• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II MUSIK GAMBANG KROMONG DALAM KONTEKS

A. Sejarah Singkat Kota Jakarta

Jakarta merupakan Ibukota Republik Indonesia yang memiliki sejarah yang unik dan mempesona. Berawal ketika ditemukannya pelabuhan kecil yang bernama Sunda Kelapa pada zaman kerajaan Hindu Pajajaran. Masyarakat yang bertempat tinggal di pelabuhan Sunda Kelapa itu terdiri dari berbagai suku bangsa dan berbeda etnik. Akan tetapi semua itu tidak menimbulkan gejolak sosial dan benturan persepsi. Oleh karena itulah keberadaan pelabuhan Sunda Kelapa dijadikan sebagai acuan asal mula Jakarta yang dapat dilihat dari budaya yang berbeda-beda. Para arkeolog memperkirakan bahwa Jakarta sebagai suatu pemukiman yang beranggotakan permanen, artinya masyarakat itu tinggal dan berakumulasi budaya di tempat itu sudah bertahun-tahun lamanya, tepatnya sejak tahun 4.000 SM. Hal itu terbukti karena adanya penemuan bekas-bekas permukiman dipinggir sungai Ciliwung. Pada abad ke-12 portugis datang ke pelabuhan Sunda Kelapa karena pelabuhan itu bukan hanya menarik dari masyarakatnya. Akan tetapi, pelabuhan itu sudah menjadi pusat perdagangan yang penting di Nusantara dan Asia.1

Tahun 1522 Portugis dan raja Pajajaran mengadakan perjanjian kerja sama, yang isinya antara lain, Portugis diizinkan membangun Benteng di

1

Sunda Kelapa. Akan tetapi kerajaan Islam menolak perjanjian itu dikarenakan adanya perubahan yang terlihat dari wajah pelabuhan Sunda Kelapa yang menjadi kekotaan dengan menempatkan unsur keraton sebagai unsur penting dari perubahan itu. Pada tahun 1527 dibawah pimpinan Fatahillah kerajaan Islam menyerang dan menduduki pelabuhan Sunda Kelapa dan berganti nama menjadi Jayakarta, yang artinya kemenangan berjaya.2

Pada tahun 1619 terjadi pertempuran antara Belanda dan Inggris. Di bawah pimpinan J.P Coan, pertempuran itu pun dimenangkan oleh Belanda. Kemudian nama Jayakarta berubah menjadi Batavia. Pada abad 17 dan 18, Jakarta menjadi tempat imigrasi orang-orang yang datang dari berbagai daerah di Nusantara, Melayu, Ambon, Bugis, dan Bali. Kedatangan mereka pada umumnya hanya untuk berdagang akan tetapi lama-kelamaan mereka mendirikan pemukiman dengan latar belakang etnik mereka sendiri. Dan sekitar tahun 1840-an muncullah istilah kampung. Istilah kampung ini sendiri dipergunakan untuk mengidentifikasikan permukiman asli. Istilah kampung juga muncul dari istilah Compound. Dan sejak saat itulah banyak orang mengenal istilah kampung Melayu, kampung Bali dan lain sebagainya. Sejak abad 17, berkembangnya kampung-kampung ini bersama-sama baik di daerah dalam maupun di daerah pantai yang kemudian kampung-kampung itu menjadi kampung Betawi seperti yang dikenal sekarang.3

2

Seni Budaya Betawi Menggiring Zaman (Dinas Kebudayaan DKI Jakarta, 2004), h. 3-4.

3

Seni Budaya Betawi Menggiring Zaman (Dinas Kebudayaan DKI Jakarta, 2004) , h. 4-5.

Pada tahun 1942 Jepang masuk ke Indonesia dan merebut Batavia dari Belanda, dan mengubah kota Batavia menjadi Jakarta. Sejak saat itulah Jakarta dan kampung-kampung yang ada didalamnya berkembang dengan pesat. Perkembangan ini bukan hanya dengan kebetulan saja melainkan karena banyaknya orang-orang Belanda yang datang dan menguasai Jakarta. Banyak diantaranya yang mendirikan pemukiman, pemukiman ini terbentuk berdasarkan pengelompokan etnik yang terdapat di kampung kota dan kampung pinggiran. Sebaliknya kampung-kampung yang sudah masuk ke Jakarta jauh sebelum Belanda datang seperti kampung pedesaan yang keaslian Betawinya sangat tampak dominan dalam kehidupannya.

Jakarta jika dilihat dari bangunan fisiknya dapat dibagi menjadi beberapa periode; Periode pertama yaitu tahun 1619-1830 terbentuknya

molenvleit (sekarang ini lebih dikenal dengan sebutan jalan Gajah Mada dan jalan Hayam Wuruk). Periode Kedua tahun 1830-1905 pada masa

Weltervreder (Lapangan Benteng) sebagai pusat kota, periode selanjutnya yaitu pada 1905-1920 sebagai penataan kota yang lebih teratur melalui kotapraja, yang terakhir periode 1920-1940 sebagai penataan perbaikan sarana kota, perehabilitasian kampung, serta pengembangan kawasan baru. 4

Dengan berjalannya waktu terjadinya pertambahan penduduk dan terjadi perluasan daerah Jakarta dalam rangka perluasan dan pembangunan kota. Kaum Betawi yang bersatu bukan hanya karena proses penyesuaian saja, tetapi juga karena bahasa Melayu, kebudayaan Cina, Eropa, dan keseniannya, disamping itu juga karena perkawinan antar golongan yang

4

mempercepat terjadinya masyarakat dan kebudayaan baru yang disebut kebudayaan Betawi.

Sifat campur aduk yang terdapat dalam dialek orang Betawi merupakan salah satu cerminan kebudayaan Betawi, yang mana semua itu merupakan hasil perkawinan dari berbagai macam kebudayaan, baik yang berasal dari daerah-daerah lain di Nusantara maupun berasal dari kebudayaan asing. Suku bangsa yang mendiami daerah sekitar Batavia dapat dikelompokkan sebagai suku Betawi awal (Proto Betawi). Adapun bahasa yang digunakan yaitu bahasa Melayu yang sekarang ini dijadikan bahasa Nasional. Menurut sejarah, kerajaan Sriwijaya dari Sumatera dapat menaklukkan kerajaan Tarumanagara, yang berpusat di Sundapura dan Sunda Kalapa. Oleh karena itulah bahasa yang digunakan adalah bahasa Melayu dan tidak diherankan jauh sebelum sumpah pemuda etnis Sunda di pelabuhan Sunda Kalapa sudah menggunakan bahasa Melayu yang pada umumnya digunakan di Sumatera.5

Masyarakat Betawi sangat terbuka akan segala sesuatu yang masuk ketengah kehidupan budayanya, tanpa mempermasalahkan dari mana asal-usul dan unsur-unsur yang telah membentuk kebudayaannya. Demikian pula dengan keseniannya yang merupakan salah satu unsur kebudayaan yang menggambarkan ke Betawi-annya, terutama pada seni pertunjukkannya.

5

Ridwan Saidi, Profil Orang Betawi: Asal Muasal, Kebudayaan, dan Adat Istiadatnya ( Jakarta: PT. Gunara Kata, 1997), h. 3-4.

Menurut garis besarnya, orang Betawi di bagi menjadi dua bagian, diantaranya6:

1. Betawi tengah atau Betawi-kota Kawasan wilayah Geemente Batavia (kawasan wilayah pada zaman akhir pemerintah jajahan Belanda).

2. Betawi Pinggiran atau Betawi Ora di luar kawasan Geemente Batavia.

Dari pemakaian bahasa menurut Muhajir wilayah Betawi terbagi atas dua kelompok, yaitu Betawi Tengahan dan Betawi Pinggiran. Betawi Ora termasuk Betawi asli karena masih menjalankan adat-istiadat dari nenek moyangnya. Daerah Betawi tengahan memiliki ciri-ciri sebagai berikut7:

1. Banyak prasarana pendidikan formal

2. Daerah Betawi tengah meliputi: Gambir, Menteng, Senen, Kemayoran, Sawah Besar dan Taman Sari.

3. Menurut sejarahnya, Betawi tengah ini merupakan Batavia bagian dari afdeling stand en voorsteden, yang sekarang ini merupakan pusat kota Jakarta.

6 Raras Miranti, “ Strategi Adaptasi Kelompok Musik Tanjidor Dalam Menghadapi

Perubahan,” ( Tesis Program Pasca Sarjana Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas

Indonesia, 2003), h. 20

7Raras Miranti, “ Strategi Adaptasi Kelompok Musik Tanjidor Dalam Menghadapi Perubahan,

Sedangkan yang menjadi ciri Betawi pinggiran adalah8: 1. Belum terdapat prasarana pendidikan formal

2. Lokasinya bertempat disekitar Pasar Rebo, Pasar Minggu, Pulo Gadung, Jatinegara, Kemayoran, Mampang Prapatan dan sekitarnya.

3. Betawi pinggiran lebih mementingkan pendidikan agama dari pada pendidikan umum.

4. Mata Pencaharian Betawi pinggiran pada umumnya pedagang buah-buahan, dan petani.

Orang Betawi dianggap sebagai penduduk asli Jakarta dan sebagai pendukung kebudayaan Betawi yang saat ini dalam keadaan terdesak di Ibukota Jakarta. banyak diantara mereka yang tinggal diluar wilayah DKI Jakarta atau yang lebih dikenal dengan sebutan Jabotabek.

Selain orang Jawa dan Betawi, orang Tionghoa yang telah hadir sejak abad ke-17, juga menjadi salah satu etnis besar di Jakarta. Mereka biasa tinggal mengelompok di daerah-daerah pemukiman mereka sendiri, yang biasa dikenal dengan istilah Pecinan. Pecinan atau kampung Cina dapat dijumpai di Glodok, Pinangsia, dan Jatinegara. Namun kini banyak perumahan-perumahan baru yang mayoritas dihuni oleh orang Tionghoa, seperti perumahan di wilayah Kelapa Gading, Pluit, dan Sunter.

Orang Tionghoa umumnya berprofesi sebagai pengusaha. Banyak di antara mereka yang menjadi pengusaha terkemuka, menjadi pemilik perusahaan manufaktur, perbankan, dan perdagangan ekspor-impor.

8Raras Miranti, “ Strategi Adaptasi Kelompok Musik Tanjidor Dalam Menghadapi Perubaha

Disamping etnis Tionghoa, etnis Minangkabau juga banyak yang berprofesi sebagai pedagang. Di pasar-pasar tradisional kota Jakarta, perdagangan grosir dan eceran banyak dikuasai oleh orang Minang. Disamping itu pula, banyak orang Minang yang sukses sebagai profesional, dokter, wartawan, dosen, bankir, dan ahli hokum.

Tabel Hasil Sensus Penduduk 2010 Provinsi DKI JAKARTA9.

No Kota/Kabupaten Jumlah Penduduk Jumlah/

Total Laki-laki Perempuan 1 Kepulauan Seribu 10,711 10,371 21,082 2 Jakarta Selatan 1,043,675 1,018,557 2,062,232 3 Jakarta Timur 1,372,300 1,321,596 2,693,896 4 Jakarta Pusat 455,326 447,647 902,973 5 Jakarta Barat 1,164,446 1,117,499 2,281,945 6 Jakarta Utara 824,480 821,179 1,645,659 Jumlah/Total 4,870,938 4,736,849 9,607,787 9

Data Penduduk 2010 Provinsi DKI JAKARTA, diakses dari http://dds.bps.go.id/eng/aboutus.php?sp=0&kota=31 pada 4 Juni 2012

Dokumen terkait