• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Masyarakat Naga

Karakteristik individu masyarakat Naga merupakan faktor internal yang dibagi kedalam empat variabel yaitu usia, pendidikan, pekerjaan dan jenis kelamin. Pertama akan dibahas adalah persentase jumlah usia yang dikelompokkan kedalam usia remaja, dewasa awal, dan dewasa tua. Kedua akan dibahas mengenai jenis kelamin. Ketiga akan dibahas mengenai jumlah dan persentase tingkat pendidikan yang terdiri dari tingkat SD, SMP, dan SMA. Keempat, akan dibahas pekerjaan masyarakat adat Naga.

Tabel 5 Jumlah dan persentase karakteristik individu Naga menurut usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan pekerjaan.

Karakteristik Individu Jumlah (orang) Persentase (%) Usia

Remaja ( 13-18 tahun) 5 14.29

Dewasa Awal (19-34 tahun) 6 17.14

Dewasa Tua (35-76 tahun) Total 24 35 68.57 100.00 Jenis Kelamin Laki-laki 18 51.43 Perempuan Total 17 35 48.57 100.00 Tingkat Pendidikan SD 30 85.70 SMP 4 11.40 SMA Total 1 35 2.90 100.00 Jenis Pekerjaan Tidak bekerja 6 17.20 Petani 13 37.10 Penjaga toko 2 5.70 Pemandu wisata 4 11.40 Wiraswasta 2 5.70 Pengrajin Total 8 35 22.90 100.00 Hasil pengujian data mengenai karakteristik individu masyarakat Naga dilihat dari usia, tingkat pendidikan, jenis kelamin dan jenis pekerjaan pada Tabel 5 bahwa sebanyak 57.14 persen masyarakat Kampung Naga, menunjukkan usia

30

pada golongan tua. Hal ini menujukkan bahwa sebagian besar masyarakat Naga dihuni oleh individu dengan golongan usia tua, sementara sebagian besar masyarakatdengan golongan umur remaja dan dewasa awal barada di luar Kampung Naga dengan alasan pekerjaan, ikatan pernikahan dan pendidikan. Sebanyak 51.43 persen masyarakat Kampung Naga, menunjukkan bahwa jumlah laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan namun tidak terlalu signifikan. Sebanyak 85.7 persen masyarakat Kampung Naga, menunjukkan bahwa tamatan SD memiliki persentase tertinggi. Hal ini menujukkan bahwa tamatan SD di Kampung Naga merupakan tamatan yang dimiliki sebagian besar masyarakat Naga. Masyarakat Naga memiliki alasan tersendiri mengapa mereka sebagian besar hanyalah tamatan SD saja. Alasan terbesar mereka mengikuti pendidikan hanya sampai SD disebabkan karena mereka tidak memiliki biaya untuk melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi. Selain itu pengadaan sarana prasaran sekolah di wilayah Kampung Naga, masih sangat terbatas. Meskipun tidak semua masyarakat Naga memiliki pendidikan rendah, ada juga sebagian dari mereka merasakan pendidikan hingga perguruan tinggi. Sebesar 37.1 persen masyarakat Kampung Naga, menunjukkan bahwa pekerjaan sebagai petani memiliki persentase tertinggi. Hal ini menunjukkan bahwa pekerjaan sebagai petani memang paling banyak dimiliki oleh masyarakat Naga karena lahan untuk persawahan yang cukup luas. Profesi sebagai petani merupakan suatu profesi yang telah diwariskan oleh para leluhur mereka dan wajib untuk tetap menjaganya. Prinsip hidup masyarakat Kampung Naga adalah “hidup bersama dengan alam”, karena hal tersebut menjadi bagian dari adat, sehingga pekerjaan menjadi petani memang masih ditekuni oleh masyarakat Naga.

“Sebagian besar pendidikan di Kampung Naga ini memang hanya tamatan SD, tapi tidak sedikit pula yang sudah sampai SMP, SMA, bahkan kuliah. Laki-laki dan perempuan memiliki jumlah yang tidak jauh berbeda, sedangkan pekerjaan disini ini sebagian besar petani padi organik dan pengrajin. Rata-rata yang tinggal di sini itu kebanyakan orang tua aja, yang muda-muda rata- rata merantau”. (ETN, 47 tahun)

Ketaatan terhadap Adat

Penelitian ini memapaparkan mengenai persentase masyarakat Naga yang dilihat dari ketaatan terhadap adat di Kampung Naga, Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Di dalam penelitian Taufiqurrahman (2007) menyatakan bahwa masyarakat tradisional merupakan masyarakat yang masih kuat memegang adat istiadat. Berdasarkan hal tersebut maka ketaatan melaksanakan adat merupakan wujud ketaatan masyarakat Naga dalam menjalankan adat istiadat di Kampung Naga. Pengukuran ketaataan tersebut dilihat dari frekuensi seseorang melaksanakan adat yang ada.

Tabel 6 Persentase ketaatan terhadap adat di Kampung Naga.

Ketaatan terhadap adat Persentase (%)

Lemah 28.6

31

Ketaatan terhadap adat Persentase (%)

Kuat 45.7

Total 100.0

Hasil pengujian data mengenai ketaatan masyarakat Naga terhadap adat di Kampung Naga pada Tabel 6, menunjukkan bahwa sebanyak 45.7 persen masyarakat Naga, menunjukkan ketaatan mereka dalam menjalankan adat istiadat masih tergolong kuat. Sementara 28.6 persen menunjukkan bahwa masyarakat Naga memiliki ketaatan terhadap adat yang tergolong rendah. Dalam hal ini dapat dilihat bahwa sebagian besar masyarakat Naga masih melakukan adat istiadat di dalam kehidupan sehari-harinya. Kegiatan serta adat yang masih dilakukan hingga kini seperti upacara adat, menjaga lisan di hari yang ditabukan, serta penentuan hari baik sebelum melaksanakan aktifitas masih dilaksanakan dengan baik. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk tetap menjaga adat istiadat yang telah diturunkan oleh para leluhur Kampung Naga agar kehidupan masyarakat Naga tetap sejahtera dan terhindar dari bencana dunia.

Pembentukan Identitas Masyarakat Kampung Naga

Penelitian ini memaparkan mengenai persentase responden yang dilihat dari pembentukan identitas Kampung Naga, Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Di dalam penelitian Prasetyo (2010) menyatakan bahwa pembentukan identitas komunitas suatu komunitas adat merupakan hal yang paling penting untuk mencirikan komunitas adat berdasarkan motivasi melakukannya. Pembentukan identitas dianalisis melalui motivasi masyarakat Naga dalam menentukan identitas pribadi, identitas sosial, dan identitas kolektif di Kampung Naga.

Tabel 7 Persentase identitas masyarakat Kampung Naga yang dilihat berdasarkan motivasi pelaksanaannya

Identitas

Kampung Naga Kategori Persentase (%)

Identitas Pribadi Lemah 54.28

Sedang 14.28

Tinggi 31.42

Identitas Sosial Lemah 42.85

Sedang 8.57

Kuat 48.57

Identitas Kolektif Lemah 51.42

Sedang 5.71

Kuat 42.85

Hasil pengujian data mengenai identitas Kampung Naga yang dilihat berdasarkan motivasi pembentukannya pada Tabel 7 bahwa, sebesar 48.85 persen masyarakat Naga menunjukkan bahwa identitas sosial masyarakat Naga tergolong paling kuat dibandingkan dengan identitas pribadi dan identitas kolektif. Hal ini dibuktikan dari bagaimana mereka dikehidupan sehari-hari dapat menempatkan dirinya di lingkungan sosial. Menurut hasil penelitian lapang, masyarakat Naga

32

yang masuk dalam kategori identitas sosial yang kuat adalah masyarakat yang memiliki usia remaja dan dewasa tua. Hal ini menunjukkan bahwa usia remaja memiliki kecenderungan mengetahui bagaimana mereka menempatkan dirinya dilingkungan sosial karena pengaruh nasehat orang tua, sedangkan dewasa tua mememiliki kesadaran yang tinggi dalam menempatkan diri di dalam lingkungan sosialnya dikarenakan selain nasehat dari orang tua terdahulu, mereka melakukannya juga karena kemampuan dirinya yang semakin bertambah dalam memahami situasi dan kondisi sosial. Selain itu usia remaja dan dewasa tua rata- rata menetap dan tinggal di Kampung Naga. Sementara usia dewasa awal memiliki identitas sosial yang rendah. Hal ini disebabkan bukan karena pada usia dewasa awal mereka tidak memiliki kesadaran tentang bagaimana menempatkan diri di lingkungan sosial Kampung Naga, namun karena pada dewasa awal ini sebagian besar memilih untuk keluar dari Kampung Naga dengan alasan untuk meneruskan pendidikan ataupun pekerjaan.

Identitas pribadi masyarakat Kampung Naga tergolong lemah. Hal ini dibuktikan dari hasil pengujian data dari Tabel 7 yang menunjukkan bahwa, sebesar 54.28 persen golong lemah. Hal ini menujukan bahwa identitas pribadi masyarakat Naga tidak terlalu menunjukkan secara terperinci mengenai motivasi mereka dalam pembentukan identitas pribadi. Menurut hasil penelitian lapang, masyarakat yang masuk dalam kategori identitas pribadi kuat adalah masyarakat yang masuk dalam golongan usia remaja dan dewasa awal. Remaja dan dewasa awal memiliki minat dan keinginaan yang kuat untuk mengetahui dirinya dan apa yang diinginkannya dimasa depan dibandingkan dengan dewasa tua.

Identitas kolektif masyarakat Naga tergolong lemah. Hal ini dibuktikan dari hasil pengujian data pada Tabel 7 yang memaparkan bahwa sebesar 51.42 persen identitas kolektif yang ditunjukan oleh masyarakat Naga tergolong lemah. Hal ini menujukkan bahwa masyarakat Naga tidak menunjukkan secara terperinci bagaimana motivasi-motivasi pembentukan identitas kolektif. Menurut hasil penelitian lapang, masyarakat Naga yang masuk dalam kategori identitas kolektif lemah adalah masyarakat yang memiliki usia remaja. Hal ini disebabkan karena pada usia remaja, mereka belum mengetahui adat secara menyeluruh sehingga dalam pembentukan identitas kolektif yang mencakup adat di dalamnya, tergolong lemah. Sedangkan usia dewasa awal dan dewasa tua memiliki identitas kolektif yang kuat. Hal ini disebabkan karena pada usia ini mereka telah dianggap siap melaksanakan adat karena mereka memiliki kesadaran untuk menjalankan adat yang ada, meskipun tidak semua dari mereka melakukan hal tersebut.

HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU NAGA DENGAN

Dokumen terkait