• Tidak ada hasil yang ditemukan

Defenisi pulau menurut UNCLOS (1982, Bab VIII pasal 121 ayat 1), bahwa “pulau adalah massa daratan yang terbentuk secara alami, dikelilingi oleh air dan selalu berada/muncul di atas permukaan air pasang tertinggi” (IHO, 1993

dalam Bengen dan Retraubun, 2006). Pulau-Pulau Kecil (PPK) adalah kumpulan pulau-pulau (gugusan pulau) yang secara fungsional saling berinteraksi dari sisi ekologis, ekonomi, sosial dan budaya, baik secara individuial maupun secara sinergis dapat meningkatkan skala ekonomi dari pengelolaan sumberdayanya (Departemen Kelautan dan Perikanan, 2002). Berdasarkan luasnya, PPK (small island) memiliki luas daratan beserta kesatuan ekosistemnya yakni lebih kecil dari atau sama dengan 2.000 km2 (Undang-undang No. 27 Tahun 2007) 10.000 km2

Pulau kecil memiliki karakteristik biofisik yang menonjol, yaitu (1) terpisah dari habitat pulau induk (mainland island), sehingga bersifat insulat; (2) sumber air tawar terbatas, dimana daerah tangkapan airnya relatif kecil; (3) peka dan rentan terhadap pengaruh eksternal baik alami maupun akibat kegiatan manusia; (4) memiliki sejumlah jenis endemik yang bernilai ekologis tinggi. Karakteristik lingkungan yang berkaitan erat dengan proses terbentuknya pulau serta posisi atau letak pulau tersebut, sehingga secara geologi pulau-pulau tersebut memiliki formasi struktur yang berbeda dan dalam proses selanjutnya pulau-pulau tersebut juga akan memiliki kondisi yang spesifik (Bengen dan Retraubun, 2006). Dari segi budaya, masyarakat pulau kecil mempunyai budaya yang berbeda dengan pulau kontinen dan daratan (Beller et al., 1990). Interaksi manusia dengan lingkungan terjadi dalam suatu bentuk pola tingkah laku yang terlembagakan, kemudian menghasilkan sistem adaptasi yang terpola dan merupakan bagian dari sistem yang lebih luas yakni budaya. Selanjutnya budaya terkait dengan adaptasi manusia terhadap lingkungannya melalui sistem teknologi matapencaharian dan pola pemukiman, yang keduanya disebut juga sebagai cultural core (Bengen dan Retraubun, 2006).

(Departemen Kelautan dan Perikanan, 2002; Brookfield 1990 dalam Dahuri, 2003) dan berpenduduk di bawah 500.000 orang (Hess, 1990 dalam Bengen dan Retraubun, 2006) atau lebih kecil dari 200.000 jiwa (Departemen Kelautan dan Perikanan, 2002).

Pulau-pulau kecil sebagai bagian dari pembangunan kelautan memiliki potensi yang sangat besar untuk dikelola dengan baik. Pulau kecil memiliki karakteristik biofisik yang menonjol, yaitu (1) terpisah dari habitat pulau induk (mainland island), sehingga bersifat insulat; (2) sumber air tawar terbatas, dimana

daerah tangkapan airnya relatif kecil; (3) peka dan rentan terhadap pengaruh eksternal baik alami maupun akibat kegiatan manusia; (4) memiliki sejumlah jenis endemik yang bernilai ekologis tinggi (Bengen, 2002). Lebih lanjut dijelaskan bahwa pulau-pulau kecil memiliki satu atau lebih ekosistem dan sumberdaya pesisir. Ekosistem pesisir bersifat alamiah ataupun buatan (man-made).Ekosistem alami pulau-pulau kecil, antara lain; terumbu karang (coral reef), hutan mangrove, padang lamun (seagrass beds), pantai berpasir (sandy beach), pantai berbatu (rocky beach), formasi pescaprea, formasi baringtonia, estuaria, laguna dan delta. Sedangkan ekosistem buatan, antara lain; kawasan pariwisata, kawasan budidaya (mariculture) dan kawasan permukiman (Bengen, 2000).

Pulau-pulau kecil mempunyai keunikan, baik fisik, geografis, sumberdaya alam maupun masyarakatnya. Pulau-pulau kecil memiliki karakteristik yang sangat rentan terhadap berbagai pengaruh eksternal dan aktivitas pembangunan, serta mempunyai keterbatasan baik sumberdaya alamnya maupun sumberdaya manusianya. Selain itu, wilayah ini memiliki keterkaitan ekologis, sosial ekonomi dan sosial budaya dengan ekosistem di sekitarnya. Dengan alokasi ruang yang didasarkan pada daya dukung ekologis, jaringan sosial budaya antara masyarakat dan integrasi kegiatan sosial ekonomi yang sudah berlangsung selama ini, akan memberikan pilihan investasi yang tepat (Dahuri, 1998).

Beberapa karakteristik yang dijumpai di pulau-pulau kecil dapat dikategorikan ke dalam aspek lingkungan hidup dan sosial-ekonomi-budaya. Karakteristik yang berkaitan dengan lingkungan hidup menurut Brookfield (1990) dalam Dahuri (2003) antara lain:

1. Pulau-pulau kecil memiliki daerah resapan (catchment area) yang sempit, sehingga sumber air tanah yang tersedia sangat rentan terhadap pengaruh intrusi air laut, terkontaminasi akibat nitrifikasi dan kekeringan.

2. Pulau-pulau kecil memiliki daerah pesisir yang sangat terbuka, sehingga lingkungannya sangat mudah dipengaruhi oleh gelombang yang berasal dari badai cyclone dan tsunami.

3. Spesies organisme yang hidup di pulau-pulau kecil pada umumnya bersifat endemik dan perkembangannya lambat, sehingga mudah tersaingi oleh organisme tertentu yang datang dari luas pulau.

4. Pulau-pulau kecil memiliki sumberdaya alam terrestrial yang sangat terbatas, baik yang berkaitan dengan sumberdaya alam mineral, air tawar maupun kehutanan dan pertanian.

Karateristik yang berkaitan dengan faktor sosial-ekonomi-budaya menurut Hein (1990) dalam Dahuri (2003) antara lain adalah: memiliki infrastruktur yang terbatas, pasar domestikdan sumberdaya alam kecil sehingga iklim usahanya kurang kompetitif, kegiatan ekonomi sangat terspesialisasi, tergantung pada bantuan luar meskipun memiliki potensi sebagai tempat yang posisinya bernilai strategis dan jumlah penduduk tidak banyak dan biasanya saling mengenal satu sama lain serta terikat dengan hubungan persaudaraan.

Selama ini pulau-pulau kecil kurang mendapat sentuhan pembangunan sehingga sebagian masyarakatnya relatif hidup dalam kemiskinan. Menurut Retraubun (2000), rendahnya sentuhan pembangunan ini didasarkan atas:

1. Kebanyakan pulau-pulau kecil tidak berpenghuni karena ukurannya relatif sangat kecil.

2. Kalaupun berpenghuni, jumlah penduduknya sangat sedikit sehingga tidak menjadi prioritas utama.

3. Kawasan ini cenderung terisolasi sehingga diperlukan investasi yang besar untuk membangun prasarana perhubungan laut.

4. Kurangnya kepastian perlindungan hak dan kepastian berusaha. 5. Pembangunan nasional yang selama ini lebih berorientasi ke darat.

Meskipun demikian, pulau-pulau kecil memiliki potensi ekonomi yang tinggi namun mempunyai karakteristik yang sangat rentan terhadap aktivitas ekonomi. Kesukaran atau ketidakmampuan untuk mencapai skala ekonomi yang optimal dan menguntungkan dalam hal administrasi, usaha produksi dan transportasi turut menghambat pembangunan hampir semua pulau kecil di dunia. Daya dukung sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang sangat terbatas. Aktivitas sosial dan ekonomi pulau-pulau kecil merupakan interaksi kawasan daratan (terrestrial) dengan lingkungan laut, sehingga hampir semua bentuk aktivitas pembangunan akan berdampak negatif terhadap kualitas lingkungan. Potensi kerusakan sumberdaya alam yang sangat tinggi seperti kenaikan permukaan laut, badai tsunami, dapat dengan mudah terjadi apabila kualitas

lingkungan sudah menurun. Pendekatan ekosistem dalam penataan ruang wilayah pulau dan gugus pulau harus berdasarkan daya dukung ekologis, jaringan sosial budaya dan integrasi kegiatan sosial ekonomi (Dahuri, 2003).

Dokumen terkait