai sebagai sesuatu yang memiliki dimensi ritual, magis, dan etik. Seni musik merupakan bidang seni yang berhubungan dengan alat-alat musik dan irama yang yang keluar dari alat-alat musik tersebut. Selain itu, musik juga membahas cara membuat not dan bermacam-macam aliran musik, seperti musik vocal dan musik instrumentalia.21

Pengertian tentang musik memang bermacam-macam, akan tetapi dari pengertian diatas dapat diambil kesimpulan, bahwa musik itu merupakan bentuk induksi bunyi yang mempunyai susuanan suara atau nada yang indah, baik musik vocal (tanpa

20E. Nugroho “Musik,” dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia, jilid 10 M-MYRDA

( Jakarta: PT. Delta Pamungkas, 2004), h. 413.

21E. Nugroho “Musik,” dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia, jilid 10 M-MYRDA ( Jakarta:

iringan instrument musik, maupun musik instrumentalia (dengan instrument musik), dan bagi pendengarnya dapat menyentuh perasaan. Terkadang ada sebagian orang yang menganggap musik tidak berwujud sama sekali, artinya tidak dapat didefinisikan. Bangsa yunani menganggap bahwa musik adalah salah satu cabang seni yang sangat penting, sehingga mereka beranggapan bahwa orang-orang yang berpendidikan tinggi dan berbudi luhur disebut orang musikal, sedangkan orang-orang yang bodoh atau berbudi rendah disebutnya sebagai orang yang tidak memiliki musik.22

Secara ontologis, musik merupakan perpaduan antara unsur material dan immaterial. Ia tersusun dari elemen-elemen yang bersifat jasmaniah dan rohaniah. Oleh karena itu musik memiliki kekuatan menspritualkan hal yang materi dan sebaliknya.23

Dalam sejarah musik, kita dapat mengenal adanya tiga jenis musik yang ada dalam dunia musik. Pertama, musik vocal yaitu melagukan sebuah syair yang hanya dinyanyikan dengan dengan pelantaraan oral (suara saja) tanpa iringan instrument musik, seperti paduan suara dan acapela. Kedua, musik instrumentalia yaitu musik yang dihasikan oleh alat-alat musik itu sendiri sehingga terdengar harmonis dan teratur, seperti pertunjukan musik orkestra

22

Zaenal Abidin, Musik Dalam Tradisi Tasawuf: Studi Sama’ Dalam Tarekat Mawlawiyah, Skripsi Jurusan Aqidah Filsafat Fakultas Ushulluddin dan Filafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008. h, 11-12.

23

Zaenal Abidin, Musik Dalam Tradisi Tasawuf: Studi Sama’ Dalam Tarekat Mawlawiyah, h. 11-12.

dan musik klasik. Ketiga, musik campuran yaitu perpaduan antara musik vocal dan musik instrumentalia.24

2. Kajian Sosiologi Tentang Teori Adaptasi

Pada umumnya teori adaptasi diilhami oleh pemikiran Talcott Parsons. Sebelum membahas tentang adaptasi, terlebih dahulu akan dijelaskan mengenai budaya dan masyarakat menurut Talcott Parsons. Budaya merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari suatu kelompok masyarakat, karena suatu budaya memiliki nilai-nilai penting yang tidak dapat digantikan.25

Kelompok masyarakat tidak dapat hidup dengan sempurna tanpa budaya, begitu juga sebaliknya, suatu budaya tidak akan berjalan tanpa suatu kelompok masyarakat sebagai wadah dan pendukungnya. Walaupun secara teoritis dan untuk kepentingan analitis, kedua persoalan tersebut dapat dibedakan dan dipelajari secara terpisah. Budaya terbentuk dari berbagai unsur, diantaranya dalam sistem kepercayaan dan politik, adat-istiadat, bahasa, teknologi, pakaian, bangunan, dan karya seni.26

Pemikiran Talcott Parsons, banyak berpengaruh dari teori fungsionalismenya. Baginya masyarakat manusia diumpamakan

24

E. Nugroho, Adaptasi, Ensiklopedia Nasional Indonesia ( Jakarta: PT.Delta Pamungkas, 2004), jilid 1 A-AMYO, h. 413.

25

Alo Leliweri, Makna Budaya Dalam Komunikasi Antarbudaya, ( Yogyakarta: Lkis, 2003), h. 10

26

Alo Leliweri, Makna Budaya Dalam Komunikasi Antarbudaya, ( Yogyakarta: Lkis, 2003), h. 10

sebagai organ tubuh manusia, oleh karena itulah masyarakat juga dapat dipelajari seperti tubuh manusia.27

Pertama, tubuh manusia memiliki berbagai bagian yang saling berhubungan. Begitu juga dengan masyarakat, menurut Parsons dalam suatu masyarakat terdapat berbagai kelembagaan yang saling terkait dan bergantung satu sama lain.28

Kedua, pada setiap bagian tubuh manusia memiliki fungsi yang jelas dan khas. Demikian pula dengan bentuk kelembagaan dalam masyarakat. Setiap lembaga masyarakat melaksanakan tugas tertentu untuk stabilitas dan pertumbuhan masyarakat tersebut. Parsons

merumuskan istilah “ fungsi pokok”( fungsional imperative) untuk menggambarkan empat macam tugas yang harus dilakukan agar

masyarakat tidak “mati,” yang dikenal dengan sebutan AGIL

(adaptation, goal attainment, integration, and latency).29

Pertama, Adaptation adalah suatu tindakan yang ditentukan pada sub sistem sosial agar tercapai suatu tujuan.30 Dengan demikian, adaptasi fokus pada keharusan sistem sosial untuk menghadapi lingkungan dunia seni, yaitu penyesuaian terhadap kondisi perubahan diluar. Oleh karena itu, sistem yang dimaksudkan harus mampu melakukan inovasi dan transformasi aktif dengan menggunakan beberapa perkembangan teknologi dan sumber daya pada kelompok

27

Suwarsono, Perubahan Sosial dan Pembangunan, Teori Modernisasi, Dependensi, dan Sistem Dunia, (Jakarta: LP3ES, 1994), h. 10

28

Suwarsono, Perubahan Sosial dan Pembangunan, Teori Modernisasi, Dependensi, dan Sistem Dunia, (Jakarta: LP3ES, 1994), h. 11.

29

Suwarsono, Perubahan Sosial dan Pembangunan, Teori Modernisasi, Dependensi, dan Sistem Dunia, h.11.

30

tertentu untuk dimanfaatkan sebagai alat dalam rangka mencapai tujuan yakni penyesuaian dengan perkembangan zaman.

Dalam tataran praktis, adaptasi ini dapat dioperasionalkan sebagai suatu upaya yang dilakukan oleh suatu kelompok, semisal kelompok musik, dalam menyediakan sarana demi menunjang terealisasinya tujuan. Dalam konteks adaptasi musik tersebut, para actor mencoba mendesain ulang penampilannya dengan keadangan lingkungan.

Kedua, Goal Attainment merupakan suatu pencapaian tujuan. Agenda keteraturan sistem sosial kedua Parson ini ditujukan pada keharusan bagi sistem untuk memiliki kemampuan bertindak, guna mencapai tujuan, terutama pada tujuan bersama pada anggota suatu sistem.31

Titik tekan pada tahapan ini, meliputi pengambilan keputusan dari tujuan utama yang mendasari motivasi untuk melakukan desain ulang terhadap alat-alat, lagu-lagu, kostum, dan regenerasi pemain. Pada tatanan praktis dilapangan, tahap ini diarahkan pada proses perumusan kebijakan oleh pimpinan kelompok musik.

Ketiga, Integration sebagai mekanisme yang mengatur sesuatu agar tidak terjadi pertentangan diantara individu-individu, kelompok, atau subsistem yang ada sehingga terjadi keseimbangan dalam sistem secara keseluruhan.32 Dalam kelompok masyarakat terdapat mekanisme-mekanisme pembagian kerjanya, sehingga tidak terjadi

31

Peter Hamilton, Talcott Parsons dan Pemikirannya Sebuah Pengantar, h. 193.

32

Peter Hamilton, Talcott Parsons dan Pemikirannya Sebuah Pengantar ( Yogyakarta: PT. Tiara Wacanayogy, 1990), h. 192.

suatu pertentangan dari berbagai hal. Parsons menyatakan bahwa integrasi ini merupakan persyaratan yang berhubungan dengan internalisasi antara pemimpin dan anggota kelompok, sehingga sistem sosial itu berfungsi efektif sebagai satu kesatuan yang termanifestasi kedalam solidaritas kelompok. Artinya, solidaritas internal dalam kelompok dapat dibangun melalui ikatan emosional untuk menghasilkan kerja sama.

Keempat, Latent Pattern Maintenance and Tension Management

merupakan suatu sistem nilai dan kepercayaan yang beroperasi sebagai rancangan yang melegitimasi dan berkelanjutan bagi institusi utama dan sebagai pola motivasional yang terstruktur bagi anggota-anggotanya.33

Dalam lembaga ekonomi menjalankan fungsi adaptasi lingkungan, pemerintah bertugas untuk pencapaian tujuan umum, lembaga hukum dan agama menjalankan fungsi integrasi, dan yang terakhir, keluarga, dan lembaga pendidikan berfungsi untuk usaha pemeliharaan.34

Analogi dengan tubuh manusia mengakibatkan Parsons

merumuskan konsep “keseimbangan dinamis-stasioner” (homeostatic equilibrium). Apabila satu bagian tubuh manusia berubah, maka bagian yang lain akan mengikutinya. Hal ini bertujuan untuk mengurangi ketegangan intern dan mencapai keseimbangan.

33

Peter Hamilton, Talcott Parsons dan Pemikirannya Sebuah Pengantar ( Yogyakarta: PT. Tiara Wacanayogya), h. 194.

34

Suwarsono, Perubahan Sosial dan Pembangunan, Teori Modernisasi, Dependensi, dan Sistem Dunia, h. 11.

Demikian juga dengan suatu masyarakat. Masyarakat selalu mengalami perubahan, akan tetapi teratur. Perubahan sosial yang terjadi pada satu lembaga akan berakibat pada perubahan di lembaga lain untuk mencapai keseimbangan baru. Dengan demikian, masyarakat bukan sesuatu yang statis, tetapi dinamis, sekalipun perubahan itu amat teratur dan selalu menuju pada keseimbangan baru.35

3. kajian Sosiologi tentang Teori Perubahan Sosial

Setiap saat masyarakat selalu mengalami perubahan. Jika dibandingkan apa yang tejadi saat ini dengan beberapa tahun yang lalu. Maka akan banyak ditemukan perubahan baik yang direncanakan atau tidak, kecil atau besar, serta cepat atau lambat. Perubahan-perubahan tersebut dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi lingkungan sosial yang ada. Dimana manusia selalu tidak puas dengan apa yang telah dicapainya. Oleh karena itu manusia selalu mencari sesuatu agar hidupnya lebih baik. Ada beberapa ahli sosiologi yang memberikan definisi tentang perubahan sosial, antara lain:36

Kingsley, seorang sosiolog dari Barat, sebagaimana yang dikutip oleh Soerjono Soekanto, mengartikan perubahab sosial sebagai perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat. Dan menurut Mac Lver, sebagaimana yang dikutip oleh Soerjono Soekanto menyatakan bahwa perubahan sosial adalah

35

Suwarsono, Perubahan Sosial dan Pembangunan, Teori Modernisasi, Dependensi, dan Sistem Dunia, (Jakarta: LP3ES, 1994), h. 11.

36

perubahan-perubahan dalam hubungan sosial atau sebagai perubahan terhadap keseimbangan hubungan sosial.37

Auguste Comte berpendapat bahwa perkembangan yang positivisme akan mengakibatkan kemajuan secara terus-menerus, itu adalah pasti. Teorinya mengandung implikasi bahwa sejarah bergerak ke tujuan akhir, dan bahwa tahap-tahap sejarah sebelumnya penting, terutama karena sumbangannya terhadap tujuan akhir ini. Tahap ini merupakan satu masyarakat dimana bimbingan intelektual dan moral yang diberikan oleh para sosiolog akan memungkinkan pemimpin-pemimpin politik untuk mementukan suatu kebijaksanaan yang akan menjamin seseorang untuk hidup bersama secara harmonis. Comte sendiri memakai model kemajuan linier (garis bujur) inilah yang menuju ke satu tujuan.38

Ahli ilmu sosial tidak sependapat dengan Comte tentang masa yang akan datang menjamin kemajuan yang terus-menerus, dan mereka tidak melihat sejarah manusia memperlihatkan suatu pola gerak linier yang luas menuju suatu tahap akhir. Bidang-bidang tertentu dari kemajuan linier dapat dilihat dari kemajuan yang terjadi dalam teknologi.39

Model yang dipakai oleh Comte mengenai kemajuan linier, dapat dipertahankan dengan menggunakan model perubahan

37

Soerjono Soekanto, Pengantar Sosiologi, ( Jakarta: Rajawali Press, 1994), h. 187.

38

Doyle Paul Johnson, Teori Sosiologi Klasik dan Modern ( Jakarta: PT. Gramedia, 1986), h. 94-95.

39

Doyle Paul Johnson, Teori Sosiologi Klasik dan Modern ( Jakarta: PT. Gramedia, 1986), h. 95.

budaya yang digunakan oleh Sorokin. Pandangan Sorokin mengenai hakekat sosial memiliki hubungan yang sangat erat dengan Comte. Dikarenakan keduanya lebih memusatkan perhatiannya pada tingkat analisa budaya, dan menekankan pentingnya gaya intelektual, dan cara memandang dunia atas bentuk-bentuk pengenalan pola-pola organisasi sosial serta perilaku manusia.40

Perubahan sosial budaya bersifat linier atau berkembang menuju titik tertentu, dapat direncanakan atau diarahkan. Teori Linier dibedakan menjadi dua yaitu: Pertama, Teori Evolusi yaitu, Perubahan sosial budaya berlangsung sangat lambat dalam jangka waktu lama. Perubahan sosial budaya dari masyarakat primitif, tradisional dan bersahaja menuju masyarakat modern yang kompleks dan maju secara bertahap. Comte mengemukakan perkembangan masyarakat mengikuti perkembangan cara berfikir masyarakat tersebut yaitu tahap teologi (khayalan), tahap metafisis (abstraksi) dan tahap ilmiah (positif). Dan kedua, Teori Revolusi yaitu, Perubahan sosial menurut teori revolusi adalah perubahan sosial budaya berlangsung secara drastis atau cepat yang mengarah pada sendi utama kehidupan masyarakat (termasuk lembaga kemasyarakatan).41

Comte juga menjelaskan kemajuan evolusioner umat manusia dari masa primitif sampai ke peradaban Prancis abad kesembilan belas yang sangat maju. Hukum ini menyatakan bahwa

40

Doyle Paul Johnson, Teori Sosiologi Klasik dan Modern ( Jakarta: PT. Gramedia, 1986), h. 95.

41

masyarakat (umat manusia) berkembang melalui tiga tahap utama. Tahap-tahap ini ditentukan menurut cara berpikir yang dominan: teologis, metafisik dan positif.42

Berdasarkan pembahasan diatas dapat diambil kesimpulan, bahwa Comte mengusulkan suatu model linear yang berkulminasi pada munculnya masyarakat positivis, Sorokin mengembangkan model siklus perubahan sosial. Artinya, dia yakin bahwa tahap-tahap sejarah cenderung berulang dalam kaitannya dengan mentalitas budaya yang dominan, tanpa membayangkan suatu tahap akhir yang final. Tetapi siklus-siklus ini tidak sekedar pelipat gandaan saja; sebaliknya ada banyak variasi dalam bentuk-bentuknya yang khusus, dimana tema-tema budaya yang luas dinyatakan.

Dokumen terkait