• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berdasarkan hasil yang telah peneliti uraikan menggunakan analisis tabel tunggal, menunjukkan bahwa responden penelitian yang merupakan mahasiswa/i Ilmu Komunikasi FISIP USU stambuk 2015 dan 2016 mayoritas bukan pengguna aplikasi Tik Tok. Hal ini membuktikan bahwa aplikasi Tik Tok bukan merupakan aplikasi yang dapat memnuhi saran komunikasi responden penelitian. Hal ini juga membuktikan bahwa berkembangnya aplikasi Tik Tok yang diikuti dengan pemberitaan yang negatif membuat responden penelitian tidak tertarik untuk menggunakan aplikasi tersebut.

Tidak tertariknya responden penelitian dengan aplikasi tersebut terlihat dari tabel 4.4 dimana pengguna aplikasi Tik Tok hanya 15 orang dari 149 responden penelitian. Untuk 134 orang menyatakan tidak menggunakan aplikasi tersebut.

Ketertarikan mahasiswa Ilmu Komunikasi terhadap aplikasi Tik Tok juga terlihat dari

tabel 4.13 dimana sebanyak 68 orang menjawab netral jika aplikasi Tik Tok diblokir secar permanen. Pada tabel 4.14 juga terdapat sebanyak 79 orang yang menjawab netral bahwa aplikasi Tik Tok sudah layak digunakan setelah pemblokiran sementara.

Angka-angka diatas menjelaskan bahwa responden penelitian yang merupakan mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU stambuk 2015 dan 2016 tidak tertarik dengan aplikasi Tik Tok. Angka di atas juga menunjukkan ketidakpedulian mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU stambuk 2015 dan 2016 terhadap aplikasi tersebut. Terbukti pada pertanyaan di tabel 4.13 mengenai pemblokiran aplikasi Tik Tok secara permanen, sebanyak 68 orang menjawab netral. Jika aplikasi harus diblokir secara permanen mengingat masyarakat Indonesia yang belum bijak menggunakan media sosial, responden penelitian mayoritas menjawab netral yang berarti mereka tidak keberatan jika pemblokiran secara permanen harus dilakukan.

Selain penggunaan aplikasi, peneliti juga ingin mengetahui keeksistensian aplikasi Tik Tok dikalangan mahasiswa/i Ilmu Komunikasi FISIP USU stambuk 2015 dan 2016 mengingat bahwa mahasiswa/i jurusan Ilmu Komunikasi FISIP USU diwajibkan untuk mengetahui segala macam perkembangan teknologi komunikasi yang ada. Pada tabel 4.5 diketahui sebanyak 123 orang dikategorikan mengetahui aplikasi Tik Tok. Hal ini membuktikan bahwa lebih dari setengah jumlah responden penelitian mengetahui aplikasi Tik Tok. Walaupun sebanyak 134 orang bukan merupakan pengguna dari aplikasi Tik Tok, tetapi sebanyak 123 orang mengetahui aplikasi tersebut. Jumlah tersebut menunjukkan bahwa eksistensi dari aplikasi Tik Tok terbilang tinggi dikalangan Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU stambuk 2015 dan 2016.

Walaupun eksistensi aplikasi Tik Tok dikalangan mahasiswa/i Ilmu Komunikasi FISIP USU tinggi, ada beberapa mahasiswa/i yang tidak mengetahui aplikasi tersebut. Dalam tabel 4.5 ini, peneliti tidak menampilkan 3 orang yang tidak mengetahui aplikasi Tik Tok dikarenakan pertanyaan ini bertujuan untuk menyaring responden penelitian yang dapat digunakan datanya untuk dianalisis lebih jauh oleh peneliti, karena menurut peneliti, jika ia tidak mengetahui aplikasi Tik Tok, ia tidak

dapat menilai baik buruknya aplikasi tersebut jika digunakan secara bebas.

Ketidaktahuan aplikasi Tik Tok oleh 3 orang tersebut termasuk ke dalam hasil temuan peneliti dikarenakan maraknya berita-berita negatif terkait aplikasi Tik Tok membuat peneliti berpendapat bahwa mahasiswa/i Ilmu Komunikasi FISIP USU stambuk 2015 dan 2016 seharusnya tidak ada yang tidak mengetahui aplikasi Tik Tok, mengingat bahwasanya mahasiswa/i Ilmu Komunikasi FISIP USU stambuk 2015 dan 2016 mempunyai kewajiban untuk mengenal dan mengetahui berbagai macam media atau sarana komunikasi yang berkembang setiap saat.

Untuk menilai atau berpendapat mengenai suatu kejadian atau fenomena yang sedang terjadi, kita harus mempunyai pengetahuan atau pengalaman yang berkaitan dengan fenomena atau kejadian tersebut. Oleh karena itu, peneliti mengajukan pertanyaan tentang pemberitaan negatif yang berkaitan dengan aplikasi Tik Tok.

Peneliti ingin melihat apakah responden penelitian yang merupakan mahasiswa/i Ilmu Komunikasi FISIP USU stambuk 2015 dan 2016 mengetahui pemberitaan negatif yang berkaitan dengan aplikasi tersebut atau tidak sama sekali. Dalam temuan penelilti, terdapat 106 responden penelitian yang dikategorikan mengetahui pemberitaan negatif aplikasi tersebut. Hal ini menunjukkan lebih dari setengah jumlah responden penelitian mengetahui berita-berita negatif yang berkaitan dengan aplikasi tersebut. Lalu, sebanyak 32 responden penelitian menjawab netral yang berarti mereka mengetahui sedikit dari banyaknya berita-berita negatif mengenai aplikasi Tik Tok.

Dari berbagai macam berita negatif yang muncul mengenai aplikasi Tik Tok, masih tersisa 11 responden penelitian yang tidak mengetahui aplikasi Tik Tok. Hal ini juga menunjukkan ketidakpedulian beberapa mahasiswa/i Ilmu Komunikasi FISIP USU stambuk 2015 dan 2016 tentang sarana, alat atau media komunikasi yang sedang berkembang saat ini.

Mengenai pemakaian aplikasi Tik Tok yang diperbolehkan untuk mereka yang berumur 12 tahun keatas mendapat variasi angka dari berbagai variabel.

Mayoritas responden penelitian memilih tidak setuju dengan peraturan ini. Sebanyak

41 responden penelitian menjawab netral dengan peraturan ini. Tersisa 39 responden penelitian yang menjawab kategori setuju dengan peraturan ini.

Pada pertanyaan ini, peneliti juga melakukan observasi ketika sedang berada di luar. Rata-rata anak-anak yang masih berusia dibawah 12 tahun sudah diberikan handphone atau android agar anak tesebut dapat diam dan tidak menangis. Jika memang pemberian handphone tersebut dengan pantauan dari orang tua, maka perbuatan tersebut tidak akan menimbulkan masalah, tetapi bagaimana jika tanpa pantauan dan arahan dari orang tua, hasilnya akan seperti yang peneliti temukan ketika sedang memberikan penyuluhan di sekolah. Anak-anak SD sudah mengetahui istilah-istilah yang seharusnya tidak boleh mereka ketahui. Selain itu, dalam aplikasi Tik Tok, masih beredar video-video yang seharusnya anak umur 12 tahun tidak pantas untuk menonton video tersebut. Jika hal ini dipertimbangkan kembali, akan lebih baik jika batasan umur yang diperbolehkan untuk mengakses dan mengoperasikan aplikasi ini ditingkatkan ke umur 25 tahun ke atas. Dengan begitu, konten-konten yang disuguhkan di dalam aplikasi tersebut dapat ditonton oleh mereka yang juga sudah memiliki umur yang cukup. Dengan begitu, aplikasi dapat digunakan oleh mereka yang lebih bijak dalam menggunakan media social seperti aplikasi Tik Tok ini.

Untuk responden penelitian yang menjawab setuju dengan pemakaian aplikasi okeh mereka yang berumur 12 tahun ke atas, membuktikan bahwa persepsi yang dihasilkan oleh responden penelitian didasari oleh pengalaman dan pengetahuan yang berbeda dengan peneliti dan responden penelitian yang menjawab tidak setuju karena persepsi didasari oleh pengalaman dan pengetahuan yang dialami oleh si pemberi persepsi. Untuk pemilih variabel netral, terdapat 41 responden penelitian dimana hal ini membuktikan ketidakpedulian mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU stambuk 2015 dan 2016 terhadap penggunaan aplikasi Tik Tok.

Pemakaian aplikasi Tik Tok membuat penggunanya membuat konten yang kreatif. Pernyataan ini mendapat angka 97 respnden penelitian yang dikategorikan setuju, sementara 41 diantaranya netral.

Peneliti sudah memberikan contoh mengenai pernyataan ini, yaitu Hari Kutty.

Video yang ia hasilkan dari aplikasi Tik Tok dinobatkan sebagai video terbaik di dunia. Ini membuktikan bahwa aplikasi Tik Tok memang membuat penggunanya dapat menghasilkan video-video yang kreatif. Hal ini juga membuktikan bahwa jika masyarakat dapat menggunakan aplikasi Tik Tok secara bijak, maka tidak akan ada yang namanya pemblokiran sementara untuk aplikasi Tik Tok.

Hari Kutty membuktikan bahwa aplikasi Tik Tok adalah aplikasi yang dapat mengembangkan kekreatifitasan seseorang dalam membuat video singkat yang menarik.

Tidak hanya aplikasi Tik Tok, berbagai macam aplikasi yang tersedia di gawai kita masing-masing mempunyai nilai kreatif yang dapat kita manfaatkan.

Semua tergantung dari si pengguna aplikasi tersebut, jika ia bijak dalam pemakaiannya, maka aplikasi tersebut dapat digunakan dengan baik. Hal ini mendukung 41 responden penelitian yang menjawab netral. Aplikasi Tik Tok adalah aplikasi yang netral, jika kita menggunakannya dengan baik, maka ia akan menjadi aplikasi yang baik. Sebaliknya, jika digunakan untuk keburukan, maka ia juga berdampak buruk untuk banyak orang.

Selanjutnya mengenai aplikasi Tik Tok yang membari pengaruh buruk kepada penggunanya mendapat 71 responden penelitian yang menjawab setuju, sementara 66 diantaranya menjawab netral. Peneliti menyimpulkan bahwa semua aplikasi dapat memberikan pengaruh buruk. Semua hal yang mengandung unsur internet dapat memberikan pengaruh yang buruk kepada penggunanya. Hal ini yang membuat batasan umur dalam penggunaan internet menjadi sangat penting. Kebijakan dalam penggunaan internet sangat diperlukan agar internet tersebut memiliki manfaat untuk orang banyak. Pernyataan ini mendukung persepsi dari 66 responden penelitian yang menjawab netral dan 12 responden penelitian yang menjawab tidak setuju.

Pada tabel 4.10 terdapat 115 responden penelitian yang setuju bahwa aplikasi Tik Tok sebagai perantara eksistensi. Beberapa kasus penggunaan aplikasi Tik Tok

menonjolkan penggunanya sebagai orang yang bertujuan untuk menjadi terkenal tetapi dengan usaha yang minim. Hal ini mendukung persepsi dari 115 responden penelitian yang menjawab setuju dengan pernyataan tersebut. Lalu 32 diantaranya netral sementara 2 responden penelitian mengatakan tidak setuju.

Dari beberapa pernyataan di atas, peneliti menuju kepada pernyataan bahwa penggunaan aplikasi Tik Tok disalahgunakan oleh pemakainya. Pernyataan ini mendapat 118 responden penelitian yang mengatakan setuju sementara 23 responden penelitian mengatakan netral dan 8 responden penelitian mengatakan tidak setuju.

Lebih dari setengah jumlah responden penelitian mengatakan setuju dengan pernyataan tersebut. Hal ini membuktikan bahwa aplikasi Tik Tok memang disalahgunakan oleh pemakainya.

Untuk pemblokiran sementara yang telah dilakukan oleh KemKominfo, terdapat 97 responden penelitian yang setuju dengan pemblokiran tersebut. Sementara itu, sebanyak 46 responden peneliltian memilih netral. Walaupun mayoritas responden penelitian setuju dengan pemblokiran tersebut, masih terdapat 6 responden penelitian yang tidak setuju. Hal ini menunjukkan walaupun aplikasi Tik Tok tidak banyak digunakan oleh mahasiswa/i Ilmu Komunikasi FISIP USU stambuk 2015 dan 2016, masih terdapat 6 responden penelitian yang merasa bahwa aplikasi Tik Tok tidak perlu di blokir secara permanen. Pada tabel 4.13 juga terlihat bahwa 24 responden penelitian tidak setuju aplikasi Tik Tok diblokir secara permanen. Peneliti menyimpulkan, selain 15 orang di antaranya adalah pengguna aplikasi Tik Tok, terdapat 9 responden penelitian yang merasa bahwa aplikasi Tik Tok tidak perlu diblokir secara permanen. Hal ini juga membuktikan bahwa aplikasi Tik Tok adalah aplikasi yang tidak berbahaya, melainkan aplikasi ini dapat bermanfaat untuk banyak orang jika digunakan dengan baik. Jika aplikasi Tik Tok diblokir secara permanen, maka peluang yang sama juga berlaku untuk aplikasi lain yang serupa dengan aplikasi Tik Tok.

Untuk pernyataan yang terakhir yaitu aplikasi Tik Tok sudah layak digunakan setelah pemblokiran sementara mendapat 54 responden penelitian yang memilih tidak

setuju, sementara 79 responden penelitian memilih netral. Lalu 16 responden penelitian mengatakan setuju.

Dari berbagai pernyataan di atas, kita dapat melihat bahwa persepsi dari setiap orang berbeda-beda. Persepsi dari masing-masing orang dapat berbeda dikarenakan pengalaman mereka tentang aplikasi Tik Tok, peristiwa yang terjadi yang berkaitan dengan aplikasi Tik Tok, berbeda dengan yang lainnya. Mereka yang merupakan pengguna dari aplikasi Tik Tok sudah pasti tidak menyetujui pemblokiran permanen terhadap aplikasi Tik Tok dikarenakan mereka adalah pengguna. Mereka membutuhkan aplikasi tersebut sebagai sarana, media atau alat komunikasi mereka.

Beberapa dari kita yang bukan merupakan pengguna dari aplikasi tersebut akan menjawab setuju dengan pemblokiran sementara aplikasi tersebut dikarenakan kita tidak menggunakannya. Kita juga merasa tidak membutuhkan aplikasi tersebut, lalu kita juga mendapatkan informasi yang buruk mengenai aplikasi Tik Tok, otomatis persepsi kita mengenai aplikasi Tik Tok akan menjadi buruk dan akan sangat setuju jika aplikasi tersebut diblokir secara permanen.

Pengalaman juga mempengaruhi persepsi seseorang. Pada tabel 4.7 terdapat 39 responden penelitian yang menjawab setuju dengan penggunaan aplikasi Tik Tok oleh mereka yang berumur 12 tahun ke atas. Sementara 69 responden penelitian mengatakan tidak setuju. Dalam tabel tersebut perhatian dari 39 responden penelitian berbeda dengan perhatian dari 69 responden penelitian. Bagi 39 responden penelitian yang menjawab setuju, umur 12 tahun ke atas sudah cukup bijak dalam penggunaan aplikasi Tik Tok, tetapi tidak dengan yang 69 responden penelitian yang menjawab tidak setuju.

Selain pengalaman, perhatian juga mempengaruhi persepsi seseorang, contohnya pada tabel 4.8 dimana 97 responden penelitian menjawab setuju dengan pemakaian aplikasi Tik Tok membuat penggunanya menjadi kreatif. Sementara itu, 11 responden penelitian mengatakan tidak setuju. Hal ini menunjukkan perhatian yang berbeda. Walaupun mayoritas menjawab setuju, 11 responden penelitian lebih memperhatikan sisi buruk dari aplikasi Tik Tok.

Pada tabel 4.9 juga dapat kita lihat, terdapat 71 responden penelitian yang setuju bahwa penggunaan aplikasi Tik Tok memberikan pengaruh yang buruk kepada pemakainya. Perhatian dari 71 responden penelitian tersebut lebih tertuju kepada hal-hal yang buruk mengenai aplikasi Tik Tok. Berbeda dengan 12 responden penelitian yang mengatakan tidak setuju yang berarti mereka melihat bahwa bukan aplikasi Tik Tok yang memberikan mereka pengaruh yang buruk.

Selain pengalaman dan perhatian, pengetahuan juga mempengaruhi persepsi seseorang. Pada tabel 4.11 dapat kita lihat, terdapat 118 rsponden penelitian yang setuju penggunaan aplikasi Tik Tok disalahgunakan oleh pemakainya. Sementara itu 8 responden penelitian mengatakan tidak setuju. Pengetahuan dari 118 responden yang menjawab setuju berbeda dengan 8 responden penelitian yang mengatakan tidak setuju.

Persepsi merupakan kata yang mempunyai hubungan dengan waktu yang sudah berlalu sampai saat ini atau juga berhubungan dengan pengalaman, perhatian dan pengetahuan. Dalam hal ini, persepsi setiap orang akan sangat sulit untuk disamakan, karena setiap orang memiliki pengalaman, perhatian, pengetahuan yang berbeda.

Derasnya perkembangan teknologi menjadikan masyarakat dimanjakan dengan sesuatu yang dapat dengan mudah diperoleh, baik itu informasi, pendidikan, hiburan bahkan ketenaran. Aplikasi Tik Tok merupakan salah satu dari perkembangan teknologi tersebut. Layanan yang disediakan oleh aplikasi Tik Tok membuat penggunanya dapat mengekspresikan dirinya lebih dari yang ia bisa tunjukkan di dunia nyata. Berkat sebuah aplikasi, perilaku atau tingkah laku dari pengguna aplikasi Tik Tok tersebut berubah. Perilaku malu, sopan santun, norma-norma sosial mulai dihiraukan oleh masyarakat saat ini.

Aplikasi Tik Tok menjadi fenomena yang menimbulkan keresahan masyarakat. Mereka sebagai pengguna aplikasi Tik Tok menginterpresentasikan apa yang mereka lihat dalam aplikasi tersebut dan hal itu menuntun mereka untuk

mengubah tingkah lakunya. Beberapa dari mereka berubah menjadi orang yang kreatif dalam mengedit video berdurasi pendek sehingga ia dapat terkenal dengan kekreatifitasannya. Beberapa dari mereka juga menjadi penghibur di dunia maya berkat videonya yang dinilai sangat menghibur penontonnya, yang lain terkenal karena video yang dinilai negatif dan membuat penontonnya menjadi kesal.

Walaupun aplikasi Tik Tok sering dinilai negatif oleh masyarakat, peneliti berpendapat bahwa semua aplikasi yang ada di dalam handphone kita dapat dimanfaatkan untuk hal-hal yang negatif, tidak hanya aplikasi Tik Tok saja, mengingat banyaknya kasus-kasus penyimpangan konten seperti hoax, tindak kekerasan, penyerangan terhadap suatu kelompok, pornografi dapat disebarkan melalui media komunikasi atau aplikasi apa saja. Oleh sebab itu, aplikasi juga tidak dapat disalahkan secara sepihak, pengguna juga harus dipastikan sudah bijak dan dewasa dalam menggunakan aplikasi. Anak-anak yang masih berada di usia 12 tahun ke atas perlu diberi wawasan tentang tata cara penggunaan aplikasi, apa yang boleh dan tidak boleh di lakukan ketika ingin menggunakan aplikasi untuk berkomunikasi.

77

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan

Dari keseluruhan penjelasan peneliti mengenai persepsi masyarakat terhadap aplikasi Tik Tok, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Persepsi mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP USU stambuk 2015 dan 2016 menunjukkan bahwasanya mayoritas responden penelitian setuju aplikasi Tik Tok membawa pengaruh yang buruk kepada penggunanya.

Responden penelitian juga mayoritas setuju jika aplikasi Tik Tok membuat penggunanya dapat menuangkan kekreatifitasannya dengan aplikasi tersebut. Hal ini mengarah kepada penggunaan aplikasi Tik Tok yang tidak baik. Mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi FISIP USU stambuk 2015 dan 2016 mayoritas setuju bahwa jika aplikasi Tik Tok tidak disalahgunakan, atau digunakan secara bijak, maka aplikasi tersebut tidak akan memberika dampak yang buruk. Pembatasan umur juga perlu diperhitungkan kembali karena umur menentukan sikap seseorang dalam menggunakan sebuah aplikasi.

2. Melalui penyebaran kuesioner yang telah peneliti lakukan, peneliti menarik kesimpulan bahwa keefektifan aplikasi Tik Tok ditentukan oleh bagaimana pengguna tersebut memanfaatkan aplikasi Tik Tok. Hal ini juga didukung dari banyaknya responden penelitian yang menjawab setuju dengan pemakaian aplikasi Tik Tok yang membuat penggunanya kreatif.

Selain itu, mayoritas responden penelitian menjawab setuju dengan penyalahgunaan aplikasi Tik Tok. Mayoritas responden juga menjawab netral dengan pemblokiran permanen dan kelayakan penggunaan aplikasi Tik Tok setelah pemblokiran. Hal ini menunjukkan bahwa aplikasi Tik Tok mengikuti pengguna dari aplikasi tersebut. Jika aplikasi digunakan secara baik, maka aplikasi akan menjadi baik untuk banyak orang,

sebaliknya jika aplikasi digunakan dengan cara yang salah, maka aplikasi akan berdampak buruk bagi banyak orang.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi mahasiswa/i jurusan Ilmu Komunikasi FISIP USU stambuk 2015 dan 2016 adalah pengalaman, perhatian, dan pengetahuan. Mereka yang merupakan pengguna dari aplikasi Tik Tok tidak akan setuju dengan pemblokiran aplikasi Tik Tok.

Mereka akan menjawab pernyataan sesuai dengan pengalaman mereka dalam menggunakan aplikasi Tik Tok. Perhatian juga terlihat dari responden penelitian. Beberapa responden penelitian menjawab pernyataan yang ada sesuai dengan apa yang mereka perhatikan. Beberapa hanya memperhatikan bagian terburuk dari aplikasi Tik Tok, beberapa lagi memperhatikan sisi baik dan sisi buruk dari aplikasi Tik Tok. Selain pengalaman dan perhatian, pengetahuan juga merupakan faktor dari persepsi responden penelitian. Hal ini terlihat pada tabel 4.7 yang membahas tentang batasan umur pemakaian aplikasi Tik Tok.

Dokumen terkait