• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II MUSIK GAMBANG KROMONG DALAM KONTEKS

B. Musik-musik Khas Betawi

Beragam seni Betawi diantaranya gambang kromong, keroncong tugu, rebana qasidah, ondel-ondel, dan tanjidor. Musik Betawi lebih menunjukkan cikal-bakal masyarakatnya. Pada orkes samrah unsur melayu lebih dominan. Sedangkan unsur Cina lebih dominan terlihat pada orkes gambang kromong. Pengaruh Eropa pun tampak pada tanjidor baik peralatan maupun pada lagu yang dibawakan. Dan terdapat bermacam-macam rebana dengan lagu-lagu yang khas yaitu lagu-lagu-lagu-lagu yang bernafaskan Islam.

Beberapa orkes Betawi juga biasa dijadikan musik penggiring teater tertentu Gambang Kromong sebagai pengiring lenong. Sedangkan tanjidor biasanya dijadikan pengiring teater jipeng, dan jinong. Dan rebana biang biasanya untuk mengiringi pertunjukan belantek. Dan termasuk topeng Betawi yang memiliki pengiring yang khas.10

1. Tanjidor

Musik tanjidor diduga berasal dari bangsa Portugis yang datang ke Betawi pada abad ke-14 sampai ke-16. Seorang ahli musik dari Belanda bernama Ernest Heinz berpendapat bahwa tanjidor asalnya dari para budak yang ditugaskan main musik untuk tuannya. Alat musik yang mereka mainkan antara lain: klarinet, piston, trombon, tenor, bas trompet, bas drum, tambul, simbal, dan lain-lain. Sedangkan lagu-lagu yang dibawakan adalah Batalion, Kramton, Bananas, Delsi, Was Tak-tak, Welmes, dan Cakranegara. Judul lagu itu sendiri meski

10

diucapkan dengan ucapan Betawi tetapi tetap berbau Belanda. Lagu-lagu tanjidor juga diperkaya dengan lagu-lagu gambang kromong,karena itu instrumennya bisa ditambah dengan tehyan, rebana, beduk, gendang, kecrek, kempul, dan gong.11

2. Keroncong Tugu

Musik Betawi yang juga mendapat pengaruh dari Barat adalah Keroncong Tugu. Musik Keroncong Tugu ini konon berasal dari Eropa Selatan. Sejak abad ke-17 musik ini berkembang di masyarakat tugu, yaitu sekelompok masyarakat golongan keturunan yang disebut

Mardijkers, bekas anggota tentara Portugis yang dibebaskan dari tawanan Belanda. Pada masa lalu keroncong sering dibawakan sambil

berbiduk-biduk di sungai di bawah sinar bulan. Selain itu keroncong ini juga dipergunakan untuk mengiringi lagu-lagu gerejani. Alat-alat musiknya adalah, biola, ukulele, banyo, gitar, rebana, kempul dan selo.12

3. Musik Gambang Rancag

Gambang rancag bisa disebut juga sebagai pertunjukkan musik sekaligus teater, bahkan sastra. Gambang rancag terdiri dari dua unsur yaitu gambang dan rancag. Gambang berarti musik pengiringnya dan rancag adalah cerita yang dibawakannya dalam bentuk pantun berkait. Umumnya membawakan lakon-lakon jagoan, seperti si Pitung, si

11

Yahya Andi Saputra dan Nurzain, Profil Seni Budaya Betawi (Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Propinsi DKI Jakarta, 2004), h. 16.

12

Jampang, dan si Angkri. Pantun berkait ini dinyanyikan oleh dua orang bergantian. Sama dengan berbalas pantun.13

4. Orkes Samrah

Orkes samrah adalah ansambel musik Betawi. Instrument musiknya antara lain harmoni, biola, gitar, string bas, tamburin, marakas, banyo dan bas betot. Musik samrah telah berkembang di Jakarta sejak abad ke-17. Asalnya dari Melayu karena cikal-bakal orang Betawi adalah Melayu. Samrah sendiri berasal dari kata bahasa

Arab “samarokh” yang memiliki arti berkumpul atau pesta dan santai. Kata “samarokh” oleh orang Betawi diucapkan menjadi “samrah” atau “sambrah”.14

5. Gamelan Ajeng

Gamelan ajeng merupakan musik folkloric Betawi yang mendapat pengaruh dari musik Sunda. Alat musik gamelan ajeng terdiri dari kromong sepuluh pencin, terompet, gendang (dua gendang besar, dua kulanter), dua saron, bende, cemes (semacam cecempres), kecrek dan terkadang ada juga yang menggunakan dua gong (gong laki dan gong perempuan). Gamelan ajeng biasanya digunakan untuk memeriahkan hajatan, seperti khitanan atau perkawinan.15

13

Yahya, Profil Seni Budaya Betawi ( Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Propinsi DKI Jakarta, 2004), h. 8.

14

Yahya, Profil Seni Budaya Betawi, h. 18.

15

6. Gamelan Topeng

Gamelan topeng adalah seperangkat gamelan untuk mengiringi topeng Betawi, sama halnya dengan gambang kromong yang digunakan untuk pengiring lenong. Gamelan topeng merupakan penyederhanaan dari gamelan lengkap. Alatnya terdiri dari rebab, sepasang gendang (gendang besar dan kulanter), ancang kenong berpencong tiga, kecrek, kempul yang digantung dan sebuah gong yang tahang atau gong angkong. Terdapat dua repertoar yang biasa dibawakan gamelan topeng. Pertama, lagu-lagu “dalem” seperti Kang Aji, Gendol Ijo, Glenderani, dan sebagainya. Kedua, lagu-lagu “luar”,

yaitu lagu-lagu yang biasa diperdengarkan berdasarkan permintaan penonton. Antara lain, Geseh dan Bongbang.16

7. Musik Rebana:

Rebana terbilang kesenian yang cukup populer di Jakarta. Di daerah lain, terutama di Jawa, alat musik bermembran ini disebut

“terbang”. Sebutan rebana sendiri diduga berasal dari kata Arab “robbana” (Tuhan kami). Sebutan ini muncul dikarenakan lagu-lagu yang dibawakan biasanya lagu-lagu yang bernafaskan Islam. Dan lama-kelamaan alat musiknya disebut “rebana” atau “robana”,

sebagaimana di daerah Ciganjur, Pondok Pinang dan sekitarnya.17

16

Yahya, Profil Seni Budaya Betawi ( Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Propinsi DKI Jakarta, 2004), h. 12.

17

a) Rebana Biang

Di daerah lain rebana jenis ini disebut juga dengan Rebana Gede, Rebana Salun, Gembyung, dan Terbang Selamet. Dikatakan rebana biang karena salah satu rebananya berbentuk besar. Meski bentuknya sama, rebana biang terdiri dari empat jenis. Yang paling kecil berdiameter 20 cm biasa disebut Ketog; yang bergaris tengah 30 cm disebut gendung; yang sedang bergaris tengah 60 cm dinamai kotek; yang paling besar bergaris tengah 60-80 cm dinamai biang. Dikarenakan bentuknya yang besar cara memainkannya sambil duduk dengan cara menyanggahnya dengan telapak tangan.18

b) Rebana Ketimpring

Sebutan rebana ketimpring dikarenakan adanya tiga

pasang “kerincingan” yang dipasang pada badan rebana, yang

terbuat dari kayu yang menurut istilah setempat disebut

“kelongkongan”. Tapi tidak semua rebana berkerincingan disebut rebana ketimpring, ada pula yang bernama rebana hadroh dan rebana burdah. Rebana ketimpring jenis rebana yang paling kecil, yang garis tengahnya hanya berukuran 20 sampai 25 cm.19

18

Yahya , Profil Seni Budaya Betawi ( Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Propinsi DKI Jakarta, 2004), h. 21.

19

c) Rebana Hadroh

Sama halnya dengan rebana ketimpring akan tetapi ukuran rebana hadroh lebih besar. Garis tengahnya rata-rata 30 cm. rebana hadroh terdiri dari tiga jenis. Pertama, disebut Bawa, irama pukulannya cepat, dan berfungsi sebagai komando. Kedua, disebut Ganjil atau Seling dan berfungsi saling mengisi dengan bawa. Ketiga, disebut Gedug yang berfungsi sebagai bas. Karena itu adapula yang menyebutnya

“rebana gedug”.20

d) Rebana Ngarak

Sesuai dengan namanya, rebana ngarak berfungsi mengarak dalam suatu arak-arakan. Rebana ngarak biasanya mengarak mempelai pengantin laki-laki menuju kerumah mempelai pengantin perempuan. Syair lagu rebana ngarak biasanya shalawatan. Syair shalawat itu biasanya diambil dari kitab maulid Syarafal Anam, Addibai, atau Diwan Hadroh. Karena berfungsi mengarak, itulah rebana ngarak tidak statis di satu tempat saja.21

Dokumen terkait