BAB III METODOLOGI PENELITIAN
H. Kalibrasi Instrumen
1. Kalibrasi Instrumen Tes
Setiap instrumen yang akan digunakan pada penelitian harus dianalisis kualitasnya terlebih dahulu. Instrumen yang dikatakan berkualitas sebagai alat pengukur harus memenuhi persyaratan tes, yaitu memiliki: validitas, reliabilitas, dan analisis kualitas butir soal, yaitu meliputi: taraf kesukaran daya pembeda. a. Validitas
Sebelum sebuah instrumen tes digunakan, hendaknya harus diukur terlebih dahulu derajat validitasnya berdasarkan kriteria tertentu.10 Intrumen tes dikatakan valid apabila instrumen tersebut dapat tepat mengukur apa yang hendak diukur.11 Intrumen tes ini terdiri dari beberapa soal sehingga perlu mencari validitas butir
10 Zainal Arifin, op.cit, h.247
(tiap butir soal). Salah satu cara menguji validitas butir adalah menggunakan teknik analisis point biserial, yaitu :12
= −
Keterangan:
= koefisien korelasi point biserial.
= mean (rata-rata) skor dari subjek (peserta tes) yang menjawab betul
pada butir soal yang dicari validitasnya.
= mean (rata-rata) skor dari subjek (peserta tes) yang menjawab salah
pada butir soal yang dicari validitasnya. = standar deviasi dari skor total.
= proporsi siswa yang menjawab benar pada butir soal yang dicari validitasnya.
= proporsi siswa yang menjawab salah pada butir soal yang dicari validitasnya.
Interpretasi nilai koefisien korelasi yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 3.6 berikut:13
Tabel 3.6 Interpretasi Koefisien Korelasi Koefisien Korelasi Kriteria Validitas
0,80 < ≤ 1,00 Sangat tinggi 0,60 < ≤ 0,80 Tinggi 0,40 < ≤ 0,60 Cukup 0,20 < ≤ 0,40 Rendah 0,00 < ≤ 0,20 Sangat rendah
Hasil uji validasi instrumen tes dengan menggunakan Anates dapat dilihat pada Tabel 3.7 berikut:
Tabel 3.7 Hasil Uji Validitas Instrumen Tes
Statistik Butir Soal
Jumlah Soal 40
Jumlah Siswa 36
Nomor Soal Valid 1, 3, 5, 6, 7, 8, 10, 11, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 23, 24, 26, 27, 28, 30, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 40
Jumlah Soal Valid 28
Presentase 67.5%
12Dr. Edi Riadi, Metode Statistika Parametrik & Nonparametrik, (Tangerang: Pustaka Mandiri), h. 148
Berdasarkan Tabel 3.7 di atas, dari 40 soal yang telah diujicobakan pada 36 siswa terdapat 28 soal yang valid. Pengolahan uji validasi instrumen tes pada penelitian ini menggunakan AnatesV4. Hasil perhitungan uji validitas pada penelitian ini dapat dilihat pada lampiran B.
b. Reliabilitas
Reliabilitas adalah tingkat atau derajat konsistensi dari suatu instrumen.14 Reliabilitas berkenaan dengan tingkat keajegan atau ketetapan hasil pengukuran. Suatu instrumen memiliki tingkat reliabilitas yang memadai, bila instrumen tersebut digunakan mengukur aspek yang diukur beberapa kali hasilnya sama atau relatif sama.15 Reliabilitas yang digunakan untuk menguji instrumen dalam penelitian ini adalah menggunakan rumus K-R.20 dengan rumusan:16
= − − ∑
Keterangan:
= reliabilitas tes secara keseluruhan
p = proporsi subjek (peseta tes) yang menjawab benar q = proporsi subjek (peseta tes) yang menjawab salah ∑ = jumlah hasil perkalian antara dan
n = banyak soal
S = standar deviasi dari tes
Penentuan kategori reliabilitas suatu instrumen didasarkan pada Tabel 3.8 berikut:
Tabel 3.8 Interpretasi Kriteria Reliabilitas Instrumen Koefisien Korelasi Koefisien Reliabilitas
0,91 – 1,00 Sangat tinggi 0,71 – 0,90 Tinggi 0,41 – 0,70 Sedang 0,21 – 0,40 Rendah
<0,21 Kecil
Berdasarkan perhitungan menggunakan Anates, nilai reliabilitas yang diperoleh instrumen tes ini, yaitu sebesar 0,86. Nilai ini termasuk ke dalam kategori tinggi. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa instrumen ini layak
14Ibid, h.258
15 Nana Saodih, op. cit, h. 229-230 16Suharsimi, op. cit, h. 115
digunakan dalam penelitian. Hasil perhitungan reliabilitas soal pada penelitian ini dapat dilihat pada lampiran B.
c. Taraf Kesukaran
Tingkat kesukaran merupakan derajat kesukaran suatu soal. Jika suatu soal memiliki tingkat kesukaran seimbang (proporsional), maka dapat dikatakan bahwa soal tersebut baik. Suatu soal tes hendaknya tidak terlalu sukar dan tidak pula terlalu mudah.17 Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran (difficulty index). Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai dengan 1,0. Indeks kesukaran ini menunjukkan taraf kesukaran soal.18 Taraf kesukaran dapat icari dengan menggunakan rumus sebagai berikut:19
=
Keterangan:
P = Taraf kesukaran
B = Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes
Untuk menafsirkan tingkat kesukaran tersebut, dapat digunakan kriteria berdasarkan tabel 3.9 berikut ini:
Tabel 3.9 Taraf Kesukaran20
Interval P Kriteria Soal
0,00 ≤ < 0,30 Sukar
0,30 ≤ < 0,70 Sedang
0,70 ≤ < 1,00 Mudah
Hasil perhitungan taraf kesukaran instrumen tes dapat dilihat pada Tabel 3.10 berikut
17 Zainal Arifin, op. cit, h. 266 18 Suharsimi, op. cit, h. 223 19 Ibid., h. 223
Tabel 3.10 Hasil Uji Taraf Kesukaran Instrumen Tes Kriteria Soal Jumlah Soal Butir Soal Presentase
Mudah 6 15%
Sedang 23 57,5%
Sukar 11 27,5%
Jumlah 40 100%
Berdasarkan Tabel 3.9, terlihat bahwa dari 40 butir soal, soal yang tergolong mudah yakni sebanyak 15% dari jumlah keseluruhan soal. Selanjutnya soal yang tergolong sedang sebanyak 57,5% dan soal yang tergolong sukar sebanyak 27,5% dari jumlah keseluruhan soal. Hasil uji taraf kesukaran instrumen tes pada penelitian ini dapat dilihat pada lampiran B.
d. Daya Pembeda
Daya pembeda adalah kemampuan suatu soal dalam membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi, disingkat D (d besar).21 Semakin tinggi koefisien daya pembeda suatu butir soal, semakin mampu butir soal tersebut membedakan antara peserta didik yang menguasai kompetensi dengan peserta didik yang kurang menguasai kompetensi.22 Terdapat dua cara untuk menentukan daya pembeda, yaitu antara kelompok kecil (kurang dari 100) dan kelompok besar (lebih dari 100).23
1) Untuk kelompok kecil
Seluruh kelompok testee dibagi dua sama besar, 50% kelompok atas (JA) dan 50% kelompok bawah (JB). Seluruh pengikut tes, dideretkan mulai dari skor teratas sampai terbawah, lalu dibagi 2.
2) Untuk kelompok besar
Untuk kelompok besar biasanya hanya diambil kedua kutubnya saja, yaitu 27% skor teratas sebagai kelompok atas (JA) dan 27% skor terbawah sebagai kelompok bawah (JB).
21 Suharsimi, op. cit, h. 226 22 Zainal Arifin, op. cit, h. 273 23 Suharsimi, op. cit , h. 227
Adapun rumusan untuk mencari daya pembeda soal antara lain sebagai berikut:24
= −
Keterangan:
D = daya beda soal
BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar JA = banyaknya peserta kelompok atas
JB = banyaknya peserta kelompok bawah
Penentuan kriteria daya beda soal didasarkan pada Tabel 3.11 berikut ini:25 Tabel 3.11 Daya pembeda
Daya pembeda Kriteria soal Bernilai negatif Drop 0,00 ≤ < 0,20 Jelek 0,20 ≤ < 0,40 Cukup 0,40 ≤ < 0,70 Baik 0,70 ≤ < 1,00 Baik sekali
Hasil uji daya beda instrumen tes dengan menggunakan AnatesV4 dapat dilihat pada Tabel 3.12 berikut:
Tabel 3.12 Hasil Uji Daya Pembeda Instrumen Tes Kriteria Soal Jumlah Soal Butir Soal Presentase
Drop 1 2,5% Buruk 3 7,5% Cukup 10 25% Baik 14 35% Baik Sekali 12 30% Jumlah 40 100%
Berdasarkan Tabel 3.12, dapat terlihat bahwa dari 40 soal, terdapat 1 butir soal yang harus dibuang (drop). Selanjutnya, terdapat 3 butir soal atau sebanyak 7,5% dari jumlah keseluruhan soal berkriteria buruk. Terdapat 10 butir soal atau sebanyak 25% dari jumlah keseluruhan soal berkriteria cukup, 14 butir soal atau sebanyak 35% dari jumlah keseluruhan soal berkriteria baik dan 12 butir soal atau
24 Ibid., h. 228 25 Ibid., h. 232
sebanyak 30% dari jumlah keseluruhan soal berkriteria sangat baik. Hasil uji daya pembeda instrumen tes pada penelitian ini dapat dilihat pada lampiran B.