BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka
1. Karakteristik Kurikulum SD 2013
Sebuah proses pembelajaran dijalankan berdasar pada rancangan dalam kurikulum yang digunakan. Pada saat ini, Indonesia menggunakan Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 ini berbeda dengan kurikulum sebelumnya. Perbedaan yang ada disesuaikan dengan kebutuhan pada masa yang akan datang agar generasi muda dapat menghadapi dengan baik perubahan zaman. Kurikulum 2013 adalah kurikulum baru dengan tujuan untuk menyempurnakan kurikulum sebelumnya yaitu KTSP menjadi Kurikulum 2013 (Kunandar, 2015:21). Kurikulum 2013 memiliki tujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan berbangsa, bernegara, dan dalam peradaban dunia (Kunandar, 2015:16). Sejalan dengan pendapat Kunandar, Sundayana (2014:23) juga berpendapat bahwa Kurikulum 2013 mengembangkan pengalaman belajar yang memberikan kesempatan luas bagi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang diperlukan bagi kehidupan di masa kini dan masa depan, dan pada waktu bersamaan tetap mengembangkan kemampuan mereka sebagai pewaris budaya bangsa dan orang yang peduli terhadap permasalahan masyarakat dan bangsa masa kini.
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa Kurikulum 2013 adalah kurikulum baru yang menyempurnakan kurikulum sebelumnya yaitu KTSP dengan tujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan yang diperlukan untuk kehidupan masa kini dan masa depan. Kurikulum
2013 memiliki beberapa karakteristik yang berbeda dengan kurikulum sebelumnya, sebagai berikut.
a. Pendekatan Pembelajaran Terpadu
Kurikulum 2013 menganut pembelajaran terpadu yang berarti semua elemen antarmata pelajaran terpadu melalui keterkaitan oleh pemilahan tema atau keterkaitan antarketerampilan oleh pemilihan tema yang sesuai (Sundayana: 2014:8). Pemaparan dari Sundayana (2014:26) mengenai isi dalam Kurikulum 2013 untuk Sekolah Dasar menggunakan tema sebagai perekat berbagai bidang studi yang berfungsi mengintegrasikan berbagai mata pelajaran dalam struktur kurikulum SD. Sependapat oleh Murfiah (2017:7) bahwa pembelajaran terpadu memberikan sebuah pemahaman dari beberapa materi menghasilkan sebuah wajah baru yang disebut tema, isitilah tema yang dikembangkan saat ini terutama dalam pendekatan Kurikulum 2013 merupakan perpaduan dari beberapa mata pelajaran.
Dari pemaparan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran terpadu adalah adanya keterkaitan antarketerampilan dalam mata pelajaran yang dikelompokkan pada sebuah tema.
b. Pendidikan Karakter
Pada Kurikulum 2013, selain mengembangkan 3 aspek, juga perlu mengembangkan pendidikan karakter. Adanya pendekatan saintifik pada Kurikulum 2013, maka pembelajaran yang ada di dalamnya lebih berorientasi pada peserta didik yang memiliki peluang pada pengembangan karakter peserta didik (Yani dan Ruhimat, 2018:36). Pendapat lain dijabarkan oleh Sani (2014:27) bahwa Kurikulum 2013 menekankan pada pentingnya pembentukan karakter peserta didik di sekolah, terutama pada pendidikan dasar. Sani (2014:28) menambahkan hasil belajar
yang diharapkan dengan melakukan pendidikan karakter di sekolah adalah pengetahuan tentang moral (moral knowing), tindakan moral (moral action), dan perasaan moral (moral feeling).
Dari pemaparan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter mulai dilakukan pada pendidikan dasar dengan harapan peserta didik dapat memiliki pengetahuan tentang moral (moral knowing), tindakan moral (moral action), dan perasaan moral (moral feeling).
c. Pendekatan Saintifik
Pada Kurikulum 2013 pendekatan yang digunakan dalam proses pembelajaran adalah pendekatan saintifik. Di Indonesia pendekatan saintifik direkomendasikan untuk digunakan pada setiap mata pelajaran dan pada semua jenjang pendidikan melalui Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebubayaan No 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan (Yani dan Ruhimat, 2018:3). Yani dan Ruhimat (2018:6) menambahkan bahwa dalam pelaksanaannya pendekatan saintifik tidak murni diarahkan untuk mengembangkan kemampuan dalam pengetahuan dan keterampilan saja, tetapi juga digunakan untuk mengembangkan karakter peserta didik. Daryanto (2014:51) mengemukakan bahwa pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Sependapat dengan Sani (2014:53) bahwa berdasarkan teori Dyer, dapat dikembangkan pendekatan saintifik dalam pembelajaran yang memiliki komponen proses pembelajaran antara lain: 1) mengamati; 2) menanya; 3) mencoba/ mengumpulkan informasi; 4) menalar/ asosiasi; 5) membentuk jejaring
(melakukan komunikasi). Berikut ini akan dijelaskan mengenai komponen proses pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik.
1) Mengamati
Yani dan Ruhimat (2018:99) berpendapat bahwa dalam tahapan mengamati guru akan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengoptimalkan kelima panca indera yang dimilikinya untuk menangkap dan memahami masalah.
2) Menanya
Yani dan Ruhimat (2018:106) berpendapat bahwa tahap menanya adalah suatu tahap lanjutan setelah memahami masalah dan atau mengamati. Kegiatan menanya ini bisa diawali dengan pertanyaan 5W + 1H.
3) Mencoba
Tahap mencoba adalah tahapan mencari informasi yang melatih peserta didik agar mampu menggali informasi dan data (Yani dan Ruhimat, 2018:114). Penjelasan lebih lanjut oleh Meliawati (dalam Yani dan Ruhimat, 2018:114) keterampilan yang dikembangkan dalam kegiatan ini adalah pengamatan, penemuan, pengesahan data, dan menjelaskan tentang fakta dan kebenaran.
4) Menalar
Tahap menalar/mengasosiasi adalah kegiatan memproses informasi untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainnya, menemukan pola dan keterkaitan informasi dan bahkan mengambil berbagai kesimpulan dari pola yang telah ditemukan (Yani dan Ruhimat, 2018:121) 5) Mengomunikasikan
Kegiatan mengomunikasikan adalah tahap terakhir yang berperan untuk menyebarkan hasil dari menalar dari satu
peserta didik ke peserta didik lainnya (Yani dan Ruhimat, 2018:131)
Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa pendekatan saintifik mengarahkan untuk mengembangkan kemampuan pengetahuan, keterampilan, dan karakter yang dapat diperoleh dimana serta kapan saja melalui kegiatan mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengomunikasikan.
d. Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi (High Order Thinking Skills)
Orientasi pendidikan kurikulum sebelumnya, pendidikan lebih difokuskan pada ranah kognitif yang dikembangkan oleh Bloom, itupun yang dikembangkan hanya pada ranah kognitif tingkat rendah (Mulyasa, 2017:3). Sesuai dengan adanya penerapan keterampilan Abad 21, dijelaskan bahwa pada penerapan keterampilan tersebut harus mampu menerapkan kemampuan berpikir lebih tinggi (High Order Thinking Skills) yang sangat diperlukan dalam mempersiapkan peserta didik dalam menghadapi tantangan global (Sutanto, 2017:5). Dijelaskan kembali oleh Sutanto (2017:11) bahwa kegiatan pembelajaran tidak sekaligus dilaksanakan, tetapi sedikit demi sedikit ada perubahan dari kapasitas LOTS (Low Order Thinking Skills) yang banyak sedikit demi sedikit dikurangi dan menambah kapasitas HOTS, sehingga pada akhirnya kapasitas HOTS menjadi karakter peserta didik. Sejalan dengan pendapat Sutanto, Saputra (2016:91) juga berpendapat bahwa HOTS merupakan suatu proses berpikir peserta didik dalam level kognitif yang lebih tinggi dikembangkan dari beberapa konsep dan metode kognitif dan taksonomi pembelajaran. Kemampuan yang termasuk dalam kemampuan berpikir tingkat tinggi
menurut Taksonomi Bloom yang telah direvisi adalah menganalisis (C4), mengevaluasi (C5), dan mencipta (C6).
Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran mulai menerapkan kemampuan berpikir tingkat tinggi dengan adanya beberapa konsep dan metode yang disesuaikan dengan Taksonomi Bloom dari tingkatan C4 menganalisis, C5 mengevaluasi, dan C6 mencipta.
e. Penilaian Otentik
Penilaian otentik adalah jenis penilaian yang mengajak peserta didik untuk menampilkan atau mendemonstrasikan keterampilan dan kompetensi yang dibutuhkan untuk mengatasi permasalahan yang akan dihadapi dalam dunia nyata (Sani, 2016:23). Ditegaskan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 104 Tahun 2014 (dalam Yani dan Ruhimat, 2018:171) tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah memberi rambu-rambu bahwa Kurikulum 2013 mempersyaratkan penggunaan penilaian otentik (authentic assessment). Kurikulum 2013 mempertegas adanya perubahan dalam melakukan penilaian, yakni penilaian yang awalnya melalui tes untuk mengukur hasil dari kompetensi pengetahuan saja, diubah menjadi penilaian autentik yang mengukur tiga aspek yaitu pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dinilai berdasarkan proses dan hasil akhir yang diperoleh (Kunandar, 2015:36).
Dapat disimpulkan bahwa pada Kurikulum 2013 penilaian yang digunakan yaitu penilaian autentik yang menilai dari aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap mulai dari proses hingga hasil ahkir.
f. Berpusat pada Siswa
Pembelajaran pada Kurikulum 2013 dilakukan dengan peserta didik yang menjadi subjek atau berpusat pada siswa (Sundayana, 2014:27). Dijelaskan pula bahwa kurikulum ini dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik menempati posisi sentral yang menjadi pusatnya dalam proses pembelajaran dan diharapkan mampu membuat peserta didik menjadi aktif dalam belajar (Kunandar, 2015:28). Pemaparan lain dijelaskan oleh Sani (2016:71) bahwa pembelajaran dalam Kurikulum 2013 lebih difokuskan pada aktivitas peserta didik, sehingga dalam penilaian yang dilakukan diperlukan peserta didik yang aktif agar penilaian yang dihasilkan dapat maksimal.
Dari uraian tersebut dijelaskan bahwa selama proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 lebih difokuskan pada peserta didik yang aktif atau menjadi subjek belajar, sedangkan guru hanya sebagai fasilitator.
g. Berbasis Kompetensi
Kurikulum 2013 dikembangkan atas teori kurikulum berbasis kompetensi. Kompetensi yang dimaksud menurut Sundayana (2014:25) mencakup kompetensi yang memadukan sikap dan perilaku (karakter), pengetahuan, dan keterampilan. Kurikulum berbasis kompetensi ini dirancang untuk mampu mengembangkan kemampuan peserta didik untuk bersikap, berpikir, berketerampilan, dan bertindak dengan baik. Pendapat lain dipaparkan oleh Kunandar (2015:26) bahwa Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang berbasis kompetensi. Kurikulum berbasis kompetensi adalah “outcones-based curriculum” dan oleh karena itu pengembangan kurikulum diarahkan untuk pencapaian kompetensi yang sesuai dengan rumusan Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Hal serupa juga diungkapan oleh Mulyasa (2017:68) bahwa Kurikulum 2013 berbasis kompetensi
yang dimaknai sebagai suatu konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar performasi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik, berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu.
Dari pernyataan tersebut, dapat disumpulkan bahwa pada Kurikulum 2013 menekankan adanya pengembangan kemampuan dalam ranah afektif, kognitif, dan psikomotor dengan harapan dapat memperoleh penguasaan tertentu setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran.
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa karakteristik dari Kurikulum 2013, yaitu pembelajaran terpadu, pembentukan karakter siswa, menggunakan pendekatan saintifik, kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS), penilaian otentik, berpusat pada siswa, dan berbasis kompetensi.