• Tidak ada hasil yang ditemukan

E. Kajian tentang Contextual Teaching and Learning (CTL) 1.Pengertian CTL

3. Karakteristik CTL

bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian nyata. Dari ke tujuh komponen tersebut, membantu siswa untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran.

3. Karakteristik CTL

Karakteristik CTL menurut Nanang Hafiah dan Cucu Suhana (2012:69) adalah sebagai berikut:

a. Kerjasama antara peserta didik dan guru (cooperative). b. Saling membantu antara peserta didik dan guru (assist). c. Belajar dengan bergairah (enjoyful learning).

d. Pembelajaran terintegrasi secara kontekstual. e. Menggunakan multimedia dan sumber belajar. f. Cara belajar siswa aktif (student active learning). g. Sharing bersama teman (take and give).

h. Siswa kritis dan guru kreatif.

i. Dinding kelas dan lorong kelas penuh dengan karya siswa.

j. Laporan siswa bukan hanya buku rapor, tetapi juga hasil karya siswa, laporan hasil praktikum, karangan siswa dan sebagainya. Dari beberapa karakteristik CTL yang disebutkan di atas sesuai dengan karakteristik IPA dan karakteristik siswa SD yaitu adanya sifat kontekstual ketika pembelajaran.

37

4. Prinsip pembelajaran CTL

Prinsip pembelajaran CTL menurut Nanang Hafiah dan Cucu Suhana (2012:69) adalah sebagai berikut:

a. Kesaling-bergantungan

Prinsip ini membuat hubungan yang bermakna (making meaningful communication) antara proses pembelajaran dan konteks kehidupan nyata. Prinsip ini mengajak guru untuk mengenali keterkaitan mereka dengan lingkungannya.

Bekerjasama (collaborating) membantu peserta didik belajar secara efektif dalam kelompok, membantu peserta didik untuk berinteraksi dengan orang lain, saling mengemukakan gagasan, saling mendengarkan untuk menemukan persoalan, mengumpulkan data, mengolah data, dan menemukan alternatif pemecahan masalah.

b. Perbedaan

Prinsip perbedaan adalah mendorong peserta didik menghasilkan keberagaman, perbedaan, dan keunikan. Terciptanya kemandirian dalam belajar yang dapat mengkontruksi minat peserta didik untuk belajar mandiri dalam konteks tim dengan mengkorelasikan bahan ajar dengan kehidupan nyata, dalam rangka untuk mencapai tujuan secara penuh makna.

38

Prinsip pengaturan diri menyatakan bahwa proses pembelajaran diatur, dipertahankan, dan disadari oleh peserta didik sendiri dalam rangka merealisasikan seluruh potensinya. Peserta didik secara sadar harus menerima tanggungjawab atas keputusan dan perilaku sendiri, menilai alternatif, membuat pilihan, mengembangkan rencana, menganalisis informasi, menciptakan solusi dan kritis menilai bukti.

Melalui interaksi antar siswa akan diperoleh pengertian baru, pandangan baru, sekaligus menemukan minat pribadi, kekuatan imajinasi, kemampuan mereka dalam bertahan dan menemukan sisi keterbatasan diri.

d. Penilaian autentik

Penilaian autentik yaitu menantang peserta didik agar dapat mengaplikasikan berbagai informasi akademis baru dan keterampilannya dalam situasi kontekstual.

Beberapa prinsip pembelajaran CTL di atas sesuai dengan karakteristik IPA, sehingga akan dapat memperbaiki proses pembelajaran. Materi IPA yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari siswa sesuai dengan karakteristik CTL kesaling-bergantungan. Dalam hal ini akan mempermudah siswa untuk mengaitkan materi yang dipelajari dengan kehidupan sehari-hari siswa.

39

5. Kelebihan Pembelajaran CTL

Menurut Hosnan (2014: 179) kelebihan pembelajaran CTL

diantaranya:

a. Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan ril

Artinya peserta didik dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengkorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata akan membantu siswa untuk memberikan penguatan, sehingga materi yang pernah didapatnya tidak mudah lupa.

b. Pembelajaran lebih produktif dan mampu memberikan penguatan konsep

Pembelajaran dengan CTL siswa akan lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep. Karena pembelajaran

CTL menganut aliran konstruktivisme, dimana seorang siswa dituntut untuk menemukan pengetahuannya sendiri. Melalui landasan konstruktivisme siswa diharapkan belajar melalui mengalami bukan menghafal.

Dapat disimpulkan bahwa kelebihan yang terdapat dalam CTL dapat mendukung proses berlangsungnya pembelajaran IPA. Hal ini dikarenakan sesuai dengan karakteristik IPA dan karakteristik siswa SD yaitu adanya konsep kontekstual dalam pembelajaran.

40

6. Langkah Penerapan CTL

Langkah pembelajaran CTL, menurut Rusman (2014: 199) adalah sebagai berikut:

1. Mengembangkan pemikiran siswa untuk melakukankegiatan belajar lebih bermakna, dapat dengan bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru yang harus dimilikinya.

2. Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik yang diajarkan.

3. Mengembangkan sifat ingin tahu siswa melalui memunculkan pertanyaan-pertanyaan.

4. Menciptakan masyarakat belajar, seperti melalui kegiatan kelompok berdiskusi, tanya jawab, dan lain sebagainya.

5. Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran, bisa melalui ilustrasi, model, bahkan media yang sebenarnya.

6. Membiasakan anak untuk melakukan kegiatan refleksi dari setiap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.

7. Melakukan penilaian secara obyektif, yaitu menilai kemampuan yang sebenarnya pada setiap siswa.

Sedangkan langkah-langkah pembelajaran CTL menurut Sitiatava Rizema Putra (2013: 257) antara lain sebagai berikut:

41

1. Kembangkan pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri serta mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.

2. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik. 3. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.

4. Ciptakan masyarakat belajar.

5. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran. 6. Lakukan refleksi diakhir pertemuan.

7. Lakukan penilaian yang sebenarnya (authentic assessment) dengan berbagai cara.

Dari beberapa pendapat di atas, maka langkah-langkah penerapan CTL dalam proses pembelajaran di SD kelas IV Sabdodadi Keyongan antara lain sebagai berikut:

a. Menyiapkan sumber belajar terkait untuk melatih siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan yang didapatnya (konstruktivisme) b. Membimbing siswa untuk melakukan pengamatan (inkuiri) c. Melakukan kegiatan tanya jawab (bertanya)

d. Mengelompokkan siswa dan membimbing dalam diskusi (masyarakat belajar)

e. Membimbing siswa melakukan pemodelan (pemodelan) dan mempresentasikan hasil diskusi.

f. Melakukan refleksi di akhir pembelajaran (refleksi)

42

F. Kerangka Berpikir

Berdasarkan latar belakang dan kajian teori di atas, digambarkan alur berikir sebagai berikut:

Gambar 1. Bagan kerangka berpikir

KONDISI AWAL

KONDISI AKHIR TINDAKAN

1. Guru: keresahan guru mengenai pendekatan pembelajaran yang digunakannya selama ini, masih dominan menggunakan metode ceramah dalam materi apapun, tidak mendorong siswa untuk menemukan sendiri pengetahuan baru, tidak ada pemodelan dalam belajar, tidak ada refleksi setelah pembelajaran

2. Siswa: lebih banyak mendengarkan penjelasan guru, tidak aktif di dalam kelas, tidak ada keberanian dalam mengungkapkan pendapat ataupun pertanyaan

3. Hasil belajar: sebanyak 10 dari 14 siswa belum mencapai KKM.

Guru menerapkan pembelajaran berbasis CTL: 1. Mendorong untuk mengembangkan pemikiran

siswa (konstruktivistik)

2. Membimbing siswa melakukan kegiatan pengamatan (inkuiri)

3. Melakukan kegiatan tanya jawab (bertanya) 4. Mengelompokkan dan membimbing siswa

dalam diskusi (masyarakat belajar)

5. Membimbing siswa melakukan pemodelan dan mempresentasikan hasil diskusi (pemodelan) 6. Melakukan refleksi pembelajaran (refleksi) 7. Memberikan penilaian proses dan hasil (

penilaian autentik)

Kualitas pembelajaran IPA mengalami peningkatan (dilihat dari keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar)

43

Pada kondisi awal pembelajaran di kelas, guru lebih dominan menggunakan metode ceramah dalam segala situasi. Guru lebih sering mentrasfer ilmu kepada siswa dan tidak merangsang siswa untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Selain itu guru tidak merangsang siswa untuk berani mengungkapkan pendapat ataupun pertanyaan, dan tidak melakukan refleksi pada akhir pembelajaran.

Kondisi pembelajaran tersebut berdampak pada siswa. Siswa menjadi pasif ketika di dalam kelas, karena lebih sering menerima ilmu pengetahuan. Hal tersebut juga berdampak pada ketidakmampuan siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan barunya dan mengaitkannya dengan kehidupan sehari-harinya. Siswa juga tidak berani bertanya, padahal tidak memahami materi yang disampaikan guru. Kondisi belajar siswa tersebut berdampak pada hasil belajar siswa yang masih banyak dibawah KKM.

Berdasarkan pemaparan tersebut, peneliti menerapkan pendekatan CTL untuk memecahkan permasalahan pembelajaran IPA. Pendekatan CTL ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran IPA yang meliputi keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar yang ditunjukkan dengan 70% siswa mencapai nilai KKM.

Dokumen terkait