• Tidak ada hasil yang ditemukan

5 UMPAN

5.3.2. Kandungan kimia umpan

Besarnya kandungan proksimat umpan alami (ikan, udang, dan gonad bulu babi), meliputi kandungan air, protein, dan lemak dapat dilihat pada Gambar 32. Kandungan asam amino umpan alami yang terdiri atas 17 unsur dapat dilihat pada Gambar 33.

83

Gambar 32 Kandungan proksimat umpan alami

Gambar 33 Kandungan asam amino umpan alami (natural bait)

Gambar 32 menunjukkan bahwa kandungan air tertinggi terdapat pada umpan udang, yaitu sebanyak 777,9 mg/g diikuti oleh umpan ikan juwi sebanyak 741,7 mg/g dan umpan gonad bulu babi sebanyak 731,4 mg/g. Kandungan lemak tertinggi terdapat pada umpan gonad bulu babi, yaitu sebanyak 67,6 mg/g, sedangkan pada umpan ikan dan udang berturut-turut 15,6 mg/g dan 8,4 mg/g. Kandungan protein tertinggi terdapat pada umpan ikan, yaitu sebanyak 171,4

0 100 200 300 400 500 600 700 800 900

Air Lemak Protein

N il a i (m g/ gr) B.Babi Udang Ikan 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 As. Asp arta t As. G luta mat Ser ina Glisi na Hist idin a Arg inin a Treo nina Ala nina Pro lina Tiro sina Val ina Met ioni na Sist eina Isole usina Leusi na Feni lala nina Lisi na asam amino N il a i (m g r/ g r) B.Babi Udang Ikan

84 mg/g diikuti oleh umpan udang sebanyak 138,2 mg/g, dan umpan gonad bulu babi sebanyak 83,2 mg/g.

Jenis asam amino yang dianggap sebagai atraktan pada organ penciuman ikan antara lain arginina, alanina, metionina, dan lisina. Kandungan arginina tertinggi terdapat pada umpan ikan dengan nilai 4,33 mg/g, dan nilai terendah pada umpan udang sebesar 0,14 mg/g. Kandungan alanina tertinggi terdapat pada umpan ikan dengan nilai 30,48 mg/g, nilai terendah terdapat pada umpan gonad bulu babi sebesar 0,13 mg/g. Kandungan metionina tertinggi terdapat pada umpan ikan dengan nilai 5,62 mg/g, nilai terendah terdapat pada umpan gonad bulu babi sebesar 0,07 mg/g. Kandungan lisina tertinggi terdapat pada umpan ikan dengan nilai 20,68 mg/g, nilai terendah terdapat pada umpan gonad bulu babi sebesar 0,06 mg/g.

Gambar 34 Kandungan asam lemak umpan alami (natural bait)

Kandungan asam lemak umpan alami disajikan pada Gambar 34. Komponen lemak terbesar yang terdapat pada umpan alami antara lain miristat, palmitat, oleat, dan linoleat. Kandungan miristat tertinggi terdapat pada umpan gonad bulu babi, yaitu sebanyak 34,51 mg/g sedangkan yang terendah adalah pada umpan udang sebanyak 0,04 mg/g. Kandungan palmitat tertinggi terdapat pada umpan gonad bulu babi, yaitu sebanyak 22,48 mg/g, sedangkan yang terendah terdapat pada umpan udang, yaitu sebanyak 3,82 mg/g. Kandungan oleat tertinggi terdapat pada umpan ikan, yaitu sebanyak 6,27 mg/g, sedangkan yang terendah

0 5 10 15 20 25 30 35 40 Laur at Miri stat Pal mita t Ste arat Oleat Lino leat Linl enat asam lemak N il a i (m g r/ g r) B.Babi Udang Ikan

85 pada umpan udang, yaitu sebanyak 0,84 mg/g. Kandungan linoleat tertinggi tertinggi pada umpan ikan, yaitu sebanyak 5,11 mg/g, sedangkan yang terendah pada umpan udang, yaitu sebanyak 0,78 mg/g.

(2) Umpan buatan (artificial bait)

Pemilihan komposisi bahan formulasi didasarkan pada respons kimiawi ikan terhadap kondisi lingkungan maupun proses mencari makan. Pemilihan minyak ikan dan tepung ikan sebagai bahan penyusun utama umpan buatan ini dikarenakan minyak ikan mengandung komposisi kimiawi berupa asam lemak yang merupakan bahan perespons utama dalam proses penciuman ikan (Fujaya 2004). Tepung ikan merupakan pengeringan dari ikan segar yang dihilangkan kandungan air, sehingga kandungan asam amino merupakan kandungan utama.

Pembuatan formulasi umpan buatan didasarkan pada hasil analisis kimia yang dilakukan pada umpan alami. Umpan buatan diformulasikan dalam bentuk pasta. Dari hasil formulasi umpan buatan yang dihasilkan kemudian dianalisis kembali komposisi kimianya. Hasil analisis kimia umpan buatan disajikan pada Gambar 35, 36, dan 37.

Gambar 35 Analisis proksimat umpan buatan (artificial bait)

Gambar 35 menunjukkan bahwa kandungan protein tertinggi terdapat pada umpan A, yaitu sebanyak 152,9 mg/g diikuti oleh umpan B sebanyak 135,7 mg/g;

0 50 100 150 200 250 300 350

Lemak Protein Air

N il a i (m g /g r) Umpan A Umpan B Umpan C Umpan D Umpan K

86 umpan C sebanyak 134,4 mg/g; dan umpan D sebanyak 92,5 mg/g. Umpan kontrol (K) memiliki nilai kadar protein terendah, yaitu sebanyak 40,3 mg/g. Kandungan lemak tertinggi terdapat pada umpan D, yaitu sebanyak 331,8 mg/g, sedangkan pada umpan A, B, C, dan K berturut-turut 54,3 mg/g; 231,9 mg/g; 283,9 mg/g, dan 2,2 mg/g. Kandungan air tertinggi terdapat pada umpan K, yaitu sebanyak 399,6 mg/g. Hal ini disebabkan karena umpan ini tidak menggunakan minyak ikan dan tepung ikan tetapi hanya menggunakan air sebagai pencampurnya.

Kandungan asam amino (arginina) tertinggi terdapat pada umpan D, yaitu sebanyak 0,45 mg/g; kandungan lisina tertinggi juga terdapat pada umpan D, yaitu sebanyak 0,53 mg/g. Kandungan arginina dan lisina dianggap sebagai atraktan pada organ penciuman ikan. Kandungan asam amino yang terdapat pada umpan buatan disajikan pada Gambar 36.

Gambar 36 Kandungan asam amino pada umpan buatan (artificial bait)

Komponen asam lemak terbesar yang terdapat pada umpan buatan antara lain palmitat, dan oleat. Kandungan palmitat tertinggi terdapat pada umpan D, yaitu sebanyak 141,54 mg/g, sedangkan yang terendah adalah pada umpan kontrol. Kandungan oleat tertinggi terdapat pada umpan D, yaitu sebanyak 60,32 mg/g,

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 As. Asp arta t As. Glu tam at Ser ina Glisi na Hist idin a Arg inin a Treo nina Ala nina Pro lina Tiro sina Val ina Met ioni na Sist eina Isole usina Leusi na Feni lala nina Lisi na asam amino N il a i (m g r/ g r) umpan A umpan B umpan C umpan D umpan K

87 sedangkan yang terendah terdapat pada umpan K. Kandungan lemak umpan buatan disajikan pada Gambar 37.

Gambar 37 Kandungan asam lemak umpan buatan (artificial bait)

5.4 Pembahasan

5.4.1 Ketahanan umpan alami selama perendaman

Kemampuan umpan sebagai atraktor penangkapan akan semakin berkurang seiring dengan lamanya waktu perendaman. Hal tersebut disebabkan karena tekstur umpan yang mengalami penurunan. Akibatnya respons ikan terhadap umpan semakin lama pula dan umpan akan semakin hancur serta kehilangan aromanya. Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan pada kerapu macan menunjukkan bahwa waktu respons makan ikan kerapu macan mengalami penurunan ketika umpan direndam hingga 12 jam, yaitu sebesar 93% pada umpan ikan juwi dan 82% pada umpan ikan teri. Menurut Lokkeborg (1996) umpan yang efektif digunakan pada operasi penangkapan adalah umpan yang direndam selama 60 menit agar aroma yang terkandung di dalam tubuh ikan larut dalam air. Hal serupa dikemukakan pula oleh Gervibeita et al. (1997) bahwa terjadi penurunan hasil tangkapan torsk (Brosme brosme) pada alat tangkap pancing dengan menggunakan umpan mackerel dengan lama waktu perendaman lebih 24

0 20 40 60 80 100 120 140 160

Laurat Miristat Palmitat Stearat Oleat Linoleat Linolenat

asam lemak N il a i (m g r/ g r) umpan A umpan B umpan C umpan D umpan K

88 jam karena pelepasan atraktan pada umpan akan mengalami penurunan, yang berarti akan sangat berpengaruh pada efisiensi penangkapan.

5.4.2 Kandungan kimia umpan

Tester (1953) diacu dalam Syandri (1988) mengatakan bahwa kebiasaan makan ikan dapat dipengaruhi oleh bau-bau yang dikeluarkan dari tetesan daging yang mengandung substansi-substansi kimia sehingga merangsang ikan untuk makan. Ikan memiliki kepekaan yang berbeda terhadap berbagai bentuk makanannya. Ada ikan yang tertarik pada bau umpan yang menyengat dan ada pula ikan yang tertarik pada umpan yang memiliki bentuk yang menarik baginya. Biasanya jenis ikan yang aktif di malam hari (nocturnal) akan menyukai umpan hidup yang memiliki bau yang kuat (Baskoro dan Efendy 2006). Bau yang dikeluarkan umpan berasal dari kandungan kimia di dalam umpan tersebut.

Kandungan kimia umpan merupakan komponen yang dapat merangsang respons makan pada ikan (Fujaya 2004). Chemical sense sangat penting untuk mencari posisi/letak makanan ketika ikan telah dekat dengan sumber makanan (Lokkeborg 1998). Kandungan kimia yang diujikan pada masing-masing umpan alami meliputi kandungan air, lemak, dan protein serta asam amino, dan asam lemak.

(1) Umpan alami

Air berfungsi sebagai bahan yang dapat mendispersikan berbagai senyawa yang ada dalam suatu bahan, dan beberapa bahan tersebut malah berfungsi sebagai pelarut (Winarno 1992). Pada umpan, kandungan air akan berpengaruh pada distribusi bau dalam air. Semakin banyak kandungan air dalam umpan akan mempercepat distribusi bau di dalam air. Kandungan air menyebabkan umpan mengalami degradasi autolisis protein dan lemak. Protein dan lemak mengeluarkan aroma amis yang disukai oleh ikan. Aroma ini akan menyebar pada media air dan ditangkap oleh indra penciuman ikan. Udang mempunyai kandungan air yang paling besar di antara umpan ikan dan

89 gonad bulu babi. Kandungan protein tertinggi pada umpan ikan sedangkan kandungan lemak tertinggi terdapat pada gonad bulu babi.

Asam amino dan minyak ikan merupakan kandungan kimia umpan yang dapat merangsang organ penciuman ikan (Fujaya 2004, Djarijah 1998). Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan uji kandungan asam amino pada umpan alami. Kandungan asam amino yang direspons oleh penciuman ikan sekaligus sebagai perangsang nafsu makan antara lain alanina, arginina, glutamina, metionina, lisina dan prolina. Kandungan alanina tertinggi terdapat pada umpan ikan, demikian pula kandungan arginina, metionina, dan lisina yang dianggap sebagai atraktan organ penciuman ikan dengan nilai tertinggi juga terdapat pada umpan ikan.

Kandungan asam amino merupakan isyarat (cue) dalam mencari makan (food search) baik yang dapat merangsang organ penciuman (olfactory) maupun organ rasa (gustatory) (Nikonov dan Caprio 2001). Komponen kimia dalam umpan yang telah diidentifikasi sebagai perangsang nafsu makan (olfaction dan gustation) adalah asam amino bebas dan nukleotida, L-alanina, glisina, dan L-prolina (Fujaya 2004). Selanjutnya Clark (1985) menjelaskan bahwa asam amino yang dapat merangsang penciuman ikan adalah taurina, asam glutamat, alanina, glisina, prolina, dan asam aspartat. Menurut Takaoka

et al. (1987) diacu dalam Jones (1992) stimulan kimia yang dapat mempengaruhi makan pada ikan marbled rockfish (Sebasticus marmoratus) adalah alanina, metionina, serina, dan prolina, dan inosin. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Yacoob et al. (2004); Hara (2006); Yamashita

et al. (2006), dan Nikonov dan Caprio (2007) bahwa komponen kimia pada asam amino yang merupakan stimulan pada organ olfactory ikan adalah alanina, arginina, metionina, dan leusina; prolina dan glutamina merupakan asam amino yang merangsang organ rasa (gustatory) pada ikan.

Rantai kimia pada kandungan asam lemak apabila terpotong akan berpengaruh pada pembentukan komponen yang bertanggung jawab atas bau. Dari kandungan asam lemak miristat dan palmitat umpan gonad bulu babi memiliki kandungan yang paling tinggi dibandingkan umpan ikan dan udang. Berdasarkan hasil penelitian di Samudera Pasifik, umpan yang mengandung

90 lebih banyak lemak menghasilkan tangkapan yang lebih baik dibandingkan dengan umpan dengan kandungan lemak yang kurang (King 1986 diacu dalam Rahardjo dan Linting 1993). Menurut Ketaren (1986), jenis asam lemak palmitat terdapat dalam sebagian besar lemak hewani dengan titik cair 64°C, sedangkan miristat, umumnya terdapat pada lemak ikan hiu.

.

(2) Umpan buatan

Asam amino merupakan kandungan kimia umpan yang dapat merangsang organ penciuman ikan (Fujaya 2004). Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan analisis kandungan asam amino pada umpan buatan. Komposisi asam amino umpan buatan terdiri atas 17 jenis asam amino. Sama halnya seperti pada umpan alami, asam amino pada umpan buatan, yang merupakan bagian dari protein yang dapat merangsang organ penciuman ikan dan sekaligus sebagai perangsang nafsu makan, antara lain alanina, glisina, prolina, valina, lisina, fenilalanina, histidina, dan triptofan.

Tujuan pembuatan umpan buatan dalam penangkapan ikan dengan bubu ini adalah sebagai attractant (penarik) agar ikan-ikan dapat dengan cepat masuk dan terperangkap ke dalam bubu. Pemilihan komposisi bahan formulasi didasarkan pada respons kimiawi ikan terhadap kondisi lingkungan maupun proses mencari makan. Pemilihan minyak ikan dan tepung ikan sebagai bahan penyusun utama umpan buatan ini dikarenakan minyak ikan mengandung komposisi kimiawi berupa asam amino dan asam lemak yang merupakan bahan perangsang utama dalam proses penciuman ikan. Kandungan minyak yang dimasukkan sebagai salah satu bahan dalam pembuatan umpan tiruan apabila bercampur dengan air akan berpengaruh sebagai atraktan ikan (Anonim 2008). Komponen kimia dalam umpan yang telah diidentifikasi sebagai perangsang nafsu makan (olfaction dan gustation) adalah asam amino bebas dan nukleotida, L-alanina, glisina, dan L-prolina. Selanjutnya Clark (1985), juga menjelaskan bahwa asam amino yang dapat dirangsang oleh penciuman ikan adalah taurina, glutamina, alanina, glisina, prolina dan aspartat.

91 Umpan buatan D (komposisi minyak ikan (35%), tepung ikan (13%) dan tepung terigu dan tepung tapioka (52%) memiliki kandungan lemak tertinggi. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin banyak minyak ikan, maka semakin tinggi jumlah lemak yang dihasilkan. Sebagaimana pendapat Djarijah (1998), pemberian minyak ikan dalam pembuatan pakan ikan berfungsi sebagai atraktan (bahan penyedap aroma). Berdasarkan keterangan tersebut dapat diketahui bahwa secara langsung maupun tidak langsung ikan akan merespons semua makanan yang dianggap memiliki kandungan asam lemak untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Umpan buatan (artificial bait) sebagai bahan uji komposisi kimia dibuat dalam bentuk kering dengan kadar air 20%. Kadar air tertinggi terdapat pada umpan D (378,2 mg/g). Semakin banyak kandungan air dalam umpan akan mempercepat proses dispersi dan distribusi bau dalam air. Umpan yang digunakan pada uji coba lapangan dibuat dalam bentuk pasta, sehingga ikan dapat cepat merespons bau yang ditimbulkan. Kandungan air yang cukup tinggi membantu dalam proses dispersi zat kimia, sehingga ikan akan dapat dengan cepat memberikan respons terhadap umpan.

Asam amino yang terkandung dalam umpan buatan sebagian merupakan komponen perangsang utama dalam proses penciuman ikan. Menurut Sutterlin dan Sutterlin (1971), reseptor penciuman pada ikan memiliki respons tertinggi terhadap asam amino yang merupakan bagian dalam rangkaian protein.

Perbandingan lemak dan protein antara umpan alami dan umpan buatan menunjukkan bahwa umpan buatan memiliki kandungan lemak dan protein lebih banyak. Perbedaan ini dimungkinkan karena umpan buatan merupakan hasil pengolahan ikan dengan tingkat konsentrasi kandungan lemak dan protein yang tinggi dari bahan yang terpisah. Namun perbedaan yang cukup besar terjadi pada kandungan asam amino (alanina dan lisina), dimana umpan alami memiliki jumlah kandungan alanina dan lisina yang lebih banyak.

Antarspesies ikan memiliki kepekaan asam amino yang relatif berbeda pada jenis-jenis makanan/umpan (Hara 1993). Pada kebanyakan spesies, kombinasi kandungan asam amino (prolina, betaina, glisina dan alanina) diidentifikasikan sebagai kandungan yang efektif untuk stimulan makanan. L-prolina merupakan

92 jenis asam amino yang utama untuk organ rasa (gustatory) pada ikan salmon yang merupakan faktor penting dalam makan (Hara 1993). Kapasitas stimulan/perangsang makan ikan pada kandungan asam amino lebih efektif apabila dalam bentuk suatu campuran dari unsur-unsur pokok dibandingkan satu atau beberapa unsur asam amino saja ( Lokkeborg 1990).

Ikan menggunakan penciumannya (olfaction) untuk tingkah laku dalam membedakan bau (odorants) dan menggunakan asam amino dan nucleotides

sebagai isyarat makan (Nikonov dan Caprio 2001). Hal tersebut dibuktikan dengan dilakukannya tes pada bagian olfactory bulb pada ikan catfish untuk mendeteksi sensitivitas organ tersebut terhadap bile salt, nucleotides, dan asam amino yang menunjukkan bahwa signal terbanyak diterima oleh olfactory bulb

adalah asam amino. Kandungan asam lemak palmitat yang tinggi pada umpan buatan D disebabkan kandungan minyak ikan pada formulasi umpan D tertinggi dibandingkan umpan buatan lainnya, sebagaimana pendapat Ketaren (1986), bahwa jenis asam lemak palmitat sebagian besar terdapat pada sumber minyak hewani. Diduga dengan kandungan palmitat yang tinggi ditambah dengan adanya campuran air pada umpan D maka akan terjadi peristiwa hidrolisis yang menimbulkan suatu senyawa aromatik yang dapat berfungsi sebagai atraktan pada organ penciuman ikan.

5.5 Kesimpulan

Ketahanan tekstur umpan udang dan ikan pada perendaman air laut beraerator adalah selama 36 jam. Kandungan air pada ketiga umpan alami, yaitu umpan gonad bulu babi, udang, dan ikan lebih tinggi dibandingkan pada umpan buatan. Kandungan protein tertinggi baik pada umpan alami maupun umpan buatan terdapat pada umpan ikan.

Kandungan asam amino yang dianggap dapat dideteksi oleh indera penciuman kerapu (alanina, arginina, metionina, dan lisina) pada umpan alami yang tertinggi adalah umpan ikan, sedangkan pada umpan buatan adalah kandungan arginina, metionina, leusina dan lisina terdapat pada formulasi umpan D.

93 Kandungan asam lemak yang dianggap dapat direspons kerapu pada jenis umpan alami, yaitu miristat dan palmitat yang terdapat pada umpan gonad bulu babi, oleat dan linoleat terdapat pada umpan ikan. Pada umpan buatan, kandungan palmitat dan oleat terdapat pada formulasi umpan D.

Dokumen terkait