• Tidak ada hasil yang ditemukan

3.5 Kesimpulan

6.3.5 Perbandingan kepentingan subkriteria

Hasil analisis SWOT terkait kondisi internal dan eksternal dalam pengembangan teknologi dalam pemanfaatan sumberdaya ikan berbasis kearifan lokal di Kabupaten Aceh Jaya menunjukkan bahwa beberapa hal yang menjadi pembatas dalam pengembangan kebijakan pengembangan teknologi pemanfaatan sumberdaya ikan adalah masih terjaga nilai-nilai kearifan dan tingkat adopsi teknologi penangkapan ikan sudah mengalami peningkatan. Pembatas-pembatas ini merupakan faktor koreksi dalam memenuhi kriteria-kriteria pengembangan sehingga kebijakan pemanfaatan sumberdaya ikan berbasis kearifan lokal yang dipilih benar-benar merupakan kebijakan terbaik.

Berdasarkan hasil analisis aspek ekologi terhadap sejumlah teknologi penangkapan yang ada di Kabupaten Aceh Jaya, yaitu; purse seine, bagan apung,

pancing tonda, pancing ulur, gillnet dan trammel net. Pancing ulur merupakan pilihan pertama diikuti oleh pancing tonda untuk dikembangkan di perairan Kabupaten Aceh Jaya. Selengkapnya disajikan dalam Gambar 38.

Gambar 38 Rasio kepentingan pembatas dalam mendukung kriteria/aspek ekologi Berdasarkan Gambar 38 terlihat bahwa, dalam kaitan dengan aspek ekologi untuk adopsi pengembangan teknologi pemanfaatan sumberdaya ikan berbasis kearifan lokal adalah alat tangkap pancing ulur mempunyai indek rasio kepentingan (RK) sebesar 0,410 diikuti oleh alat tangkap pancing tonda dengan nilai indeks rasio kepentingan (RK) 0,314, dikarenakan alat tangkap ini tidak merusak karang, ramah lingkungan ekologi dan tidak mengganggu biota lain. Sehingga kearifan lokal yang ada di wilayah ini dapat terlaksana dengan baik. Selanjutnya alat tangkap bagan apung,purse seine,gillnet dantrammel net. Maka kriteria pengembangan teknologi dalam pemanfaatan sumberdaya ikan berbasis kearifan lokal di Kabupaten Aceh Jaya secara ekologi diarahkan pada alat tangkap pancing ulur dan pancing tonda dengan nilai inconsistency-nya 0,04 masih di bawah batas maksimum yang dipersyaratkan, yaitu 0,1.

Berdasarkan hasil analisis aspek ekonomi terhadap sejumlah teknologi penangkapan yang ada di Kabupaten Aceh Jaya, Purse seine merupakan pilihan pertama diikuti oleh bagan apung untuk dikembangkan di perairan Kabupaten Aceh Jaya. Selengkapnya disajikan dalam Gambar 39.

Gambar 39 Rasio kepentingan pembatas dalam mendukung kriteria/aspek ekonomi

Rasio kepentingan dalam aspek ekonomi terlihat bahwa, alat tangkappurse seine mempunyai indek rasio kepentingan (RK) sebesar 0,462 diikuti oleh alat tangkap bagan apung dengan nilai indeks rasio kepentingan (RK) 0,239, selanjutnya alat pancing ulur (0,106), gillnet (0,102), pancing tonda (0,062) dan

trammel net (0,028). Hal ini menunjukkan bahwa alat tangkap purse seine dan bagan apung lebih menguntungkan berdasarkan aspek ekonomi, hal ini disebabkan karena alat tangkap purse seine target utama hasil tangkapan adalah jenis ikan ekonomis tinggi. Maka kriteria pengembangan teknologi dalam pemanfaatan sumberdaya ikan berbasis kearifan lokal di Kabupaten Aceh Jaya secara ekonomi diarahkan pada alat tangkappurse seinedan bagan apung dengan nilai inconsistency-nya 0,05 masih di bawah batas maksimum yang dipersyaratkan, yaitu 0,1.

Hasil analisis aspek biologi terhadap sejumlah teknologi penangkapan yang ada di Kabupaten Aceh Jaya, pancing tonda merupakan pilihan pertama diikuti oleh pancing ulur untuk dikembangkan di perairan Kabupaten Aceh Jaya. Selengkapnya disajikan dalam Gambar 40.

Gambar 40 Rasio kepentingan pembatas dalam mendukung kriteria/aspek biologi Berdasarkan Gambar 40. terlihat bahwa, dari aspek biologi alat tangkap pancing tonda mempunyai indek rasio kepentingan (RK) sebesar 0,366 diikuti oleh alat tangkap pancing ulur dengan nilai indeks rasio kepentingan (RK) 0,209, selanjutnya alat purse seine (0,193), gillnet (0,122), bagan apung (0,080) dan

trammel net (0,029). Hal ini menunjukkan bahwa alat tangkap pancing tonda dan pancing ulur lebih banyak menangkap ikan-ikan yang berukuran besar, oleh sebab itu jenis ikan yang tertangkap pada alat tangkap ini adalah jenis ikan yang sudah layak tangkap atau ikan yang sudah memijah. Maka pengembangan teknologi dalam pemanfaatan sumberdaya ikan berbasis kearifan lokal di Kabupaten Aceh Jaya secara biologi diarahkan pada alat tangkap pancing tonda dan pancing ulur dengan nilai inconsistency-nya 0,04, masih di bawah batas maksimum yang dipersyaratkan, yaitu 0,1.

Hasil analisis aspek teknologi terhadap sejumlah teknologi penangkapan yang ada di Kabupaten Aceh Jaya, alat tangkap purse seine merupakan pilihan pertama diikuti oleh bagan apung untuk dikembangkan di perairan Kabupaten Aceh Jaya. Selengkapnya disajikan dalam Gambar 41.

Gambar 41 Rasio kepentingan pembatas dalam mendukung kriteria/aspek teknologi.

Berdasarkan Gambar 41. terlihat bahwa, dari aspek teknologi alat tangkap

purse seine mempunyai indek rasio kepentingan (RK) sebesar 0,462 diikuti oleh alat tangkap bagan apung (0,208), pancing tonda (0,107), gillnet (0,095) pancing ulur (0,086) dan trammel net (0,043). Hal ini menunjukkan bahwa alat tangkap

purse seine dan bagan apung lebih banyak mengadopsi terknologi modern dan ramah lingkungan dalam pemanfaatan sumberdaya ikan, maka pengembangan teknologi dalam pemanfaatan sumberdaya ikan berbasis kearifan lokal di Kabupaten Aceh Jaya secara teknologi diarahkan pada alat tangkap purse seine

dan bagan apung dengan nilai inconsistency-nya 0,05 masih di bawah batas maksimum yang dipersyaratkan, yaitu 0,1.

Hasil analisis aspek sosial terhadap sejumlah teknologi penangkapan yang ada di Kabupaten Aceh Jaya, alat tangkap pancing ulur merupakan pilihan

pertama diikuti olehpurse seineuntuk dikembangkan di perairan Kabupaten Aceh Jaya. Selengkapnya disajikan dalam Gambar 42.

Gambar 42 Rasio kepentingan pembatas dalam mendukung kriteria/aspek sosial

.

Rasio kepentingan pembatas dari aspek sosial terlihat bahwa, alat tangkap pancing ulur mempunyai indek rasio kepentingan (RK) sebesar 0,363 diikuti oleh alat tangkap purse seine (0,244), pancing tonda (0,194), gillnet (0,101), bagan apung (0,072) dan trammel net (0,026) (Gambar 12). Hal ini dapat dipahami bahwa alat tangkap pancing ulur dan purse seine jarang terjadi konflik sosial dalam pemanfaatan sumberdaya ikan, maka pengembangan teknologi dalam pemanfaatan sumberdaya ikan berbasis kearifan lokal di Kabupaten Aceh Jaya secara sosial diarahkan pada alat tangkap pancing ulur dan purse seine dengan nilai inconsistency-nya (0,04) masih di bawah batas maksimum yang dipersyaratkan, yaitu 0,1.

Hasil analisis aspek hukum/kelembagaan terhadap sejumlah teknologi penangkapan yang ada di Kabupaten Aceh Jaya, alat tangkap purse seine

merupakan pilihan pertama diikuti oleh bagan apung untuk dikembangkan di perairan Kabupaten Aceh Jaya. Selengkapnya disajikan dalam Gambar 43.

Gambar 43 Rasio kepentingan pembatas dalam mendukung aspek hukum/kelembagaan

Berdasarkan Gambar 43 terlihat bahwa, dari aspek hukum/kelembagaan, alat tangkap purse seinemempunyai indek rasio kepentingan (RK) sebesar 0,385 diikuti oleh alat tangkap bagan apung (0,072), trammel net (0,142), pancing ulur (0,138), pancing tonda (0,088) dan gillnet (0,049). Hal ini menunjukkan bahwa alat tangkappurse seinedan bagan apung jarang melanggar hukum atau peraturan laut yang ada dan nilai-nilai kearifan lokal dalam pemanfaatan sumberdaya ikan, maka pengembangan teknologi dalam pemanfaatan sumberdaya ikan berbasis kearifan lokal di Kabupaten Aceh Jaya secara hukum/kelembagaan diarahkan pada alat tangkap purse seine dan bagan apung dengan nilai inconsistency-nya 0,05, masih di bawah batas maksimum yang dipersyaratkan, yaitu 0,1.

Terlepas dari semua kepentingan pembatas dalam mendukung kriteria atau aspek pengembangan teknologi dalam pemanfaatan sumberdaya ikan berbasis kearifan lokal merupakan alternatif strategi kebijakan pengembangan yang dipilih haruslah menjadi prioritas pertama yang paling baik dalam mengakomodasi setiap

kepentingan yang ada, baik kepentingan sub kriteria atau pembatas kriteria pengembangan yang ada.

6.3.6 Prioritas strategi pengembangan teknologi dalam pemanfaatan

Dokumen terkait