• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

1. Karakteristik Kurikulum SD 2013

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

1. Karakteristik Kurikulum SD 2013

Sebelum membahas mengenai karakteristik kurikulum SD 2013, ada baiknya terlebih dahulu mengenal pengertian dari kurikulum itu sendiri. Kurniasih dan Berlin (2014: 6) menjelaskan kurikulum adalah seperangkat yang dijadikan acuan untuk proses pembelajaran peserta didik dengan harapan tercapainya suatu tujuan pembelajaran dalam dunia pendidikan secara umum. Majid (2014: 1) menjelaskan kurikulum merupakan program yang disediakan oleh lembaga pendidikan khususnya sekolah untuk peserta didik. Yani (2014: 5) juga menjelaskan bahwa kurikulum merupakan perancangan kegiatan interaksi yang dilakukan oleh peserta didik selama kegiatan pembelajaran dengan lingkungan belajar, sumber belajar, dan dengan lingkungan sosialnya.

Kurikulum pada dasarnya merupakan program yang sudah disediakan oleh sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan. Edward A. Kurg (dalam Kurniasih dan Berlin, 2014: 5) menjelaskan bahwa dengan adanya kurikulum, maka suatu tujuan yang dibuat sekolah dapat tercapai melalui berbagai cara yang sudah disusun di dalamnya. Berdasarkan ketiga pengertian kurikulum di atas dapat disimpulkan bahwa kurikulum adalah suatu program yang memuat rancangan-rancangan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan.

Kurikulum yang digunakan di Indonesia saat ini adalah Kurikulum 2013. Dalam perkembangan sejarah kurikulum di Indonesia mengalami beberapa pergantian kurikulum (Kurniasih dan Berlin, 2014: 6). Kurikulum yang pernah digunakan di Indonesia sebelum Kurikulum 2013 beberapa di antaranya adalah KBK atau Kurikulum 2004 dan Kurikulum 2006 atau KTSP. Adanya suatu perubahan kurikulum dari

12

Kurikulum 2006 ke Kurikulum 2013 diharapkan mampu memperbaiki sistem pendidikan di Indonesia (Idi, 2016: 25).

Adanya pergantian Kurikulum 2006 menjadi Kurikulum 2013 memiliki tujuan untuk mempersiapkan generasi penerus bangsa yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan efektif serta mampu berkontribusi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, hingga pada peradaban dunia (Kunandar, 2014: 16). Pergantian kurikulum ini juga didasarkan karena masih ada kelemahan-kelemahan pada kurikulum sebelumnya (Mulyasa, 2013: 60). Untuk mencapai tujuan tersebut, Kurikulum 2013 mengimplementasikan kegiatan yang menekankan kegiatan 5 M (mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengomunikasikan) sehingga dapat meningkatkan kreativitas siswa (Mulyasa, dkk, 2016: 19). Selain itu, untuk mencapai tujuan tersebut Kurikulum 2013 perlu melakukan penguatan pada tiga aspek yang harus dimiliki oleh peserta didik yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang merupakan tindak lanjut dari Kurikulum 2004 untuk mengembangkan ketiga ranah tersebut dalam proses pembelajaran secara terintegrasi (Mulyasa, 2013: 65 & 68).

Berdasarkan pembahasan kurikulum dan kurikulum 2013, dapat disimpulkan bahwa Kurikulum 2013 adalah kurikulum hasil dari penyempurnaan kurikulum sebelumnya dengan menerapkan tiga ranah belajar dalam kegiatan pembelajaran yaitu keterampilan, sikap, dan pengetahuan. Kurikulum 2013 memiliki karakteristik sendiri. Berikut karakteristik Kurikulum SD 2013.

a. Menggunakan pembelajaran tematik terpadu

Pembelajaran terpadu merupakan pembelajaran yang mengaitkan beberapa disiplin ilmu atau mata pelajaran dalam suatu fokus tertentu dalam penyampaian materi (Kurniawan, 2014: 59). Sedangkan pembelajaran tematik merupakan salah satu model pembelajaran terpadu yang bertolak dari suatu tema dengan memperhatikan keterkaitannya dengan materi yang disampaikan

13

sehingga memungkinkan siswa untuk dapat menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip secara holistik, bermakna, dan otentik (Rusman, 2014: 254). Fogarty (2009: 65) menjelaskan bahwa pembelajaran terpadu dengan model tematik atau tematik terpadu merupakan pembelajaran yang membahas suatu tema yang dipelajari dari beberapa disiplin ilmu.

Pemetaan tema dalam pembelajaran tematik sangat diperlukan karena merupakan salah satu langkah yang perlu dilakukan sebelum guru membuat perangkat pembelajaran seperti silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) (Kadir dan Hanun, 2014: 63). Tema dapat diambil dari konsep atau pokok bahasan yang terdapat di lingkungan sekitar siswa, oleh sebab itu tema dapat dikembangkan berdasarkan minat dan kebutuhan siswa yang bergerak dari lingkungan terdekat siswa kemudian beranjak ke lingkungan yang terjauh dari siswa (Alwasilah, dkk dalam Majid, 2014: 100). Tema dapat ditetapkan atas kesepakatan guru dengan siswa atau guru dengan guru kemudian tema yang sudah disepakati, dikembangkan sub-sub temanya dengan memperhatikan kaitannya dengan beberapa disiplin ilmu (Daryanto, 2014: 15).

Menanggapi pernyataan yang disampaikan oleh Daryanto, sebagai contoh Majid (2014: 103) menyebutkan daftar Tema untuk pembelajaran di Kelas I yaitu: 1) Diriku, 2) Kegemaranku, 3) Kegiatanku, 4) Keluargaku, 5) Pengalamanku, 6) Lingkungan Bersih, Sehat, dan Asri, 7) Benda, Hewan, dan Tanaman di Sekitarku, 8) Peristiwa Alam yang pada setiap temanya dipelajari dalam jangka waktu 4 minggu. Seperti yang dijelaskan oleh Daryanto setelah tema disepakati, maka hal yang perlu dilakukan selanjutnya adalah mengembangkan menjadi subtema. Dalam beberapa Tema proses pembelajaran di Kelas I yang sudah disebutkan oleh Majid, Kemendikbud 2017 mengatakan bahwa salah satu subtema yang terdapat di dalam Tema 1 Diriku terdapat

14

Subtema 4 Aku Istimewa. Pada Subtema 4 Aku Istimewa siswa diajarkan untuk lebih mengenal dirinya sendiri sehingga dapat menghargai dan menyayangi diri sendiri dan orang lain serta menumbuhkan sikap untuk bersyukur atas kemampuan yang dimilikinya dan dapat mengembangkan kemampuan tersebut.

Berdasarkan penjelasan tersebut, pembelajaran tematik terpadu merupakan proses pembelajaran yang dilakukan dengan mengaitkan beberapa disiplin ilmu atau mata pelajaran sesuai dengan materi yang akan dibahas dan dikaji ke dalam suatu tema tertentu.

b. Menggunakan pendekatan scientific

Pembelajaran dengan pendekatan scientific adalah proses pembelajaran yang dirancang agar siswa aktif dalam membangun dan menemukan konsep, hukum atau prinsip dengan menggunakan keterampilan proses 5M (Daryanto, 2014: 51). Keterampilan proses 5M tersebut di antaranya: 1) mengamati, 2) menanya, 3) mengumpulkan informasi/ mencoba, 4) mengasosiasi/ menalar, dan 5) mengomunikasikan (Yani dan Mamat, 2018: 99). Kelima langkah tersebut menuntun siswa untuk mempelajari suatu materi berdasarkan pengalaman langsung yang berupa observasi, eksperimen, atau cara lainnya sehingga siswa lebih memahami materi yang dipelajari (Kosasih, 2014: 72). Senada dengan pernyataan tersebut Hosnan (2014: 34) menjelaskan bahwa dengan pendekatan scientific siswa diharapkan mampu mengenal dan memahami berbagai materi melalui berbagai sumber belajar dan tidak bergantung pada informasi yang diberikan oleh guru.

Berdasarkan penjelasan tersebut, pendekatan scientific dalam Kurikulum 2013 merupakan proses pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengomunikasikan (5M) untuk memberikan pengalaman belajar secara langsung sehingga siswa dapat memahami materi yang dipelajari melalui berbagai sumber belajar.

15

c. Mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi

Yani (2014: 74) menjelaskan bahwa Kurikulum 2013 mengembangkan keterampilan menalar, mengomunikasikan, dan mencipta dan akan dianggap berhasil apabila lulusannya memiliki kemampuan-kemampuan tersebut. Dalam penyusunan indikator pembelajaran di dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) harus menggunakan kata kerja operasional sebagai penanda pencapaian Kompetensi Dasar (KD) yang memperhatikan tingkatan kognitif siswa (Prastowo, 2014: 165). Kata kerja operasional terdapat dalam Taksonomi Bloom (revisi) dengan 6 tingkatan berpikir dari yang terendah (mengingat, memahami, dan menerapkan) sampai yang tertinggi (menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta) (Anderson dan Krathwohl, 2014: 6).

Berdasarkan pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa Kurikulum 2013 mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa dengan memperhatikan tingkatan berpikir dari Taksonomi Bloom (revisi) yaitu mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta dalam perumusan indikator dan tujuan.

d. Mengembangkan pendidikan karakter

Pendidikan karakter dalam lingkungan sekolah merupakan pembelajaran yang mengarah pada pengembangan dan penguatan perilaku anak secara utuh yang didasarkan pada suatu nilai tertentu (Kesuma, 2011: 5). Pendidikan karakter perlu dikembangkan sedini mungkin khususnya pada anak usia Sekolah Dasar yang memasuki tahap pendidikan karakter yaitu tanggung jawab diri agar anak dapat memenuhi kebutuhan dan kewajiban yang harus dilakukannya (Hidayatullah, 2010: 33). Yani (2014: 65 & 69) menjelaskan bahwa adanya Kurikulum 2013 memberikan mindset besarnya pendidikan karakter yang termuat di dalam Kompetensi Inti (KI) terutama dalam KI 1 tentang sikap spiritual dan KI 2 tentang sikap sosial yang

16

disampaikan secara terintegrasi dengan KI 3 dan KI 4 yang memuat aspek pengetahuan dan keterampilan. Selaras dengan pendapat Yani, Akbar (2013: 127) mengungkapkan bahwa pendidikan karakter dapat dilakukan melalui berbagai mata pelajaran oleh karena itu guru dituntut untuk menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang berorientasi pada pendidikan karakter dan mengimplementasikannya dalam pembelajaran sehari-hari.

Berdasarkan uraian di atas, pendidikan karakter dalam Kurikulum 2013 dapat diartikan sebagai pendidikan yang menanamkan nilai-nilai dalam diri siswa yang dalam pencapaiannya dilakukan secara terintegrasi dengan aspek kognitif dan keterampilan dalam pembelajaran sehari-hari.

e. Penilaian otentik

Penilaian otentik memiliki hubungan yang kuat dengan pendekatan scientific (scientific aproach) dalam pembelajaran sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013 karena dengan menggunakan penilaian ini dapat menggambarkan peningkatan hasil belajar siswa baik dalam mencoba, menalar, dan lain-lain (Daryanto, 2014: 112). Permendikbud No. 23 Tahun 2016 menjelaskan bahwa “penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik”. Rusman (2017: 36) berpendapat bahwa penilaian otentik tidak hanya mengukur apa yang diketahui oleh siswa melainkan juga mengukur apa yang dapat mereka lakukan. Senada dengan pernyataan tersebut Kunandar (2014: 35 – 36) juga menjelaskan bahwa penilaian otentik adalah kegiatan menilai siswa baik dari proses maupun hasil dari kegiatan pembelajaran menggunakan instrumen penilaian yang sudah disesuaikan dengan tuntunan Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) dalam Kurikulum 2013. Oleh karena itu, penilaian otentik berusaha untuk menilai kemampuan siswa secara menyeluruh

17

yang mencakup penilaian sikap, pengetahuan, dan keterampilan (Kosasih, 2014: 131).

Berdasarkan pemaparan tersebut, dapat disimpulkan bahwa penilaian otentik adalah penilaian yang dilakukan dengan menilai proses maupun hasil dari kegiatan pembelajaran yang mencakup penilaian sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai dalam pembelajaran.

f. Pembelajaran berpusat pada siswa

Pembelajaran yang berpusat pada siswa merupakan proses pembelajaran yang menjadikan siswa sebagai subjek utamanya (Akbar, dkk, 2016: 19). Sedangkan peran guru dalam proses pembelajaran adalah sebagai fasilitator dengan memberikan sesuatu yang dapat mempermudah dan memperlancar siswa dalam kegiatan belajar (Daryanto, 2014: 5). Pada proses pembelajaran yang berpusat pada siswa, guru harus mempertimbangkan beberapa karakteristik peserta didik yaitu karakteristik umum, kemampuan awal atau prasyarat, dan gaya belajar (Mudlofir dan Evi, 2016:34 – 35).

Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang berpusat pada siswa merupakan proses pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dan guru lebih bersifat sebagai pemberi fasilitas belajar pada siswa dengan

memperhatikan karakteristik yang dimiliki siswa. g. Berbasis kompetensi

Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang berbasis kompetensi. Kurikulum berbasis kompetensi merupakan hasil yang berdasarkan pada kurikulum oleh karena itu pengembangan kurikulum diarahkan pada pencapaian kompetensi yang sudah dirumuskan dalam Standar Kompetensi Lulusan (SKL) (Kunandar, 2014: 27). Permendikbud No. 20 Tahun 2016 menjelaskan bahwa Standar Kompetensi Lulusan (SKL) adalah kriteria mengenai keahlian kemampuan lulusan peserta didik yang mencakup tiga

18

ranah yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Senada dengan pernyataan dari Permendikbud, Mulyasa, dkk (2013: 68) menyebutkan bahwa Kurikulum 2013 yang berbasis pada kompetensi merupakan konsep kurikulum yang memberikan penekanan untuk mengembangkan kemampuan dalam pengetahuan, pemahaman, nilai, sikap, dan minat peserta didik sehingga mereka dapat merasakan hasilnya yang berupa penguasaan terhadap kemampuan tertentu.

Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa kurikulum berbasis kompetensi merupakan kurikulum yang menekankan untuk pengembangan kompetensi-kompetensi yang harus dicapai siswa dalam menyelesaikan masa belajarnya pada jenjang pendidikan yang sedang ditempuh.

Berdasarkan penjelasan karakteristik Kurikulum 2013 di atas dapat disimpulkan bahwa karakteristik Kurikulum 2013 yaitu: 1) pembelajaran tematik terpadu, 2) pendekatan scientific, 3) mengembangkan HOTS, 4) menerapkan pendidikan karakter, 5) menggunakan penilaian otentik, 6) berpusat pada siswa, dan 7) berbasis kompetensi.

Dokumen terkait