BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka
4. Pembelajaran Inovatif
a. Hakikat Pembelajaran Inovatif
Pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) guru harus dipersiapan dan dirancang menarik serta menyenangkan agar peserta didik dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Dengan demikian, maka tujuan pembelajaran dapat tercapai. Pelaksanaan pembelajaran agar dapat menjadi menarik dan menyenangkan, maka guru dapat menerapkan adanya pembelajaran inovatif. Pembelajaran inovatif terdiri dari dua kata, yaitu pembelajaran dan inovatif. Mulyasa (2016:254) berpendapat bahwa pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Sedangkan inovatif (Mulyasa, 2016:252) merupakan sesuatu yang baru bagi seseorang, sekelompok orang atau bagi masyarakat tertentu. Pendapat lain diutarakan oleh Shoimin (2014:20) merupakan upaya penemuan atau pembaharuan dalam sistem pembelajaran yang dilakukan dengan tujuan mendapatkan kualitas pendidikan yang lebih baik agar lebih efektif dan efesien. Sejalan dengan pendapat Shoimin, Suyatno (2009:6) juga berpendapat bahwa pembelajaran inovatif adalah pembelajaran yang dikemas guru atas dorongan gagasan baru untuk melakukan langkah-langkah belajar dengan metode baru sehingga memperoleh kemajuan hasil belajar.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran inovatif adalah pembelajaran yang memiliki rancangan langkah-langkah dan metode pembelajaran baru dengan tujuan meningkatkan kualitas hasil belajar peserta didik, sehingga kualitas pendidikan menjadi lebih efektif dan efesien.
b. Prinsip Pembelajaran Inovatif
Guru dalam melaksanakan pembelajaran inovatif harus sesuai dengan prinsip pembelajaran inovatif. Berikut ini akan dijelaskan mengenai prinsip pembelajaran inovatif menurut Suyatno (2009:8).
1) Berpusat pada siswa
Berpusat pada siswa mengandung arti bahwa pembelajaran menerapkan strategi pedagogi yang mengorientasikan peserta didik pada pembelajaran yang bermakna, kontekstual, dunia nyata, dan menyediakan sumber belajar, bimbingan, petunjuk bagi pembelajar ketika mereka mengembangkan pengetahuan tentang materi pelajaran yang dipelajari sekaligus keterampilan dalam memecahkan masalah.
2) Berbasis masalah
Dengan pembelajaran yang berbasis masalah, peserta didik akan belajar suatu konsep dan prinsip sekaligus memecahkan masalah. Dengan demikian, tercapailah hasil dari belajar, yaitu jawaban terhadap masalah (produk) dan cara memecahkan masalah (proses).
3) Terintegrasi
Dalam inovasi pembelajaran, pendekatan terintegrasi lebih diharapkan dalam pelaksanaan pembelajaran. Pendekatan terintegrasi dilaksanakan dengan memberikan sebuah materi yang memiliki keterkaitan dengan materi yang memiliki topik sama. Pendekatan ini dianggap lebih efektif karena peserta didik akan mempelajari kaitan ilmu yang dipelajari dengan disiplin ilmu lainya.
4) Berbasis masyarakat
Berbasis masyarakat memiliki arti dengan mengajak peserta didik untuk mengimplementasikan materi yang telah
dipelajari dari dalam kelas ke konteks masyarakat. Atau bisa juga sebaliknya, mengambil masalah-masalah yang terjadi di masyarakat sebagai bahan untuk belajar keterampilan dan pengetahuan yang lebih dalam yang merupakan proses pembelajaran bermakna. Dengan proses belajar yang demikian, maka peserta didik akan lebih cepat untuk menyimpan materi dalam memorinya jika materi tersebut berbasis pengalaman nyata di masyarakat.
5) Memberikan pilihan
Setiap peserta didik memiliki berbagai macam perbedaan dalam hal belajar. Maka, dalam pembelajaran inovatif ini, guru memberikan pilihan kepada peserta didik untuk belajar. Keterampilan psikomotor, keterampilan kognitif, keterampilan sosial, dan keterampilan memecahkan masalah serta sikap memiliki strategi pembelajaran yang berbeda-beda untuk mencapai tujuanya. Dengan demikian, guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar sesuai dengan pilihanya.
6) Tersistem
Dalam pembelajaran inovatif, untuk mempelajari materi tertentu harus membutuhkan pengetahuan lain sebagai prasyarat yang harus dikuasai terlebih dahulu sebelum seseorang dapat mempelajari materi tersebut. Suatu pengetahuan harus dilaksanakan secara berurutan. Setiap langkahnya adalah sebuah prasyarat untuk melanjutkan kelangkah selanjutnya.
7) Berkelanjutan
Setiap proses pembelajaran yang dilakukan meletakan dasar bagi pembelajaran berikutnya. Setiap konsep yang diperoleh pada pembelajaran sebelumnya harus dirangkai dengan konsep baru yang diperoleh, sehingga membentuk jalinan
konsep. Untuk itu, pembelajaran inovatif berorientasi pada pembelajaran yang berkelanjutan sampai pada tingkat kedalaman dan keluasan materi.
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa prinsip dalam pembelajaran inovatif adalah berpusat pada siswa, berbasis masalah, terintegrasi, berbasis masyarakat, memberikan pilihan, tersistem, dan berkelanjutan.
c. Keunggulan Pembelajaran Inovatif
Pembelajaran inovatif diterapkan dalam proses pembelajaran karena memiliki beberapa keunggulan berdasarkan pemaparan Uno dan Nurdin (2011:311), yaitu sebagai berikut.
1) Lebih mengarah pada pembelajaran yang berpusat pada peserta didik.
2) Proses pembelajaran disusun, dirancang, dan dikondisikan untuk peserta didik agar belajar.
3) Pembelajaran aktif yang dilaksanakan oleh guru menciptakan suasana belajar sedemikian rupa sehingga peserta didik aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasanya.
4) Pembelajaran yang menyenangkan berkaitan dengan suasana belajar yang menyenangkan.
5) Pembelajaran efektif dengan penggunaan model pembelajaran.
6) Sumber belajar yang digunakan dapat mengimplementasikan hal-hal baru yang menurut guru sangat cocok dan relevan dengan masalah yang sedang dipelajari.
7) Adanya aktivitas belajar yang dilakukan oleh peserta didik, maka peserta didik dapat menemukan caranya sendiri untuk memperdalam hal-hal yang sedang dipelajari.
Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran inovatif memiliki beberapa keunggulan, yaitu (1) berpusat pada peserta didik, (2) peserta didik dituntut untuk belajar, (3) pembelajaran aktif, (4) menyenangkan, (5) efektif, (6) sumber belajar bervariasi, dan (7) peserta didik dapat menemukan informasi sendiri.
d. Berbagai Model Pembelajaran Inovatif yang Digunakan
dalam Pengembangan Perangkat Pembelajaran
Proses pembelajaran yang diberikan oleh guru kepada peserta didik selalu dipersiapkan sebaik mungkin. Tujuan jangka panjang dalam kegiatan pembelajaran adalah membantu siswa mencapai kemampuan secara optimal untuk dapat belajar lebih mudah dan efektif di masa datang. Oleh sebab itu, guru perlu memberikan pembelajaran yang bermakna melalui penggunaan model pembelajaran yang inovatif. Model pembelajaran menurut Ngalimun (2012:27) adalah suatu perencanaan program pembelajaran atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas disertai dengan menentukan perangkat yang digunakan berupa buku, media, dan program yang mendukung. Sejalan dengan pendapat Ngalimun, Prastowo (2015:246) juga berpendapat bahwa model pembelajaran adalah pola umum perilaku pembelajaran untuk mencapai kompetensi atau tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Berdasarkan pemaparan tersebut, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan suatu pola kegiatan pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas untuk mencapai kompetensi dan tujuan pembelajaran. Terdapat banyak model pembelajaran yang dikembangkan untuk mengoptimalkan hasil belajar siswa. Diantaranya adalah model Kontekstual, Pembelajaran Kooperatif, Pembelajaran Quantum, Pembelajaran Inquiry, Pembelajaran Terpadu dan Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL). Peneliti dalam penelitian ini menggunakan dua model yaitu quantum learning dan inquiry. Pemilihan dua ini disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan sesuai dengan karakteristik Kurikulum 2013. Berikut ini akan dijelaskan mengenai dua model pembelajaran yang diterapkan oleh peneliti.
1) Model Pemebelajaran Quantum (Quantum Learning)
a) Pengertian Model Pembelajaran Quatum
Model pembelajaran quantum dalam pandangan DePorter (dalam Sugiyanto, 2010:75) bermakna “interaksi -interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya karena semua kehidupan adalah energi”. Artinya dengan model quantum, guru ingin mengubah semua kemampuan dan bakat alamiah peserta didik menjadi cahaya yang akan bermanfaat bagi mereka sendiri dan bagi orang lain. Sedangkan pendapat Shoimin (2014:138) quantum adalah pengubahan belajar yang meriah dengan segala nuansa yang ada di dalam kegiatan pembelajaran. Dikatakan meriah karena dalam pembelajaran ini mengikutsertakan segala kaitan antara interaksi dan perbedaan yang memaksimalkan pengetahuan yang dilakukan selama proses pembelajaran. Sependapat dengan DePorter (dalam Hartono, 2014:466) model pembelajaran kuantum merupakan gabungan bermacam-macam interaksi yang ada di dalam dan sekitar momen belajar. Strategi pembelajaran yang digunakan pada
pembelajaran kuantum ini dapat diterapkan dalam pembelajaran dengan merujuk pada kealamiahan proses belajar, yaitu mulai dari pengenalan dengan sesuatu yang menarik, menghubungkan hal yang dipelajari dengan pengalaman siswa, memberi kesempatan siswa untuk menunjukan kemampuanya, kegiatan pengulangan untuk memantapkan pengetahuan yang telah dipelajari oleh siswa, sampai akhirnya bermuara pada kegiatan perayaan yang diadakan sebagai bentuk penghargaan pada siswa atas kerja kerasnya dalam belajar.
Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran quantum adalah kegiatan pembelajaran yang di dalamnya terdapat interaksi yang bertujuan untuk mengubah semua kemampuan, bakat, dan pengalaman awal yang dimiliki oleh peserta didik menjadi ilmu yang akan bermanfaat dalam kehidupan seharai-hari bagi dirinya sendiri dan orang lain.
b) Karakteristik Umum Model Pembelajaran Quantum Pembelajaran kuantum memiliki karakteristik umum yang berbeda dengan model pembelajaran lainya. Ngalimun (2012:58) berpendapat terdapat 13 karakteristik model pembelajaran quantum. Berikut akan dijelaskan mengenai karakteristik umum yang terdapat dalam pembelajaran quantum.
(1) Pembelajaran berpangkal pada psikologi kognitif yaitu tentang pandangan pembelajaran, belajar, dan pembelajar yang diturunkan dan dikembangkan dari teori kognitif bukan teori fisika.
(2) Bersifat humanistis, artinya kesalahpahaman dipandang sebagai hal yang manusiawi dan manusia
memiliki potensi kemampuan pikir, daya, motivasi, dan sebagainya. Jadi semua yang ada pada diri manusia dilihat dalam perspektif humanistis. (3) Bersifat konstruktivis(tis), karena menekankan
pentingnya peranan lingkungan dalam mewujudkan pembelajaran yang optimal dan efektif, sehingga memudahkan dalam mencapai keberhasilan tujuan pembelajaran.
(4) Memadukan, menyinergikan, dan mengolaborasikan potensi manusia selaku pembelajar dengan lingkungan sebagai konteks pembelajaran.
(5) Memusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu dan bermakna, karena pembelajaran kuantum memberikan tekanan pada pentingnya interaksi bermutu dan bermakna. Interaksi yang diharapkan dapat mengubah energi kemampuan pikir dan bakat alamiah pembelajar menjadi cahaya-cahaya yang bermanfaat bagi keberhasilan pembelajar.
(6) Menekankan pada pemercepatan pembelajaran dengan taraf keberhasilan tinggi. Di sini berbagai kiat, cara, dan teknik dapat dipergunakan, misalnya pencahayaan, iringan musik, suasana yang menyegarkan, lingkungan yang nyaman, penataan tempat duduk, dan sebagainya agar mendukung pemercepatan pembelajaran.
(7) Menekankan kealamiahan dan kewajaran proses pembelajaran. Pembelajaran harus dirancang, disajikan, dikelola, dan difasilitasi dengan baik agar dapat tercipta proses pembelajaran yang alamiah dan wajar.
(8) Menekankan kebermaknaan dan kebermutuan proses pembelajaran. Hal itu dapat diwujudkan dengan mengajak siswa untuk belajar mengenai pengalaman yang pernah dialami guru atau bisa juga dengan belajar mengenai pengalaman yang pernah dialami oleh siswa. Hal itu perlu dilakukan secara seimbang agar pembelajaran dapat tercapai dengan makna dan mutu yang baik.
(9) Memiliki model yang memadukan konteks dan isi pembelajaran dengan seimbang secara fungsional yang akan membuahkan keberhasilan pembelajaran yang tinggi.
(10)Memusatkan perhatian pada pembentukan keterampilan akademis, keterampilan hidup, dan prestasi fisikal atau material. Maka dari itu, kurikulum harus disusun dengan baik agar dapat mewujudkan kombinasi dari keterampilan akademis, keterampilan hidup, dan prestasi fisikal atau material.
(11)Menempatkan nilai dan keyakinan sebagai bagian penting proses pembelajaran. Misalnya menanamkan nilai dan keyakinan bahwa kesalahan atau kegagalan merupakan tanda telah belajar. Nilai dan keyakinan seperti inilah yang harus dikembangkan dan dimantapkan agar kemungkinan keberhasilan dalam pembelajaran semakin tinggi. (12)Mengutamakan keberagaman dan kebebasan karena
memang perlu disingkirkan penyeragaman gaya belajar di sekolah. Hal itu disebabkan adanya keberagaman dalam pola pikir, maka keseragaman dalam belajar harus dihilangkan, supaya siswa
sendiri juga dapat menikmati proses pembelajaran sesuai keinginan mereka.
(13)Mengintegrasikan totalitas tubuh dan pikiran dalam proses pembelajaran yang menyebabkan pembelajaran bisa berlangsung lebih nyaman dan hasilnya lebih optimal.
Berdasarkan pemaparan di atas mengenai karakteristik model pembelajaran quantum, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat 13 katakteristik, yaitu (1) berpangkal pada psikologi kognitif, (2) bersifat humanistis, (3) bersifat konstruktivis(tis), (4) memadukan pembelajaran dengan lingkungan, (5) memusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu dan bermakna, (6) pemercepatan pembelajaran dengan taraf keberhasilan tinggi, (7) kealamiahan dan kewajaran proses pembelajaran, (8) kebermaknaan dan kebermutuan proses pembelajaran, (9) memadukan konteks dan isi pembelajaran, (10) memusatkan pembentukan keterampilan akademis, keterampilan hidup, dan prestasi fisikal atau material, (11) nilai dan keyakinan penting dalam proses pembelajaran, (12) mengutamakan keberagaman dan kebebasan, dan (13) mengintegrasikan totalitas tubuh dan pikiran.
c) Sintaks Model Pembelajaran Quantum
Pada pembelajaran (Sugiyanto, 2010:78) kuantum dikenalkan dengan konsep “TANDUR” yang merupakan akronim dari: Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasi, Ulangi, dan Rayakan. Berikut ini dijelaskan mengenai kerangka perancangan pembelajaran kuantum TANDUR.
(1) Tumbuhkan
Kegiatan awal yang harus dilakukan yaitu membuat suasana yang dekat dan hangat dengan menumbuhkan minat siswa untuk memulai pembelajaran. Bisa dimulai dengan apersepsi, memberikan motivasi untuk menarik perhatian siswa, memfokuskan siswa dengan berbagai cara misalnya penyajian gambar, video, dan cerita menarik atau bebas sesuai kreativitas guru untuk menumbuhkan permasalahan terkait dengan materi yang akan dipelajari. Ketika suasana dan pemikiran siswa sudah masuk kedalam topik pembahasan materi, maka bisa dilanjutnya ketahap selanjutnya. (2) Alami
Tahap selanjutnya yaitu dengan memberikan siswa pengalaman belajar, tumbuhkan “kebutuhan untuk mengetahui”. Melalui pengalaman awal pada “tumbuhkan” maka dapat dikaitkan dengan konsep materi yang sudah dipelajari. Tahap ini memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengembangkan pengetahuan awal yang dimiliki oleh siswa dan dikaitan dengan materi yang akan dipelajari. Lalu dapat mulai dengan mengembangkan informasi atau mengumpulkan informasi yang dapat membantu siswa untuk memaknai pengalaman tersebut. Bisa dengan melakukan tanya jawab, pengamatan, dan lain sebagainya. Pengalaman tersebut membangun keingintahuan siswa, menciptakan pertanyaan-pertanyaan yang membuat mereka penasaran dan mulai memberikan nama pada tahap selanjutnya.
(3) Namai
Pada tahap namai, mulai dengan memberikan “data” untuk menjawab penasaran mengenai permasalahan sebelumnya. Bisa dimulai dengan memberikan konsep, kata kunci, model, rumus, atau strategi atas pengalaman yang telah dilewati. Penamaaan adalah tahap dimana mulai mengenalkan konsep-konsep pokok dari materi pelajaran. Disinilah mulai menciptakan makna dan keterkaitan dalam belajar antara pengalaman awal yang dimiliki dengan materi yang baru saja diterima. Pemberian nama setelah pengamalan akan menjadi sesuatu yang lebih bermakna bagi siswa. Disini selain siswa mendapatkan informasi, siswa juga harus mendapatkan pengalaman yang benar-benar membuat pengetahuan tersebut menjadi berarti dan dilanjutkan ketahap selanjutnya.
(4) Demonstrasikan
Tahap demosntrasi ini memberikan kesempatan bagi siswa untuk mendemostrasikan apa yang dipelajari akan menanamkan pengetahuan dan pengalaman dalam memori siswa. Tahap demonstrasi ini dapat dilakukan dengan panyajian hasil pekerjaan di depan kelas, permainan, dan melakukan tanya jawab dengan guru.
(5) Ulangi
Setelah mengetahui keterkaitan materi dengan pengalaman, maka mulai dengan mengulangi gambaran keseluruhan materi. Ini dapat dilakukan melalui pengulangan pembelajaran dengan teman atau melalui latihan soal yang diberikan guru. Setelah
selesai, tetap harus dipastikan bahwa siswa sudah menguasai materi yang telah dipelajari.
(6) Rayakan
Tahap yang terakhir yaitu dengan memberikan perayaan dari pelaksanaan pembelajaran. Perayaan ini akan menambahkan semangat belajar yang positif. Hal itu akan memperkuat kesuksesan dan memberi motivasi untuk mencobanya berulang-ulang. Bisa dilakukan dengan tepuk tangan, pemberian pujian, dan bernyanyi bersama.
Berdasarkan pemaparan diatas mengenai sintaks model pembelajaran quantum, maka dapat disimpulkan bahwa sintaks model pembelajaran quantum, yaitu “TANDUR” yang artinya (1) tumbuhkan, (2) alami, (3) namai, (4) demonstrasi, (5) ulangi, dan (6) rayakan.
d) Kelebihan Model Pembelajaran Quantum
Model pembelajaran quantum memiliki delapan kunci keunggulan berdasarkan pemaparan DePorter (dalam Sambi, 2016:371). Berikut ini akan dijelaskan mengenai keunggulan tersebut.
(1) Integritas, yaitu bersifat jujur, tulus, dan menyeluruh serta menyelaraskan perilaku dengan nilai-nilai yang diterapkan.
(2) Kegagalan merupakan awal dari kesuksesan, artinya dengan memahami bahwa kegagalan hanyalah memberikan informasi untuk sukses. Kegagalan itu tidak ada, tetapi yang ada hasil dan umpan balik. (3) Bicaralah dengan nait baik, yaitu dengan pengertian
positif, bertanggung jawab untuk berkomunikasi yang jujur dan lurus, dan menghidari gosip.
(4) Hidup saat ini, artinya dengan memusatkan perhatian pada saat sekarang dan memanfaatkan waktu sebaik-baiknya serta mengerjakan setiap tugas sebaik mungkin.
(5) Komitmen, artinya dengan memenuhi janji dan kewajiban, melaksanakan visi serta melakukan apa yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan. (6) Tanggung jawab, yaitu bertanggung jawab pada
segala tindakan.
(7) Sikap luwes atau fleksibel, artinya bersikap terbuka terhadap perubahan atau pendekatan baru yang dapat membantu memperoleh hasil yang diinginkan. (8) Keseimbangan, artinya menjaga keselarasan pikiran,
tubuh dan jiwa serta menyisihkan waktu untuk membangun, memelihara tiga bidang tersebut. Dengan adanya rasa kebersamaan, serta rasa saling memiliki peserta didik akan merasa bahwa mereka adalah bagian terpenting dalam proses pembelajaran. Sepandapat dengan DePorter, Shoimin (2014:145) mengemukakan tujuh kelebihan dari model pembelajaran quantum. Berikut akan dijelaskan kelebihan tersebut.
(1) Pembimbingan yang diberikan kepada siswa dilakukan dalam satu saluran pikiran sama.
(2) Saat proses pembelajaran, siswa lebih dipusatkan pada hal-hal yang dianggap penting sebagai permasalahan berdasarkan pengalaman, sehingga hal yang penting akan diamati dengan teliti.
(3) Gerakan dan proses selama pembelajaran dipertunjukan maka tidak memerlukan keterangan-keterangan atau catatan yang banyak.
(4) Proses pembelajaran lebih nyaman dan menyenangkan.
(5) Siswa dirangsang agar aktif mencari, mengamati, dan menyesuaikan antara teori dengan kenyataan kemudian dipraktikan dalam kehidupan.
(6) Merangsang guru agar selalu kreatif dalam setiap pembelajaran.
(7) Pembelajaran diringkas dan disajikan dengan mudah yang dapat diterima siswa dengan baik.
Berdasarkan pemaparan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa model quantum learning memiliki beberapa kelebihan, yaitu (1) integritas, (2) kegagalan awal kesuksesan, (3) bicaralah dengan niat baik, (4) hidup saat ini, (5) komitmen, (6) tanggung jawab, (7) fleksibel, dan (8) keseimbangan.
2) Model Pembelajaran Inquiry
a) Pengertian Model Pembelajaran Inquiry
Model pembelajaran inqury menurut Hanafiah (dalam Nurdyansyah dan Fahyuni, 2016: 137), adalah suatu rangkaian kegiatan pembelajaran yang menuntut peserta didik untuk aktif mencari dan menyelidiki segala materi pembelajaran secara sistematis, kritis, dan logis sehingga mereka dapat menemukan sendiri pengetahuan, sikap dan keterampilan sesuai dengan pemahaman masing-masing peserta didik. Sedangkan pendapat dari Mudlofir dan Rusydiyah (2015:66) pembelajaran inkuiri adalah suatu kegiatan pembelajaran yang selalu melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan yang dimiliki siswa untuk mencari dan menyelidiki sesuatu yang ingin dicari berdasarkan materi yang sedang
dipelajari (benda, manusia, atau peristiwa) secara sistematis, kritis, logis, analitis sehingga mereka dapat merumuskan penemuanya dengan penuh percaya diri. Pendapat lain dikemukakan oleh Ngalimun (2012:33) pembelajaran inquiry adalah suatu strategi pembelajaran yang mengajak siswa untuk mau menemukan sesuatu dan mengetahui bagaimana cara memecahkan masalah dalam suatu penyelidikan yang berkaitan dengan materi yang sedang dipelajari.
Berdasarkan pemaparan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran inquiry adalah suatu rangkaian kegiatan pembelajaran yang menuntut siswa untuk aktif mencari tahu atau menyelidiki suatu permasalahan agar dapat menemukan jawaban atau merumuskan hasil penemuan, sehingga mereka memperoleh pengetahuan, sikap, dan keterampilan berdasarkan hasil dan proses selama melakukan penyelidikan.
b) Model Pembelajaran Inquiry Terbimbing
Pada model pembelajaran inquiry terdapat berbagai macam tipe. Salah satu tipe dari model pembelajaran inquiry adalah model inquiry terbimbing. Menurut I Ketut Neka (dalam Nurdyansyah dan Fahyuni, 2016: 136) menyatakan model pembelajaran inquiry terbimbing memberikan peluang kepada peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam menemukan dan memanfaatkan sumber belajar yang telah disediakan. Dengan begitu, maka peserta didik dapat memperoleh pengalaman yang lebih bermakna dan akan lebih mudah
dipahami. Akibatnya akan berdampak positif pada hasil belajar yang diperoleh.
Sependapat dengan pendapat Nurdyansyah dan Fahyuni, (2016: 137) melalui model pembelajaran inquiry terbimbing guru harus merancang agar pembelajaran dapat melibatkan peserta didik aktif dimana pada proses awal pembelajaran guru memberikan banyak bimbingan kemudian secara teratur guru akan mulai mengurangi frekuensi bimbingan. Dengan demikian, maka peserta didik dapat mulai untuk mencari informasi secara mandiri.
Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran inquiry terbimbing adalah model pembelajaran yang pada awal kegiatan guru akan mendampingi proses pembelajaran, tetapi selanjutnya guru memberikan peluang kepada peserta didik untuk mencari tahu secara mandiri mengenai materi yang sedang dibahas.
c) Karakteristik Model Pembelajaran Inquiry
Model pembelajaran inquiry memiliki beberapa katakteristik. Menurut pendapat Sanjaya (dalam Nurdyansyah dan Fahyuni, 2016: 141-142), ada beberapa hal yang menjadi karakteristik utama dalam pembelajaran inkuiri, yaitu sebagai berikut.
(1) Inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan jawaban dari pertanyaan atau permasalahan. Disini siswa tidak hanya menerima materi yang diberikan apa adanya melalui penjelasan guru dalam proses pembelajaran, tetapi siswa berperan untuk
menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri. Hasil materi yang ditemukan digunakan untuk menjawab persoalan yang sedang dialami. (2) Aktivitas yang dilakukan selama proses
pembelajaran mengajak siswa untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri. Jawaban dicari berdasarkan berbagai kegiatan, misalnya melalui pengamatan atau diskusi. Jawaban yang diperoleh diharapkan mampu menjawab persoalan atau permasalahan yang sedang dihadapi, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri. Dengan demikian, metode pembelajaran inkuiri menempatkan siswa sendiri yang menjadi sumber belajar sedangkan guru sebagai fasilitator.
(3) Pembelajaran inquiry mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental. Siswa tidak hanya dituntut agar menguasai materi pelajaran, akan tetapi bagaimana siswa dapat menggunakan kemampuan yang dimilikinya secara optimal. Selain itu terdapat pendapat lain yang diutarakan oleh Mudlofir dan Rusydiyah (2016:67) bahwa model pembelajaran inquiry memliki tiga karakteristik sebagai berikut.
(1) Model pembelajaran inquiry lebih menekankan kepada aktivitas untuk mencari tahu atau menemukan pengetahuan. Maka dari itu, peserta didik ditempatkan sebagai subjek belajar dan guru hanya sebagai fasilitator.
(2) Aktivitas selama proses pembelajaran diarahkan pada kegiatan mencari tahu dan menemukan jawaban dari permasalahan atau pertanyaan.