• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

C. Karakter Religius

1. Pengertian Karakter Religius

Kata Religius berasal dari kata dasar religi yang berasal bahasa asing religion yang berarti agama atau kepercayaan akan adanya sesuatu kekuatan kodrati diatas manusia. Sedangkan religius berasal dari kata religious yang bermakna sifat religi yang melekat pada diri seseorang.

Religius ini sebagai salah satu nilai karakter yang berarti sikap dan

perilaku yang patuh dalam menjalankan ajaran agama yang dianut, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain. Karakter religius sangat penting dan dibutuhkan setiap orang sejak dini.untuk menghadapi kejamnya perubahan zaman dan puncaknya degradasi moral. Dengan ini, diharapkan setiap orang memiliki bekal tentang agama agar mampu berperilaku baik dan

menghindari perilaku buruk.4 0

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia mendiskripsikan bahwa religius adalah sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk

agama lain.4 1

2. Pembentukan Karakter Religius

Pembentukan karakter religius siswa melalui tiga tahapan yang

harus dilalui dengan tujuan terbentuknya akhlakul karimah, yakni4 : 2

a. Moral Knowing/ learning to know: tahapan pertama dalam pendidikan karakter. Tahapan ini bertujuan untuk mengorientasikan tentang nilai-nilai pada penguasaan pengetahuan. Siswa harus mampu membedakan antara nilai-nilai akhlak yang mulia dan tercela serta nilai-nilai universal, memahami secara logis dan rasional pentingnya akhlak mulia dan bahayanya akhlak tercela dalam kehidupan. Siswa juga harus mengenal Nabi Muhammad

4 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, (Bandung: PT 0

Rosdakarya, 2011), Hlm 34

4 Kemendiknas, (2010).Hlm.21 1

SAW sebagai sosok teladan akhlak mulia melalui hadits dan sunahnya.

b. Moral loving/ moral feeling: tahapan belajar mencintai dengan melayani orang lain. Belajar mencintai dengan cinta tanpa syarat. Tahapan ini bertujuan untuk menumbuhkan rasa cinta dan rasa butuh terhadap nilai-nilai akhlak mulia. Pada tahap ini yang menjadi sasaran guru adalah dimensi emosional siswa, hati atau jiwa, bukan lagi akal, rasio ataupun logika.

c. Moral doing/ learning to do: tahapan ini merupakan puncak dari penanaman karakter. Siswa mempraktikkan nilai-nilai akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari. Siswa menjadi sopan, hormat, ramah, penyayang, jujur, adil, dan sebagainya.

Tahapan ini sangat dibutuhkan siswa agar terlibat dalam system pendidikan, memahami, merasakan, menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai kebajikan (moral).

3. Macam-macam karakter religius

Nilai- nilai karakter religius terdapat perbedaan dari beberapa tokoh. Maimun dan Fitri telah menjelaskan dalam bukunya yang berjudul Madrasah Unggulan Lembaga Pendidikan Alternatif di Era Kompetitif.

Berikut nilai-nilai religius diantaranya yakni4 : 3

a. Nilai Ibadah

Secara Bahasa ibadah berarti mengabdi atau menghamba. Mengabdikan diri atau menghambakan diri kepada Allah merupakan

4 Agus Maimun dan Agus Zainal Fitri, Madrasah Unggulan Lembaga Pendidikan Alternatif di 3

hal yang paling inti dari ajaran agama Islam. Nilai ibadah terletak pada dua hal yakni ikap batin (mengaku dirinya sebagai hamba Allah) dan perwujudannya dalam bentuk ucapan dan tindakan.

b. Nilai Jihad (Ruhul Jihad)

Ruhul jihad adalah jiwa yang mendorong seseorang agar bersungguh-sungguh dalam dalam berjuang. Misalnya memerangi hawa nafsu, kebodohan dan kemalasan.

c. Nilai Amanah dan Ikhlas

Secara bahasa amanah sama dengan iman yang berarti percaya. Amanah diartikan dapat dipercaya. Sedangkan ikhlas adalah sesuatu murni dilakukan hanya karena mengaharp ridlo Allah.

d. Akhlak dan Kedisiplinan

Akhlak secara etiologi bermakna budi pekerti, tingkah laku. Dalam dunia pendidikan keduanya saling berkaitan.

e. Keteladanan

Nilai keteladanan tercermin dari perilaku guru. Keteladanan sebagai hal yang sangat penting dalam dunia pendidikan dan pembelajaran, terutama dalam pembentukan nilai-nilai.

Gay dan Hendriks mengatakan bahwa sikap religius yang

tampak dalam diri seseorang ketika menjalankan tugasnya4 yakni: 4

a. Kejujuran

4 Asmaun Sahlan, Mewujudkan Budaya Religius di Sekolah, (Malang: UIN-Maliki Press, 2009). 4

Rahasia untuk meraih kesuksesan menurut mereka adalah kejujuran. Mereka menyadari bahwa dengan menerapkan ketidak jujuran mereka sendiri akan terjebak dalam kesulitan yang berlarut-larut. b. Keadilan

Salah satu skill religius seseorang adalah ketika mereka mampu berbuat adil kepada siapapun meskipun berada pada posisi yang mendesak sekalipun.

c. Bermanfaat bagi orang lain

Hal ini merupakan salah satu sikap yang tampak dari diri seseorang. Sebagaimana Nabi SAW bersabda “Sebaik-baik manusia adalah manusia yang paling bermanfaat bagi orang lain.”

d. Rendah hati

Sikap rendah hati yakni sikap yang mampu menghargai orang lain tanpa merendahkannya.

e. Bekerja Efisien

Mereka yang mampu memusatkan semua perhatian mereka pada pekerjaan saat itu dan mampu memusatkan ketika bekerja dan belajar.

f. Visi ke depan

Mereka yang mampu mengajak orang lain masuk kedalam angan-angannya dan mampu menjelaskan secara rinci bagaimana perjalanan ke sana.

g. Disiplin tinggi

Disiplin tinggi adalah disiplin yang berangkat dari semangat yang tinggi tanpa adanya keterpaksaan dan keharusan.

h. Keseimbangan

Seseorang yang memiliki sikap religius sangat menjaga keseimbangan hidupnya. Teruatama dalam empat aspek ini yakni keintiman, pekerjaan, komunitas dan spiritualitas.

Di samping itu, terdapat pula nilai-nilai karakter religius yang biasa ditanamkan pada pendidikan sekolah, yakni:

a. Religius, nilai karakter yang berhubungan dengan Tuhan. Pikiran, perkataan dan segala tindakannya berdasar pada ajaran agamanya. b. Jujur, nilai karakter yang seseorang yang didasarkan pada upaya

untuk menjadikan dirinya agar dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaannya baik terhadap diri sendiri maupun orang lain. c. Tanggung jawab, sikap dan perolaku seseorang untuk menjalankan

tugas dan kewajibannya baik untuk diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, budaya), negara dan Tuhan yang Maha Esa.

d. Hidup sehat, upaya menerapkan perilaku yang menciptakan hidup sehat dan menghindarkan kebiasaan buruk yang mengganggu kesehatan.

e. Disiplin, tindakan yang menunjukkan perilaku patuh pada ketentuan dan peraturan

f. Kerja keras, upaya yang dilakukan sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas serta berusaha menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.

g. Mandiri, sikap dan perilaku yang tidak bergantung dengan orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugasnya.

h. Berpikir logis, kritis, kreatif dan inovatif yakni berpikir dan melakukan sesuatu yang masuk akal untuk menghasilkan cara atau hasil baru dan termutakhir dari apa yang telah dimiliki.

i. Cinta tanah air, yaitu cara berpikir, bersikap dan berperilaku yang menunjukkan kepedulian , kesetiaan dan penghargaan yang tinggi terhadap Bahasa, lingkungan sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.

j. Komunikatif, sikap dan perilaku yang menunjukkan rasa senang berbicara, bergaul dan bekerja sama dengan orang lain.

k. Peduli alam, tindakan untuk melakukan pencegahan pada kerusakan lingkungan alam sekitar dan mengembangkan upaya untuk memperbaiki kerusakan alam.

l. Peduli sosial, tindakan yang menunjukkan selalu ingin membantu orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

m. Demokratis, yakni cara berpikir, bersikap dan bertindak yang menilai hak dan kewajiban antara dirinya dan orang lain sama. Pada umumnya, nilai-nilai diatas yang sering diterapkan di sekolah yakni religius, jujur, disiplin dan tanggungjawab. Hal ini diharapkan

mampu membentuk akhlakul karimah siswa dan sebagai bekal terjun di masyarakat.

Dokumen terkait