• Tidak ada hasil yang ditemukan

3.5 Kesimpulan

5.3.2 Keadaan responden dan keterkaitannya dengan

5.3.2.2 Karakteristik eksternal responden

Distribusi responden menurut karakteristik eksternal nelayan meliputi; (1) dukungan penyuluh perikanan tangkap, (2) dukungan kelompok nelayan, (3) dukugan kelembagaan, (4) dukungan pasar, dan (5) dukungan pemerintah daerah (pemda). Distribusi karakteristik nelayan disajikan dalam Tabel 14 berikut ini.

Tabel 14 Distribusi karakteristik eksternal nelayan Karakteristik eksternal Kategori Jumlah

(orang) Persentase (%) Dukungan penyuluh perikanan Tidak ada Ada 77 40 65,81 34,19 Dukungan kelompok nelayan Tidak ada Ada 27 90 23,08 76,92 Dukungan kelembagaan Tidak ada

Ada

30 87

25,64 74,36

Dukungan pasar Tidak ada

Ada

31 86

26,50 73,50

Dukungan Pemda Tidak ada

Ada

36 81

30,77 69,23

Hubungan keterkaitan antara tingkat adopsi teknologi dalam pemanfaatan sumberdaya ikan dengan karakteristik eksternal nelayan terlihat dalam uji statistik

Chi Square. Nilai hasil uji Chi-Square hubungan keterkaitan karakteristik eksternal terhadap tingkat adopsi teknologi dalam pemanfaatan sumberdaya ikan berbasis kearifan lokal di Kabupaten Aceh Jaya terangkum dalam Tabel 15.

Tabel 15 Hasil uji Chi-Square antara variabel karakteristik eksternal dengan tingkat adopsi teknologi.

Uraian Koefisien kontingensi Signifikansi

Dukungan penyuluhan perikanan 0,427 0,000***

Dukungan kelompok nelayan 0,648 0.000***

Dukungan kelembagaan 0,660 0,000***

Dukungan ketersediaan pasar 0,081 0,679

Dukungan Pemda 0.098 0,567

N 117

Ket. ***= signifikan pada α =1%, ** =signifikan pada α =5%

Dukungan penyuluhan perikanan

Hasil uji statistik Chi-Square (Tabel 15) menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara dukungan penyuluhan perikanan terhadap tingkat adopsi teknologi dalam pemanfaatan sumberdaya ikan berbasis kearifan lokal di Kabupaten Aceh Jaya. Koefisien kontingensi = 0,427 dengan nilai p-value = 0,000 pada taraf α = 1%. Hal ini sesuai dengan pendapat Marra et al. (2003); dan Akudugu et al. (2012), yang mengemukakan bahwa kecepatan adopsi suatu teknologi ditentukan oleh intensitas/aktivitas penyuluh dalam mempengaruhi pola pikir petani/nelayan.

Persentase distribusi dukungan penyuluhan perikanan terhadap tingkat adopsi teknologi dalam pemanfaatan sumberdaya ikan di Kabupaten Aceh Jaya disajikan dalam Tabel 16 berikut ini.

Tabel 16 Persentase distribusi dukungan penyuluhan perikanan terhadap tingkat adopsi teknologi.

Dukungan Penyuhan Perikanan Tingkat Adopsi F Total

Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi

f % f % f % % % %

Dukugan Penyuluhan Perikanan

Tidak ada 27 81,82 47 72,31 3 15,79 77 35,06 61,04 3,90 Ada 6 18,18 18 27,69 16 84,21 40 15,00 45,00 40,00 Jumlah 33 100 65 100 19 100 117 28,21 55,56 16,24 Persepsi nelayan terhadap penyuluhan perikanan

Rendah 15 45,45 23 35,38 6 31,58 44 34,09 52,27 13,64 Sedang 8 24,24 16 24,62 7 36,84 31 25,81 51,61 22,58 Baik 10 30,30 26 40,00 6 31,58 42 23,81 61,90 14,29 Jumlah 33 100 65 100 19 100 117 28,21 55,56 16,24

Tabel 16 menunjukkan bahwa kebanyakan responden tidak mendapat dukungan penyuluhan (65,81%), sedangkan yang mendapat penyuluhan hanya 34,19% dari jumlah responden dalam penelitian ini. Responden yang menyatakan tidak mendapat dukungan penyuluhan perikanan menerapkan tingkat adopsi rendah 35,06%, sedang 61,04% dan tingkat adopsi tinggi 3,90%. Responden yang menyatakan mendapat dukungan dari penyuluhan perikanan menerapkan tingkat adopsi rendah sebanyak 15,00%, sedang 45,00% dan adopsi tingkat tinggi sebanyak 40,00%, ini menandakan bahwa responden yang mendapat dukungan penyuluh lebih memilih menerapkan tingkat adopsi sedang dan tinggi.

Selanjutnya, Tabel 16 juga memperlihatkan bahwa persepsi nelayan terhadap kinerja penyuluhan perikanan menunjukkan bahwa sebanyak 37,61 % kinerja penyuluhan perikanan rendah (kurang baik), 26,49% menyatakan kinerja penyuluhan sedang-sedang saja, dan responden yang menyatakan kinerja penyuluh baik ada sebanyak 35,90%. Responden yang mempersepsikan penyuluhan perikanan rendah bisa mengadopsi teknologi sebanyak 34,09% tingkat rendah, 52,27 adopsi tingkat sedang, dan adopsi teknologi tingkat ada 13,64%, responden yang mempersepsikan kinerja penyuluhan perikanan sedang- sedang saja mengadopsi teknologi sebanyak 25,81% tingkat rendah, 51,61% adopsi teknologi tingkat sedang, dan 22,58% mengadopsi teknologi tingkat tinggi, sedangkan responden yang mempersepsikan kinerja penyuluhan perikanan baik, mengadopsi teknologi 23,81% rendah, 61,90 % adopsi tingkat sedang dan 14,29 mengadopsi teknologi tingkat tinggi.

Hal tersebut menunjukkan bahwa peranan petugas penyuhan perikanan lapangan sangat berpengaruh terhadap tingkat adopsi teknologi dalam pemanfaatan sumberdaya ikan di Kabupaten Aceh Jaya. Mardikanto (1993) mengemukakan bahwa kecepatan adopsi suatu inovasi salah satunya ditentukan oleh intensitas/aktivitas penyuluh yang mempromosikan inovasinya. Semakin rajin penyuluh menawarkan inovasi, maka akan semakin cepat pula proses adopsi inovasi di daerah tersebut. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa banyak harapan dan saran dari masyarakat nelayan untuk dapat diadakan penyuluhan perikanan tangkap di lapangan dalam bentuk kegiatan yang sifatnya praktik lapangan.

Dukungan kelompok nelayan

Hasil ujiChi-Square (Tabel 15), menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara dukungan kelompok nelayan dengan tingkat adopsi teknologi dalam pemanfaatan sumberdaya ikan berbasis kearifan lokal di Kabupaten Aceh Jaya.ini terlihat dari koefisien kontingensi = 0,648 dengan nilai p-value= 0,000 pada taraf

α = 1%. Hal ini sesuai dengan Cartwright and Zander (1960), bahwa semakin dinamis suatu kelompok nelayan, maka semakin tinggi tingkat adopsi inovasi. Adanya saling kerjasama antar nelayan dan stakeholder yang terlibat akan memudahkan nelayan mendapatkan askes informasi teknologi.

Persentase distribusi dukungan kelompok nelayan terhadap tingkat adopsi teknologi dalam pemanfaatan sumberdaya ikan di Kabupaten Aceh Jaya disajikan dalam Tabel 17. Tabel 17 menunjukkan bahwa responden yang tidak mendapat dukungan kelompok nelayan ada 23,08%, sedangkan responden yang mendapat dukungan kelompok nelayan ada76,92% dari jumlah responden dalam penelitian ini. Responden yang menyatakan tidak mendapat dukungankelompok nelayan menerapkan tingkat adopsi rendah 44,44%, sedang 51,85% dan tingkat adopsi tinggi 3,70%. Responden yang menyatakan mendapat dukungan kelompok nelayan menerapkan tingkat adopsi rendah sebanyak 23,33%, sedang 56,67% dan adopsi tingkat tinggi sebanyak 20,00%, ini menandakan bahwa responden yang mendapat dukungan kelompok nelayan lebih memilih menerapkan tingkat adopsi sedang dan tinggi.

Tabel 17 Persentase distribusi dukungan kelompok nelayan terhadap tingkat adopsi teknologi

Dukungan Kelompok Nelayan Tingkat Adopsi F Total

Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi

f % f % f % % % %

Dukugan kelompok nelayan

Tidak ada 12 36,36 14 21,54 1 5,26 27 44,44 51,85 3,70 Ada 21 63,64 51 78,46 18 94,74 90 23,33 56,67 20,00

Jumlah 33 100 65 100 19 100 117 28,21 55,56 16,24

Persepsi nelayan terhadap dukungan kelompok nelayan

Rendah 8 24,24 15 23,08 4 21,05 27 29,63 55,56 14,81 Sedang 12 36,36 36 55,38 3 15,79 51 23,53 70,59 5,88 Baik 13 39,39 14 21,54 12 63,16 39 33,33 35,90 30,77

Jumlah 33 100 65 100 19 100 117 28,21 55,56 16,24

Selanjutnya, Tabel 17 juga menunjukkan bahwa persepsi nelayan terhadap kinerja kelompok nelayan adalah sebanyak 23,08 % kinerja kelompok nelayan rendah (kurang baik), 43,59% menyatakan kinerja kelompok nelayan sedang- sedang saja, dan responden yang menyatakan kinerja kelompok nelayan baik ada sebanyak 33,33%. Responden yang mempersepsikan kelompok nelayan rendah, mengadopsi teknologi sebanyak 29,63% tingkat rendah, 55,56 adopsi tingkat sedang, dan adopsi teknologi tingkat ada 14,81%. Responden yang mempersepsikan kinerja kelompok nelayan sedang-sedang saja mengadopsi teknologi sebanyak 23,53% tingkat rendah, 70,59% adopsi teknologi tingkat sedang, dan 5,88% mengadopsi teknologi tingkat tinggi, sedangkan responden yang mempersepsikan kinerja kelompok nelayan baik, mengadopsi teknologi 33,33% rendah, 35,90% adopsi tingkat sedang dan 30,77% mengadopsi teknologi

tingkat tinggi. Hal ini sesuai dengan Cartwright dan Zander (1960) menyatakan bahwa semakin dinamis suatu kelompok nelayan, maka semakin tinggi tingkat adopsi inovasi. Adanya saling kerjasama antar nelayan dan stakeholder yang terlibat akan memudahkan nelayan mendapatkan askes informasi teknologi dalam pemanfaatan sumberdaya ikan serta bantuan pembinaan dari pemerintah.

Dukungan kelembagaan

Hasil ujiChi-Square(Tabel 15), menunjukkan adanya hubungan keterkaitan yang kuat antara dukungan kelembagaan nelayan (Panglima Laôt) dengan tingkat adopsi teknologi dalam pemanfaatan sumberdaya ikan di Kabupaten Aceh Jaya. Hal ini terlihat dari nilai koefisien kontingensi = 0,660 dengan p-value (0.000)

pada taraf α =1% yang berarti terdapat hubungan yang kuat dan sangat signifikan Persentase distribusi dukungan kelembagaan terhadap tingkat adopsi teknologi dalam pemanfaatan sumberdaya ikan berbasis kearifan lokal di Kabupaten Aceh Jaya disajikan dalam Tabel 18 berikut ini.

Tabel 18 Persentase distribusi dukungan kelembagaan terhadap tingkat adopsi teknologi. Dukungan Kelembagaan Tingkat Adopsi F Total

Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi

F % f % f % % % %

Dukugan kelembagaan

Tidak ada 8 24,24 22 33,85 3 15,79 33 24,24 66,67 9,09 Ada 25 75,76 43 66,15 16 84,21 84 29,76 51,19 19,05

Jumlah 33 100 65 100 19 100 117 28,21 55,56 16,24 Persepsi nelayan terhadap dukungan kelembagaan

Rendah 8 24,24 22 33,85 3 15,79 33 24,24 66,67 9,09 Sedang 20 60,61 15 23,08 5 26,32 40 50,00 37,50 12,50 Baik 5 15,15 28 43,08 11 57,89 44 11,36 63,64 25,00 Jumlah 33 100 65 100 19 100 117 28,21 55,56 16,24

Tabel 18 menunjukkan bahwa responden yang tidak mendapat dukungan kelembagaan ada 28,20%, sedangkan responden yang mendapat dukungan kelembagaan ada 71,79% dari jumlah responden dalam penelitian ini. Responden yang menyatakan tidak mendapat dukungan kelembagaan Panglima Laôt menerapkan tingkat adopsi rendah 24,24 %, sedang 66,67% dan tingkat adopsi tinggi 9,09%. Responden yang menyatakan mendapat dukungan kelembagaan Panglima Laôt, menerapkan tingkat adopsi rendah sebanyak 29,76%, sedang 51,19% dan adopsi tingkat tinggi sebanyak 19,05%, ini menandakan bahwa responden yang mendapat dukungan kelembagaan lebih memilih menerapkan tingkat adopsi sedang dan tinggi.

Selanjutnya, Tabel 18 juga menunjukkan bahwa persepsi nelayan terhadap kinerja kelembagaan rendah mengadopsi teknologi tingakt rendah 24,24% , tingkat adopsi teknologi sedang 66,67%, dan adopsi tingkat teknologi tinggi ada sebanyak 9,09%. Responden yang mempersepsikan kelembagaan sedang, mengadopsi teknologi 50,00% tingkat rendah, 37,50% adopsi tingkat sedang, dan adopsi teknologi tingkat ada 12,50%. Responden yang mempersepsikan kinerja kelembagaan baik mengadopsi teknologi 11,36% tingkat rendah, 63,64% adopsi teknologi tingkat sedang, dan 25,00% mengadopsi teknologi tingkat tinggi.

Dukungan ketersediaan pasar

Hasil uji Chi-Square (Tabel 15), menunjukkan tidak adanya hubungan keterkaitan antara dukungan ketersediaan pasar dengan tingkat adopsi teknologi dalam pemanfaatan sumberdaya ikan berbasis kearifan lokal di Kabupaten Aceh Jaya. Hal ini terlihat dari koefisien kontingensi = 0,081 dengan p-value = 0.679

pada taraf α = 5%.

Persentase distribusi dukungan kesersediaan pasar terhadap tingkat adopsi teknologi dalam pemanfaatan sumberdaya ikan berbasis kearifan lokal di Kabupaten Aceh Jaya disajikan dalam Tabel 19 berikut ini.

Tabel 19 Persentase distribusi dukungan ketersediaan pasar terhadap tingkat adopsi teknologi.

Dukungan Pasar

Tingkat Adopsi

F

Total

Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi

f % f % f % % % %

Dukungan pasar

Tidak ada 7 21,21 18 27,69 6 31,58 31 22,58 58,06 19,35 Ada 26 78,79 47 72,31 13 68,42 86 30,23 54,65 15,12 Jumlah 33 100 65 100 19 100 117 28,21 55,56 16,24 Persepsi nelayan terhadap dukungan pasar

Rendah 7 21,21 15 20,00 6 31,58 28 25,00 53,57 21,43 Sedang 18 54,55 39 60,00 3 15,79 60 30,00 65,00 5,00 Baik 6 18,18 13 20,00 10 52,63 29 20,69 44,83 34,48 Jumlah 31 100 67 100 19 100 117 26,50 57,26 16,24

Tabel 19 menunjukkan bahwa responden yang tidak mendapat dukungan pasar ada 26,49%, sedangkan responden yang mendapat dukungan pasar ada 73,50% dari jumlah responden dalam penelitian ini. Responden yang menyatakan tidak mendapat dukungan pasar menerapkan tingkat adopsi rendah 22,58%, sedang 58,06% dan tingkat adopsi tinggi 19,35%. Responden yang menyatakan mendapat dukungan pasar, menerapkan tingkat adopsi rendah sebanyak 30,23%, sedang 54,65% dan adopsi tingkat tinggi sebanyak 15,12%.

Selanjutnya, Tabel 19 juga menunjukkan bahwa persepsi nelayan terhadap dukungan ketersediaan pasar rendah mengadopsi teknologi tingakt rendah 25,00%, tingkat adopsi teknologi sedang 53,57%, dan adopsi tingkat teknologi tinggi ada sebanyak 21,43%. Responden yang mempersepsikan kesersediaan pasar sedang, mengadopsi teknologi 31.00% tingkat rendah, 65,00% adopsi tingkat sedang, dan adopsi teknologi tingkat ada 5,00%. Responden yang mempersepsikan dukungan ketersediaan pasar baik mengadopsi teknologi 20,69% tingkat rendah,44,83% adopsi teknologi tingkat sedang, dan 34,48% mengadopsi teknologi tingkat tinggi. hal ini mengindikasikan penyebaran ketersediaan pasar di Kabupaten Aceh Jaya belum merata walaupun dilihat dari tingkat adopsi teknologi tidak jauh berbeda dengan responden yang mendapatkan dukungan ketersediaan pasar. Selama ini ketersediaan pasar untuk nelayan hanya bagi nelayan-nelayan yang berdomisili disekitar ibukota kabupaten atau ibukota kecamatan. Bagi nelayan-nelayan yang jauh dari ibukota kabupaten atau

kecamatan, untuk memenuhi kebutuhan tersebut nelayan harus mengeluarkan biaya tranportasi

Dukungan pemerintah daerah (Pemda)

Hasil uji statistik Chi-Square (Tabel 15), menunjukkan bahwa tidak ada hubungan signifikan antara dukungan pemerintah daerah terhadap tingkat adopsi teknologi dalam pemanfaatan sumberdaya ikan di Kabupaten Aceh Jaya. Hal ini dilihat dari koefisien kontingensi = 0,098 dengan p-value = 0,567pada taraf α =

5%.

Persentase distribusi dukungan pemda terhadap tingkat adopsi teknologi dalam pemanfaatan sumberdaya ikan berbasis kearifan lokal di Kabupaten Aceh Jaya disajikan dalam Tabel 20 berikut ini.

Tabel 20 Persentase distribusi dukungan pemda terhadap tingkat adopsi teknologi. Dukungan Pemda Tingkat Adopsi F Total

Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi

f % f % f % % % %

Dukungan Pemda

Tidak ada 10 30,30 22 33,85 4 21,05 36 27,78 61,11 11,11 Ada 23 69,70 43 66,15 15 79 81 28,40 53,09 18,52 Jumlah 33 100 65 100 19 100 117 28,21 55,56 16,24 Persepsi nelayan terhadap dukungan Pemda

Rendah 10 30,30 15 23,08 4 21,05 29 34,48 51,72 13,79 Sedang 19 57,58 25 38,46 5 26 49 38,78 51,02 10,20 Tinggi 4 12,12 25 38,46 10 52,63 39 10,26 64,10 26,00 Jumlah 33 100 65 100 19 100 117 28,21 55,56 16,24

Tabel 20 menunjukkan bahwa responden yang tidak mendapat dukungan pemda ada 30,77%, sedangkan responden yang mendapat dukungan pemda ada 69,23% dari jumlah responden dalam penelitian ini. Responden yang menyatakan tidak mendapat dukungan pemda menerapkan tingkat adopsi rendah 34,48%, sedang 51,72% dan tingkat adopsi tinggi 13,79%. Responden yang menyatakan mendapat dukungan pemda, menerapkan tingkat adopsi rendah sebanyak 28,40%, sedang 53,09% dan adopsi tingkat tinggi sebanyak 18,52%, ini menandakan bahwa responden yang mendapat dukungan pemda tidak terlalu berpengaruh bila dibandingkan dengan responden yang tidak mendapat dukungan pemda.

Selanjutnya, Tabel 20 juga menunjukkan bahwa persepsi nelayan terhadap dukungan pemda rendah mengadopsi teknologi tingkat rendah 34,48% , tingkat adopsi teknologi sedang 51,72%, dan adopsi tingkat teknologi tinggi ada sebanyak 13,79%. Responden yang mempersepsikan dukungan pemda sedang, mengadopsi teknologi 38,78% tingkat rendah, 51,02% adopsi tingkat sedang, dan adopsi teknologi tingkat ada 10,20%. Responden yang mempersepsikan dukungan pemda baik mengadopsi teknologi 10,26% tingkat rendah, 64,10% adopsi teknologi tingkat sedang, dan 25,64% mengadopsi teknologi tingkat tinggi.

5.3.2.3 Karakteristik responden yang paling mempengaruhi tingkat adopsi

Dokumen terkait