• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian tentang pencitraan politik semakin berkembang secara khusus di Indonesia, dimulai sejak bergulirnya era reformasi yang ditandai dengan pemberlakuan multi partai. Para pakar politik, para peneliti semakin memperlihatkan keseriusannya dalam menelaah fenomena perpolitikan di Indonesia, sehingga bermunculanlah sejumlah karya dalam bentuk tulisan, buku, maupun penelitian yang berkaitan dengan pencitraan politik. Beberapa penelitian terdahulu, dapat dijadikan sebagai bahan kajian sekaligus pengayaan referensi penguatan penelitian ini. Sebab, penelitian ini memiliki persinggungan dengan penelitian terdahulu, terutama dari persinggungan dalam penggunaan teori.

Penelitian terkait yang pernah dilakukan adalah penelitian disertasi yang dilakukan oleh Erwan Efendi dengan judul Pengaruh Pencitraan

Surat Kabar dan Religiusitas Terhadap Penentuan Pilihan Pemilih Dalam Pemilihan Kepala Daerah Sumatera Utara. Erwan pada penelitiannya fokus

untuk melihat pengaruh pencitraan pada surat kabar dan religiusitas calon terhadap keinginan konstituen untuk memilih calon kepala daerah di Sumatera Utara. Erwan dalam hal itu, menggunakan metode penelitian kuantitatif. Erwan mengungkap melalui hasil penelitiannya, bahwa pencitraan tidak signifikan mempengaruhi penentuan pilihan

pemilih dalam pemilihan kepala daerah di Sumatera Utara. Justru yang lebih mempengaruhi sikap pemilih adalah religiusitas calonnya.17

Penelitian lainnya dilakukan oleh Gita Savitri dalam bentuk Tesis yang berjudul Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra:

Analisis Pernyataan Pers Boediono dalam Kasus Bank Century.18 Gita dalam penelitiannya bertujuan untuk menganalisis konstruksi retorika politik dalam restorasi citra dalam pernyataan pers yang dilakukan oleh mantan Wakil Presiden Boediono atas dugaan-dugaan keterlibatannya dalam pusaran kasus Bank Century yang berlangsung pada akhir tahun 2008 dalam kapasitasnya sebagai Gubernur Bank Indonesia. Gita dalam penelitiannya menyebut, bahwa citra negatif antara pejabat negara dengan publik ketika terjadi sebuah krisis dapat menghancurkan kredibilitas, hubungan politik, kehidupan ekonomi serta keamanan dalam negeri, dengan demikian diperlukan wacana mengenai strategi komunikasi untuk menanggapi tuduhan kesalahan. Dengan pendekatan kualitatif dan metode analisis data dari Bogdan dan Biklen, Gita mengungkap, bahwa:

Pertama, konstruksi retorika politik yang digunakan oleh Boediono

untuk merestorasi citranya selama situasi krisis telah digunakan dalam pernyataan persnya. Kedua, konstruksi citra dengan teknik restorasi citra mampu mendorong opini publik menjadi positif. Gita juga menguatkan teori restorasi citra yang dikemukakan Benoit,19

efektif bila digunakan oleh pemerintahan khususnya para pejabat negara yang suatu saat dihadapkan pada situasi krisis.

Penelitian lainnya juga penting disebutkan, yaitu penelitian tesis George Towar Ikbal Tawakkal yang berjudul Peran Partai Politik dalam

Mobilisasi Pemilih (Studi Kegagalan Parpol Pada Pemilu Legislatif di Kabupaten

17 Erwan Efendi, Pengaruh Pencitraan Surat Kabar dan Religiusitas Terhadap

Penentuan Pilihan Pemilih Dalam Pemilihan Kepala Daerah Sumatera Utara (Disertasi

UIN Sumatera Utara: 2015)

18 Gita Savitri, Konstruksi Retorika Politik dalam Restorasi Citra: Analisis Pernyataan

Pers Boediono dalam Kasus Bank Century (Tesis: FISIP UI, 2014), h. vi.

19 Benoit kata Gita Savitri, menawarkan strategi restorasi citra untuk melakukan pesan perbaikan, diantara yang lima adalah penolakan dan penyangkalan terhadap tindakan kasus yang pernah dilakukan, atau menimpakan kesalahan kepada orang lain.

Demak 2009).20 Fokus penelitian George adalah untuk: Pertama, mengkaji kinerja partai dalam menghadapi perubahan sistem pemilu. Kedua, mengkaji perilaku partai dalam mempertahankan dan meningkatkan perolehan suaranya dalam sebuah sistem pemilu yang baru. Ketiga, mengkaji gambaran mengenai peran partai dalam mempengaruhi pemilih untuk memilih caleg-calegnya pada pemilu 2009. Dengan pendekatan deskriptif kualitatif, George mengungkap bahwa Pertama, dari sisi dinamika partai politik sebelum tahapan kampanye pemilu, partai mengalami permasalahan konsolidasi internal. Partai berorientasi pada nomor urut dan berorientasi pada suara terbanyak. Kedua, Calon Legislatif yang berasal dari partai yang berorientasi nomor urut, dituntut untuk merubah strateginya. Caleg dituntut untuk mobilisasi mandiri. Ketiga, dari sisi harmonisasi antara partai dan Caleg tidak terjadi kerjasama yang baik dalam mobilisasi pemilih. Partai cenderung lepas tangan, dan menyerahkan kepada Caleg. Keempat, bentuk-bentuk mobilisasi yang dilakukan oleh Caleg secara mandiri: Bentuk mobilisasi terbagi menjadi 2 kriteria, yakni berdasarkan hubungan emosional, dan bantuan-bantuan. Atas dasar temuan ini, George menyimpulkan, bahwa partai politik telah gagal melaksanakan peran organisasi politik.

Selain penelitian di atas, penelitian lain yang diterbitkan dalam jurnal di antaranya adalah penelitian Haryati yang berjudul Pencitraan

Tokoh Politik Menjelang Pemilu 2014. Haryati menyebutkan, bahwa

dinamika dan persaingan menjelang Pemilu 2014, antara partai politik dan antara politisi sangat tinggi, antara lain pada pencitraan politik yang dilakukan para tokoh politik. Media massa menjadi lahan strategis dalam menyampaikan pesan-pesan politik kepada masyarakat. yakni dalam pembentukan opini publik dan dalam membangun citra politik. Media massa turut berkontribusi dalam meningkatkan kualitas penyelenggaraan Pemilu 2014. Haryati juga mengemukakan, media massa merupakan media yang banyak digunakan untuk melakukan pencitraan.21

20 George Towar Ikbal Tawakkal, Peran Partai Politik dalam Mobilisasi Pemilih

(Studi Kegagalan Parpol Pada Pemilu Legislatif di Kabupaten Demak 2009) (Tesis: PPS

UNDIP Semarang, 2009), h. vii.

21 Haryati, “Pencitraan Tokoh Politik Menjelang Pemilu 2014” dalam Jurnal

Observasi, Vol 11, No. 2 Tahun 2013 (Jakarta: Badan Litbang SDM Kementerian

Tulisan lainnya tentang pencitraan diteliti oleh Suyatno Kahar yang berjudul Pencitraan Politik Partai Nasdem Melalui Iklan di Televisi. Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif, Suyatno dalam penelitiannya fokus untuk melihat tentang pencitraan partai politik yang dilakukan Partai Nasional Demokrat melalui iklan ditelevisi. Penelitian menganalisis tentang teks iklan politik versi Indonesia baru dan versi hukum dengan menggunakan analisis wacana Teun van Dijk, yang meliputi analisis dari segi teks (visual dan audio-visual). Hasil penelitian Suyatno mengungkap bahwa Partai Nasional Demokrat mengajak publik bergabung dalam melakukan penegakan hukum yang adil dan beradab. Dalam rangka melakukan proses pencitraan politik, khalayak juga membaca citra partai secara berbeda berdasarkan subyektivitas mereka. Khalayak dalam menilai citra politik partai Nas Dem, ada yang positif dan ada yang negatif bahkan ada yang netral, tergantung juga subyektivitas mereka masing-masing.22