BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka
2. Keterampilan Dasar Abad 21
Dunia pendidikan mengalami perubahan seiring perkembangan zaman melalui adanya pergantian kurikulum. Pada Kurikulum 2103 ini, siswa harus memulai untuk mengembangkan berbagai macam keterampilan yang ada, tidak hanya keterampilan berpikir saja. Berdasarkan Metiri Group (dalam Dewi, 2015:2) dengan adanya perubahan yang sangat cepat dalam dunia digital, manusia harus mampu bertahan dan berkompetisi dengan perubahan tersebut, maka perlu disiapkan keterampilan-keterampilan baru untuk mendukung perubahan tersebut. Sejalan dengan pendapat tersebut, Yani dan Ruhimat (2018:42) menyatakan adanya beberapa keterampilan yang harus dikuasai oleh peserta didik di era digital pada abad-21, yaitu soft skill dan hard skill (keterampilan teknis). Soft skill yang perlu dikembangkan adalah kreativitas dan inovasi, berpikir kritis dan problem solving, komunikasi dan kolaborasi.
Sedangkan untuk keterampilan teknis yang perlu dikembangkan yaitu keterampilan berpikir fungsional dan kritis seperti, literasi informasi, literasi media, dan literasi ICT (Informasi, Komunikasi, dan Teknologi). Sedangkan menurut Sutanto (2017:4) pembelajaran Abad 21 merupakan pembelajaran yang mengintegrasikan kemampuan literasi, kecakapan pengetahuan (HOTS), keterampilan dan sikap, serta penguasaan terhadap teknologi. Kecakapan yang dibutuhkan di Abad 21 juga merupakan keterampilan berpikir lebih tinggi atau Higher Order Thinking Skills (HOTS) yang sangat diperlukan dalam mempersiapkan peserta didik dalam menghadapi tantangan global. Adanya pembelajaran abad ke-21 ini menjadi inspirasi bagi pengembangan Kurikulum 2013 agar sesuai dengan kebutuhan zaman.
Berdasarkan beberapa teori di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran abad 21 merupakan pembelajaran yang mengembangkan berbagai keterampilan baru yang disesuaikan dengan perkembangan dunia global yaitu kemampuan literasi, pengetahuan, keterampilan, sikap, dan penguasan TIK atau teknologi sehingga diharapkan mampu menghadapi tantangan global.
a. Karakteristik Pembelajaran Abad 21
Adanya penerapan kurikulum baru, maka terdapat pula perubahan dalam pelaksanaan pembelajaran yang disesuaikan dengan tujuan dilaksanakanya penerapan kurikulum baru. Kemendikbud memaparkan (dalam Murfiah, 2017:44) bahwa kompetensi lulusan pada setiap jenjang dikembangkan untuk memenuhi tuntutan kebutuhan kompetensi Abad 21, persaingan yang semakin mengglobal dan kebutuhan lokal serta nasional Indonesia. Oleh karena itu, guru sebagai pelaksana proses pembelajaran menjadi salah satu pendukung untuk mampu menyiapkan generasi muda di masa yang akan datang.
Pembelajaran yang diberikan oleh guru harus benar-benar dapat dipahami dan bermanfaat oleh peserta didik. Hosnan (2014:85) berpendapat adanya strategi yang harus diimplementasikan di dalam kelas harus mempunyai beberapa karakteritik, antara lain (1) pembelajaran berpusat pada peserta didik; (2) mengembangkan kreativitas peserta didik; (3) menciptakan suasana yang menarik, menyenangkan, dan bermakna; (4) mengembangkan beragam kemampuan yang bermuatan nilai dan makna; (5) belajar melalui berbuat, yakni peserta didik yang aktif berbuat; (6) menekankan pada penggalian, penemuan, dan penciptaan; serta (7) menciptakan pembelajaran dalam situasi nyata dan konteks sebenarnya.
Pendapat tersebut sesuai dengan karakteristik keterampilan Abad 21 menurut Sutanto (2017:22-23) sebagai berikut.
1) Berpusat pada peserta didik; guru harus lebih banyak mendengarkan peserta didik yang saling berinteraksi, berargumen, berdebat, dan berkolaborasi. Fungsi guru dari pengajar berubah dengan sendirinya menjadi fasilitator bagi peserta didik.
2) Mekanisme pembelajaran harus terdapat interaksi multi-arah yang cukup dalam berbagai bentuk komunikasi serta menggunakan berbagai sumber belajar yang kontekstual sesuai dengan materi pembelajaran. Guru harus berusaha menciptakan pembelajaran melalui berbagai pendekatan, metode, atau model pembelajaran, termasuk penggunaan TIK.
3) Peserta didik disarankan untuk lebih aktif dengan cara memberikan berbagai pertanyaan dan melakukan penyelidikan, serta menuangkan ide-ide, baik lisan, tulisan, dan perbuatan.
4) Kegiatan pembelajaran yang dikembangkan harus dapat memfasilitasi peserta didik untuk dapat bekerjasama antar sesamanya (kolaboratif dan kooperatif).
5) Semua kompetensi (KI 1, KI 2, KI 3, dan KI 4) harus dibelajarkan secara terintegrasi dalam suatu mata pelajaran, sehingga peserta didik memiliki kompetensi yang utuh. 6) Pembelajaran harus memperhatikan karakteristik tiap
individu dengan keunikannya masing-masing, sehingga dalam perencanaan pembelajaran harus sudah diprogramkan pelayanan untuk peserta didik dengan karakteristik masing-masing (normal, remedial, dan pengayaan).
7) Guru harus dapat memotivasi peserta didik untuk memahami interkoneksi antar konsep, baik dalam mata pelajaranya dan antar mata pelajaran, serta aplikasinya dalam dunia nyata. 8) Sesuai dengan karakter pendidikan Abad 21 (4K atau 4C),
maka pembelajaran yang dikembangkan harus dapat mendorong peserta didik untuk mengembangkan kemampuan berpikir lebih tinggi (High Order Thinking Skills = HOTS).
Berdasarkan pemaparan tersebut, dapat disimpulkan bahwa karakteristik keterampilan Abad 21 yaitu (1) berpusat pada peserta didik, (2) pembelajaran dengan interaksi multi-arah, (3) peserta didik aktif, (4) peserta didik mampu berkolaboratif dan kompetitif, (5) kompetensi utuh, (6) pembelajaran sesuai dengan karakteristik peserta didik, (7) guru sebagai motivator, dan (8) HOTS.
b. Keterampilan Abad 21
Keterampilan yang diperlukan dalam pembelajaran abad ke-21 terdapat 4 macam (Yani dan Ruhimat, 2018:47) yaitu critical thinking, communication, collaboration, dan creativity atau
yang biasa disebut 4C. Untuk penjelasan mengenai 4C akan dijelaskan lebih lanjut di bawah ini.
1) Critical Thinking (Berpikir Kritis)
Berpikir kritis adalah proses kognitif untuk menganalisis atau mengevaluasi informasi yang diperoleh. Berpikir kritis dapat dilakukan ketika mendapatkan pertanyaan “bagaimana” atau “mengapa” yang menuntut jawaban dengan penjelasan yang tepat dan jelas. Kemampuan ini dikembangkan karena dapat melatih untuk mampu menyelesaikan masalah, mencari solusi, mempermudah pekerjaan, dan mampu menentukan keterkaitan satu dengan yang lainnya dengan akurat. Pencarian jawaban atau solusi dari permasalahan dilakukan dengan kegiatan pengamatan (observasi), penalaran, analisis, penilaian, pengambilan keputusan, dan persuasi (Yani dan Ruhimat, 2018:47). Jika mampu melakukan berpikir kritis, maka dapat pula melakukan kegiatan-kegiatan berikut (Sutanto, 2017:6).
a) Menggunakan berbagai tipe pemikiran/penalaran atau alasan dengan tepat dan sesuai situasi.
b) Memahami interkoneksi antara satu konsep dengan konsep yang lain dalam suatu mata pelajaran dan keterkaitan antarkonsep antara suatu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya.
c) Melakukan penilaian dan menentukan keputusan secara efektif dalam mengolah data dan menggunakan argumen.
d) Menguji hasil dan membangun koneksi antara informasi dan argumen.
e) Mengolah informasi yang diperoleh melalui simpulan awal dan mengujinya lewat analisis terbaik.
f) Membuat solusi dari berbagai permasalahan, baik dengan cara yang umum, maupun dengan caranya sendiri.
g) Menggunakan kemampuan yang dimilikinya untuk berusaha menyelesaikan permasalahan.
h) Menyusun dan mengungkapkan, menganalisa, dan menyelesaikan suatu masalah.
Semua itu dapat dilakukan ketika dalam proses pembelajaran peserta didik diajak untuk berpikir kritis yang merupakan salah satu proses dari berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skills/HOTS). Diharapkan dengan pembiasaan tersebut maka dapat membentuk sistem konseptual yang baik. Pelaksanaan kegiatan berpikir kritis dapat dilakukan dengan pemberian pengalaman yang berkesan bagi peserta didik yang dapat membantu dalam proses mengingat. Pengalaman yang dilakukan bisa melalui kegiatan berdiskusi yang mampu membuat peserta didik melakukan kegiatan berpikir kritis.
2) Communication (Komunikasi)
Raymond Ross (dalam Sutanto, 2017:7) mengatakan bahwa “Komunikasi adalah proses menyortir, memilih, dan pengiriman simbol-simbol sedemikian rupa agar membantu pendengar membangkitkan respons/ makna dari pemikiran yang serupa dengan yang dimaksudkan oleh komunikator”. Walaupun komunikasi terlihat seperti pembahasan yang sederhana, tetapi semua orang belum tentu mampu berkomunikasi dengan baik. Menurut Yani dan Ruhimat (2018:48) seseorang yang memiliki kompetensi komunikasi dapat dipastikan memiliki pemahaman terhadap proses komunikasi dengan berbagai informasi yang akan disampaikan. Mereka akan mampu melakukan komunikasi
baik secara verbal maupun nonverbal secara tepat dan positif terhadap komunikasi dan memahami apa yang harus dilakukan dalam berbagai peristiwa ketika melakukan kegiatan komunikasi. Terdapat beberapa kecakapan komunikasi yang dimaksud di dalam proses pembelajaran menurut Sutanto (2017:7) antara lain sebagai berikut.
a) Memahami, mengelola, dan menciptakan komunikasi yang efektif dalam berbagai bentuk dan isi secara lisan, tulisan, dan multimedia.
b) Menggunakan kemampuan untuk mengutarakan ide-idenya, baik itu pada saat berdiskusi, di dalam dan di luar kelas, maupun dalam tulisan.
c) Menggunakan bahasa lisan yang sesuai konten dan konteks pembicaraan dengan lawan bicara atau yang diajak berkomunikasi.
d) Diperlukan juga sikap untuk dapat mendengarkan dan menghargai pendapat orang lain, selain pengetahuan terkait konten dan konteks pembicaraan.
e) Menggunakan alur pikir yang logis, terstruktur sesuai dengan kaidah yang berlaku.
f) Dalam Abad 21 komunikasi tidak terbatas hanya pada satu bahasa, tetapi kemungkinan multi-bahasa.
3) Colllaboration (Kolaborasi)
Kolaborasi menurut pendapat Yani dan Ruhimat (2018:50) adalah bentuk interaksi sosial yaitu aktivitas kerja sama yang bertujuan untuk mencapai tujuan bersama dengan saling membantu dan saling memahami tugas masing-masing. Kegiatan ini melibatkan adanya kerja sama dan pembagian tugas yang harus dikerjakan dengan tanggung jawab, sehingga kegiatan dilakukan secara berkelompok dan
melibatkan adanya diskusi. Kecakapan yang terkait dengan kolaborasi dalam pembelajaran (Sutanto, 2017:8) antara lain. a) Memiliki kemampuan dalam bekerja sama dalam
kelompok.
b) Beradaptasi dalam berbagai peran dan tanggung jawab secara produktif dengan yang lain.
c) Memiliki empati dan menghormati perspektif berbeda antaranggota kelompok.
d) Mampu berkompromi dengan anggota yang lain dalam kelompok demi tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. 4) Creativity (Kreativitas)
Kreativitas (Yani d an Ruhimat, 2018:51) adalah proses mental yang merupakan pemikiran berdaya cipta (creative thinking) yang menghasilkan gagasan atau konsep baru, atau memberikan hubungan antara gagasan dengan konsep yang sudah ada sehingga menghasilkan gagasan baru yang usulanya digunakan untuk menghadapi masalah. Menurut Semiawan (dalam Yani dan Ruhimat 2018:51) ciri orang yang kreatif antara lain berani mengambil risiko, mampu mendefinisikan dan merumuskan masalah, berperan dalam mengatasi masalah, toleran dalam menghadapi masalah yang membingungkan, dan menghargai sesama di lingkungan sekitar. Sedangkan menurut Munandar (dalam Yani dan Ruhimat, 2018:52) ciri-ciri kreativitas dapat dibedakan menjadi dua yaitu, ciri kognitif dan ciri non-kognitif. Ciri kognitif menunjukkan orisinalitas, fleksibilitas, kelancaran, dan elaboratif. Sedangkan non-kognitif menunjukkan sikap kreatif, motivasi, dan kepribadian. Beberapa kecakapan terkait kreativitas menurut Sutanto (2017:8) yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran antara lain sebagai berikut.
a) Memiliki kemampuan dalam mengembangkan, melaksanakan dan menyampaikan gagasan-gagasan baru secara lisan dan tertulis.
b) Bersikap terbuka dan responsif terhadap perspektif yang baru dan berbeda.
c) Mampu mengemukakan ide-ide secara konseptual dan praktikal.
d) Menggunakan konsep-konsep atau pengetahuanya dalam situasi baru dan berbeda, baik dalam mata pelajaran terkait, antarmata pelajaran, maupun dalam persoalan kontekstual.
e) Menggunakan kegagalan sebagai wahana pembelajaran. f) Memiliki kemampuan dalam menciptakan kebaharuan
berdasarkan pengetahuan awal yang dimiliki.
g) Mampu beradaptasi dalam situasi baru dan memberikan kontribusi positif terhadap lingkungan.
Berdasarkan penjelasan di atas, pembelajaran pada abad 21 lebih menekankan pada 4 kompetensi dasar (4C) yaitu berpikir kritis, komunikasi, kolaborasi, dan kreativitas agar mampu mengikuti perkembangan zaman.