• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.3 Analisis Tabel Tunggal

4.3.1 Karakteristik Responden

Tabel 4.1 Jenis Kelamin

Responden Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin

No. Jenis Kelamin

Frekuensi

F %

1. Laki – Laki 49 32.9

2. Perempuan 100 67.1

Total 149 100.0

Sumber : Hasil Penelitian, 2019 (data diolah)

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa dalam penelitian yang dilakukan, jumlah responden perempuan mendominasi total responden yang ada. Diketahui bahwasanya jumlah responden yang berjenis kelamin laki-laki ada 49 orang dengan persentase 32.9%. Untuk jumlah sampel yang berjenis kelamin perempuan ada 100 orang dengan persentase 67.1%.

Dalam penyebaran kuesioner, terlihat bahwa perempuan lebih merespon

Tabel 4.2 Usia

Responden Penelitian Berdasarkan Usia

No. Usia Responden

Frekuensi

F %

1. 18 – 20 30 20.1

2. 21 - 22 107 71.8

3. 23 - 25 12 8.1

Total 149 100.0

Sumber : Hasil Penelitian, 2019 (data diolah)

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa responden dengan usia 21 – 22 mendominasi kuesioner yang disebarkan. Untuk rentang usia 18 – 20 terdapat 30 orang dengan jumlah persentase 20.1%. Rentang usia 21 – 22 yang mendominasi data kuesioner terdapat 107 orang dengan jumlah persentasi 71.8%. Rentang usia terakhir yaitu 23 – 25 terdapat 12 orang dengan jumlah persentasi 8.1%.

Tabel 4.3 Stambuk

Responden Penelitian Berdasarkan Stambuk

No. Stambuk

Frekuensi

F %

1. 2015 78 52.3

2. 2016 71 47.7

Total 149 100.0

Sumber : Hasil Penelitian, 2019 (data diolah)

Berdasarkan Tabel 4.3, terdapat data responden yang sudah menjadi sasaran peneliti untuk menyebarkan kuesioner. Jumlah responden untuk stambuk 2015 dan stambuk 2016 sudah ditentukan diawal penelitian. Untuk jurusan Ilmu Komunikasi FISIP USU stambuk 2015 terdapat 78 orang dengan persentasi 52.3%. Kemudian,

untuk jurusan Ilmu Komunikasi FISIP USU stambuk 2016 terdapat 71 orang dengan jumlah persentasi 47.7%.

Tabel 4.4

Responden Penelitian Pengguna Aplikasi Tik Tok

No. Variabel

Frekuensi

F %

1. Ya 15 10.1

2. Tidak 134 89.9

Total 149 100.0

Sumber : Hasil Penelitian, 2019 (data diolah)

Berdasarkan Tabel 4.4, terdapat 15 orang pengguna aplikasi Tik Tok dengan persentase 10.1%. Hal ini menunjukkan bahwa data kuesioner didominasi oleh mereka yang tidak menggunakan atau bukan pengguna dari aplikasi Tik Tok. Untuk mahasiswa/i yang bukan pengguna aplikasi tik tok terdapat 134 orang dengan jumlah persentase 89.9%. Ini membuktikan aplikasi Tik Tok bukan merupakan aplikasi yang dibutuhkan untuk media komunikasi.

Peneliti juga menyimpulkan bahwa berkembangnya aplikasi Tik Tok yang diikuti dengan pemberitaan negatif membuat responden penelitian mayoritas tidak menggunakan aplikasi Tik Tok. Julukan “Alay” untuk pengguna aplikasi Tik Tok serta sebutan “aplikasi goblok” dalam google play store menghasilkan pandangan yang buruk terhadap aplikasi Tik Tok. Penggunaan aplikasi Tik Tok yang sangat minim pada responden peneliti menunjukkan bahwa ketidaktertarikkan mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU stambuk 2015 dan 2016 terhadap aplikasi Tik Tok.

Dalam tabel tersebut, terdapat 15 orang yang memakai aplikasi Tik Tok.

Walaupun aplikasi tersebut mendapat banyak komentar negatif, masih ada beberapa responden yang tetap menggunakannya.

Hal ini menunjukkan bahwa Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU dapat membuktikan kalau aplikasi Tik Tok dapat digunakan untuk hal-hal yang positif, baik untuk hiburan semata, menuangkan ide-ide kreatif, dan lain sebagainya.

4.3.2 Persepsi Mahasiswa/i Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP USU Stambuk 2015 dan 2016

Tabel 4.5

Responden Penelitian yang Mengetahui Aplikasi Tik Tok

No. Variabel

Frekuensi

F %

1. Sangat Mengetahui 39 26.2

2. Mengetahui 84 56.4

3. Netral 26 17.4

4. Tidak Mengetahui 0 0.0

5. Sangat tidak mengetahui 0 0.0

Total 149 100.0

Sumber : Hasil Penelitian, 2019 (data diolah)

Tabel 4.5 menunjukkan frekuensi dari para responden yang mengetahui aplikasi Tik Tok. Dari 149 responden, 30 orang dengan persentase 26.2% sangat mengetahui aplikasi Tik Tok. Sebanyak 84 orang dengan persentase 56.4%

mengetahui aplikasi Tik Tok. Lalu sisanya yaitu 26 orang dengan persentase 17.4%

menjawab netral. Jawaban dengan kategori mengetahui mendominasi jawaban dari responden.

Peneliti mengambil kesimpulan bahwa responden mayoritas mengetahui aplikasi Tik Tok. Total responden yang mengetahui aplikasi Tik Tok adalah 123 orang, sementara 26 diantaranya memilih netral. Pertanyaan yang berkaitan dengan pengetahuan responden mengenai aplikasi Tik Tok ini bertujuan untuk menyaring

apakah data tersebut layak untuk diolah atau tidak. Selain untuk menyaring jawaban dari responden, pertanyaan ini bertujuan untuk melihat eksistensi aplikasi Tik Tok dikalangan mahasiswa/i jurusan Ilmu Komunikasi FISIP USU. Eksistensi aplikasi Tik Tok di kalangan mahasiswa/I jurusan Ilmu Komunikasi FISIP USU stambuk 2015 dan 2016 cukup baik dikarenakan mendapat 123 orang yang mengetahui aplikasi tersebut, sementara 26 diantaranya memilih netral. Dalam tabel 4.5 untuk variabel tidak mengetahui dan sangat tidak mengetahui mendapat angka 0 yang menunjukkan bahwa seluruh responden penelitian tidak ada yang tidak mengetahui aplikasi Tik Tok.

Tabel 4.6

Responden Penelitian yang Mengetahui Pemberitaan Negatif yang Berkaitan dengan Aplikasi Tik Tok

No. Variabel

Frekuensi

F %

1. Sangat Mengetahui 29 19.5

2. Mengetahui 77 51.7

3. Netral 32 21.5

4. Tidak Mengetahui 11 7.4

5. Sangat tidak mengetahui 0 0.0

Total 149 100.0

Sumber : Hasil Penelitian, 2019 (data diolah)

Tabel 4.6 menunjukkan bahwa pemberitaan negatif mengenai aplikasi Tik Tok diketahui oleh responden sebanyak 77 orang dengan persentase sebanyak 51.7%.

Sebanyak 29 orang dengan persentase 19.5% sangat mengetahui pemberitaan negatif yang berkaitan dengan aplikasi Tik Tok. Selain itu, 32 orang menjawab netral dengan persentase 21.55%. Maraknya pemberitaan yang negatif mengenai aplikasi Tik Tok ternyata masih menyisakan 11 orang dengan persentase 7.4% yang tidak mengetahui pemberitaan tersebut.

Kesuksesan aplikasi Tik Tok diikuti dengan pemberitaan yang negatif.

Peneliti menemukan 106 responden mengetahui pemberitaan negatif yang berkaitan dengan aplikasi Tik Tok, lalu 32 diantaranya memilih netral. Sedikitnya, 11 orang responden tidak mengetahui pemberitaan negatif mengenai aplikasi Tik Tok. Hal ini juga merupakan temuan dari peneliti, mengingat bahwa maraknya video-video dari aplikasi Tik Tok yang tidak layak untuk dikonsumsi masyarakat mengakibatkan aplikasi ini diblokir untuk sementara sampai aplikasi dianggap layak untuk digunakan kembali.

Tabel 4.7

Responden Penelitian yang Setuju Penggunaan Aplikasi Tik Tok oleh Mereka yang berumur 12 Tahun ke atas

No. Variabel

Frekuensi

F %

1. Sangat Setuju 6 4.0

2. Setuju 33 22.1

3. Netral 41 27.5

4. Tidak Setuju 33 22.1

5. Sangat tidak setuju 36 24.2

Total 149 100.0

Sumber : Hasil Penelitian, 2019 (data diolah)

Tabel 4.7 dengan pertanyaan mengenai setuju tidaknya aplikasi Tik Tok digunakan oleh mereka yang berumur 12 tahun ke atas di dominasi oleh variabel netral dengan 41 orang persentase 27.5%. Sebanyak 36 orang dengan persentase 24.2% memilih variabel sangat tidak setuju dengan pemakaian aplikasi Tik Tok di atas umur 12 tahun. Variabel setuju ternyata seri dengan variabel tidak setuju dengan angka 33 orang persentase 22.1%. Tersisa 6 orang yang ternyata sangat setuju dengan penggunaan aplikasi Tik Tok di atas umur 12 tahun ke atas.

Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa/i jurusan Ilmu Komunikasi FISIP USU stambuk 2015 dan 2016 mayoritas netral terhadap keputusan Kemkominfo mengenai pemakaian aplikasi Tik Tok diperbolehkan untuk mereka yang berumur 12 tahun ke atas. Tetapi, jika jumlah variabel tidak setuju ditambahkan dengan jumlah variabel sangat tidak setuju, maka ada 69 orang yang dapat dikategorikan tidak setuju dengan pemakaian aplikasi Tik Tok di atas umur 12 tahun.

Maka mahasiswa/i jurusan Ilmu Komunikasi FISIP USU stambuk 2015 dan 2016 mayoritas tidak setuju dengan penggunaan aplikasi Tik Tok oleh mereka yang berumur 12 tahun ke atas.

Aplikasi Tik Tok merupakan media baru yang sangat interaktif, menjembatani interaksi sosial dimana pengguna aplikasi dapat berinteraksi dengan semua orang yang berada di waktu dan tempat yang berbeda. Aplikasi Tik Tok juga membuat penggunanya dapat mengendalikan isi dan memanfaatkan aplikasi untuk menanggapi sumber yang diperolehnya. Dalam hal ini, umur sangat penting untuk dibahas dalam penggunaan aplikasi Tik Tok.

Pada latar belakang permasalahan sudah dijelaskan bahwa remaja terkenal sangat rentan karena mereka dalam masa pencarian identitas diri. Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10 – 19 tahun. Sementara itu, menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10 – 18 tahun dan menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) rentang usia remaja adalah 10 – 24 tahun dan belum menikah (www.depkes.go.id). Keterangan mengenai rentang usia remaja ini menjelaskan bahwa umur 12 tahun ke atas adalah umur dimana mereka sangat rentan untuk menggunakan aplikasi Tik Tok. Mereka yang berumur 12 tahun mempunyai peluang yang besar untuk menyalahgunakan aplikasi tersebut. Aplikasi Tik Tok dapat menjadi alat atau saran mereka untuk mencari jati diri, menjadi tempat mereka untuk bebas berekspresi terhadap sumber yang mereka peroleh. Sumber tersebut bisa saja merupakan sumber yang menurut mereka itu sangat menarik untuk ditiru, padahal apa yang mereka lihat itu belum tentu baik untuk psikis mereka.

Dengan banyaknya persepsi yang mengatakan tidak setuju dengan pemakaian aplikasi Tik Tok oleh mereka yang berumur 12 tahun keatas menunjukkan bahwa perlunya mengkaji ulang batasan umur untuk pemakaian aplikasi Tik Tok di Indonesia. Pesatnya kemajuan teknologi komunikasi seperti aplikasi Tik Tok dapat berdampak kepada perubahan sosial di mana tidak adanya pengendalian pesan yang baik dari pemberi maupun penerima pesan.

Walaupun pemakaian aplikasi Tik Tok untuk mereka yang berumur 12 tahun ke atas masih merupakan peraturan yang keliru, terdapat 39 orang mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU stambuk 2015 dan 2016 yang setuju dengan peraturan tersebut. Ini menunjukkan bahwa persepsi dari responden penelitian memiliki pengalaman dan pengetahuan yang berbeda sehingga pendapat yang mereka munculkan juga berbeda dari kelompok mayoritas.

Tabel 4.8

Responden Penelitian yang Setuju bahwa Pemakaian Aplikasi Tik Tok membuat penggunanya membuat Konten yang Kreatif

No. Variabel

Frekuensi

F %

1. Sangat Setuju 46 30.9

2. Setuju 51 34.2

3. Netral 41 27.5

4. Tidak Setuju 9 6.0

5. Sangat tidak setuju 2 1.3

Total 149 100.0

Sumber : Hasil Penelitian, 2019 (data diolah)

Pada Tabel 4.8 variabel setuju mendominasi sebanyak 51 orang dengan persentase 34.2%. Variabel sangat setuju dipilih sebanyak 46 orang dengan persentase 30.9%. Sedangkan variable netral dipilih sebanyak 41 orang dengan persentase 27.5%. Sebanyak 9 orang dengan persentase 6.0% tidak setuju bahwa

aplikasi Tik Tok mendorong penggunanya untuk membuat konten yang kreatif, diikuti dengan 2 orang dengan persentase 1.3% yang sangat tidak setuju.

Dari hasil tabel 4.8 peneliti mengambil kesimpulan bahwa mayoritas mahasiswa/i jurusan Ilmu Komunikasi FISIP USU stambuk 2015 dan 2016 sangat setuju dengan adanya aplikasi Tik Tok, membuat penggunanya membuat konten yang kreatif.

Seperti yang dikatakan oleh Psikolog klinis Tara de Thours bahwa aplikasi bukan menjadi masalahnya, tetapi karakter berekspresi dari para penggunanya. Jika pengguna dari aplikasi Tik Tok dapat berpikir secara dewasa, maka ia akan menggunakan aplikasi tersebut secara bijak. Menggunakan aplikasi secara bijak berarti membuat video berdurasi pendek dengan mengkombinasikan efek-efek yang tersedia di aplikasi sehingga video terlihat menarik, tetapi tetap menjunjung tinggi nilai sosial dan norma-norma yang berlaku di Indonesia.

Pertanyaan ini menunjukkan bahwasanya video-video yang dihasilkan dari aplikasi Tik Tok tidak semuanya berbau negatif. Beberapa diantaranya memiliki nilai kreatif, menarik dan menghibur para penontonnya. Salah satu contoh yang dapat peneliti berikan adalah pengguna aplikasi Tik Tok yang bernama Hari Kutty. Hari Kutty merupakan pemuda yang berasal dari Theni, India. Video Tik Tok yang ia buat dinobatkan sebagai yang terbaik di Dunia (www.banjarmasin.tribunnews.com). Ia mengaku tidak mudah untuk membuat video ini, bahkan ia hampir menyerah. Hari Kutty memerlukan sembilan handphone untuk menghasilkan video tersebut, sementara ia harus memastikan bahwa daya dari kesembilan handphone tersebut cukup dan tidak ada panggilan yang masuk saat proses perekaman video sedang berlangsung. Setelah video diupload ke dalam instagram, Hari Kutty mendapat banyak apresiasi dan pujian dari masyarakat yang melihat hasil karyanya yang kreatif (www.banjarmasin.tribunnews.com).

Kekreatifitasan dari Hari Kutty dengan kasus banyaknya pemakaian aplikasi Tik Tok disalahgunakan dapat dilihat dengan unsur komunikasi. Unsur komunikasi terdiri dari sumber, pesan, media, penerima, efek dan umpan balik.

Hari Kutty merupakan sumber. Ia menyebarkan sebuah video dengan kreatifitas yang belum tentu semua orang dapat membuatnya. Hari Kutty yang merupakan sumber memberikan pesan kepada penerima. Pesan yang diberikan tersebut adalah sebuah video, sementara penerima dari pesan tersebut ada khalayak atau masyarakat yang menonton video tersebut. Video tersebut menjadi video yang terbaik di dunia karena umpan balik dari penerima video. Efek yang ditimbulkan dari pesan tersebut adalah penerima video atau mereka yang menonton video tersebut memberikan umpan balik kepada Hari Kutty.

Hal ini juga berlaku jika si sumber memberikan pesan berupa video yang berisikan konten yang kurang mendidik seperti pornografi, asusila, pelecahan agama dan yang lainnya. Jika isi pesan terlihat menarik dengan konten pornografi di dalamnya, maka penerima akan memberikan berbagai macam umpan balik. Umpan balik yang di dapat bisa berupa apresiasi jika yang melihat merasa senang dengan hal yang seperti itu, bisa juga berupa nasihat agar lebih menghargai diri sendiri, tetapi bagaimana dengan mereka yang belum bijak menggunakan aplikasi tersebut, terutama untuk mereka yang masih remaja. Mereka akan mencoba untuk meniru video tersebut, dengan harapan mereka mendapat banyak perhatian, jumlah like yang banyak dan followers yang banyak juga. Oleh karena itu, pesan yang disampaikan sumber juga sangat penting agar penerima tidak memberikan umpan balik yang salah.

Aplikasi Tik Tok juga seharusnya mempunyai sistem yang dapat menyaring video-video yang mengandung konten-konten negatif sehingga pembuat video-video tidak mengarah kepada hal yang negatif.

Masyarakat tidak dapat terhindar dari kemajuan teknologi. Aplikasi Tik Tok merupakan bentuk dari majunya teknologi yang ada saat ini. Hal yang perlu diperhatikan adalah bagaimana kita menanggapi kemajuan teknologi tersebut. Jika

kita cukup dewasa untuk menyikapinya, maka kita akan memanfaatkan teknologi tersebut dengan bijak, karena salah satu ciri utama dari media baru adalah bersifat menghibur dan mendidik. Jika aplikasi Tik Tok memunculkan video-video yang menarik, kreatif, dan mendidik, maka pengguna akan berusaha untuk ikut membuat video yang tidak kalah menarik dan kreatif untuk ditonton. Selain itu, mereka sebagai penikmat video dari aplikasi Tik Tok akan merasa terhibur dengan video-video yang dihasilkan oleh penggunanya. Baik pengguna maupun aplikasi itu sendiri harus saling menjaga agar dapat menghasilkan sesuatu yang baik untuk masyarakat atau khalayak umum.

Walaupun mayoritas mengatakan setuju dengan pertanyaan tersebut, masih ada 11 orang yang tidak setuju. Peneliti menarik kesimpulan bahwa berita negatif yang dimunculkan di berbagai media mengenai aplikasi Tik Tok menghasilkan persepsi bahwa aplikasi tik Tok tidak membuat penggunanya membuat konten-konten kreatif. Banyaknya pemberitaan yang negatif, menenggelamkan video-video yang mempunyai nilai positef di dalamnya.

Tabel 4.9

Responden Penelitian yang setuju bahwa Penggunaan Aplikasi Tik Tok Memberikan Pengaruh yang Buruk

No. Variabel Frekuensi

F %

1. Sangat Setuju 18 12.1

2. Setuju 53 35.6

3. Netral 66 44.3

4. Tidak Setuju 11 7.4

5. Sangat tidak setuju 1 0.7

Total 149 100.0

Sumber : Hasil Penelitian, 2019 (data diolah)

Pada Tabel 4.9 terlihat bahwasanya variabel netral mendominasi jawaban dari responden sebanyak 66 orang dengan persentase 44.3%. Hal ini terbukti bahwa mahasiswa/i jurusan Ilmu Komunikasi FISIP USU stambuk 2015 dan 2016 netral dengan pertanyaan ke 9 tersebut.

Selain variabel netral, variabel setuju juga mendapat banyak angka, yaitu sebanyak 53 orang dengan persentase 35.6% diikuti dengan variabel sangat setuju yang mendapat angka 18 orang dengan persentase 12.1%. Jika angka tersebut ditotalkan, maka sebanyak 71 orang dikategorikan setuju bahwa aplikasi Tik Tok memberikan pengaruh yang buruk kepada penggunanya.

Dalam beberapa kasus yang sudah dijelaskan pada latar belakang, menunjukkan bahwa penggunaan aplikasi Tik Tok pada anak berumur 12 tahun ke atas patut diperhatikan. Hal ini dikarenakan beberapa pengguna lebih mementingkan jumlah like dan followers agar akun mereka terkenal. Upaya mereka dalam meningkatkan jumlah like dan followers mengesampingkan nilai-nilai dan norma sosial yang ada. Beberapa diantaranya berusaha untuk tampil cantik dan menggoda agar yang menonton tertarik untuk menekan tombol like dan memfollow akun penggunanya. Selain itu, ada yang menampilkan adegan kekerasan yang dapat membahayakan nyawa demi jumlah like dan followers yang banyak. Kasus-kasus yang peneliti paparkan pada latar belakang sudah menjelaskan bahwa penggunaan aplikasi Tik Tok membawa pengaruh buruk. Mereka akan melakukan apa saja agar video tersebut disukai banyak orang dan dikagumi oleh orang banyak. Ketenaran, memiliki penggemar atau fans menjadi godaan untuk mereka. Aplikasi Tik Tok menjadi sarana mereka untuk menjadi artis secara instan, mengesampingkan pendidikan, nilai moral, privasi serta nyawa agar terlihat keren dan menarik.

Peristiwa ini menunjukkan bahwa komunikasi sebagai sistem. Sistem yang dimaksud adalah aplikasi Tik Tok. Aplikasi Tik Tok adalah sistem di mana kita dapat berkomunikasi menggunakan video yang berdurasi pendek dan dapat disebarkan kepada masyarakat luas. Dalam hal ini, sistem yang merupakan aplikasi Tik Tok harus melakukan kontrol atau pengawasan agar komunikasi menjadi seimbang.

Seimbang dalam arti tidak menyimpang dari nilai sosial dan norma-norma yang ada.

Pada bab II yang menjelaskan tentang komunikasi sebagai sistem, sistem harus melakukan kontrol terhadap semua komponen yang mendukungnya, mengendalikan kerja sama di antara komponen-komponen tersebut. Komponen yang dimaksud adalah berbagai macam layanan yang tersedia di aplikasi Tik Tok beserta penggunanya. Dalam hal ini, pengguna dari aplikasi Tik Tok mendapat pengaruh buruk karena video-video yang dihasilkan oleh aplikasi tersebut banyak yang menyimpang. Oleh karena itu, aplikasi Tik Tok yang merupakan sistem perlu mengontrol video-video yang diunggah agar komunikasi menjadi seimbang.

Untuk variabel tidak setuju dan sangat tidak setuju, terdapat 12 orang yang mengatakan tidak setuju bahwa aplikasi Tik Tok memberi pengaruh yang buruk.

Peneliti menarik kesimpulan untuk variabel ini bahwa jika bercerita bahwa aplikasi Tik Tok memberikan pengaruh buruk, maka aplikasi lain seperti youtube, instagram, aplikasi-aplikasi yang berbasis media sosial dan video juga mempunyai peluang untuk memberikan pengaruh yang buruk kepada penggunanya. Hal ini akan kita bahas di tabel 4.11

Tabel 4.10

Responden Penelitian yang Setuju bahwa Penggunaan Aplikasi Tik Tok sebagai Perantara Eksistensi

No. Variabel

Frekuensi

F %

1. Sangat Setuju 56 37.6

2. Setuju 59 39.6

3. Netral 32 21.5

4. Tidak Setuju 2 1.3

5. Sangat tidak setuju 0 0

Total 149 100.0

Sumber : Hasil Penelitian, 2019 (data diolah)

Dalam Tabel 4.10 terlihat bahwa variabel sangat setuju dengan setuju hanya berbeda 3 angka. Variabel setuju di pilih oleh 59 orang dengan persentase 39.6%, sedangkan untuk variabel sangat setuju dipilih oleh 56 orang dengan persentase 37.6%. Sementara untuk variabel netral, terdapat 32 orang dengan persentase 21.5%.

Terdapat 2 orang dengan persentase 1.3% yang mengatakan tidak setuju dengan penggunaan aplikasi Tik Tok sebagai perantara eksistensi.

Dari tabel 4.10 peneliti menyimpulkan bahwa mayoritas mahasiswa/i jurusan Ilmu Komunikasi FISIP USU stambuk 2015 dan 2016 setuju bahwa penggunaan aplikasi Tik Tok sebagai perantara eksistensi penggunanya. Peneliti kembali membahas kasus pada latar belakang masalah dimana berita tersebut diambil dari data South China Morning Post (SCMP). Berita tersebut mengatakan bahwa pengguna Tik Tok merupakan anak-anak yang masih berada di bawah umur. Seorang anak yang masih berada di tingkat sekolah dasar mengakui kalau aplikasi Tik Tok telah merubah dirinya. Anak tersebut merasa kalau dirinya sudah seperti seorang artis. Setelah ia mengunggah video Tik Tok, orang-orang yang sedang berjalan mengenali dirinya (www.alinea.id 28/06/2018).

Kasus ini juga mewakili beberapa kasus lainnya. Menghasilkan video yang menarik dan kreatif dapat menjadi hobi anak-anak muda, tetapi jika tujuan dari pembuatan video tersebut untuk eksistensi semata, maka hal ini patut menjadi pusat perhatian. Pengonsumsian media sosial seperti aplikasi Tik Tok sebagai perantara eksistesi penggunanya merupakan pola komunikasi yang sedang terjadi. Contoh lain yang dapat mewakili pernyataan ini adalah seorang anak perempuan yang bernama Nuraini. Kasus ini sudah peneliti jelaskan pada latar belakang. Walaupun video dari perempuan yang bernama Nuraini tersebut mengundang tawa banyak orang, ketenarannya tidak berlangsung lama. Semenjak video tersebut diunggah, banyak acara-acara talkshow yang mengundangnya untuk hadir dan mengkonfirmasi video tersebut. Berkat ketenarannya, Nuraini bisa sedikit menunjuang kondisi perekonomian keluarganya.

Ketenaran atau popularitas seseorang diukur melalui kemampuan yang dimiliki oleh orang tersebut. Dalam kasus Nuraini, ia tidak memiliki bakat apapun selain menggunakan nama seorang aktor ternama dan mengaku sebagai istri sah dari aktor tersebut. Maka dari itu, pengguna dari aplikasi Tik Tok harus diberikan kesadaran bahwa ketenaran bukan hal yang harus dikejar, melainkan sebagai bonus dari hasil kerja keras kita. Hari Kutty bekerja keras untuk mendapatkan hasil video yang menarik dan kreatif. Ia terkenal karena kekreatifitasannya, bahkan videonya dinobatkan sebagai video terbaik di Dunia.

Walaupun mayoritas mengatakan setuju dengan pernyataan ini, masih terdapat 2 orang yang menjawab tidak setuju. Hal ini menunjukkan pengalaman yang berbeda dalam artian beberapa dari pengguna aplikasi tersebut tidak untuk perantara eksistensi, tetapi untuk mencari hiburan. Beberapa juga mempunyai keinginan untuk menampilkan konten-konten kreatif yang dapat dibuat dari aplikasi tersebut, seperti akun Hari Kutty. Perbedaan pandangan dapat terjadi sesuai dengan pengalaman dan pengetahuan yang pemberi persepsi dapat dalam kesehariannya.

Tabel 4.11

Responden Penelitian yang Setuju bahwa Penggunaan Aplikasi Tik Tok disalahgunakan oleh Pemakainya

No. Variabel Frekuensi

F %

1. Sangat Setuju 64 43.0

2. Setuju 54 36.2

3. Netral 23 15.4

4. Tidak Setuju 5 3.4

5. Sangat tidak setuju 3 2.0

Total 149 100.0

Sumber : Hasil Penelitian, 2019 (data diolah)

Tabel 4.11 menunjukkan bahwa mayoritas mahasiswa/i jurusan Ilmu Komunikasi FISIP USU stambuk 2015 dan 2016 sangat setuju penggunaan aplikasi Tik Tok disalahgunakan oleh pemakainya. Sebanyak 64 orang dengan persentase 43.0% memilih sangat setuju dengan penyalahgunaan aplikasi Tik Tok oleh pemakainya. Sementara itu, sebanyak 54 orang dengan persentase 36.2% menjawab setuju. Variabel netral dipilih sebanyak 23 orang dengan persentase 15.4%.

Walaupun mayoritas mahasiswa/i jurusan Ilmu Komunikasi FISIP USU

Walaupun mayoritas mahasiswa/i jurusan Ilmu Komunikasi FISIP USU

Dokumen terkait