• Tidak ada hasil yang ditemukan

Wisatawan yang berkunjung ke Gili Indah dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu wisatawan nusantara (Wisnu) dan wisatawan Mancanegara (Wisman). Jumlah wisatawan yang berkunjung ke Gili Indah dari tahun ketahun memperlihatkan peningkatan. Gili Trawangan merupakan daerah yang paling banyak dikunjungi wisatawan dibanding Gili yang lain di Kawasan Gili Indah. Jumlah wisatawan pada tahun 2009 sebanyak 88.200 orang yang terdiri dari

wisatawan nusantara (Kecamatan Pemenang Dalam Angka, 2009). Hal ini berarti rata-rata perhari wisatawan yang datang ke Gili Indah sekitar 241 orang.

Pada tahun 2005 wisatawan yang berkunjung ke Gili Indah sekitar 32.373 orang (rata-rata 90 orang/hari), jika dibandingkan dengan wisatawan pada tahun 2009 terjadi peningkatan yang cukup signifikan yaitu sekitar 172,44% pada kurun waktu lima tahun terakhir atau rata-rata meningkat 34,488% pertahun. Namun jika melihat data statistik yang ada, sejak berkembangnya wisatawan ke Gili Indah, tingkat pertumbuhan rata-rata wisatawan adalah 7,4% pertahun. Kondisi ini diprediksikan akan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, sehingga potensi terjadinya degradasi sumberdaya alam laut dan pesisir semakin meningkat pula jika tidak dilakukan upaya-upaya untuk memelihara kelestarian dan keberlanjutannya.

Tabel 14. Jumlah dan asal wisatawan

No. Asal Wisatawan Jumlah (orang)

1 Asia 3.850 2 Eropa 50.663 3 Amerika 7.428 4 Oceania 6.229 5 Afrika 1.307 6 Wisatawan Nusantra 18.723 Total 88.200

Sumber : Kecamatan Pemenang dalam angka, 2009.

Diperkirakan jumlah pengeluaran Wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Gili Indah pada tahun 2009 adalah $ US 56 / hari dengan rata-rata lama tinggal 4 hari, sehingga total penerimaan pertahun (69.477 wisman) sebesar $ US 15.562.848. Sedangkan pengeluaran Wisatawan nusantara adalah Rp. 336.028 / hari dan lama tinggal 2 hari sehingga total penerimaan setahun (18.723 wisnu) Rp. 25.165.808.976.

4.6.1. Kearifan Lokal (Awiq-awiq) di Gili Indah

Awiq-awiq merupakan pranata atau aturan lokal yang dibuat, dilaksanakan dan diataati bersama dilakukan oleh masyarakat setempat secara bersama, untuk mengatur hubungan antar manusia, masyarakat dengan masyarkat, masyarakat dengan alam dan masyarakat dengan pencipta. Awiq-awiq lahir atas kesepakatan bersama maka awiq-awiq pada hakekatnya adalah aturan lokal yang merupakan hak untuk mengatur lingkungannya sendiri dan merupakan aturan/kesepakatan yang dibuat dan dijalankan bersama.

Di Desa Gili Indah telah membuat sebuah Keputusan Nomor 12/Pem.1.1./06/1998 tentang Awiq-awiq Pemeliharaan dan Pengelolaan Ekosistem Terumbu Karang. Pembuatan Awiq-awiq ini dilaksanakan oleh Pengurus Kelompok Pelestarian Lingkungan Terumbu Karang (KPLTK), dimana sekarang ini terdapat 3 KPLTK yang mewakili tiga dusun.

Keputusan awiq-awiq ini berbentuk formal seperti bentuk-bentuk surat keputusan yang biasa dipakai oleh pemerintah. Bagian menimbang yang berisi keadaan potensi pesisir dan laut serta kepedulian akan kondisinya yang terancam kerusakan. Bagian mengingat berisi berbagai undang-undang dan peraturan tentang pengarutan pemanfaatan dan pelestarian SDA. Bagian memutuskan berisi penetapan untuk mengeluarkan awiq-awiq desa yang terdiri dari 19 bab dan 33 pasal, yaitu Ketentuan Umum, Zonasi Dusun Gili Air, Zonasi Dusun Gili Meno, Zonasi dusun Gili Trawangan, Koleksi Biota Laut, Budidaya Mutiara, Kelembagaan dan Sumber Dana Pengelolaan, Sangsi, Ketentuan Peralihan, dan Penutup. Dokumen ini dilengkapi dengan sketsa yang bersifat makro yang menggambarkan letak zona-zona dengan landmarks serta petunjuk mengenai kegiatan-kegiatan apa yang boleh, boleh dengan izin dan tidak boleh di zona-zona tersebut.

Namun aturan tersebut dianggap gagal dalam penerapannya, sehingga muncul aturan lokal yang baru yang dibuat oleh Lembaga Musyawarah Nelayan Lombok Utara (LMNLU), tepatnya tanggal 19 Maret 2000 dan kemudian direvisi/disempurnakan pada tanggal 30-31 Agustus 2004 oleh berbagai komponen baik nelayan, tokoh masyarakat/tokoh agama, Pemerintah

yang berkaitan dengan pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan. Aturan formal yang dibuat oleh pemerintah dianggap tidak mampu mengatasi persoalan- persoalan tersebut akibat dari lemahnya penegakan hukum.

Dalam awiq-awiq ini memuat tentang pemeliharaan dan pengelolaan terumbu karang kaitannya dengan pemanfaatan sektor perikanan dan sektor pariwisata. Dalam awiq-awiq dijelaskan mengenai zonasi untuk beberapa jenis pengelolaan kawasan pesisir, yakni zona konservasi, zona pemanfaatan untuk wisata serta zona pemanfaatan bagi perikanan (Awiq-awiq Desa Gili Indah, 2001). Diberlakukannya awiq-awiq rusaknya beberapa kawasan terumbu karang yang karena beberapa hal yaitu (Satria et al, 2002):

(1) Penangkapan ikan dengan menggunakan teknologi yang dapat merusak lingkungan seperti bom, potasium sianida atau penangkapan ikan secara destruktif lainnya yang dapar mengancam kelestarian laut.

(2) Pengrusakan laut dengan menggunakan muroami, miniayem dan sejenisnya. (3) Pengambilan karang untuk bahan kapur dan bangunan yang dilakukan

penduduk setempat maupun pengusaha lainnya yang dapat berpengaruh negatif bagi ekologi pesisir dan laut.

(4) Aktivitas transportasi wisata pantai dan kegiatan penyelaman (diving).

Degradasi sumberdaya terumbu karang di kawasan Gili Trawangan sejak elnino 1998 lebih disebabkan karena faktor manusia. Degradasi yang disebabkan oleh faktor manusia hanya bisa dikendalikan oleh ketegasan dalam menjalankan aturan dan sanksi yang diberlakukan. Berbagai aturan telah dibuat dan disepakati untuk menjaga sumberdaya terutama terumbu karang, seperti awig-awig, aturan zonasi pemerintah, aturan yang dibuat eco trust dan lain-lain. Tapi masih ada pelanggaran terhadap aturan yang ada dan umumnya dilakukan oleh masyarakat dan pelaku wisata. pelanggaran tersebut menyebabkan atau mengancam keberlanjutan sumberdaya terutama terumbu karang.

Pemberian sanksi terhadap pelanggaran lebih bertujuan untuk meningkatkan kesadaran atau mendidik dan tidak membuat jera terutama bagi para wisatawan untuk berkunjung atau menyelam di Gili Trawangan. Sanksi yang bisa diterapkan adalah sanksi materi atau denda, misalnya bagi setiap satu kali penyelam

untuk perbaikan atau rehabilitasi eksositem dan kegiatan konservasi yang lainnya. 4.6.2. Pemuda Sagtas Desa Gili Indah

Satuan Tugas atau Satgas Desa Gili Indah merupakan salah satu anggota dari Lembaga Musawarah Nelayan Lombok Utara (LMNLU). Lembaga ini memiliki peranan yang sangat besar dalam terbentuknya LMNLU yang ada saat ini. Kelahiran lembaga ini lebih disebabkan karena kepentingan masyarakat setempat atas manfaat terumbu karang sebagai salah satu obyek wisata alam laut. Lembaga ini juga muncul akibat kerusakan terumbu karang akibat penangkapan ikan dengan potasium atau bahan peledak lainnya. Terumbu karang yang menjadi daya tarik wisatawan asing menjadi berkurang, menyebabkan pendapatan masyarakat yang menggantungkan hidupnya dari sektor pariwisata di Gili Indah menurun. Keresahan masyarakat ini direspon oleh sekelompok pemuda desa Gili Indah untuk melakukan suatu tindakan untuk mencegah kerusakan terumbu karang yang lebih parah. Akhirnya mereka membentuk front yang disebut Front Satuan Tugas Gili Indah (Satgas Gili Indah).

Pemuda Satgas Gili Indah merupakan salah satu komponen masyarakat yang terlibat dalam program konservasi di Desa Gili Indah. Sebagian besar dari mereka adalah para pengusaha pariwisata yang memperoleh manfaat dari keberadaan sumberdaya di kawasan konservasi. Kesadaran akan pentingnya arti pelestarian sumber daya alam tersebut, khususnya terumbu karang yang terdapat di wilayah Taman Wisata Alam Laut Gili Indah menyebabkan mereka turut ambil bagian dalam program ini. Kegiatan ini sejalan dengan program konservasi yang dilakukan oleh pemerintah melalui Badan Konservasi Sumberdaya Slam (KSDA) Nusa Tenggara Barat, sebagai instansi pemerintah yang mengelola Taman Wisata Alam Laut di wilayah Desa Gili Indah.

Berdasarkan berbagai pertimbangan tersebut, maka sekelompok pemuda tersebut membentuk yayasan yang memberikan perhatian khusus terhadap usaha pelestarian terumbu karang. Berdasarkan hasil musawarah pemuda Desa Gili Indah tanggal 16 Januari 2000 bertempat di Dusun Gili Trawangan, disepakati untuk membentuk Yayasan Front Pemuda Satgas Gili. Sumber anggaran operasional dari Front Pemuda Satgas Gili adalah partisipasi dari unsur

(LSM) maupun pemerintah yang menaruh perhatian terhadap usaha pelestarian terumbu karang. Dengan dana tersebut diharapkan upaya pelestarian terumbu karang dapat diwujudkan, sehingga sumberdaya alam menjadi lestari dan kesejahteraan masyarakat di sekitar kawasan Desa Gili Indah menjadi lebih baik di masa kini dan masa yang akan datang.

Lembaga ini kemudian diperkuat dengan aturan-aturan lokal yang dibuat bersama dengan masyarakat setempat. Pranata hukum adat ini disebut dengan

awiq-awiq yang antara lain berisi sebagai berikut:

1. Apabila ditemukan dan terbukti ada oknum yang melakukan pengeboman dan pemotasan serta pangkapan ikan dengan menggunakan bahan beracun lainnya diharuskan membuat surat pernyataan tidak akan mengulangi perbuatan tersebut serta dibebani denda uang maksimal Rp.10.000.000,- (Sepuluh Juta Rupiah) untuk kemudian di lepas kembali.

2. Apabila oknum tersebut untuk kedua kalinya terbukti melakukan perbuatan itu lagi, dilakukan pengerusakan/pembakaran terhadap alat serta sarana yang dipergunakan dalam kegiatannya.

3. Apabila setelah dikenakan sanksi pada poin pertama dan kedua tersebut diatas oknum tersebut masih dilakukan kegiatannya dan terbukti, maka kelompok nelayan akan menghakiminya dengan pemukulan masal tidak sampai mati.

Hasil penelitian Satria et. al. (2005) menyatakan bahwa kesuksesan Awiq- awiq yang diterapkan dalam sistem community based management masih dipertanyakan. Antara lain kegagalan awiq-awiq dalam mengatasi konflik antar stakeholder dalam pengalokasian sumberdaya pesisir di Desa Gili Indah. Masalah hak pemanfaatan dan hak mengelola antar masyarakat masih sulit definisikan. Kekuatan hak kepemilikan masih sulit dalam penerapan community based management, khususnya dalam keanekaragaman sumberdaya seperti di Gili Indah. Faktor yang mempengaruhi lemahnya awiq-awiq di Gili Indah adalah karena dibuat tanpa memperhatikan aspirasi dari masyarakat setempat. Ketidakadilan antara pihak pengusaha dengan masyarakat nelayan disekitarnya tidak dipertimbangkan.

Kemudian oleh kelompok nelayan Lombok Utara tergugah untuk membentuk lembaga yang sejenis dengan tujuan yang lebih luas. Tidak hanya melindungi terumbu karang sebagai tempat pemijahan ikan, juga mencakup pembagian wilayah penangkapan berdasarkan jenis alat tangkap yang digunakan.

5.1. Analisis Kesesuaian

Analisis kesesuaian wisata bahari di Gili Indah dimaksudkan untuk mengetahui kesesuaian berbagai aktifitas wisata bahari dengan mempertimbangkan berbagai kriteria kesesuaian yang disyaratkan. Kesesuaian sumberdaya pesisir dan lautan ditujukan untuk mendapatkan kesesuaian karakteristik sumberdaya wisata (Yulianda et.al., 2010). Lebih lanjut dijelaskan bahwa wisata bahari yang akan dikembangkan hendaknya disesuaikan dengan potensi sumberdaya dan peruntukannya. Setiap kegiatan wisata mempunyai persyaratan sumberdaya dan lingkungan yang sesuai objek wisata yang akan dikembangkan. Kegiatan wisata bahari merupakan kegiatan rekreasi yang memanfaatkan potensi sumberdaya alam dan lingkungan perairan laut yang dilakukan di sekitar pantai dan lepas pantai, antara lain seperti berenang, berjemur, menyelam, snorkeling dan treking di hutan mangrove.

Penentuan kesesuaian wisata bahari mempertimbangkan berbagai parameter sesuai dengan jenis wisata bahari dengan empat klasifikasi penilaian. Berikut ini dijelaskan hasil analisis kesesuaian untuk berbagai jenis wisata bahari.

5.1.1. Kesesuaian Pemanfaatan untuk Wisata Selam

Wisata selam merupakan kegiatan yang cukup banyak digemari oleh para wisatawan khususnya yang berasal dari manca negara, karena wisata ini memerlukan tingkat keterampilan dan biaya yang relatif mahal. Komunitas terumbu karang dan obyek menarik lain dapat dimanfaatkan sebagai atraksi wisata bahari kategori wisata selam. Keberadaan obyek wisata terumbu karang umumnya terdapat di kedalaman perairan di bawah 20 meter (Barnes and Hughes 2004; Kinsman 1964 dalam Supriharyono 2007). Romimohtarto dan Juwana (2009), terumbu karang masih dapat tumbuh baik sampai pada kedalaman maksimum 40- 60 m, tergantung sebagian besar pada kecerahan air.

Kesusaian wisata bahari kategori wisata selam mempertimbangkan enam parameter dengan empat klasifikasi penilaian (Yulianda, et.al., 2010). Parameter kesesuaian wisata bahari kategori wisata selam antara lain kecerahan perairan,

kedalaman terumbu karang.

Berdasarkan analisis spasial yang dilakukan, maka diperoleh hasil bahwa luas kesesuaian untuk wisata selam untuk kategori sangat sesuai seluas 2.167.938,24 m² atau setara dengan 216,79 hektar atau sekitar 36,98 persen dari luas keseluruhan lokasi yang sesuai (586,28 ha). Lokasi penyelaman yang paling disenangi oleh wisatawan terkonsentrasi di sekitar Gili Trawangan disamping sebagian di Gili Meno dan Gili Air. Hasil analisis kesesuaian wisata selam dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 15. Hasil Analisis Kesesuaian Untuk Pemanfaatan Wisata Selam No. Kesesuaian Luasan (ha) Persentase (%)

1 Sangat sesuai 216,79 36,98

2 Sesuai 299,57 51,10

3 Sesuai bersyarat 69,91 11,92

Total luas 586,28 100,00

Berdasarkan hasil analisis tersebut diatas, maka luas kawasan yang sesuai untuk wisata selam yaitu seluas 586,28 hektar atau 25,61 % dari seluruh luas kawasan laut TWAL Gili Indah yang luasnya 2.289 hektar. Namun dari luas tersebut hanya 36,98 % yang termasuk kategori sangat sesuai. Sementara itu untuk yang sesuai dan sesuai bersyarat, masing-masing sekitar 51,10 % dan 11,92 % dari seluruh areal yang sesuai.

Lokasi kesesuaian untuk wisata selam tersebar disekitar ketiga gili, namun yang terbanyak dilakukan aktifitas selam adalah di sekitar Gili Trawangan. Beberapa pengusaha selam membawa para penyelam yang telah memiliki kemampuan selam yang memadai untuk menyelam diluar kawasan TWAL Gili Indah mengarah ke Utara dari kawasan ini, karena di lokasi tersebut terdapat beberapa lokasi penyelaman.

Meskipun secara ekologis sesuai untuk lokasi penyelaman namun area yang menjadi lalu lintas perahu terutama yang bagian selatan kawasan Gili Indah jarang dilakukan kegiatan penyelaman karena para penyelam khawatir dengan keselamatannya.

menunjukkan bahwa tingkat kesesuaian biofisik semua lokasi penyelaman yang menjadi lokasi penelitian adalah sesuai (S2). Berdasarkan tingkat kesesuaian kawasan (IKW) secara umum lokasi-lokasi penyelaman yang ada di sebelah timur Gili Trawangan (Turbo Deep, Good Heart dan Trawangan Slope) memiliki IKW yang relatif lebih tinggi di banding lokasi-lokasi sebelah selatan. Hal tersebut mengindikasikan kondisi parameter-parameter kesesuaian lokasi penyelaman kecenderungan mengelompok menjadi 2 kelompok berdasarkan posisi terhadap Gili Trawangan (kelompok lokasi sisi barat dan kelompok sisi timur).

Lebih lanjut di jelaskan oleh Hilman (2010) bahwa Good Heart memiliki tingkat kesesuaian paling tinggi di banding lokasi yang lain, sedangkan Shark Point merupakan lokasi yang memiliki tingkat kesesuaian paling rendah. Rendahnya tingkat kesesuaian lokasi Shark Point disebabkan karena terdapat parameter yang memiliki nilai skor yang sangat rendah di bandingkan lokasi yang lain, yaitu terutama jumlah jenis ikan . Meskipun tingkat kesesuaian biofisik lokasi Shark Point sebagai lokasi wisata selam sangat kontradiktif jika di lihat dari jumlah penyelaman perbulan selama tahun 2007. Hal ini mengindikasikan bahwa ada faktor lain yang menjadi daya tarik wisatawan penyelam selain parameter kesesuaian yang ada. Berdasarkan dari hasil wawancara dengan pemandu selam dan beberapa wisatawan penyelam, menyatakan bahwa ketertarikan penyelam pada lokasi tersebut karena promosi obyek wisata yang ada dilokasi tersebut, yaitu terdapat ikan Hiu. Keberadaan ikan Hiu menjadi daya tarik yang menyajikan keindahan sekaligus tantangan yang memacu adrenalin para penyelam, karena di gambarkan sebagai hewan laut yang paling buas.

Sementara untuk di kawasan sekitar Gili Meno terletak di sebelah barat daya menjadi lokasi penyelaman yang juga digemari oleh para penyelam karena adanya penyu di sekitar lokasi. Menurut Yulianda (2007), kawasan yang paling tepat atau sesuai untuk aktivitas wisata terutama wisata selam adalah kawasan yang memiliki kategori kesesuaian sangat sesuai. Dengan demikian diharapkan kesetabilan ekosistem tidak terlalu terpengaruh oleh aktivitas wisata selam dan tingkat kepuasan wisatawan yang melakukan penyelaman di kawasan dapat

di kawasan itu. Lebih lanjut dikatakan bahwa, kawasan yang memiliki kesesuaian rendah (sesuai) merupakan kawasan yang rentan untuk pengembangan aktivitas wisata selam baik bagi sumberdaya maupun wisatawan.

Peningkatan jumlah wisatawan terutama wisata selam di kawasan Gili Trawangan menjadi daya tarik para wisatawan untuk mencoba membuka berbagai usaha terkait dengan aktivitas wisata selam. Sampai saat ini di kawasan Gili Trawangan terdapat 7 dive center yang melayani para wisatawan untuk melakukan wisata selam. Sebagian besar investor usaha dive center adalah investor luar luar negeri, yang dikelola secara bersama dengan pengusaha lokal dan merupakan cabang dari beberapa lokasi yang ada di luar Gili Trawangan.

Upaya meningkatkan kualitas sumberdaya ekosistem terumbu karang, beberapa dive center telah mengadakan berbagai kegiatan antara lain: rehabilitasi karang dengan sistem biorock, pengembang biakan semi alami penyu, dan pelatihan pengenalan biota laut, penangkaran kima dan pemberian kompensasi ganti rugi wilayah tangkapan pada nelayan lokal.

Keindahan dan keanekaragaman sumberdaya ekosistem terumbu karang Gili Trawangan menjadi daya tarik para wisatawan untuk datang dan menikmati potensi tersebut. Berbagai kegiatan wisata yang dapat dilakukan oleh para wisatawan untuk menikmati potensi tersebut, antara lain wisata perahu kaca (glass bottom bout), snorkling, dan menyelam (scuba diving). Diantara jenis wisata tersebut wisata selam merupakan wisata yang relatif paling banyak peminatnya. Alasan yang dikemukan oleh para wisatawan untuk lebih memilih wisata selam sebagai cara untuk menikmati keindahan sumberdaya ekositem terumbu karang, adalah: 1). menyelam memberikan pengalaman langsung tentang kondisi lingkungan perairan; 2). dengan menyelam obyek wisata menjadi lebih dekat dan jelas dan 3). menyelam memberikan ruang yang lebih luas untuk berekspresi menikmati keindahan obyek dan lingkungan disekitarnya

Jumlah wisatawan yang melakukan penyelaman dari waktu ke waktu terus mengalami peningkatan, Sebagian besar wisatawan yang melakukan aktivitas wisata selam di lokasi tersebut berasal dari mancanegara (sekitar 95.7 %) dan sisanya wisatawan domestik. Rendahnya jumlah wisatawan domestik yang

tergolong baru di Indonesia dan khususnya di Lombok disamping wisata selam tergolong wisata yang relatif cukup mahal dibanding wisata sejenis (snorkeling dan perahu kaca), dan masih rendahnya tingkat keberanian untuk beraktivitas di lingkungan dalam air yang kondisinya berbeda jauh dengan di darat.

Ativitas selam merupakan salah satu aktivitas wisata yang beresiko tinggi, karena kondisi lingkungan perairan (dalam air) yang sangat berbeda dengan kondisi lingkungan darat, terkait dengan volume udara, tekanan, arus, dan organisme berbahaya. Kondisi tersebut menjadikan aktivitas selam menjadi eksklusif dan relatif mahal, karena tidak semua orang boleh dan mampu melakukan. Sehingga dalam aktivitas selam ada berberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh seorang yang akan melakukan penyelaman. Dalam berbagai organisasi selam nasional maupun internasional terdapat standard jenjang keahlian sebagai upaya untuk mengurangi resiko kecelakaan. Secara umum jenjang keahlian dalam selam adalah scuba diver (pemula), master dive dan dive instructur.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dive center yang ada dikawasan Gili Trawangan, jenjang keahlian selam (lisensi) wisatawan yang melakukan aktivitas penyelaman di lokasi penelitian sebagian besar Master Dive (44 %) kemudian

Scuba Diver (36 %) dan Instructur Dive paling sedikit (20 %). Perbandingan jumlah tersebut sangat fluktuatif sangat tergantung pada jumlah wisatawan yang berkunjung. Pada saat musim libur musim dingin, jumlah wisatawan selam jenjang Scuba Diver meningkat, tapi tetap lebih kecil dari jumlah wisatawan

Master Dive. Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa tingkat profesionalitas wisatawan penyelam cukup baik, karena jenjang keahlian selam bukan hanya mengambarkan keahlian dalam teknik tapi juga pengetahuan dasar lingkungan dan etika menyelam. Dengan demikian diharapkan dapat mengurangi kecelakaan selam dan kerusakan lingkungan sebagai akibat dari aktivitas tersebut.

Beberapa Dive center yang ada di kawasan Gili Trawangan juga melayani pelatihan dan sertifikasi selam bagi para wisatawan yang ingin menyelam tapi belum bisa dan atau belum punya sertifikasi. Sehingga khusus di Gili Trawangan terdapat beberapa tempat pendidikan dan latihan dive.

Jenis obyek wisata yang dimanfaatkan dalam kegiatan wisata snorkeling yakni komunitas terumbu karang dan obyek menarik lain yang umumnya terdapat di kedalaman perairan kurang dari 3 meter atau sesuai dengan tingkat kecerahan dari masing-masing lokasi snorkeling. Kegiatan snorkeling di kawasan Gili Indah pada umumnya dilakukan wisatawan dengan mengikuti paket snorkeling yang di sediakan oleh pengusaha di tiga gili tersebut. Rata-rata kegiatan paket snorkeling ini dimulai jam Sembilan pagi dan kembali pada sore hari. Disamping mengikuti paket tersebut, ada pula wisatawan yang melakukan tanpa mengikuti paket, mereka umumnya melakukan kegiatan snorkeling disepanjang pantai sisi barat dari masing-masing Gili tersebut.

Berdasarkan analisis spasial, maka diperoleh hasil bahwa luas kesesuaian untuk wisata snorkeling untuk kategori sangat sesuai seluas 1.908.436,94 m² atau setara dengan 190,84 hektar atau hanya sekitar 33,66 % dari luas keseluruhan lokasi yang sesuai. Sementara yang termasuk kategori sesuai seluas 333,53 hektar atau 58,82 %, dan yang termasuk kategori sesuai bersyarat seluas 42,66 hektar atau sekitar 7,52 %. Fakta ini menunjukkan bahwa terdapat 24,77 % kawasan yang sesuai dengan kegiatan snorkeling jika dibandingkan dengan luas keseluruhan kawasan laut di TWAL Gili Matra. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 16. Hasil analisis kesesuaian untuk pemanfaatan wisata snorkeling No. Kesesuaian Luasan (ha) Persentase (%)

1 Sangat sesuai 190,84 33,66

2 Sesuai 333,53 58,82

3 Sesuai bersyarat 42,66 7,52

Total luas 566,97 100,00

Pada dasarnya kawasan yang sesuai dengan selam juga bisa dimanfaatkan untuk kegiatan snorkeling, sehingga area penyelaman juga memungkinkan untuk dilakukan kegiatan snorkeling. Lokasi yang paling diminati oleh wisatawan untuk melakukan snorkeling adalah di sebelah timur dan utara dari Gili Trawangan, kemudian sebelah barat daya dan timur dari Gili Meno, dan sebelah timur dari Gili Air.

wisatawan untuk melakukan aktifitas wisata snorkeling, karena dengan demikian mereka dapat melihat terumbu karang dan biota laut lainnya. Sebagian besar peminat wisata snorkeling ini adalah wisatawan domestik, karena peralatannya lebih sederhana dan banyak dipersewakan di pinggir pantai ke tiga gili tersebut. Meskipun demikian, beberapa wisatawan manca negara juga sangat menikmati wisata snorkeling ini.

Dokumen terkait