• Tidak ada hasil yang ditemukan

7. Herbarium yang sudah kering, dapat diidentifikasi nama ilmiahnya berdasarkan ciri morfologi maupun keterangan yang tertera pada label.

3.2 Populasi Nepenthes ampullaria Jack.

3.2.3 Karakteristik morfologi Bunga

Nepenthes merupakan tumbuhan berumah dua, memiliki bunga jantan dan bunga betina yang hidup terpisah pada individu lainnya, sehingga proses penyerbukan terjadi secara aseksual (Mansur 2006). Bunga N. ampullaria

berbentuk malai dengan panjang kurang lebih 35 cm. Proses pembungaan betina lebih pendek daripada jantan, bagian tumbuhan yang masih muda sering ditutupi oleh bulu-bulu halus pendek bewarna coklat (Mansur 2006). Pada penelitian ini tidak ditemukan individu N. ampullaria yang berbunga pada kedua tipe habitat (hutan kerangas maupun hutan rawa gambut) di Cagar Alam Mandor.

Batang

Batang kantong semar memiliki bentuk yang bervariasi, yaitu berbentuk bulat, elips dan segitiga. Ciri batang kantong semar adalah berongga dan beruas dengan kulit yang agak keras. Beberapa jenisnya memiliki batang yang ditutupi oleh bulu-bulu atau bentuk tambahan lainnya (Cheek dan Jeeb 2001; Clarke 2001). Pada N. ampullaria batang berbentuk silinder berwarna cokelat dan memanjat hingga 15 m (Mansur 2006).

15 Sifat pertumbuhan kantong semar digolongkan menjadi tiga, yaitu epifit, liana dan teresterial (Mansur 2006). Sifat pertumbuhan N. ampullaria pada kedua tipe habitat (hutan kerangas dan hutan rawa gambut) di Cagar Alam Mandor adalah terestrial dan liana. N. ampullaria yang tumbuh secara teresterial banyak ditemukan di hutan kerangas, dan N. ampullaria yang tumbuh memanjat pada pohon-pohon di sekitarnya sebagai liana banyak ditemukan di hutan rawa gambut (Gambar 4).Ukuran panjang batang di hutan kerangas lebih pandek dibandingkan di hutan rawa gambut. Rata-rata hasil pengukuran terhadap panjang batang N. ampullaria pada kedua tipe habitat yaitu 1.51 m (hutan kerangas) dan 2.78 m (hutan rawa gambut).

Individu N. ampullaria yang tumbuh secara teresterial pada permukaan tanah memiliki ukuran batang lebih pendek dibandingkan individu N. ampullaria

yang memanjat pada vegetasi di sekitarnya. N. ampullaria yang tumbuh secara teresterial memiliki kantong seperti tumbuh langsung dari permukaan tanah, sehingga N. ampullaria terlihat tumbuh tanpa bagian batang dan daun. Kondisi tersebut menjadi salah satu kendala peneliti dalam pengamatan karakteristik morfologi khususnya pengukuran terhadap batang dan daun N. ampullaria.

Individu N. ampullaria yang tumbuh memanjat pada vegetasi di sekitarnya, memiliki kantong-kantong yang tumbuh dari bagian ruas-ruasnya. Kantong biasanya tumbuh secara bergerombol. Pada bagian-bagian ruas terdapat daun- daun berukuran kecil. Bagian ujung daun-daun kecil tersebut ditumbuhi tangkai sulur yang menghubungkan bagian kantong dan daun. Jumlah kantong yang tumbuh pada bagian ruas-ruas lebih sedikit dibandingkan jumlah kantong pada individu N. ampullaria yang tumbuh secara teresterial.

b a

Gambar 4 Pertumbuhan batang N. ampullaria pada kedua tipe habitat di Cagar Alam Mandor: (a) pertumbuhan batang N. ampullaria pada permukaan tanah di hutan kerangas, (b) batang yang memanjat di hutan rawa gambut

16

Daun

Rata-rata hasil pengukuran lebar dan panjang daun N. ampullaria pada kedua tipe habitat di Cagar Alam Mandor adalah 3.60 cm (lebar) dan 6.80 cm (panjang) di hutan kerangas, serta 3.50 cm (lebar) dan 9.50 cm (panjang) di hutan rawa gambut. Bagian ujung daun ditumbuhi sulur yang menghubungkan ke bagian kantong. Sulur berfungsi menyalurkan nutrisi dari kantong ke seluruh bagian tubuh kantong semar. Rata-rata panjang tangkai sulur N. ampullaria pada kedua tipe habitat adalah 5.24 cm (hutan kerangas) dan 4.14 cm (hutan rawa gambut).

Nepenthes memiliki daun tunggal yang terdiri dari lamina, sulur, dan kantong. Kedudukan daun pada batang N. ampullaria di Cagar Alam Mandor adalah selang-seling (Gambar 5). Bentuk, warna, tekstur dan ukuran daun sangat beragam. Bentuk lamina lanceolatus, oblongus atau spathulatus, memiliki tekstur seperti kertas (chartaceous) dan kulit (coriaceous), pertulangan daun pinnatus, pinggir daun integer dan ujung daun acutus, acuminatus atau obtusus (Hernawati dan Akhriadi 2006; Susanti 2012). Daun N. ampullaria berbentuk sudip hingga lanset, tangkai daun pendek terkadang tidak ada dan panjang sulur mencapai 15 cm (Mansur 2006).

Kantong

Kantong adalah organ penting bagi spesies kantong semar. Kantong berfungsi sebagai tempat mencerna serangga atau mamalia kecil, sehingga dapat diserap sebagai nutrisi. Bentuk kantong dibedakan menjadi lima, yaitu bentuk tempayan, bulat telur, silinder, corong dan pinggang (Mansur 2006). Kantong N. ampullaria berbentuk tempayan. Kantong memiliki enzim yang disebut enzim

nepenthesin. Nepenthesin merupakan enzim yang dihasilkan dari protein serangga atau binatang kecil yang teperangkap di dalam kantong (Mansur 2006).

17 Rata-rata jumlah kantong N. ampullaria pada kedua tipe habitat di Cagar Alam Mandor adalah 17.80 kantong (hutan kerangas) dan 6.60 kantong (hutan rawa gambut). Ukuran kantong di hutan kerangas lebih kecil dibandingkan di hutan rawa gambut. Rata-rata ukuran diameter dan tinggi kantong N. ampullaria

pada kedua tipe habitat di Cagar Alam Mandor adalah 3.05 cm (diameter) dan 5.17 cm (tinggi) pada hutan kerangas, serta 3.70 cm (diameter) dan 6.14 cm (tinggi) pada hutan rawa gambut. Rata-rata ukuran panjang sayap kantong pada kedua tipe habitat (hutan kerangas dan hutan rawa gambut) adalah 1.65 cm (hutan kerangas) dan 2.10 cm (hutan rawa gambut).

Rata-rata tingkat keasaman (pH) cairan kantong N. ampullaria pada kedua tipe habitat di Cagar Alam Mandor adalah 3.80 (hutan kerangas) dan 4.80 (hutan rawa gambut). Hasil pengukuran pH cairan di hutan rawa gambut bertolak belakang dengan pernyataan Mansur (2006) yang menyebutkan bahwa setiap spesies Nepenthes memiliki nilai pH cairan kantong <4. Jentsch (1972) juga berpendapat bahwa pH cairan kantong semar yang masih tertutup sekitar 5.5 (tertutup) dan ≥2 (terbuka). Sejalan dengan kedua pendapat sebelumnya, Susanti (2012) mengemukakan bahwa kantong yang masih tertutup memiliki pH berkisar 7-8.

Rata-rata pH cairan kantong N. ampullaria di hutan rawa gambut sangat berbeda dengan ukuran pH cairan kantong semar pada umumnya. Kondisi kantong N. ampullaria yang ditemukan di hutan rawa gambut umumnya sudah terbuka. Kantong N. ampullaria yang masih tertutup hanya terdapat pada kantong- kantong muda. Jumlah kantong muda N. ampullaria hanya ditemukan di hutan rawa gambut sebanyak 3 kantong. Kondisi terbukanya kantong N. ampullaria

menyebabkan peningkatan pH cairan kantong di hutan rawa gambut.

Kantong N. ampullaria yang sudah terbuka lebih mudah terkontaminasi oleh faktor-faktor lingkungan lainnya, seperti keberadaan serangga mangsa dan air hujan. Kedua faktor ini akan mempengaruhi tingkat keasaman cairan kantong N. ampullaria. Serangga mangsa dan air hujan berpotensi sebagai penyebab kontaminasi pada cairan kantong N. ampullaria di hutan rawa gambut. Pengaruh bentuk dan ukuran serangga mangsa berpotensi mempengaruhi proses enzimatis yang terjadi di dalam kantong N. ampullaria. Air hujan yang jatuh ke permukaan bumi akan mengenai mulut kantong N. ampullaria yang sudah terbuka, kemudian air hujan akan tertampung dan menambah volume cauran kantong, sehingga pH cairan kantong semar N. ampullaria akan meningkat dari tingkat keasaman semula.

N. ampullaria memiliki variasi warna dan corak kantong yang beragam di Cagar Alam Mandor. Variasi kantong N. ampullaria yang ditemukan pada kedua tipe habitat (hutan kerangas dan hutan rawa gambut) antara lain; blirik merah, hijau polos, hijau polos blirik dan merah polos (Gambar 6). Variasi warna dan corak kantong N. ampullaria di hutan kerangas memiliki variasi lebih banyak dibandingkan di hutan rawa gambut. Variasi warna dan corak kantong N. ampullaria di hutan kerangas, antara lain; hijau polos blirik, hijau polos, merah blirik dan merah polos. Variasi warna dan kantong N. ampullaria di hutan rawa gambut hanya terbentuk 2 variasi. Variasi warna dan corak kantong N. ampullaria

di hutan rawa gambut, yaitu hijau polos blirik dan hijau polos.

Keragaman variasi warna dan corak kantong N. ampullaria di Cagar Alam Mandor disebabkan karena proses persilangan alami yang terjadi antara N.

19

3.3 Faktor Lingkungan Biotik