• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.4. Analisis Data

4.4.2. Karakteristik Habitat

Komponen fisik habitat monyet ekor panjang yang berupa ketinggian tempat, jarak ke sumber air dan jarak pertanian diolah dengan menggunakan analisis spasial, kemudian ditabulasikan. Komponen fisik suhu dan kelembaban dianalisis secara kuantitatif kemudian ditabulasikan.

Analisis vegetasi dilakukan untuk mengetahui tingkat dominansi suatu jenis tumbuhan yang menempati suatu daerah. Data lapangan hasil plot pengamatan dianalisis untuk mengetahui jenis tumbuhan yang dominan yang dilakukan dengan menghitung nilai penting (NP). Nilai penting suatu jenis tumbuhan dalam suatu areal sama dengan jumlah nilai kerapatan relatif, frekuensi relatif dan dominansi relatif. Menurut Soerianegara & Indrawan (1998) nilai kerapatan relatif (KR), frekuensi relatif (FR) dan dominansi relatif (DR) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Kerapatan (K)=Jumlah individu suatu jenis Luas unit contoh

Kerapatan Relatif (KR)= Kerapatan suatu jenis

Kerapatan seluruh jenisx 100%

Frekuensi (F)= Jumlah plot ditemukan suatu jenis Jumlah seluruh plot dalam unit contoh

Frekuensi Relatif (FR)= Frekuensi suatu jenis

Frekuensi seluruh jenisx100%

Dominansi suatu jenis (D)=Luas bidang dasar suatu jenis Luas unit contoh

Luas bidang dasar suatu jenis =¼ D 2 Keterangan:

D = Diameter setinggi dada

Dominansi Relatif= Dominansi suatu jenis

Dominansi seluruh jenis x 100%

Indeks Nilai Penting (INP) untuk tingkat tiang dan pohon = KR +FR + DR, sedangkan untuk tingkat semai dan pancang INP = KR + FR. Analisis untuk mengetahui tingkat keanekaragaman tumbuhan pada setiap tipe habitat menggunakan indeks keanekaragaman Shannon-Wiener (H’) dengan persamaan sebagai berikut (Ludwig & Reynolds 1988):

H'= - (Piln Pi s

i=1

)

Nilai Pi diperoleh dengan menggunakan rumus:

Pi= banyaknya individu spesies ke-i total individu dari seluruh spesies

Indeks kesamaan Jaccard ( ) digunakan untuk menganalisis tingkat kesamaan komunitas antar tipe habitat. Tingkat kesamaan komunitas semakin besar jika nilai indeks Jaccard semakin besar. Indeks kesamaan Jaccard dihitung dengan persamaan (Maguran 1988):

Cj= c

(a+b-c)

Keterangan:

c = Jumlah sepesies yang di temukan di kedua habitat a = jumlah spesies yang ditemukan di habitat A b = Jumlah spesies yang ditemukan di habitat B

4.4.3. Identifikasi Faktor Dominan Penentu Penggunaan Habitat

Pemilihan habitat oleh monyet ekor panjang diketahui dengan membandingkan luas tipe habitat dengan intensitas penggunaannya. Satwaliar didefinisikan mempunyai sifat selektif jika memanfaatkan habitat dengan tingkat yang tidak proporsional dengan ketersediannya. Habitat dibedakan menjadi dua yaitu tipe habitat kerusakan vegetasi ringan dan tipe habitat kerusakan vegetasi sedang. Pengujian dilakukan dengan Chi Square Test untuk membandingkan frekuensi hasil observasi (observed) kehadiran satwaliar dengan dengan frekuensi yang diharapkan (expected). Frekuensi hasil observasi merupakan nilai proporsi antara used plot pada tiap tipe habitat dengan total used plot. Frekuensi yang diharapkan merupakan nilai perkalian proporsi area (availability) tiap-tiap tipe habitat dengan jumlah total used plot. Availability merupakan proporsi area masing-masing tipe habitat yang tersedia bagi monyet ekor panjang.

Hubungan antara keberadaan monyet ekor panjang dengan faktor dominan penentu penggunaan habitat diuji dengan menggunakan Chi Square Test. Dalam pengujian ini setiap faktor dominan penentu penggunaan habitat dibagi dalam beberapa kelas. Frekuensi hasil observasi (observed) merupakan jumlah individu monyet ekor panjang yang dijumpai pada setiap kelas. Frekuensi yang diharapkan (expected) untuk setiap kelas dianggap sama. Selang kelas untuk setiap faktor dominan penentu penggunaan habitat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:

L=R K

Keterangan: L = Selang kelas

R = Selisih antara nilai maksimum dengan minimum faktor dominan penentu penggunaan habitat

Chi Square Test untuk menguji adanya pemilihan habitat dan hubungan antara keberadaan monyet ekor panjang dengan faktor-faktor dominan penentu pengggunaan habitat dirumuskan sebagai berikut (Johnson & Bhattacharyya 1987):

²= (Oi-Ei)² Ei Keterangan:

² = Chi Square hasil perhitungan

Oi= Frekuensi hasil observasi (observed) Ei= Frekuensi yang diharapkan (expected)

Hipotesis yang dibangun untuk menguji ada tidaknya pemilihan habitat oleh monyet ekor panjang adalah:

Ho : Habitat dipilih secara acak. Hi : Habitat dipilih secara tidak acak.

Hipotesis yang dibangun untuk menguji hubungan antara keberadaan monyet dengan faktor dominan penentu penggunaan habitat adalah:

Ho : Tidak ada hubungan antara keberadaan monyet ekor panjang dengan faktor-faktor dominan penentu penggunaan habitat

Hi : Ada hubungan antara keberadaan monyet ekor panjang dengan faktor-faktor dominan penentu penggunaan habitat.

Keputusan diambil jika nilai ² hitung ²(0,05,n-1) , maka terima H0 (tolak H1) begitupun sebaliknya, jika nilai ² hitung > ²(0,05,n-1) maka terima H1 (tolak H0).

5.1. Hasil

5.1.1. Sebaran Monyet Ekor Panjang

Monyet ekor panjang yang dijumpai selama pengamatan baik secara langsung maupun tidak langsung terdapat dalam 10 lokasi. Lokasi penyebarannya meliputi lima resort yaitu Resort Turi Cangkringan Pakem, Resort Dukun, Resort Kemalang, Resort Musuk-Cepogo dan Resort Selo (Tabel 6).

Tabel 6. Lokasi perjumpaan monyet ekor panjang di TNGM

Desa Resort Kordinat

X Y

Purwobinangun Turi Cangkringan Pakem 437.317 9.160.869 Purwobinangun Turi Cangkringan Pakem 436.712 9.162.067

Ngargomulyo Dukun 430.913 9.163.602 Ngargomulyo Dukun 431.494 9.164.153 Ngargomulyo Dukun 432.461 9.165.667 Tegalmulyo Kemalang 441.281 9.162.422 Tegalmulyo Kemalang 442.388 9.164.089 Mriyan Musuk-Cepogo 442.457 9.165.936 Mriyan Musuk-Cepogo 441.791 9.166.086 Suroteleng Selo 441.848 9.168.476

Monyet ekor panjang yang dijumpai secara langsung berada di semua resort dengan jumlah kelompok bervariasi seperti disajikan pada Tabel 7. Jumlah anggota kelompok yang paling besar ditemukan dalam pengamatan berada di Resort Kemalang dengan jumlah anggota kelompok sebanyak 26 ekor, sedangkan jumlah anggota kelompok yang paling kecil ditemukan di Resort Dukun sebanyak 5 ekor. Perjumpaan tidak langsung ditentukan dengan indikator bekas pakan monyet ekor panjang yang berupa patahan daun dan bunga serta sisa buah pakan. Jumlah perjumpaan monyet ekor panjang didalam jalur pengamatan sebanyak 5 kali dengan perjumpaan langsung 2 kali dan perjumpaan tidak langsung 3 kali. Perjumpaan langsung monyet ekor panjang selama pengamatan sebanyak 7 kali dimana perjumpaan langsung diluar kawasan TNGM sebanyak 2 perjumpaan sedangkan didalam kawasan TNGM 5 perjumpaan.

Tabel 7. Jumlah perjumpaan monyet ekor panjang di TNGM

No Resort frekuensi Jumlah individu

A Perjumpaan Langsung 1 Turcangkem 1 22 2 Dukun 2 12 3 Kemalang 2 46 4 Musuk-Cepogo 1 7 5 Selo 1 9

B Perjumpaan Tidak Langsung

1 Turcangkem 1 -

2 Dukun 1 -

3 Musuk-Cepogo 1 -

Lokasi perjumpaan monyet ekor panjang berdasarkan tipe kerusakan habitat hanya terdapat 1 kelompok yang ditemukan di habitat kerusakan sedang yaitu di Resort Dukun, sedangkan untuk habitat kerusakan ringan ditemukan 4 kelompok. Lokasi penyebaran monyet ekor panjang di TNGM disajikan pada Gambar 9.

5.1.2. Karakteristik Habitat

Dokumen terkait