• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

G. Keabsahan Data

2. Kantor Desa Labbo

Desa Labbo adalah Desa yang paling tua dalam wilayah Kecamatan Tompobulu. Menurut sejarahnya Desa Labbo berasal dari perkataan Labboro yang berarti longsoran Tanah yang pada waktu itu merupakan bagian kampung Ganting, nama ini diberikan oleh pada leluhur kampong Ganting (Tau toana Ganting) yaitu Ni Camma.

Tahun 1961, masyarakat yang bermukim diluar kampung Ganting disatukan dalam kampung Labbo ini diprakarsai olek karaeng Naikang yang saat itu berada di Kampung Ganting. Tahun 1963 awal mula terbentuknya Desa Labbo yang terbagi menjadi Dua Dusun yaitu Dusun Bagan (Bawa dan Ganting) dan Dusun Pattaneteang Kepala Desa pertama adalah Bapak Kaimuddin yang memimpin mulai Tahun 1963-1970.

Pada tahun 1970-1977, jabatan Kepala Desa dijabat oleh Bapak Padu, S menggantikan bapak Kaimuddin. Kemudian pada tahun 1977-1981 Bapak Padu,S digantikan Oleh Bapak Budu,S Dg Ngunjung dan pada waktu Pemerintahan beliau banyak mengubah Pola hidup Masyarakat tentang peduli kebersihan Lingkungan dan Penataan Pemukiman yang pada saat itu belum teratur. Dan hanya memimpin selama 4 Tahun.

Tahun 1881-1983 Kepala Desa dijabat oleh Bapak Haris, tahun 1983-1986, dijabat oleh Bapak Kadir, tahun 1986-2002. Dijabat oleh Sahib Sehu yang dijabat selama Dua periode kepemimpinan pada waktu itu sudah Nampak pembangunan Pembukaan jalan Poros Kayu Tanning ke Taccepe (Dusun Bawa) yang dilakukan secara swadaya dan juga membagi wilayah menjadi Tiga dusun Yaitu Dusun Ganting, Panjang, dan Bawa, dan pernah mendapat Juara 1 Lomba P2WKSS Tingkat provinsi.

Selanjutnya tahun 2002-2013, dijabat oleh Bapak Subhan, S.Ag selama dua periode kepemimpinan melalui pemilihan secara Demokratis. Dimasa ini Pembangunan Desa Nampak secara pesat. Dan tahun 2003 wilayah kembali dimekarkan menjadi Empat Dusun yaitu Dusun Pattiro, Ganting, Panjang, Bawa

dan pada tahun 2005 meraih Juara III Lomba P2WKSS. Tahun 2007 dipercayakan lagi mengikuti Lomba Desa Tingkat provinsi dan mendapat juara III .dan Tahun 2009 dimekarkan lagi wilayah menjadi Enam dusun yaitu Pattiri,Labbo, Ganting,Panjang Selatan, Panjang Utara, Bawa dan masuk sebagai Desa Berprestasi pada tahun 2010. Tahun 2013 sampai sekarang Kepala Desa dijabat oleh Bapak Sirajuddin, S.Ag, dimana beliau sebelumnnya pernah menjabat sebagai anggota DPRD Kabupaten Bantaeng.

a. Kondisi Geografis Desa labbo

Secara administrasi Desa Labbo terletak di wilayah kacamatan Tompobulu Kabupaten Bantaeng dengan luas wilayah 12,81 Km, yang terdiri atas beberapa jenis lahan dan peruntukkannya. Desa Labbo secara geografis berada diketinggian antara 800-1200 di atas permukaan air laut.

Dengan keadaan curah hujan 2000 mm dengan jumlah curah hujan 6 bulan, serta suhu rata-rata harian adalah 27ºC, dengan bentang wilayah 11 Km.

Adapun batas-batas wilayah Desa Labbo adalah : Sebelah Utara : Asayya dan Kab.Bulukumba

Sebelah Timur : Desa Pattaneteang dan Kab.Bulukumba Sebelah Barat : Desa Balumbung dan Kelurahan Ereng-ereng Sebelah Selatan : Kelurahan Ereng-ereng dan Kab.Bulukumba Dalam pembagian wilayah Desa Labbo terbagi atas beberapa wilayah Dusun antara lain :

1. Dusun Pattiro

2. Dusun Panjang Utara

3. Dusun Panjang Selatan 4. Dusun Bawa

5. Dusun Ganting 6. Dusun Labbo

Adapun orbitasi atau jarak Desa Labbo ke Ibu Kota Kacamatan adalah 7 Km, jarak Desa Labbo ke Ibu Kota Kabupaten 37 km dan jarak Desa Labbo ke Ibu Kota Propinsi 157 km.

Secara umum masyarakat Desa Labbo bermata pencaharian sebagai petani. Tanaman yang ditanam umumnya tanaman perkebunan seperti tanaman kopi dan cengkeh. Adapun sebagian kecil masyarakat sebagai wiraswasta. Saat ini Desa Labbo mengembangkan potensi hutan desa dan memiliki banyak potensi tanam baik kayu maupun non-kayu. Kawasan huatan desa dan memiliki banyak potensi tanaman baik kayu maupun non-kayu. Kawasan hutan desa yang terdapat di Desa Labbo sesuai badan planalogi kehutanan dan hasil peta paduserasi provinsi Sulawesi Selatan seluas 342 Hektar. Terkhusu ada hasil hutan non-kayu yang potensinya sangat besar dari area hutan desa yang ada di Desa Labbo berupa komoditi rotan, Banga Ponda (Berdaun besar dan tinggi), Banga Tambu (berdaun kecil dan banyak), anggrek tanah, bunga kembang doa, markisa, dan kopi.

Untuk rotan terdapat tiga jenis rotan yaitu, uhe tambu, uhe taning, uhe thumani. Untuk jenis tanaman berupa rotan berada pada wilayah barat laut dan berat daya dari hutan desa dengan luasa 93,3822 Ha, untuk tanaman Banga memiliki luas 6,0719 Ha, untuk anggrek tanah dan kembang doa

memiliki luas 0,089 Ha dan 0,3477 Ha yang masing-masing tanaman tersebut berada pada wilayah perbatasan antara Desa Labbo dan Desa Pattaneteang.

Hal ini mengidentifikasikan bahwa potensi hutan berupa non-kayu dari areal hutan desa yang ada di Desa Labbo sangat besar, mengingat dimana tanaman rotan dan Banga dapat dijakan pasokan untuk pembuatan bahan kerajiana dan sebagai bahan baku keperluan industri, sedangkan anggrek tanah, kembang doa dapat dimanfaatkan sebagai tanaman hias yang memiliki nilai jual cukup besar sehingga dapat dijadikan sebuah peluang untuk mendorong tumbuhnya pengembangan usaha-usaha dari tanaman tersebut dan secara tidak langsung akan mendorong terwujudnya pengelolaan hutan yang lestari serta peningkatan pendapatan masyarakat.

Desa Labbo Kecamatan Tompobulu Kabupaten Bantaeng merupakan salah satu wilayah pengembangan pasar produk hutan desa. Potensi hutan desa di desa Labbo Kecamatan Tompobulu Kabupaten Bantaeng dapat dikembangkan seiring dengan meningkatnya permintaan pasar. Salah satu aspek yang perlu dikembangkan adalah aspek ekonomi dalam pengembangan pasar, di mana pengembangan pasar di desa ini kurang berkembang. Hal ini mungkin disebabkan karena kurangnya informasi pasar, untuk itu perlu adanya pengamatan lingkungan untuk melihat peluang baru bagi masyarakat di Desa Labbo. Peluang pemasaran adalah suatu kebutuhan masyarakat untuk meningkatkan pendapatan.

b. Kesehatan 1. Puskesmas

Sarana kesehatan Puskesmas/Puskesmas Pembantu tersedia 1 unit yang terletak di dusun Labbo. Pelayanan Puskesmas masih kurang maksimal akibat kurangnya tenaga dan alat kesehatan yang tersedia, sehingga masyarakat lebih banyak mengakses Puskesmas Banyorang yang terletak di Ibu Kota Kecamatan.

Puskesmas adalah sarana unit fungsional kesehatan terdepan yang memberikan pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat di wilayah Desa Labbo. Puskesmas mempunyai fungsi utama menjalankan upaya pelayanan kesehatan untuk menanggulangi masalah kesehatan masyarakat, terutama menggerakkan program promosi kesehatan, penanggulangan dan pencegahan penyakit.

2. Poskesdes

Sarana kesehatan Poskesdes tersedia 1 unit yang terletak di dusun Panjang Utara. Pelayanan poskesdes sudah maksimal baik dari segi tenaga maupun alat kesehatan, sehingga warga masyarakat dari dusun Panjang Selatan, dusun Panjang Utara, dusun Bawa’ dan desa tetangga dapat mengakses Poskesdes tersebut.

Dengan adanya Poskesdes permasalahan warga masyarakat di desa dapat terdeteksi dini, sehingga bisa ditangani cepat dan diselesaikan, sesuai kondisi potensi dan kemampuan yang ada agar warga masyarakat memperoleh pelayanan kesehatan dasar yang dekat.

3. Posyandu

Di desa Labbo terdapat 2 unit Posyandu Permanen dan 5 unit Posyandu non permanen. Adapun mamfaat Posyandu bagi masyarakat adalah memperoleh kemudahan untuk mendapatkan informasi dan pelayanan kesehatan bagi anak balita dan ibu, pertumbuhan anak balita terpantau sehingga tidak ada anak yang menderita gizi buruk. Bayi dan anak balita mendapatkan kapsul Vitamin A, bayi memperoleh imunisasi lengkap, ibu hamil juga akan terpantau berat badannya dan memperoleh tablet tambah darah serta mendapat penyuluhan kesehatan yang berkaitan tentang kesehatan ibu dan anak. Dan bagi kader posyandu mendapatkan berbagai informasi kesehatan lebih dahulu dan lebih lengkap, ikut berperan secara nyata dalam tumbuh kembang anak balita dan kesehatan ibu.

4. Sanitasi

Sanitasi adalah perilaku disengaja dalam pembudayaan hidup bersih dengan maksud mencegah manusia bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan buangan berbahaya lainnya dengan harapan usaha ini akan menjaga dan meningkatkan kesehatan manusia.

Sistem sanitasi rumah tangga di Desa Labbo masih sangat sederhana dengan pola konservatif. Pembuangan limbah rumah tangga tidak mendapat perhatian serius dari warga masyarakat akibat minimnya pengetahuan tentang kesehatan. Upaya peningkatan mutu

hidup dan kesehatan yang lebih baik tentunya harus di tunjang dengan sosialisasi dan aktualisasi dari instansi terkait secara optimal.

c. Visi dan Misi Desa Labbo Visi Desa Labbo yaitu:

“Kemandirian Desa Labbo sebagai Pusat Pertumbuhan Ekonomi berbasis

Potensi Lokal dan mejadi Desa Terkemuka di Wilayah Utara di Kabupaten Bantaeng”

“Menjadi pusat pertumbuhan ekonomi dibagian Selatan Sulawesi Selatan”

1. Kemandirian yang diartikan bahwa desa Labbo memiliki sumber daya manusia masyarakat berdemokrasi, akses pendidikan, sumber daya kelembangaan desa, ada daya partisipasi/ gotong royong, sumber daya alam, sumber daya keagamaan dan kearifan local yang mampu dikelola secara mandiri.

2. Pusat pertumbuhan adalah pemerintahan berbasis sumber daya manusia, Ekonomi, pertanian/perkebunan, peternakan, dan kearifan local yang dalam prosen kebijakan keberlanjutan dan menitip beratkan menyebarluaskan pusat pertumbuhan akan kesejahteraan produktif dan berkelanjutan.

3. Lokal potensi/aset/ daya yang dapat diartikan bahwa penyelenggaraan pemerintahan bersama-sama masyarakat yang ada prakteknya.

4. Nilai-nilai agama dapa dimaknai bahw setiap aktivitas yang dilaksankan oleh aparat pemerintah Desa Labbo dan Masyarakat Desa

Labbo dapat mencerminkan perilaku hidup terpji sebagai perwujuban dari nilai-nilai Agama.

5. Accidong sipangngadakkang bahwa penyelanggaraan pemerintah dan pengololaan Desa Labbo dan rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat yang berorientasi pada pelaksanaan pembangunan desa secara adil dan merata dengan memposisikan masyarakat sebagai pelaku, dan pengelolaan Desa Labbo ( Ankutabel, Transparan dan Partisipatif) 6. Budaya dapat diartikan bawhwa dalam kehidupan bermasyarakat

senantiasa kita untuk saling sipakaiga, sipassiriki, sikapaccei, sikamaseang, dan assamaturu agar tali persaudaraann tetap kokoh sehingga dapat menjadi kunci kesuksesan dalam membangunan Desa Labbo yang di cita-citakan bersama.

Adapun Misi Desa Labbo adalah : Program Fisik :

1. Pengembangan dan peningakatan sarana jalan yang menunjang yang menunjang transportasi, baik jalur pertanian, perkebunan warga dan lintas desa.

2. Membangun saran olah raga yang layak bagi generasi muda, terutama volly dan sepak takaw.

3. Peningkatan sarana pelayanan dasar desa 4. Fasilitasi pengadaan pupuk bagi petani

5. Penyusunan perencanaan Desa secara parisipatif

Program Non Fisik:

1. Menciptakan Aparat pemerintahan yang profesional demi mewujudkan pelayanan yang maksimal

2. Mendorong lembaga yang ada Desa dalam peningkatan kapasitas, penyiapan fasilitas dan pengelolaan biaya oprasional kelembagaannya 3. Fasilitasi Beasiswa anak sekolah SD, SLTP, SLTA bagi siswa yang

kurang mampu dan berprestasi

4. Meningkatkan kapasitas kelompok PKK dan Mejlis taklim

5. Membina Kelompok Tani dan Peternak dalam pengelolaan pertanian dan peternakan

d. Struktur Organisasi Kantor Desa Labbo Gambar 4.1

Struktur Organisasi Kantor Desa Labbo

Sumber: hasil penelitian 2020

Tugas-tugas perangkat Desa a. Kepala Desa

Dalam menjalankan tugasnya, kepala desa menyampaikan laporan (LPJ) kepada Badan Permusyawaratan Desa. Setiap tahun, kepala desa

Kepala Desa

juga menyampaikan laporan kepada bupati. Sebab, bupatilah yang berwenang mengangkat dan memberhentikan kepala desa. Kepala desa mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan.

b. Sekertaris Desa

Melaksanakan urusan ketatausahaan seperti tata naskah, administrasi surat menyurat, arsip dan ekspedisi. Melaksanakan urusan umum seperti penataan desa, penyediaan prasarana perangkat desa dan kantor, penyiapan rapat, pengadministrasian asset, inventarisasi, perjalanan dinas, dan pelayanan umum.

c. Kepala Urusan

Kepala urusan atau yang disingkat kaur yang berkedudukan sebagai unsur staf yang membantu sekertaris desa dalam melakukan pelayanan ketatausahaan kepada kepala desa dan kepala masyarakat sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing, dan bertanggungjawab kepada kepala desa melalui sekertaris desa. Adapun tugas kapala urusan adalah membantu sekertaris desa dalam urusan pelayanan administrasi pendukung pelayanan tugas-tugas pemerintahan. Kepala urusan terdiri dari kepala urusann tata usaha dan umum, kepala urusann keuangan, dan kepala urusan perencanaann.

d. Kepala seksi

Kepala seksi atau yang disingkat kasi adalah unsur staf drsa yang berkedudukan sebagai unsuer pelaksana yang membantu kepala desa

dalam melaksanakan tugas-tugas operasional penyelenggaraan pemerintah desa, pelaksanaan pembangunann desa pembinaan kemasyarakatan, dan peberdayaan masyarakat desa serta bertanggungjawab kepada kepala desa. Kepala seksi terdiri dari kepala seksi pemerintahan, kepala seksi kesejaheraan, dan kepala seksi pelayanan. Tugas kepala seksi adalah membantu kepala desa sebagai pelaksana tugas operasional.

e. Kepala Dusun

Di daerah pedesaan, unsur kewilayahan diwijudkan dalam bentuk dusun. Dusun terbentuk dari kumpulan beberapa rukun warga (RW) yang berdekatan. Setiap dusun dipimpin ole seorang kepala dusun.kepala dusun membantu jalanyapemerintahan desa di tingkat dusun.

B. Model Perumusan Kebijakan Stunting di Desa Labbo Kabupaten Bantaeng

1. Pola Kerja Sama

Pada model kerja sama (bargaining) dapat terjadi dalam tiga bentuknya yaitu negosiasi (negotiation), saling memberi dan menerima (take and give) dan kompromi (compromise). Permasalahan Stunting merupakan isu baru yang berdampak buruk terhadap permasalahan gizi di Indonesia karena mempengaruhi fisik dan fungsional dari tubuh anak serta meningkatnya angka kesakitan anak, bahkan kejadian stunting tersebut telah menjadi sorotan WHO untuk segera dituntaskan. Sebaigamana dari hasil wawancara sebagai berikut:

“Dapat dilihat dari di bentuknya posyandu di desa dan adanya bantuan pemerintah dalam menangani gizi buruk utamanya anak dan balita.

Adanya bantuan bidan desa, adanya penyuluhan kesehatan didesa”.

(Hasil wawancara dengan bapak SJ, 15/09/2020)

Berdasarkan penjelasan di atas dapat diketahui bahwa model perumusan kebijakan stuting di desa labbo Kabupaten Bantaeng dapat di lihat banyak memiliki keunggulan dari posyandu di desa dalam menangani gizi buruk pada anak.

Idealnya pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak pada kegiatan Posyandu dilakukan rutin setiap bulan sekali oleh tenaga kesehatan dibantu oleh KPM dan kader Posyandu. Namun untuk pengukuran panjang badan bayi dan baduta (0-23 bulan) atau tinggi badan balita (24-59 bulan) dapat dilakukan minimal tiga bulan sekali. Pengukuran stunting dilakukan dengan mengukur panjang badan untuk anak di bawah dua (2) tahun dan tinggi badan untuk anak berusia dua tahun ke atas dengan menggunakan alat antropometri yang tersedia di Puskesmas (length measuring board dalam posisi tidur untuk anak baduta dan microtoise dalam posisi berdiri untuk anak balita). Kedua alat ini harus dikalibrasi secara rutin oleh tenaga kesehatan sebelum digunakan untuk quality assurance. Umur anak harus dipastikan melalui catatan resmi seperti akta kelahiran atau buku KIA.

Adapun mekanisme dalam perumusan kebijakan stunting yang di lakukan oleh Desa labbo. Sebagaimana dari hasil wawancara yang sebagai berikut:

“ada kebijakan yang dirumuskan oleh pemerintah Daerah dan Kepala Desa Labbo dalam merumuskan kebijakan stunting”.(Hasil wawancara dengan ibu RK, 03/09/2020)

Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa model perumusan kebijakan stunting di Desa Labbo kabupaten bantaeng sudah memiliki kebjikan dalam merumuskan kebijakan stunting yang di rumuskan oleh pemerintah daerah dan kepala Desa.

Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan Holistik, Intergratif, Tematik, dan Spatial (HITS). Upaya penurunan stunting akan lebih efektif apabila intervensi gizi spesifik dan sensitif dilakukan secara terintegrasi atau terpadu. Beberapa penelitian baik dari dalam maupun luar negeri telah menunjukkan bahwa keberhasilan pendekatan terintegrasi yang dilakukan pada sasaran prioritas di lokasi fokus untuk mencegah dan menurunkan stunting.

Dalam pengambilan kebijakan stunting, harus mengutamakan kepentingan masyarakat. Sebagaimana hasil wawancara sebagai berikut:

“kebijakan pemerintah mempromosikan permasalahan dalam kebijakan stunting tetap harus mengutamakan kepentingan masyarakat banyak tetapi tidak menyepelekan dan tetap memperhatikan kampromisasi dalam stunting. Dan tetap mengambil langkah-langkah perbaikan untuk kedepannya untuk perbaikan permasalahan dalam stunting”. (Hasil wawancara sdengan ibu RK, 03/09/2020)

Berdasarkan penjelasan di atas dapat diketahui bahwa pemerintah tetap harus mengutamakan kepentingan masyarakat banyak dan tetap memperhatikan kampromisasi dalam stunting. Tujuan dari pelaksanaan kebijakan ini adalah untuk memberikan pelayanan yang prima kepada Puskesmas yang ada di kabupaten bantaeng dalam menangani masalah stunting.

Pembuatan sebuah kebijakan seringkali dinyatakan dengan kata atau istilah yang berbeda-beda. Proses penyusunan kebijakan merupakan satu rangkaian

aktivitas yang tidak terpisahkan dari sebuah proses kebijakan, artinya suatu aktivitas yang berlangsung secara simultan. Dalam proses penyusunan kebijakan terdapat proses tawar menawar (bargaining) yang terjadi antara aktor-aktor pembuat kebijakan dengan menggunakan kekuasaan dan kewenangan dilaksanakan bukan untuk menyinkronkan kepentingan rakyat namun digunakan untuk meraih kepentingan (interest) dan kekuasaan (power) itu sendiri (Madani, 2010:9). Pasal 24 ayat (1) Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 disebutkan bahwa kepala daerah adalah pemimpin daerah. Dengan demikian, kepala daerah mempunyai kedudukan untuk memimpin daerah sebagai kesatuan masyarakat hukum, yang didalamnya terdapat pemerintah daerah dan komunitas-komunitas otonom lainnya.

Kebijakan pemerintah dalam penurunan angka stunting di kabupaten bantaeng khususnya di puskesmas labbo. Sebagaimana hasil wawancara sebagai berikut:

“pemerintah bekerjasama dengan kepala desa/kelurahan mengeluarkan perdes untuk stunting”. (Hasil wawancara dengan bapak PN, 05/09/2020)

Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui bahwa pembuatan perdes tentang stunting pemerintah bekerjasama dengan kepala desa/kelurahan.

Program stunting ini diterealisasikan di Desa Labbo, program stunting ini dibentuk pada tahun 2018, di desa labbo sendiri pada tahun 2019 telah merealisasikan program stunting ini.

Pemerintah desa Labbo awalnya sangat intensif memberikan arahan kepada masyarakat agar masyarakat desa Labbo dapat bekerjasama serta saling

membantu dalam mengawal serta melaksanakan stunting ini secara maksimal.

Pemerintah desa juga sangat menyambut secara antusias saran, masukan, serta keluhan dari masyarakat desa Labbo itu sendiri.

2. Persuasi (persuasion)

Persuasi (persuasion) ialah adanya polarisasi kelompok dalam perumusan kebijakan, yang di maksudkan polarisasi kelompok adalah adanya kelompok aktor yang menyebabkan aktor lain mengubah keputusan mereka ini bisa di lihat dari adanya negosiasi dan kompromi yang di lakukan oleh aktor perumus kebijakan, baik ke arah yang lebih teliti, atau lebih mengandung resiko dengan mengumpulkan pendapat kelompok aktor sampai tahap penentuan suatu kebijakan. Sebagaimana hasil wawancara sebagai berikut:

“dalam hal ini kendala yang di hadapi dalam mengumpulkan pendapat kelompok aktor dalam tahap pengumpulan aktor adalah susahnya memberikan pengertian dan arahan kepada masyarakat yang SDM relatif rendah dan dasar pendidikan yang sangat minim, serta pola kehidupan masyarakat yang masih banyak menggunakan pola hidup tradisional sehingga dalam penentuan stunting untuk mencapai tahap yang diinginkan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk penentuan kebijakan tersebut”. (Hasil wawancara dengan bapak AM, 11/09/2020)

Berdasarkan penjelasan di atas dapat diketahui bahwa, kendala dalam mengumpulkan pendapat kelompok actor adalah susahnya memberikan pengertian kepada masyarakat yang SDM relative rendah dan dasar pendididkan yang sangat minim.

Hal ini menunjukkan bahwa negosiasi yang di lakukukan antara Pemerintah desa dengan organisasi perangkat desa dalam perumusan kebijakan stinting sudah tepat. Sebagaimana hasil wawancara sebagai berikut:

“Perumusan suatu kebijakan memang butuh proses dan waktu yang tidak sedikit, moment ini yang digunakan oleh pemerintah untuk bernegosiasi dalam menetapkan kebijakan yang tepat”. (Hasil wawancara dengan bapak AM, 11/09/2020)

Dapat disimpulkan bahwa, perumusan kebijakan membutuhkan proses dan waktu yang sangat lama sehingga pemerintah desa bernegosiasi dalam menetapkan kebijakan yang sangat tepat.

Hal ini menunjukkan bahwa adanya informan yang mengatakan bahwa persetujuan Pemerintah Desa dengan BPD dalam mengkompromikan permasalahan yang terjadi tanpa mengabaikan kepentingan masyarakat kurang setuju dan hal ini dapat mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah dalam fungsinya untuk mensejahtrakan masyarakat. Sebagaimana yang dikemukakan oleh salah seorang informan dalam wawancara penulis bahwa:

“Banyaknya permasalahan stunting yang terjadi terutama di desa labbo masyarakat yang mengalami gizi buruk sehingga kepala desa dengan BPD membuat perdes tentang percepatan pengurangan stunting dapat terlaksana dengan baik.” (Hasil wawancara dengan bapak SR, 9/09/2020)

Berdasarkan penjelasan di atas dapat diketahui bahwa, karena banyaknya jumlah stunting yang terjadi didesa labbo yang mengalami gizi buruk sehingga kepala desa labbo dan BPD membuat peraturan desa untuk menurunkan angka stunting di desanya.

3. Pengarahan

Pola hubungan dan interaksi antara aktor pada model ini adalah berkaitan dengan pola perumusan kebijakan yang sangat struktural, dimana satu kelompok

aktor menjadi superordinat dan kelompok yang lain tentu saja menjadi subordinat. Tipe pengambilan kebijakan menempatkan posisi ini mirip dengan kewenangan yang dimiliki oleh lembaga perumus pengelolaan sumber daya alam daerah dalam bentuk kebijakan. Sebagaimana hasil wawancara sebagai berikut:

“hubungan interaksi yang dilakukan antara perumus dengan kebijakan stunting yaitu menjalin hubungan kerjasama yang persuasif antara perumus kebijakan dan menetapkan kebijakan berdasarkan fakta dan kondisi yang ada pada masyarakat yang akan menerima kebijakan stunting”. (Hasil wawancara dengan bapak SR, 9/09/2020)

Dapat disimpulkan bahwa perumus dapat menetapkan kebijakan stunting dan menjalin hubungan kerjasama yang persuasif berdasarkan fakta yang ada pada masyarakat yang menerima kebijakan stunting tersebut.

Program perumusan kebijakan desa tentang stunting di kabupaten banteng merupakan bentuk upaya pemrintah dalam pemberdayaan desa sebagaimana hasil wawancara sebagai berikut:

“menjalin kerjasama kepada masyarakat melalui PMD (Pemberdayaan Masyarakat Desa) serta menitoring langsung yang di lakukan pemerintah dalam melihat kondisi masyarakat yang ada di desa”. (Hasil wawancara dengan bapak PN, 05/09/2020)

Dengan demikian dapat di simpulkan bahwa kerjasama antara Pemerintah Daerah dengan Kepala Desa Labbo dalam membantu masyarakat untuk menurunkan angka stunting serta menitoring langsung yang dilakukan untuk melihat kondisi dan belum melakukan pelatihan pegawai secara merata.

Dengan demikian dapat di simpulkan bahwa kerjasama antara Pemerintah Daerah dengan Kepala Desa Labbo dalam membantu masyarakat untuk menurunkan angka stunting serta menitoring langsung yang dilakukan untuk melihat kondisi dan belum melakukan pelatihan pegawai secara merata.

Dokumen terkait